Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 2 No.

2, Juli 2016 : 1-72

PERBANDINGAN ANTARA SUHU TUBUH, KADAR LEUKOSIT, DAN PLATELET


DISTRIBUTION WIDTH (PDW) PADA APENDISITIS AKUT DAN APENDISITIS
PERFORASI DI RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU TAHUN 2014

Windy C.S.1, M. Sabir2*

1.Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako
2. Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako
*
Email : destadamba@yahoo.com

ABSTRAK
Apendisitis adalah salah satu penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering ditemukan dan membutuhkan
pembedahan dengan segera. Risiko seseorang menderita apendisitis selama hidupnya mencapai 7-8%, dengan insiden
tertinggi pada usia 20-30 tahun. Suhu tubuh yang meningkat dan leukositosis menjadi bagian dalam penegakkan
diagnosis apendisitis. Nilai Platelet Distribution Width yang merupakan parameter baru memiliki sensitivitas dan
spesifisitas lebih tinggi untuk menunjang diagnosis apendisitis. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan
menggunakan desain penelitian cross sectional untuk melihat perbandingan suhu tubuh, kadar leukosit, dan nilai
Platelet Distribution Width pada apendisitis akut dan perforasi. Teknik pengambilan sampel secara consecutive
sampling dengan jumlah sampel masing-masing 36 pasien apendisitis akut dan apendisitis perforasi yang menjalani
pemeriksaan tanda vital dan laboratorium darah lengkap sebelum dilakukan apendektomi dan laparotomi. Data
penelitian dianalisis menggunakan uji univariat dan bivariat (Independent T test dan Mann-Whitney test). Suhu tubuh
rata-rata pada apendisitis akut yaitu 37° dan pada apendisitis perforasi sebesar 37,8°C dengan nilai P 0,000. Kadar
3 3
leukosit rata-rata pada apendisitis akut yaitu 11.191 sel/mm dan apendisitis perforasi sebesar 17.875 sel/mm
dengan nilai P 0,000. Nilai Platelet Distribution Width rata-rata pada apendisitis akut yaitu 10,9% dan apendisitis
perforasi sebesar 11,2% dengan nilai P 0,262.Terdapat perbedaan suhu tubuh dan kadar leukosit yang signifikan dan
tidak terdapat perbedaan nilai Platelet Distribution Width yang signifikan antara apendisitis akut dan apendisitis
perforasi di RSU Anutapura Palu tahun 2014.

Kata Kunci: Apendisitis akut, apendisitis perforasi, suhu tubuh, leukosit, Platelet Distribution Width (PDW)

ABSTRACT
Appendicitis is one of the commonest cause of acute abdominal pain and it needs a surgery intervention immediately.
The lifetime risk of appendicitis is 7-8%, with highest incidence is on 20-30 years of age. The increase of body
temperature and leukocytosis are taking an important role in defining the diagnosis of appendicitis. The Platelet
Distribution Width is a new parameter which have a higher sensitivity and spesificity in defining a better diagnosis of
appendicitis. This research is an analitic study using cross sectional design to know the comparison of body
temperature, leukocyte count, and Platelet Distribution Width on acute and perforated appendicitis. Sample was
collected by consecutive sampling method with the amount of sample was 36 patients of each acute and perforated
appendicitis who have undergone vital sign and complete blood count examination before appendectomy and
laparotomy performed. The data was analyzed with univariat and bivariat test (Independent T test and Mann-
Whitney test). The average body temperature on acute appendicitis is 37°C and on perforated appendicitis is 37,8°C
3
with P value is 0,000. The average leukocyte count on acute appendicitis is 11.191 sel/mm and on perforated
3
appendicitis is 17.875 sel/mm with P value is 0,000. Whereas average Platelet Distribution Width of each acute and
perforated appendicitis are 10,9% and 11,2% with 0,262 of P value. There is a significant difference of body
temperature and leukocyte count, and there is no significant difference of PDW between acute and perforated
appendicitis at Anutapura General Hospital Palu by the year of 2014.

Keywords: Acute appendicitis, perforated appendicitis, body temperature, leukocyte, Platelet Distribution Width
(PDW)

Healthy Tadulako Journal (Windy C.S., M. Sabir : 24-32) 24


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 2 No. 2, Juli 2016 : 1-72

apendisitis akut dapat mencapai


PENDAHULUAN 10.000-18.000 sel/mm3 dan jika
Apendisitis akut adalah salah satu >18.000 sel/mm3 maka umumnya
penyebab nyeri abdomen akut yang terjadi peritonitis akibat perforasi [6,7].
paling sering ditemukan. Hipotesis Perkembangan ilmu sains
penyebab paling umum adalah adanya khususnya dalam dunia kedokteran
obstruksi lumen yang berlanjut selalu mengalami pembaharuan.
kerusakan dinding apendiks dan Penelitian terbaru yang dilakukan oleh
pembentukan abses [1,2]. Bulent Dinc di Turki pada tahun 2015,
Apendisitis dapat ditemukan pada menyatakan platelet distribution width
laki-laki maupun perempuan dengan (PDW) menjadi parameter baru dalam
risiko menderita apendisitis selama diagnosis apendisitis akut. Dalam
hidupnya mencapai 7-8%. Insiden penelitiannya, sensitivitas dan
tertinggi dilaporkan pada rentang usia spesifisitas PDW lebih tinggi
20-30 tahun. Kasus perforasi apendiks dibandingkan dengan akurasi diagnosis
pada apendisitis akut berkisar antara 20- hitung jumlah leukosit [8].
30% dan meningkat 32-72% pada usia Penanganan standar apendisitis di
lebih dari 60 tahun, sedangkan pada dunia adalah operasi pengangkatan
anak kurang dari satu tahun kasus apendiks yang disebut apendektomi dan
apendisitis jarang ditemukan [3,4]. dilakukan laparotomi jika sudah terjadi
Data rekam medis di Rumah Sakit perforasi. Angka mortalitas pada pasien
Umum Anutapura Palu mencatat ada yang dilakukan apendektomi mencapai
434 kasus pasien yang mengalami 0,07-0,7% dan 0,5-2,4% pada pasien
apendisitis pada tahun 2014. Tingginya dengan atau tanpa perforasi. Walaupun
angka tersebut mengharuskan dokter mortalitas apendisitis akut rendah tetapi
untuk memiliki kemampuan angka morbiditasnya cukup tinggi [1].
mendiagnosis apendisitis dengan cepat Berdasarkan uraian diatas, maka
dan tepat [5]. peneliti merasa perlu melakukan
Diagnosis apendisitis ditegakkan penelitian ini untuk mengetahui peran
dengan riwayat penyakit, pemeriksaan suhu tubuh, kadar leukosit, dan nilai
fisik, pemeriksaan laboratorium, dan platelet distribution width dalam
ultrasonography (USG). Pemeriksaan membantu diagnosis dini apendisitis
suhu tubuh termasuk dalam salah satu akut dan apendistis perforasi di RSU
kriteria pada skor alvarado untuk Anutapura Palu Provinsi Sulawesi
penegakkan diagnosis apendisitis. Suhu Tengah tahun 2014.
tubuh <37°C didapatkan pada pasien
apendisitis tanpa komplikasi dan pada BAHAN DAN CARA
kasus perforasi terdapat demam tinggi Penelitian ini menggunakan desain
dengan rata-rata 38,3°C. Kadar leukosit cross sectional dengan pendekatan
secara signifikan lebih tinggi pada kasus analitik. Penelitian dilakukan pada
perforasi dibandingkan dengan tanpa bulan Januari - Februari 2014 di RSU
perforasi. Leukositosis pada pasien Anutapura Palu. Variabel yang diteliti

Healthy Tadulako Journal (Windy C.S., M. Sabir : 24-32) 25


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 2 No. 2, Juli 2016 : 1-72

yaitu suhu tubuh, kadar leukosit, dan pasien apendisitis akut dan apendisitis
nilai PDW sebagai variabel bebas dan perforasi. Data dianalisis menggunakan
apendisitis akut dan perforasi sebagai Independent T test dan Mann-Whitney
varibel terikat. Subjek dalam penelitian test.
ini adalah pasien apendisitis akut dan
apendisitis perforasi yang menjalani HASIL
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan Pada uji ini awalnya dilakukan uji
darah lengkap sebelum dilakukan normalitas untuk mengetahui distribusi
pembedahan, serta tidak memiliki hasilnya. Selanjutnya dilakukan analisis
penyakit infeksi lainnya. Pengambilan dengan 2 uji berbeda, yaitu uji
data menggunakan rekam medis pasien independent T test untuk variabel suhu
dengan teknik consecutive sampling. tubuh dan uji Mann-Whitney test untuk
Jumlah sampel masing-masing 36 variabel leukosit dan PDW.

Perbandingan Rata-Rata Suhu Tubuh, Kadar Leukosit, dan Nilai PDW Pre-Operasi Pada
Apendisitis Akut dan Apendisitis Perforasi di RSU Anutapura Palu Tahun 2014

Standar
Variabel Rata-rata Nilai P
Deviasi
Suhu Tubuh
37°C 0,75397
Apendisitis Akut 0,000
37,8°C 0,98804
Apendisitis Perforasi
Kadar Leukosit 11.191 sel/mm3 4237,0
Apendisitis Akut 0.000
Apendisitis Perforasi 17.875 sel/mm3 5586,5
Nilai PDW
10,9 % 4,05361
Apendisitis Akut 0,262
11,2 % 2,16952
Apendisitis Perforasi
(Data Rekam Medis, 2014)
Suhu tubuh rata-rata pada berbeda yaitu 10,9% pada kasus akut
apendisitis perforasi sebesar 37,8°C, dan 11,2% pada kasus perforasi dengan
sedangkan rata-rata suhu tubuh nilai P 0,262 (P>0,05).
apendisitis akut masih dalam batas
normal yaitu 37°C dengan nilai P 0,000 PEMBAHASAN
(P<0,05). Kadar leukosit rata-rata pada Berdasarkan penelitian ini,
apendisitis akut sebesar 11.191 sel/mm3, diperoleh kelompok usia yang paling
sedangkan pada kasus perforasi sebesar banyak menderita apendisitis adalah
17.875 sel/mm3 dengan nilai P 0,000 kelompok usia 17-25 tahun (remaja
(P<0,05). Nilai rata-rata PDW pada kedua akhir) sebanyak 38,9% pada apendisitis
kelompok kasus tidak begitu jauh akut dan 27,8% pada apendisitis

Healthy Tadulako Journal (Windy C.S., M. Sabir : 24-32) 26


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 2 No. 2, Juli 2016 : 1-72

perforasi. Hasil tersebut tidak jauh pada laki-laki (58,3%). Hasil ini sejalan
berbeda dengan penelitian yang dengan penelitian Marisa dkk yang
dilakukan Marisa dkk di Semarang pada memperoleh hasil pada laki-laki lebih
tahun 2011, didapatkan insiden tertinggi sering terjadi apendisitis perforasi
pada apendisitis akut dan perforasi sedangkan appendisitis akut lebih
terjadi pada usia 15-24 tahun. Pada banyak pada perempuan. Hasil
penelitian ini tidak didapatkan penderita penelitian ini juga didukung oleh
apendisitis usia 0-5 tahun dan pada usia penelitian yang dilakukan Tanveer di
lanjut >65 tahun hanya ditemukan pada Madina Teaching Hospital, Faisalabad
apendisitis perforasi. Tingginya insiden tahun 2010 dimana sebanyak 69,17%
pada usia remaja disebabkan apendisitis perforasi ditemukan pada
perkembangan jaringan limfoid laki-laki. Hubungan tingginya insiden
maksimal sehingga lebih mudah terjadi dengan jenis kelamin belum dapat
obstruksi yang menyebabkan diketahui penyebab yang jelas karena
secara anatomi bentuk apendiks laki-
peningkatan tekanan intraluminal [9].
Secara anatomi, orang dewasa memiliki laki dan perempuan sama [10]. Namun,
bentuk lumen apendiks yang menyempit perlu diketahui pada perempuan sering
di bagian proksimal dan melebar pada ditemukan kasus apendisitis akut karena
bagian distal, sedangkan pada bayi adanya positif palsu sebanyak 20%
bentuk lumen apendiks relatif lebar di terutama pada wanita usia 20-40 tahun.
bagian proksimal dan menyempit di Positif palsu adalah keadaan pasien
bagian distal. Hal ini mungkin menjadi menunjukkan apendisitis tapi hasil
penyebab rendahnya insidensi pemeriksaan patologi anatomi bukan
apendisitis akut pada bayi [10]
. Risiko apendisitis yang disebabkan masalah
perforasi meningkat pada anak kurang ginekologis mirip apendisitis. Hal itu
dari 5 tahun diakibatkan proses mungkin terjadi karena tindakan bedah
pendindingan kurang sempurna, harus dilakukan dengan cepat sementara
omentum belum berkembang, dan penegakkan diagnosis belum dilakukan
waktu diagnosis yang lama karena anak dengan baik [9].
kurang dapat menjelaskan gejala yang Pengukuran suhu tubuh merupakan
dirasakan [3,4]. Pada lansia lebih sering salah satu pemeriksaan yang dilakukan
ditemukan kasus perforasi karena lumen pada kasus-kasus dengan kecurigaan
apendiks yang sudah tertutup apendisitis. Kenaikan suhu tubuh
sepenuhnya sehingga gejala apendisitis melebihi suhu normal terjadi sebagai
akut yang dirasakan tidak begitu jelas tanda adanya infeksi seperti pada
dan baru dapat ditegakkan diagnosisnya apendisitis. Agen-agen infeksi akan
saat terjadi perforasi [10]. menghasilkan pirogen, kemudian
Berdasarkan distribusi frekuensi memasuki sirkulasi sistemik dan
menurut jenis kelamin pada penelitian meningkatkan PGE2 yang akan
ini, insidensi tertinggi apendisitis akut menghasilkan c-AMP sehingga terjadi
didapatkan pada perempuan (66,6%) peningkatan set point termoregulator di
dan perforasi paling banyak ditemukan hipotalamus dan bermanifestasi pada

Healthy Tadulako Journal (Windy C.S., M. Sabir : 24-32) 27


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 2 No. 2, Juli 2016 : 1-72

peningkatan suhu inti tubuh [11]. Dari rendah, dengan hasil ukur yang lebih
hasil penelitian ini, diperoleh sebanyak rendah. Sensitivitas pengukuran suhu
27 pasien (75%) apendisitis akut tubuh per aksila hanya berkisar antara
memiliki suhu tubuh dalam batas 27,8-33%. Analisis bivariat dengan uji
normal yaitu <37,5°C dengan rata-rata independent T test diperoleh nilai P
37°C (tidak ditemukan pasien dengan sebesar 0,000 (<0,05) sehingga dapat
suhu >38,5°C). Sedangkan apendisitis disimpulkan secara statistik terdapat
perforasi memiliki rerata suhu tubuh perbedaan yang signifikan rerata suhu
37,8°C dengan rentang 37,5-38,5°C tubuh antara pasien apendisitis akut dan
sebanyak 17 pasien (47,2%) dan apendisitis perforasi di RSU Anutapura
sebanyak 8 pasien (22,2%) mencapai Palu tahun 2014 (hipotesis diterima).
suhu >38,5°C. Hasil ini sesuai dengan Pasien dengan apendisitis pada
penelitian Muhammad Shiddiq di umumnya mengalami leukositosis, yaitu
RSUD Dokter Soedarso Pontianak peningkatan jumlah leukosit diatas
tahun 2012 yang memperoleh hasil 10.000 sel/mm3. Berdasarkan penelitian
rerata suhu tubuh pada pasien yang dilakukan Andi Baso (2015)
apendisitis akut dengan massa dengan menganalisis leukosit pada
periapendikuler senilai 36,519 ± apendisitis akut dan perforasi,
0,405°C dan pada pasien apendisitis memperoleh hasil jumlah leukosit
perforasi dengan peritonitis umum 10.000-18.000 sel/mm3 banyak
senilai 37,771 ± 0,617 °C (nilai P= ditemukan pada pasien apendisitis akut
0,000), sehingga terdapat perbedaan yaitu sebesar 75,7% dan jumlah leukosit
bermakna rerata suhu tubuh antara >18.000 sel/mm3 banyak ditemukan
pasien apendisitis akut dengan massa pada pasien apendisitis perforasi sebesar
periapendikuler dan apendisitis 90,7%. Hal yang sama juga
perforasi dengan peritonitis umum. dikemukakan dalam penelitian Anggita
Suhu tubuh yang lebih tinggi pada Patrianita (2013) yang mendapatkan
apendisitis perforasi berkaitan dengan sebanyak 63,33% pasien mengalami
proses peradangan semakin parah dan leukositosis 10.000-18.000 sel/mm3
melibatkatkan area peradangan yang pada apendisitis akut dan sebanyak
lebih luas. Semakin luas area 42,5% apendisitis perforasi dengan
peradangan maka massa serta eksudat leukosit >18.000 sel/mm3. Dari hasil
peradangan yang dihasilkan akan lebih kedua penelitian tersebut sesuai dengan
banyak [11]. Hasil penelitian yang hasil yang diperoleh peneliti namun
terdapat sedikit perbedaan, dimana pada
menunjukan bahwa 75% pasien
penelitian ini jumlah leukosit pada
apendisitis akut tidak mengalami apendisitis akut terbanyak yaitu 5.000-
demam diperkirakan karena data hasil
10.000 sel/mm3 yaitu sebanyak 47,2%
pengukuran suhu tubuh pada penelitian
ini diperoleh melalui pengukuran per dengan rerata 11.191 sel/mm3 dan pada
aksila. Menurut El-Radhi et al (2009) apendisitis perforasi terbanyak memiliki
korelasi hasil pengukuran suhu tubuh leukosit >18.000 sel/mm3 (50% kasus)
per aksila terhadap suhu inti relatif dengan rerata 17.875 sel/mm3. Pada

Healthy Tadulako Journal (Windy C.S., M. Sabir : 24-32) 28


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 2 No. 2, Juli 2016 : 1-72

kasus perforasi, apendiks mengalami lingkup penelitian sehingga tidak


ruptur, pecah atau berlubang dan mendapat perhatian lebih oleh para
kemudian pus yang terdapat didalam klinisi terutama dokter. Penelitian
lumen appendiks akan keluar menyebar Aydogan (2013) yang menganalisis
ke organ-organ lain maupun di dalam kadar PDW pada apendisitis
fossa apendiks vermiformis sehingga mendapatkan hasil nilai rerata PDW
dapat mengakibatkan peritonitis, serta 18,02% pada apendisitis akut dan 20,8%
memungkinkan bakteri akan pada apendisitis perforasi (nilai
berkembang dan menimbulkan infeksi P=0,001). Beberapa literatur
yang lebih banyak. Keadaan tersebut menyebutkan pada apendisitis terjadi
akan merangsang respon imun tubuh pelepasan sitokin khusunya IL6 yang
dengan lebih banyak menghasilkan dapat meningkatkan volume trombosit.
leukosit yang berfungsi sebagai Yoon et al melaporkan kadar IL6 pada
pertahanan terhadap agen-agen pasien apendisitis perforasi lebih tinggi
infeksius. Jumlah leukosit dalam batas dari pada apendisitis tanpa perforasi [14].
normal yang banyak ditemukan pada Dari hasil penelitian yang dilakukan
apendisitis akut dapat dipengaruhi Bulent Dinc (2015) di Turki mengenai
pemakaian antibiotik secara bebas oleh hubungan PDW dengan apendisitis akut
pasien sebelum masuk rumah sakit [12]. menggunakan metode case-control
Uji analisis bivariat menggunakan menunjukkan hasil peningkatan nilai
Mann-Whitney test diperoleh nilai P PDW rata-rata 49% (10,6-86,5%) pada
sebesar 0,000 (P <0,05), sehingga dapat kelompok apendisitis akut, 40.8% (12,8-
disimpulkan secara statistik terdapat 87,9%) pada kelompok infeksi intra-
perbedaan yang signifikan rerata kadar abdominal, dan 18.4% (18,3-62,5%) pada
leukosit pasien apendisitis akut dan kelompok individu sehat (nilai P<0,001).
apendisitis perforasi di RSU Anutapura Penelitian terbaru juga yang dilakukan
Palu tahun 2014 (hipotesis diterima). Zhe Fan (2015) di China mendapatkan
PDW adalah parameter untuk peningkatan PDW pada pasien apendisitis
mengukur indeks variasi ukuran akut gangrenosa dengan rerata 15,25 ±
trombosit yang beredar dalam darah 1,90 x109/L. Dari
perifer [13]. Dari hasil pencarian ketiga penelitian tersebut
literatur mengenai hubungan PDW merekomendasikan nilai PDW sebagai
dengan apendisitis masih sangat kurang parameter terbaru dalam penegakkan
dilakukan penelitian. Hanya beberapa diagnosis apendisitis akut. Dari hasil
jurnal asing yang mencoba meneliti penelitian ini, nilai PDW <11% banyak
lebih lanjut mengenai PDW pada ditemukan pada apendisitis akut dengan
apendisitis, sedangkan di Indonesia rerata 10,9%, sedangkan nilai 11-18%
sendiri sejauh sepengetahuan peneliti banyak ditemukan pada kasus perforasi
belum ada jurnal maupun penelitian dengan rerata 11,2%. Hasil penelitian
yang dipublikasi. Pada keterangan ini sedikit mendukung penelitian
rekam medis RS Anutapura menyatakan aydogan bahwa pada apendisitis
bahwa PDW masih dalam ruang perforasi memiliki nilai PDW lebih

Healthy Tadulako Journal (Windy C.S., M. Sabir : 24-32) 29


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 2 No. 2, Juli 2016 : 1-72

tinggi daripada apendisitis akut (namun kelompok usia 17-25 tahun (remaja
masih dalam batas normal). Dari 72 awal) dan yang paling sedikit adalah
sampel, peningkatan PDW >18% hanya usia >65 tahun (manula).
terdapat pada dua pasien apendisitis 3. Suhu tubuh penderita apendisitis
akut (2,77%) dan tidak ditemukan pada akut paling banyak ditemukan pada
kasus perforasi. Ketidaksesuaian hasil suhu <37,5°C yaitu 27 pasien (75%)
penelitian ini mungkin dipengaruhi dengan rerata 37°C dan penderita
beberapa hal seperti jumlah sampel apendistis perforasi paling banyak
yang sangat sedikit, jenis alat dan teknik pada rentang suhu 37,5-38,5°C yaitu
pengukuran yang digunakan berbeda, 17 pasien (47,2%) dengan rerata
metode analisis berbeda, serta dapat 37,8°C. Uji independent T test
dipengaruhi faktor ras dan genetik [15]. diperoleh nilai P sebesar 0,000
Berdasarkan uji statistik Mann-Whitney (P<0,05) sehingga dapat disimpulkan
test didapatkan nilai P sebesar 0,262 terdapat perbedaan yang signifikan
(P>0,05), sehingga dapat disimpulkan suhu tubuh antara apendisitis akut
secara statistik tidak terdapat perbedaan dan apendisitis perforasi.
yang signifikan nilai PDW antara 4. Kadar leukosit pada apendisitis akut
apendisitis akut dan apendisitis paling banyak ditemukan pada
perforasi di RSU Anutapura Palu tahun rentang 5.000-10.000 sel/mm3
2014 (hipotesis ditolak). Oleh karena (47,2%) dan pada apendisitis
itu, sangat dibutuhkan penelitian- perforasi paling banyak pada kadar
penelitian baru untuk mencari hubungan >18.000 sel/mm3 (50%). Uji Mann-
PDW pada apendisitis dengan Whitney test diperoleh nilai P sebesar
menggunakan desain penelitian yang 0,000 (P<0,05) sehingga dapat
berbeda dan jumlah sampel lebih disimpulkan terdapat perbedaan yang
banyak. signifikan kadar leukosit antara
apendisitis akut dan apendisitis
KESIMPULAN DAN SARAN perforasi.
Pada penelitian ini disimpulkan 5. Nilai PDW (Platelet Distribution
bahwa : Width) pada apendisitis akut paling
1. Jumlah kasus apendisitis di RSU banyak ditemukan <11% (rerata
Anutapura Palu tahun 2014 adalah 10,9%) sebanyak 63,9% dan pada
sebanyak 36 pasien apendisitis akut apendisitis perforasi paling banyak
dan 36 pasien apendisitis perforasi. pada rentang 11-18% (rerata 11,2%)
2. Frekuensi jenis kelamin yang sebanyak 53%. Uji Mann-Whitney
menderita apendisitis akut terbanyak test diperoleh nilai P sebesar 0,262
adalah perempuan (66,7%) dan (P>0,05) sehingga dapat disimpulkan
penderita apendisitis perforasi yang tidak terdapat perbedaan yang
terbanyak adalah laki-laki (41,7%). signifikan kadar leukosit antara
Berdasarkan usia, penderita apendisitis akut dan apendisitis
apendisitis akut dan apendisitis perforasi.
perforasi paling banyak adalah

Healthy Tadulako Journal (Windy C.S., M. Sabir : 24-32) 30


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 2 No. 2, Juli 2016 : 1-72

Adapun saran dalam penelitian ini 11.Art.No.:CD008359.DOI:


adalah : 10.1002/14651858.CD008359.
Untuk klinisi di RSU Anutapura 3. Sjamsuhidajat, R. (2010). Buku Ajar
Palu, pada kasus yang menunjukkan Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.
gejala khas apendisitis, suhu tubuh 4. Omari,A.,Khammash,M.,
>38,5°C, dan kadar leukosit >18.000 Qasaimeh, G., Shammari,
sel/mm3 dapat menegakkan diagnosis A.,Yaseen, M., Hammori, S. (2014).
awal apendisitis perforasi dan segera Acute Appendicitis In The Elderly:
melakukan tindakan operatif. Risk Factors for Perforation. World
Untuk penelitian selanjutnya Journal of Emergency Surgery.
dapat meneliti lagi mengenai hubungan DOI:10.1186/1749-7922-9-6. pp 1-
nilai PDW dengan kasus apendisitis 6.
menggunakan metode berbeda seperti 5. RSU Anutapura. (2012). Profil
case-control dan sampel yang lebih Rumah Sakit Umum Anutapura
banyak. Selain itu, dapat meneliti Tahun 2014. RSU Anutapura : Palu
hubungan antara gaya hidup dengan 6. Richard, N., Kruger, D., Luvhengo,
insidensi kejadian apendisitis. T. (2014). Clinical Presentation of
Acute Appendicitis In Adults at The
UCAPAN TERIMA KASIH Chris Hani Baragwanath Academic
Peneliti mengucapkan banyak Hospital. International Journal of
terima kasih pada Direktur dan Kepala Emergency Medicine. DOI:
bagian Rekam Medis RSU Anutapura 10.1186/1865-1380-7-12. pp 1-4.
Palu yang telah banyak membantu 7. Suhashani, K. (2010). Jumlah
dalam penelitian ini. Leukosit pada Pasien Apendisitis
Akut di RSUP H. Adam Malik
DAFTAR PUSTAKA Medan pada Tahun 2009. FK USU :
Medan.
1. Pisano, M., Coccolini, F., Bertoli,
P., Giulii, M., Capponi., Poletti, E., 8. Dinc, B., Oskay, A., Dinc, S.,
Naspro, R., Ansaloni, L. (2013). Bas,B., Tekin, S. (2015). New
ConservativeTreatmentfor parameter in Diagnosis of Acute
Uncomplicated Acute Appendicitis Appendicitis: Platelet Distribution
in Adults. Emergency Medicine and Width.WorldJournalof
Health Care. 1:2. DOI Gastroenterology DOI:
:.org/10.7243/2052-6229-1-2. pp 1- 10.3748/wjg.v21.i6.1821. pp 1-7.
4. 9. Dani., Calista, P. (2014).
2. Wilms, IMHA., de Hoog, DENM., Karakteristik Penderita Apendisitis
de Visser, DC., Janzing HMJ. Akut Di Rumah Sakit Immanuel
(2011). Appendectomy Versus Bandung Periode 1 Januari 2013 –
Antibiotic Treatment for Acute 30 Juni 2013. Universitas Kristen
Appendicitis. Cochrane Database of Maranatha : Bandung.
Systematic Reviews 2011, Issue

Healthy Tadulako Journal (Windy C.S., M. Sabir : 24-32) 31


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 2 No. 2, Juli 2016 : 1-72

10. Marissa., Junaedi, I., Setiawan, R. Pontianak Tahun 2011. Universitas


(2012). Batas Angka Lekosit Antara Tanjungpura : Pontianak.
Appendisitis Akut dan Appendisitis 13. Gunawan, S., Sutanto, F., Tatura,S.,
Perforasi Di Rumah Sakit Umum Mantik, M. (2010). Platelet
Daerah Tugurejo Semarang selama Distribution Width dan Mean
Januari 2009 - Juli 2011. Platelet Volume: Hubungan dengan
Universitas Muhammadiyah : Derajat Penyakit Demam Berdarah
Semarang Dengue. Vol. 12, No. 2. Fakultas
11. Shiddiq, M., Virgiandhy, N., Kedokteran Universitas Sam
Handini, M. (2013). Suhu Tubuh Ratulangi : Manado.
Dan Nilai Granulosit Praoperasi 14. Aydogan, A., Akkucuk, S., Arica,
Pasien Apendisitis Akut S., Motor, S. (2013). The Analysis of
Berkomplikasi Di Rsud Dokter Mean Platelet Volume and Platelet
Soedarso Pontianak Tahun 2012. Distribution Width Levels in
Universitas Tanjungpura : Appendicitis. Indian Journal Of
Pontianak. Surgery DOI 10.1007/s12262-013-
12. Nasution, P., Virgiandhy., 0891-7 pp 4-6.
Fitrianingrum. (2013). Hubungan 15. Kemenkes RI. (2011). Pedoman
Antara Jumlah Leukosit dengan Interpretasi Data Klinik.
Apendisitis Akut dan Apendisitis Kementrian Kesehatan Republik
Perforasi di RSU Dokter Soedarso Indonesia.

Healthy Tadulako Journal (Windy C.S., M. Sabir : 24-32) 32

Anda mungkin juga menyukai