Anda di halaman 1dari 28

PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH

A. Latar belakang berdirinya Dinasti Umayyah Dinasti Umayyah di dirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan
dengan cara menolak membai’at Ali, memerangi Khalifah Ali dan melakukan perdamaian (tahkim) yang
dilihat secara politik hal ini sangat menguntungkan Muawiyah.Peristiwa tahkim terjadi karena perang
Siffin. Perang siffin terdiri atas dua golongan yang berseteru akibat krisis kepemimpinan tersebut yaitu
golongaN Khalifah Ali dan golongan Muawiyah dengan dalih menuntut darah Utsman menuntut Ali agar
menyikapi dan menyelesaikan tragedi pembunuhan Utsman dengan menyusun kekuatan menentang
pemerintahan Ali

1Keberuntungan Muawiyah berikutnya adalah keberhasilan pihak Khawarij membunuh Khalifah Ali r.a.
Jabatan Khalifah setelah Ali r.a wafat, dipegang oleh putranya, Hasan Ibn Ali selama beberapa bulan.
Akan tetapi, karena tidak didukung oleh pasukan yang kuat, sedangkan pihak Muawiyah semakin kuat,
akhirnya Muawiyah melakukan perjanjian dengan Hasan Ibn Ali. Isi perjanjian itu adalah bahwa
pergantian pemimpin akan diserahkan kepada umat Islam setelah masa Muawiyah berakhir. Perjanjian
ini dibuat pada tahun 661 M. (41 H.) dan tahun tersebut di sebut am jama’ah karena perjanjian ini
mempersatukan umat Islam kembali menjadi satu kepemimpinan politik.2

Keberhasilan Muawiyah mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya akibat dari kemenangan diplomasi di
perang siffin dan terbunuhnya Khalifah Ali saja, dari sejak semula Gubernur Suriah itu memiliki basis
rasional yang solid bagi landasan pembangunan politiknya di masa depan. Pertama dukungan yang kuat
dari rakyat suriah dan dari keluarga Bani Umayyah sendiri. Kedua sebagai seorang administrator,
Muawiyah sangant bijaksana dalam menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting.
Ketiga, Muawiyah memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan. Gambaran dari sifat mulia
tersebut dalam diri Muawiyah setidak-tidaknya tampak dalam keputusannya yang berani memaklumkan
jabatan Khalifah secara turun temurun.3

Muawiyah juga merubah sistem khalifah menjadi sistem kerajaan dengan mengangkat anaknya Yazid Ibn
Muawiyah menjadi Khalifah. Selanjutnya, Muawiyah mewajibkan seluruh umat untuk membaiat
(bersumpah setia) kepada anaknya Yazid.Walaupun demikian, Muawiyah termasuk orang yang berhasil
memadukan sistem musyawarah dengan sistem monarki dan Daulah Islamiyah dapat dikuasai karena dia
banyak memperhatikan riwayat kisah raja besar sebelumnya, baik dari kalangan arab ataupun bukan,
untuk meniru dan meneladani siasat dan politik mereka dalam menghadapi pergolakan yang dihadapi.4

B. Khalifah-khalifah Dinasti Umayyah

Dinasti Umayyah selama kurun waktu sekitar 90 tahun di pimpin oleh empat belas orang khalifah.
Keempat belas khalifah Dinasti Umayyah ialah sebagai berikut:
1. Muawiyah (41-60 H/ 661-680 M)

Muawiyah dilahirkan kira-kira lima belas tahun sebelum Hijrah, dan masuk Islam pada hari penaklukan
kota Mekkah bersama-sama penduduk kota Mekkah lainnya. Waktu itu ia berusia 23 tahun. Rasulullah
ingin sekali mendekatkan orang-orang yang baru masuk Islam diantara pemimpin-pemimpin keluarga
ternama kepadanya, agar perhatian mereka kepada Islam itu dapat terjamin, dan agar ajaran-ajaran
Islam itu benar-benar tertanam dalam hati mereka. Sebab itu Rasulullah berusaha supaya Muawiyah
menjadi lebih akrab dengan beliau. Muawiyah lalu diangkat menjadi salah satu penulis wahyu.5

Inilah yang menyebabkan Khalifah Umar suka kepadanya. Selanjutnya, pada masa Khalifah Utsman,
semua daerah Syam diserahkan kepada Muawiyah. Dia sendiri yang mengangkat dan memberhentikan
pejabat-pejabat pemerintahannya. Dengan demikian, Muawiyah telah berhasil memegang
jabatan.Gubernur selama 20 tahun. Dan sesudah itu menjadi Khalifah selama 20 tahun pula.6

2. Yazid (60-64 H/ 680-683 M)

Penunjukkan Muawiyah terhadap penggantinya adalah suatu tindakan yang bijaksana, dan adanya yang
baru itu dari kalangan Bani Umayyah adalah suatu hal yang dapat diterima karena keadaan darurat.
Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya Yazid. Meskipun
dalam internal Bani Umayyah ada orang yang lebih baik daripada Yazid, misalnya Abdul Malik Ibn
Marwan. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya
gerakan-gerakan oposisi dikalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali
dan berkelanjutan.7

Akhir riwayat hidup Yazid tidak panjang. Masa pemerintahannya berlangsung hanya tiga tahun. Ia mati
dalam usia muda. Ia tidak dapat merasakan kenikmatan sebagai khalifah. Begitu ia naik tahta,
dihadapannya telah berkecamukbermacam-macam peristiwa, yang merupakan penyakit berat bagi
negaranya.8

Pada masa pemerintahan Yazid terjadi gerakan oposisi dimana memperotes Yazid yang naik kursi
kekhalifaan tanpa musyawarah di kalangan kaum muslim. Gerakan protes ini menyebabkan terbunuhnya
cucu Rasulullah saw. Husein Ibn Ali oleh Ubaidullah bin Ziyad dan memenggal kepalanya.

3. Muawiyah II (64 H/ 683 M)

Masa jabatannya tidak lebih dari 40 hari. Kemudian mengundurkan diri

karena sakit. Dan selanjutnya ia mengurung dirinya dirumah sampai ia meninggal


tiga bulan kemudian.9 Alasan ia dipilih karena kakeknya, yaitu Muawiyah I telah

meletakkan asas-asas sistem warisan dalam jabatan khalifah itu. Ia telah berjuang

selama bertahun-tahun untuk melaksanakan pengangkatan Yazid.10

4. Marwan Ibn Hakam (64-65 H/683-685 M)

Marwan bin Hakam memegang peranan penting dalam perang Jamal.

Setelah perang Jamal selesai, Marwan mengundurkan diri dari kancah politik

kemudian ia memberikan baiah dan sumpah setianya atas pengangkatan Ali

menjadi Khalifah. Muawiyah menganggap hal itu dilakukan Marwan hanyalah

karena suatu sebab yang memaksa, yaitu untuk menjaga kemaslahatan Bani

Umayyah yang berada di Mekah dan Madinah. Marwan adalah seorang yang

bijaksana, berpikiran tajam, fasih berbicara, dan berani. Ia ahli dalam pembacaan

al-Quran dan banyak meriwayatkan hadis-hadis dari para sahabat Rasulullah yang
terkemuka, terutama dari Umar bin Khattab dan Usman bin Affan. Ia juga telah

berjasa dalam menertibkan alat-alat takaran dan timbangan. Ia meninggal pada

bulan Ramadhan tahun 63 H, setelah ia membujuk lebih dahulu dua orang

puteranya untuk menggantikannya berturut-turut, yaitu Abdul Malik dan Abdul

Aziz. Dengan demikian telah mengabaikan putusan Muktamar al Jabiyah.11 Isinyaadalah diputuskan
adanya keharusan untuk mendirikan kekhalifahan, dalam

pertemuan itu juga telah diputuskan juga sebuah prinsip yang sangat penting bahwa

pemilihan seorang khalifah hanya terlaksana melalui prosedur pemilihan dari umat,

aspirasi umat atau wakil umat yang aspiratif dan mempresentasikan kedaulatan

umat.12

5. Abdul Malik Ibn Marwan (65-86 H/ 685-705 M)

Abdul Malik ini dipandang sebagai pendiri kedua bagi Daulah Umayyah.

Ketika ia diangkat menjadi Khalifah, alam islami sedang berada dalam keadaan

terpecah-belah. Ibn Zubair di Hijjaz/Mekah memproklamirkan dirinya sebagai


Khalifah. Kaum Syiah mengadakan pemberontakan. Dari kaum Khawarij

membangkang pula. Namun, semua kekacauan ini mampu dilewati oleh Abdul

Malik. Ia berhasil mengembalikan seluruh wilayah taat kepada kekuasaannya.

Begitu pula, ia dapat menumpas segala pembangkangan dan pemberontakan. Sebab

itulah ia berhak disebut sebagai “pendiri yang kedua” bagi Dinasti Umayyah.13

Khalifah Abdul Malik memerintah paling lama, yakni dua puluh satu

tahun ditopang oleh para pembantunya yang juga termasuk orang kuat dan menjadi

kepercayaannya, seperti al-Hajjaj bin Yusuf yang gagah berani di medan perang

dan Abdul Aziz, saudaranya yang dipercaya memegang jebatan sebagai Gubernur

Mesir. Adapun karakter Abdul Malik, antara lain ialah: percaya diri, dan diantara

orang-orang yang semasa dengan dia tak ada yang dapat menandinginya. Diantara

karya Abdul Malik yang patut dipuji ialah mengarahkan kantor-kantor

pemerintahan, membuat mata uang dengan cara yang teratur.14


6. Al Walid Ibn Abdul Malik (86-96 H/ 705-715 M)

Khalifah al Walid dilahirkan pada tahun 50 H. Tumbuh dengan semua

kemewahan. Ia mempelajari Kebudayaan Islam. Tetapi pendidikannya tentang

bahasa Arab sangat lemah, sehingga ia berbicara kurang fasih. Khalifah al Walid

bin Abdul Malik memerintah sepuluh tahun lamanya. Pada masa pemerintahannya

kekayaan dan kemakmuran melimpah ruah. Kekuasaan Islam melangkah ke

Spanyol dibawah pimpinan pasukan Tariq bin Ziyad ketika Afrika Utara dipegang

oleh Gubernur Musa bin Nusair. Karena kekayaan melimpah ruah ia sempurnakan

pembangunan gedung-gedung, pabrik-pabrik, dan jalan-jalan yang dilengkapi

dengan sumur untuk para kafilah dagang yang berlalu lalang di jalur tersebut. Ia

membangun masjid al-Amawwi yang terkenal hingga masa kini di Damaskus.

Disamping itu ia menggunakan kekayaan negerinya untuk menyantuni para yatim


piatu, diberinya mereka jaminan hidup, dan disediakannya para pendidik untuk

mereka. Begitu pula untuk orang-orang yang cacat, disediakannya pelayan- pelayan

khusus. Dan untuk orang-orang buta, disediakannya pula para penuntun. Orang-

orang itu semua diberinya gaji yang teratur. Khalifah itu wafat tahun 96 H/715 M,

dan digantikan oleh adiknya, Sulaiman sebagaimana wasiat ayahnya.15

7. Sulaiman Ibn Abdul Malik (96-99 H/ 715-717 M)

Sulaiman bin Abdul Malik dilahiran pada tahun 54 H/674 M. Ia dilantik

menjadi Khalifah setelah saudaranya, Al Walid meninggal dunia. Sebelum

wafatnya, Al Walid pernah bermaksud untuk memecat Sulaiman dari

kedudukannya sebagai putera mahkota, karena ia ingin mengangkat puteranya

sendiri yang bernama Abdul Aziz.16

Khalifah Sulaiman tidak sebijaksana kakaknya, kurang bijaksana, suka

harta sebagaimana diperlihatkan ketika ia menginginkan harta rampasan perang


(ganimah) dari Spanyol yang dibawa oleh Musa bin Nusair. Ia menginginkan harta

itu jatuh ke tangannya, bukan ke tangan kakaknya, al Walid yang saat itu masih

hidup walau dalam keadaan sakit. Musa bin Nusair diperintahkan oleh Sulaiman

agar memperlambat datangnya ke Damascus dengan harapan harta yang

dibawanya itu jatuh ke tangannya. Namun Musa enggan melaksanakan perintah

Sulaiman tersebut, yang mengakibatkan ia disiksa dan dipecat dari jabatannya

ketika Sulaiman naik menjadi Khalifah menggantikan al-Walid.17

8. Umar Ibn Abdul Aziz (99-101 H/ 717-720 M)

Khalifah ketiga yang besar ialah Umar bin Abdul Aziz, meskipun masa

pemerintahannya sangat pendek, namun Umar merupakan lembaran putih Bani

Umayyah dan sebuah periode yang berdiri sendiri, mempunyai karakter yang tidak

terpengaruh oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan Daulah Umayyah yang banyak

disesali. Dia merupakan personifikasi seorang Khalifah yang takwa dan bersih,suatu sikap yang jarang
sekali ditemukan pada sebagian besar pemimpin Bani
Umayyah.18

9. Yazid Ibn Abdul Malik (101-105 H/ 720-724 M)

Ia tumbuh berkembang dalam kemewahan dan manja, membuatnya tidak

merasakan nilai dan harga kekuasaan. Sebab, ia mendapatkan kekuasaan dan sama

sekali tidak merasakan jerih payahnya. Ia menjadi khalifah setelah Umar bin

Abdul Aziz, sesuai dengan pesan saudaranya yang bernama Sulaiman bin Abdul

Malik.19

Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa pemerintahan Yazid

ini, antara lain ialah pemberontakan yang dilakukan oleh Yazid bin Muhallab.

Khalifah Umar mencurahkan tenaga yang tidak sedikit untuk melenyapkan segala

kezaliman dan memelihara Baitul mal milik kaum muslimin, tetapi Yazid segera

meruntuhkan usaha Khalifah yang terdahulu dengan cara mengembalikan tanah-


tanah dan hibah-hibah itu kepada para pemegangnya semula. Yazid meninggal

pada tahun 105 H/723 M dan memerintah selama 4 tahun.20

10. Hisyam Ibn Abdul Malik (105-125 H/ 724-743 M)

Khalifah Hisyam bin Abdul Malik perlu dicatat juga sebagai khalifah yang

sukses. Ia memerintahkan dalam waktu yang panjang yakni 20 tahun . ia dapat pula

dikategorikan sebagai khalifah Umayyah yang terbaik karena kebersihanpribadinya, pemurah, gemar
kepada keindahan, berakhlak mulia dan tergolong teliti

terutama dalam hal keuangan, di samping bertakwa dan berbuat adil.

21

Masa pemerintahan Hisyam cukup lama, yaitu kira-kira dua puluh tahun.

Hisyam termasuk Khalifah-khalifah yang terbaik. Terkenal sebagai seorang yang

penyantun dan bersih pribadinya. Ia telah mengatur kantor-kantor pemerintahan

dan membetulkan perhitungan keuangan Negara dengan amat teliti.22

11. Al Walid Ibn Yazid (125-126 H/ 743-744 M)


Al Walid dilahirkan pada tahun 90 H. Ketika ayahnya diangkat menjadi

Khalifah, al-Walid berusia sebelas tahun, dan ketika ayahnya menderita sakit yang

terakhir, al-Walid sudah berumur lima belas tahun. Diriwayatkan bahwa, pada

waktu kematian menghampiri ayahnya, al-Walid maju ke mimbar kemudian

mengumumkan kematian ayahnya dan kemudian al-Walid mendeklarasikan dia

sebagai khalifah, kemudian dia di bai’at. Al-Walid moralnya tidak begitu tinggi,

dia mempunyai sifat kegila-gilaan, yaitu sifat yang diwarisinya dari ayahnya.

Faktor-faktor itulah nampaknya yang telah mendorong pemuda itu untuk

menguburkan rasa pilu dan sedihnya kedalam gelas minuman keras, dan hidup

dalam pelukan dayang-dayang dan hamba-hamba sahaya perempuan, bergelimang

dosa dan maksiat.23

12. Yazid Ibn Walid

Yazid tidak dapat menikmati kedudukannya sebagai Khalifah, yang telah


dicapainya dengan usaha baik secara rahasia ataupun terang-terangan. Masa

pemerintahannya berlangsung lebih kurang enam bulan. Dan masa yang pendek itu

penuh dengan kesukaran-kesukaran.24 Yazid meninggal dunia setelah memangku

jabatan Khalifah dalam masa beberapa bulan itu. Ia memberikan wasiat bagi

saudaranya, Ibrahim untuk menjadi Khalifah sesudahnya.25

13. Ibrahim Ibn Walid (126 H/ 744 M)

Ibrahim bin al-Walid hanya memerintah dalam waktu singkat pada tahun

126 H sebelum ia turun tahta, dan bersembunyi dari ketakutan terhadap lawan-

lawan politiknya. Karena kondisi pemerintahan saat itu mengalami goncangan,

naiknya Ibrahim bin Walid sebagai Khalifah tidak disetujui oleh sebagian

kalangan keluarga Bani Umayyah. Bahkan sebagian ahli sejarah menyebutkan di

kalangan sebagian Bani Umayyah ada yang menganggapnya hanya sebagai


gubernur, bukan khalifah.26

14. Marwan Ibn Muhammad (127-132 H/ 744-750 M)

Ia dibaiat sebagai khalifah setelah ia memasuki Damaskus dan setelah

Ibrahim bin Walid melarikan diri dari Damaskus pada tahun 127 H/744 M. Marwan

adalah orang besar, berani dan memiliki kebijaksanaan serta kelicinan. Iamempunyai pengalaman yang
luas dalam bidang pertempuran. Ia berhasil membuat

rencana untuk penyusunan kembali kekuatan-kekuatan Islam. Ia meninggalkan

sistim pembagian balatentara kepada beberapa kesatuan, yang masing-masingnya

terdiri dari orang-orang yang berasal dari satu kabilah. Dan sebagai ganti dari sistim

tersebut ia menyusun suatu balatentara yang teratur, dimana masing-masing

anggotanya mendapat gaji tertentu.27

C. Keberhasilan yang diperoleh pada Masa Dinasti Umayyah

Dinasti Umayyah dalam keberhasilannya melakukan ekspansi kekuasaan

Islam jauh lebih besar daripada imperium Roma pada puncak kebesarannya.
Keberhasilan ini diikuti pula oleh keberhasilan perjuangan bagi penyebaran syariat

Islam, baik dalam bidang keagamaan maupun dalam bidang politik dan ekonomi.

Dengan begitu, Umayyah Timur berhasil pula mengembangkan aspek- aspek

peradaban Islam yang sangat besar konstribusinya bagi Islam pada masa

selanjutnya.28

1. Arsitektur

Seni bangunan (arsitektur) pada zaman Umayyah bertumpu pada

bangunan sipil berupa kota-kota, dan bangunan agama berupa masjid-masjid.29

Pada masa Walid bin Abd al-Malik dibangun pula masjid agung yang terkenal

dengan nama “Masjid Damaskus” atas kreasi arsitektur Abu Ubaidah bin Jarrah.30

Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga menyediakan dana 10.000 dinar emas

untuk memperluas dan menyempurnakan perbaikan Masjid al-Haram. Begitu pula

Masjid Nabawi, juga diperindah dan diperluas dengan arsitektur Syiria di bawah
pengawasan Umar bin Abdul Aziz.

2. Organisasi Militer

Pada masa Umayyah organisasi militer terdiri dari Angkatan Darat (al-

Jund), Angkatan Laut (al-Bahriyah), dan Angkatan Kepolisian (as-Syurtah).

Adapun organisasi kepolisian pada mulanya merupakan bagian dari organisasi

kehakiman. Tetapi kemudian bersifat independen, dengan tugas mengawasi dan

mengurus soal-soal kejahatan. Pada masa Hisyam bin Abdul Malik, dalam

organisasi kepolisian dibentuk Nidham al-Ahdas sistem penangkal bahaya yang

bertugas hampir serupa dengan tugas-tugas tentara.31

3. Perdagangan

Setelah Dinasti Umayyah berhasil menguasai wilayah yang cukup luas,

maka lalu lintas perdagangan mendapat jaminan yang layak. Lalu lintas darat
melalui jalan Sutera ke Tiongkok guna memperlancar perdagangan sutera,

keramik, obat-obatan dan wewangian. Adapun lalu lintas di lautan ke arah negeri-

negeri belahan timur untuk mencari rempah-rempah, bumbu, anbar, kasturi,

permata, logam mulia, gading, dan bulu-buluan. Keadaan demikian membawa

ibukota Bashrah di teluk Persi menjadi pelabuhan dagang yang teramat ramai dan

makmur, begitu pula kota Aden. Dari kedua kota pelabuhan itu iring-iringankafilah dagang hampir tak
pernah putus menuju Syam dan Mesir.32

4. Kerajinan

Pada masa Khalifah Abd Malik mulai dirintis pembuatan tiraz (semacam

bordiran), yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian Khalifah dan para pembesar

pemerintahan. Di bidang seni lukis, sejak Khalifah Muawiyah sudah mendapat

perhatian masyarakat. Seni lukis tersebut selain terdapat di masjid-masjid juga

tumbuh di luar masjid. Adanya lukisan di istana Bani Umayyah, merupakan

langkah baru yang muncul di kalangan bangsawan Arab. Sebuah lukisan yang
pertama kali ditorehkan oleh Khalifah Walid I, adalah diadopsi kebudayaan Yunani

(Hellenistik), tetapi kemudian dimodifikasi menurut cara-cara Islam, sehingga

menarik perhatian para penulis Eropa.33

5. Pengembangan Ilmu-Ilmu Agama

Pengembangan ilmu-ilmu agama sudah mulai dikembangkan karena

terasa betapa penduduk-penduduk di luar Jazirah Arab sangat memerlukan berbagai

penjelasan secara sistematis dan kronologis tentang Islam. Ilmu-ilmu yang

berkembang saat itu di antaranya tafsir, hadis, fikih, ilmu kalam dan

Sirah/Tariksh.34

Kejayaan dan Keberhasilan Bani Umayyah

Pada masa Bani Umayyah berkuasa, harus diakui banyak sekali keberhasilan

yang di capai, jika dapat diklasifikan, maka yang paling utama dapat dilihat

dari 2 aspek, yaitu: (1) Wilayah kekuasaan dan Perpolitikan dan (2)
Perkembangan Keilmuan, berikut diantaranya:

1) Ekspansi (perluasan wilayah/daerah kekuasaan) secara besar-besaran.

Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina,

Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang

sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia

Tengah.26

2) Muawiyah banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang.

3) Mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan

kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan.

4) Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata

uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai

berkembang menjadi profesi tersendiri, Qadhi adalah seorang spesialis


dibidangnya.

5) Abd al-Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai

di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan
memakai kata-kata dan tulisan

Arab.

6) Khalifah Abd al-Malik juga berhasil melakukan pembenahanpembenahan administrasi pemerintahan


dan memberlakukan Bahasa

Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam.

Keberhasilan Khalifah Abd al-Malik diikuti oleh puteranya al-Walid ibn

Abd alMalik (705-715 M) seorang yang berkemauan keras dan

berkemampuan melaksanakan pembangunan. Dia membangun pantipanti untuk orang cacat. Semua
personel yang terlibat dalam kegiatan

yang humanis ini digaji oleh negara secara tetap.

7) Dia juga membangun jalan jalan raya yang menghubungkan suatu

daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung

pemerintahan dan mesjid-mesjid yang megah.27


8) Pada aspek politik, Bani Umayyah menyusun tata pemerintahan yang

sama sekali baru untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan

administrasi negara yang lebih teratur. Selain mengangkat Penasihat

sebagai pendamping, Khalifah Bani Umayyah di bantu beberapa

sekretaris yaitu: Katib ar-Rasail, sekretaris yang bertugas

menyelenggarakan administrasi dan surat menyurat dengan para

pembesar setempat; Katib al-Kharaj, sekretaris yang bertugas

menyelenggarakan penerimaan dan pengeluaran negara; Katib al-Jundi,

sekretaris yang bertugas menyelenggarakan segala hal yang berkaitan

dengan ketentaraan; Katib asy-Syurtah, sekretaris yang bertugas sebagai

pemeliharaan keamanan dan ketertiban umum; Katib al-Qudat, sekretaris

yang menyelenggarakan tertib hukum melalui badan-badan peradilan


dan hukum setempat.

28

9) Perkembangan Keilmuan. Pada masa pemerintahan dinasti umayyah,

kota Makkah dan Madinah menjadi tempat berkembangnya music, lagu

dan puisi. Sementara di Irak (Bashrah dan Kufah) berkembang menjadi

pusat aktivitas intelektual di dunia Islam. Sedangkan di Marbad, kota

satelit di Damaskus, berkumpul para pujangga, filsuf, ulama, dan

cendikiawan lainnya.29 Beberapa ilmu yang berkembang pesat seperti :

a) Pengembangan Bahasa Arab. Pada Dinasti Umayyah, Bahasa arab

dijadikan Bahasa resmi dalam tata usaha negara dan pemerintahan

sehingga pembukuan dan surat-menyurat menggunakan Bahasa

arab.

b) Ilmu Qiraat. Ilmu seni membaca al-Quran yang merupakan syariat


tertua yang mulai dikembangkan pada masa khulafaa Rasyidin. Pada

dinasti ini lahir para ahli qiraat ternama seperti Abdullah bin Qusair.

c) Ilmu Tafsir. Salah satu bukti perkembangan ilmu tafsir masa itu

adalah dibukukannya ilmu tafsir oleh mujahid.

d) Ilmu Hadits. Pada masa ini, hadits-hadits nabi berupaka untuk

dikumpulkan, kemudian di teliti asal-usul nya, hingga akhirnya

menjadi satu ilmu yang berdiri sendiri yang dinamakan ilmu hadits.

Di antara ahli hadits yang terkenal pada masa ini adalah Al-Auzi

Abdurrahman bin Amru, Hasan Basri, Ibnu Abu Malikah, Asya’bi

Abu Amru Amir bin Syurahbil.

e) Ilmu Fikih. Pada awal mulanya perkembangan ilmu fiqh didasari

pada dibutuhkannya adanya peraturan-peraturan sebagi pedoman

dalam menyelesaikan berbagai masalah. Al-Quran dan hasits


dijadikan sebagai dasar fiqh Islam. diantara ahli fiqh yang terkenah

adalah Sa’ud bin Musib, Abu Bakar bin Abdurahman, Qasim

Ubaidillah, Urwah, dan Kharijah.Bukti perkembangan arsitektur pada masa ini nampak seperti pada

Kuba batu Masjidil al-Aqsha yang dikenal dengan Dome or The Rock (Qubah

Ash-Shakhra) di Yerusalem, bangunan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi

yang disempurnakan bangunannya pada masa Umar bin Abdul Aziz, menaramenara yang didirikan oleh
al-Walid di Suria dan Hijaz, bangunan gereja yang

diperbaiki dan diubah fungsinya oleh al-Walid menjadi masjid, serta istanaistana kecil dan rumah-rumah
peristirahatan pada khalifah dan anak-anaknya.

Seni rupa berupa lukisan yang terlihat pada ukiran dinding bangunan

juga berkembang. Para pelukis disebut dengan mushawwirun. Sedangkan dalam

lagu dan nyanyian sebenarnya telah berkembang pada masa pra islam dengan

adanya lagu kemenangan, perang, keagamaan dan cinta serta terdapat

beberapa alat musik berupa tabur segi empat (duff), seruling (qashabah), suling
rumput (zamr). Musisi terkenal pada masa ini salah satunya adalah Said ibn

Misjah, Ibn Surayjsab Ibn Muhriz.30

f) Ilmu Nahwu. Dengan meluasnya wilayah Islam dan didukung

dengan adanya upaya Arabisasi maka ilmu tata bahasa Arab sangat

dibutuhkan. Sehingga dibukukanlah ilmu nahwu dan menjadi salah

satu ilmu yang penting untuk dipelajari. Salah satu tokoh yang

legendaris adalah Abu al- Aswad al-Du’ali yang berasal dari

Baghdad. Salah satu jasa dari Al- Du’ail adalah menyusun gramatika

Arab dengan memberikan titik pada huruf-huruf hijaiyah yang

semula tidak ada.

g) Ilmu Geografi dan Tarikh. Geografi dan tarikh pada masa ini telah

menjadi cabang ilmu tersendiri. Dalam melalui ilmu tarih mereka


mengumpulkan kisah tentang Nabi dan para Sahabatnya yang

kemudian dijadikan landasan bagi penulisan buku-buku tentang

penaklukan (maghazi) dan biograf (sirah). Munculnya ilmu geografi

dipicu oleh berkembangnya dakwah Islam ke daerah-daerah baru

yang luas dan jauh.

h) Usaha Penterjemahan. Pada masa ini dimulau usaha penterjemahan

buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa-bahasa lain ke dalam

bahasa Arab. Ini merupakan rintisan pertama dalam penerjemahan

buku yang kemudian dilanjutkan dan berkembang pesat pada masa

Dinasti Abbasiyah. Buku-buku yang diterjemahkan pada masa ini

meliputi buku-buku tentang ilmu kimia, ilmu astronomi, ilmu falak,

ilmu fisika, ilmu kedokteran, dan lain-lain.


10) Seni dan Budaya

Pada masa bani Umayah ini berkembang seni Arsitektur terutama

setelah ditaklukkananya spanyol oleh Thariq bin Ziyat. Ekspresi seni ini

diwujudkan pada bangunan-bangunan masjid yang didirikan mada masa ini.

Arsitektur bangunannya memadukan antara budaya Islam dengan budaya sekitar.

D. Keruntuhan Dinasti Umayyah

Ada beberapa faktor yang menyebabkan Daulah Bani Umayyah lemah

dan membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain adalah:35

1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang

baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas.

Pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini

menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota

keluarga istana.
2. Latar belakang terbentuknya Daulah Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan

dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Kelompok Syi’ah (para

pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara

terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti

di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap

gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.

3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia

Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak

zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan

para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang

persatuan dan kesatuan. Di samping itu, sebagian besar golongan mawali

(non Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali,
ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang

diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.


4. Lemahnya pemerintahan daulah Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap

hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak

sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi

kekuasaan.

5. Kelemahan pemerintahan pusat dalam mengendalikan dan mengontrol

wilayah yang amat luas.

6. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Daulah Bani Umayyah adalah

munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Abbas bin Abdul

Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan

golongan Syi’ah, serta dukungan dari kaum mawali yang merasa

dikelasduakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.

Anda mungkin juga menyukai