Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN CA MAMMAE

DILAKUKAN TINDAKAN PEMASANGAN PORT-A CATH

1. Definisi CVC atau Port-A Cath


Pemasangan kateter vena sentral, yang juga disebut kateterisasi vena sentral
atau akses vena sentral, adalah pemasukan kateter (tabung kecil lentur) ke dalam
vena besar. Tindakan ini dilakukan karena beberapa alasan, seperti memasukkan
cairan atau obat-obatan, mengukur tekanan di vena sentral (dekat dengan
jantung), menjalankan pemeriksaan darah khusus yang disebut saturasi oksigen
vena sentral, dan sebagainya. Kateter dimasukkan melalui proses yang rumit
dengan menggunakan metode khusus seperti teknik Seldinger, untuk memastikan
ketepatan penempatan dan mencegah kemungkinan komplikasi; termasuk
infeksi, pendarahan, pneumotoraks (pengumpulan udara pada rongga pleura), dan
lain-lain.

2. Manfaat CVC atau Port-A Cath


Tiga kegunaan utama kateterisasi vena sentral adalah untuk memasukkan
obat-obatan, memantau tekanan vena, dan mengambil darah untuk uji
laboratorium.
Bila untuk memasukkan obat-obatan, kateterisasi vena sentral digunakan
hanya untuk obat tertentu seperti:
- Antibiotik jangka panjang
- Pereda rasa sakit jangka panjang
- Obat kemoterapi
- Obat yang dapat menyebabkan flebitis apabila dimasukkan pada vena
perifer (termasuk kalsium klorida, salin hipertonik, kalium klorida, dan
vasopresor seperti dopamin dan epinefrin)
- Rehidrasi berlanjut (pemberian cairan)
-
3. Cara Kerja Pemasangan Kateter Vena Sentral
Kateter vena sentral dapat dipasang pada:
- Vena jugularis interna pada leher
- Vena subklavia pada dada
- Vena aksilaris pada dada
- Vena femoralis pada pangkal paha
4. Jenis-jenis Infus Kateter
Jenis infus kateter vena sentral yang berbeda juga dapat dipasang tergantung
pada tujuan, seperti:
1). Kateterisasi vena sentral yang dipasang secara perifer
2). Port-a-Cath (perangkat akses vaskular yang ditanam di bawah kulit)
3). Hickman (kateterisasi vena sentral untuk pemberian kemoterapi, obat,
pengambilan darah)
4). Kateter Groshong (jenis tunneled: ditanam di bawah kulit)
5). Kateter Quinton (jenis non-tunneled: disesuaikan ditempat masuk)

5. Kemungkinan Komplikasi & Resiko Pemasangan Kateter Vena Sentral


Proses untuk memasukkan kateter vena sentral sangat sensitif, dengan risiko
tinggi adanya kemungkinan komplikasi karena pemasangan yang tidak benar
atau tidak steril. Karena itu, dokter biasanya menimbang lebih besar manfaat atau
risikonya, untuk memastikan kateterisasi vena sentral adalah pilihan yang baik
untuk pasien.
Berikut ini adalah beberapa komplikasi terkait pemasangan kateter vena
sentral:
a. Infeksi – Risiko infeksi adalah salah satu yang biasa terjadi dalam semua
tindakan kateterisasi, karena kateter dapat memudahkan bakteri memasuki
aliran darah. Kateterisasi vena sentral secara khusus dikaitkan dengan infeksi
aliran darah yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis. Oleh sebab itu, standar tertentu seperti
kebersihan tangan, penutup seluruh-badan, dan penggunaan antiseptik, telah
diterapkan dan ditingkatkan lebih jauh lagi untuk mengurangi risiko ini.
Apabila terjadi infeksi, pasien akan diobati dengan antibiotik. Tetapi, kateter
juga harus dilepas, terutama ketika dipastikan bahwa penyebab infeksi adalah
kateter. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengambil sampel darah dari kateter
dan vena lain, lalu membandingkan kecepatan pertumbuhan bakteri yang
diambil dari keduanya.
b. Pneumotoraks – Pneumotoraks adalah komplikasi yang dapat terjadi setelah
pemasangan kateter vena sentral di dada, terutama dengan kateterisasi vena
subklavia. Untungnya, menggunakan USG saat menjalankan proses dapat
mengurangi risiko tersebut.
c. Kesalahan penempatan – Ada sedikit risiko kateter dipasang dengan tidak
benar. Risikonya meningkat pada pemasangan di leher, di mana kateter
mungkin dimasukkan ke dalam arteri vertebralis atau arteri karotis. Pada
beberapa kasus, kateter mungkin telah terpasang dengan benar, tetapi
ujungnya mungkin salah arah, contohnya, masuk pada vena subklavia dan
bukan pada vena kava superior.
d. Trombosis – Ada sedikit risiko pasien mengalami trombosis vena atau
trombosis vena dalam pada ekstremitas atas (lengan).
e. Embolisme udara – Ada risiko yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah
ketika udara masuk ke vena saat memasukkan kateter, dan mengakibatkan
pembentukan gelembung udara.
f. Komplikasi pendarahan – Komplikasi pendarahan seperti hematoma
(kumpulan darah di luar pembuluh darah) juga dapat terjadi. Hal ini lebih
cenderung terjadi pada kateterisasi vena sentral di leher.
g. Aritmia – Ada risiko bahwa kateter mungkin mendorong endokardium saat
dimasukkan. Akan tetapi, ini mudah ditangani pada saat proses dengan
menarik kateter dan memasukkannya kembali.
Pada umumnya, teknik pemasangan yang benar dan penggunaan
panduan ultrasound, dapat mengurangi atau bahkan mencegah adanya risiko
dan komplikasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA MAMMAE
DENGAN TINDAKAN PEMASANGAN PORT-A CATH

A. Pengkajian
1. Identitas
Biasanya berisi informasi tentang pasien yaitu nama, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, usia dan lain sebagainya.
2. Keluhan Utama
Biasanya dengan ada benjolan pada payudara
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Meliputi awal mula pasien merasakan gejala adanya tumor kunjongtiva
sampai akhirnya dilakukan tindakan pembedahan.
4. Pola kesehatan
a. Pola aktivitas dan istirahat
Pre-operatif : pasien dengan kanker payudara tidak mengalami
gangguan aktivitas. Pasien dapat beraktivitas seperti biasa tanpa ada
hambatan
Post-operatif : pasien dengan kanker payudara akan mengalami
gangguan aktivitas karena rasa nyeri akibat pasca pembedahan
b. Pola nutrisi dan eliminasi
Pre-operatif : pasien dengan kanker payudara sebelum operasi tidak
mengalami gangguan nutrisi dan eliminasi. Bahkan pada pasien kanker
payudara sering mengkonsumsi makanan yang tidak sehat
Post-operatif : pasien dengan kanker payudara setelah operasi tidak
akan mengalami gangguan nutrisi dan eliminasi
c. Pola kognitif persepsi
Pre-operatif : pasien dengan kanker payudara biasanya mengeluh
ada benjolan aneh di payudaranya
Post-operatif : pasien dengan kanker payudara biasanya akan
mengeluh nyeri setelah tindakan pembedahan
5. Pemeriksaan fisik
Mencari benjolan Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor
hormone antara lain estrogen dan progesterone, maka sebaiknya pemeriksaan
ini dilakukan saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin/setelah
menstruasi + 1 minggi dari hari akhir menstruasi. Pasien duduk dengan tangan
jatuh ke samping dan pemeriksa berdiri didepan dalam posisi yag lebih kurang
sama tinggi.
a. Inspeksi
Simetri mammae kiri-kanan
Kelainan papilla. Letak dan bentuk, adakah putting susu, kelainan kulit, tanda
radang, peaue d’ orange, dimpling, ulserasi dan lain-lain. Inspeksi ini juga
dilakukan dalam keadaan kedua lengan diangkat ke atas untuk melihat apakah
ada bayangan tumor doio bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian
yang tertinggal, dimpling dan lain-lain.
b. Palpasi
Biasanya terdapat benjolan kecil maupun besar.
6. Pemeriksaan penunjang
1) pemeriksaan penunjang klinis
a) Pemeriksaan radiologis
- Mammografi/USG Mamma
- X-foto thoraks
- Kalau perlu : Galktografi, Tulang-tulang, USG abdomen, Bone scan, CT
scan
b) Pemeriksaan laboratorium
- rutin, darah lengkap, urine
- duyla darah puasa dan 2 jpp
- enxym alkali sposphate, LDH
- CEA, MCA, AFP
- Hormon reseptor ER, PR
- Aktivitas estrogen/vaginal smear
c) Pemeriksaan sitologis
- FNA dari tumor
- Cairan kista dan pleura effusion
- Secret putting susu
2) Pemeriksaan sitologis/patologis
a. Durante oprasi Vries coupe
b. Pasca operasi dari specimen operasi

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi emboli darah berhubungan dengan efek pemasangan kateter vena
central
C. Intervensi
1. Resiko tinggi emboli darah berhubungan dengan efek pemasangan kateter vena
central
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam tidak terjadi emboli darah
berhubungan dengan efek pemasangan kateter vena central
Interensi
1). Konsultasikan dengan dokter untuk pemberian obat heparin dosis rendah bagi
pasien yang beresiko tinggi sampai ia ambulasi.(terapi heparin dosis rendah akan
mengakibatkan viskositas darah dan daya ikat trombosis menurun dan
memungkinkan resiko terjadinya embolisme)
2). Pantau tanda-tanda dan gejala embolisme pulmonal
- Nyeri dada akut dan jelas
- Dispnea, kelelahan, sianosis
- Penurunan saturasi oksigen
- Tachycardia
- Distensi vena jugularis
- Hipotensi
- Dilatasi venrikel kanan akut tanpa penyakit parenkim(pada ronsen dada)
- Kekacauan mental
- Disritmia jantung
- (oklusi arteri pulmonal mengganggu aliran darah ke paru-paru bagian distal
mengakibatkan hipoksia)
3) Jika manifestasi ini terjadi, lakukan protokol pada syok :
- Pertahankan kateter IV (untuk pemberian cairan dan obat-obatan)
- Berikan pengobatan pemberian cairan sesuai dengan protokol
- Pasang kateter indwelling (foley) (untuk memantau volume sirkulasi melalui
haluaran urine)
- Lakukan pemantauan EKG dan pemantauan invasif hemodinamik (untuk
mendeteksi disritmia dan pedoman pengobatan)
- Berikan vasopressor untuk meningkatkan ketahanan perifer dan meningkatkan
tekanan darah
- Berikan natrium bikarbonat sesuai indikasi (untuk mengoreksi asidosis
metabolik)
- Berikan obat-obat digitalis, diuretik IV dan agen aritmia sesuai indikasi
- Berikan morfin dosis rendah secara IV (menurunkan ansietas dan menurunkan
kebutuhan metabolisme )
- Siapkan pasien untuk prosedur angiografi dan/ atau skaning perfusi paru-paru
( untuk memastikan diagnosis dan mendeteksi luasnya atelektasis)
- (Karena kematian akibat embolisme pulmonal masif terjadi dalam 2 jam
pertama setelah awitan, intervensi segera adalah sangat penting)
4) Berikan terapi oksigen melalui kateter nasal dan pantau saturasi oksigen. (dengan
tindakan ini akan meningkatan sirkulasi oksigen secara cepat)
5) Pantau nilai elektrolit, Blood Gas Analysis, BUN, DL (pemeriksaan laboratorium
ini membantu menentukan status perfusi dan volume)
6) Lakukan pengobatan trombolisis, mis : urokinase, streptokinase sesuai dengan
program dokter (trombolisis dapat menyebabkan lisisnya emboli dan
meningkatkan perfusi kapiler pulmonal)
7) Setelah pemberian infus trombolisis, lakukan pemberian pengobatan dengan
heparin. (IV secara terus menerus atau intermitten). (Heparin dapat menghambat
atau memperlambat proses terbentuknya trombus dan membantu mencegah
pembentukan dan berulangnya pembekuan.

D. Implementasi
Tahap implemetasi merupakan tahap pelaksanaan dari intervensi yang telah
disusun.

E. Evaluasi
Tahap terakhir proses keperawatan dengan tiga macam kriteria yaitu belum
teratasi, teratasi sebagian dan teratasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
PADA PASIEN DENGAN CA MAMAE
DILAKUKAN TINDAKAN PEMASANGAN PORT-A CATH
DI RUANG OK 506 IBP GBPT RSUD DR SOETOMO SURABAYA

I. PENGKAJIAN
Pengkajian pada tanggal 4 September 2019 pada Ny. M (46 tahun) pasien dari
Ruang Bedah C dengan diagnosa medis Ca Mamae yang akan dilaksanakan tindakan
pemasanga Port-A Cath di ruang IBP GBPT RSUD Dr Soetomo.
a. Pre Operasi
1) Sign In (Pukul 08.00 WIB)
Sebelum melakukan tindakan pembedahan tim bedah yang meliputi dokter
bedah, dokter anastesi, perawat bedah dan perawat anastesi, tim mengkonfirmasi
prosedur tindakan operasi pada pasien. Tidak terdapat tanda lokasi pembedahan
yang akan di insisi (Site Marker). Mengecek kelengkapan data berupa identitas
pasien, foto rongent operasi dan hasil laborat darah. Tidak terdapat data
penunjang seperti foto rongent thorax. Operasi tidak menggunakan implan.
Mesin anestesi dan premedikasi telah di cek oleh penanggung jawab. Alat
oksimetri terpasang dengan baik dan berfungsi. Pasien tidak memiliki riwayat
penyakit menular. Pasien memiliki alergi obat golongan sulfat. Tim pembedahan
mengkonfirmasi tidak terdapat kesulitan atau kondisi kritis pada pasien.
Data pengkajian
Pasien mengatakan merasa tenang dan tidak merasa takut dengan tindakan
pembedahan yang akan dilakukannya karena pasien sudah terbiasa menghadapi
hal tersebut. Sebelumnya pasien pernah melakukan tindakan pembedahan.
Keadaan pasien composmentis dengan tekanan darah 120/76 mmHg, RR
18x/menit, dan nadi 84x/menit. Pasien memiliki tinggi badan 155 cm dan berat
badan 65 kg. Pasien bernafas dengan spontan. Pasien tidak memakai perhiasan
dan prostease (gigi palsu, cat kuku, dan kontak lensa). Terpasang infus di tangan
kanan pasien. Pasien tidak diberikan obat premidikasi.
Data Fokus
Data Subjektif : Pasien mengatakan tidak merasa takut dan tidak cemas
Data objektif : ekspresi wajah pasien tampak rileks, dapat berkomunikasi
dengan baik sembari tersenyum
2) Diagnosa Keperawatan
-
3) Tindakan yang dilakukan
-
4) Evaluasi
-

b. Intra Operasi
1) Time Out (pukul 08.35 WIB)
Sebelum proses pembiusan pada pasien, dokter bedah mempersiapkan obat
antibiotik yang akan diberikan kepada pasien. Kemudian proses pembiusan
dilakukan dengan jenis pembiusan lokal anastesi. Tim pembedahan memposisi
pasien yaitu supinasi, dengan posisi kedua tangan lurus ke bawah dan diikat
untuk mempermudah dokter dalam melakukan tindakan.. Terpasang infus RL
500 ml di ekstremitas atas sinistra pasien. Tidak terdapat data penunjang yang
dapat ditampilkan. Perawat instrument menyiapkan instrument yang akan
digunakan untuk pemasangan Port-A Cath. Setelah prosedur tersebut telah
dilakukan, selanjunya operator atau sirkulator melakukan time out yaitu
mengucapkan salam, mengkonfirmasi identitas pasien, menanyakan dokter
anastesi apakah ada kesulitan tentang pembiusan pada pasien dan
mengkonfirmasi kesiapan alat pada perawat instrument, kemudian berdoa
bersama dilanjutkan proses pembedahan.
Data pengkajian
Tahap intra operasi diawali dengan anastesi yang dimulai pukul 08.55 WIB
dengan jenis pembiusan lokal anastesi. Pasien tidak terpasang kateter urine.
Desinfeksi kulit pada pasien menggunakan povidone iodine dan NaCl atau Pz.
Diatermi terpasang di paha kiri dengan jenis monopolar yang dilakukan oleh
Atik. Monitor anastesi dan alat anastesi tidak digunakan, tidak menggunakan
alat imaging/X-ray. Irigasi luka menggunakan cairan NaCl 0,9% 300 cc dan
cairan keluar berupa darah 50 cc melalui drainase. Kassa yang digunakan
sejumlah 20 lembar dan depress sebanyak 10 buah. Pisau yang pakai
menggunakan mesz ukuran 10. Jenis benang yang dipakai yaitu T-Silk dan T-
Vio. Instrumen lengkap diperiksa oleh Probo. Hasil operasi terpasang port-a
cath untuk kemoterapi.

2) Analisa Data
Hari/
Kemungkinan
Tanggal/ Pengelompokan Data Masalah
Penyebab
Jam
04/09/2019 DS : - Kemoterapi
08.40 WIB ↓
DO : Pemasangan Port-A
- Pasien tampak sadar karena Cath Risiko Perdarahan
menggunakan pembiusan ↓
local pada daerah clavicula Pembedahan
- TTV : ↓
TD : 115/79 mmHg Risiko Perdarahan
Nadi : 89x/menit
RR : 18x/menit
SpO2 : 100%
- Terjadi perdarahan 50 cc

3) Diagnosa Keperawatan
Ditemukan Masalah Masalah Teratasi
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal Paraf Tanggal Paraf
Risiko perdarahan b.d tindakan pemasangan 04/09/2019 04/09/2019
1.
Port-A Cath untuk kemoterapi

4) Intervensi Keperawatan
Perencanaan
Diagnosis
No Tujuan dan Kriteria Tindakan
Keperawatan Rasionalisasi
Hasil Keperawatan
1. Risiko Tujuan : 1. Monitor TTV 1. Memantau/mengob
Perdarahan b.d setelah dilakukan 2. Monitor status input servasi TTV pasien
tindakan tindakan asuhan dan outpun cairan selama
pemasangan keperawatan 1 x 60 3. Kolaborasi dengan pembedahan
Port-A Cath menit diharapakan tim dokter untuk 2. Keseimbangan
untuk perdarahan dapat menghentikan cairan guna
kemoterapi diminimalisir perdarahan dengan mencegah
menggunakan alat terjadinya
Kriteria Hasil : diatermi atau hipovolemik dan
1. Operasi dapat menggunakan kassa. hipervolemik
berjalan dengan 3. Kolaborasi dengan
lancar tim dokter untuk
2. TTV dalam batas menghentikan
normal (TD 110/70- perdarahan dengan
120/80 mmHg, N: 60- menggunakan alat
100x/menit, RR: 16- diatermi atau
20x/menit, S : 36,5- menggunakan
37,5 C) kassa
3. Keseimbangan cairan
normal

5) Implementasi Keperawatan
No Hari/Tgl No Diagnosa Tindakan Keperawatan Tanda
Keperawatan/Jam Tangan
Rabu 1
1 04/09 08.45 WIB 1. Berkolaborasi dengan tim dokter untuk
2019 menghentikan perdarahan dengan
menggunakan alat diatermi atau
menggunakan kassa
Hasil : terlaksana
08.50 WIB 2. Mengobservasi TTV
Hasil :
TD : 120/79 mmHg
Nadi : 89x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,6 C
09.00 WIB 3. Mengobservasi status input dan output
cairan
Hasil :
Intake : infus NaCl 100cc, RL 300cc
Ouput : perdarahan 50 cc

6) Evaluasi
Diagnosis Tanggal/Jam Evaluasi Keperawatan
No Paraf
Keperawatan Catatan Perkembangan
1. Risiko perdarahan 04/09/3019 S:-
b.d tindakan 09.05 WIB O: Pasien tampak sadar, dalam
pemasangan Port- pengaruh anastesi lokal
A Cath untuk Tekanan darah pasien 118/74 mmHg
kemoterapi N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,5 C
Perdarahan 50 cc
Tidak terjadi gangguan
keseimbangan cairan
A: Masalah perdarahan teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

c. Post Operasi
1) Sign Out (pukul 09.35 WIB)
Dokter operator telah menyampaikan bahwa prosedur tindakan operasi telah
selesai. Dokter mengkonfirmasi pada dokter anastesi bahwa tindakan
pemasangan Port-A Cath telah selesai lalu mengkonfirmasi kelengkapan kasa
dan alat pada perawat instrument. Kemudian dilanjutkan proses ekstubasi oleh
dokter anastesi dan pasien dipindah ke ruang pulih sadar. Pembedahan
menggunakan 20 lembar kassa dan 10 buah depress.
Data pengkajian
Operasi selesai pada pukul 09.35 WIB dan pasien dipindahkan ke RR dengan
menggunakan brankard. Pasien sadar. Terdapat luka jahit di daerah klavikula
kanan.
Pemeriksaan Fisik B1-B6
Breathing : jalan nafas bebas, pasien bernafas spontan, RR 18x/menit
Blood : TD 119/77 mmHg, N 89x/menit, pasien tidak menggigil.
Brain : pasien sadar karena anastesi lokal
Bladder : pasien tidak terpasang kateter urine
Bowel : pasien tidak mengalami mual muntah, mukosa bibir lembab
Bone : turor kulit elastis, akral hangat kering merah.

2) Analisa Data
Hari/
Kemungkinan
Tanggal/ Pengelompokan Data Masalah
Penyebab
Jam
04/09/2019 DS : - Ca Mamae
09.35 WIB ↓
DO : Kemoterapi
- Pasien tampak sadar karena ↓
menggunakan pembiusan Pemasangan Port-A
local pada daerah clavicula Cath
Risiko Hipotermi
- Suhu ruangan 19 C ↓
- TTV : Ruang Bedah
TD 119/77 mmHg, ↓
N 89x/menit Suhu ruangan rendah
RR : 20x/menit ↓
Suhu : 36,5 C Risiko Hipoterni

3) Diagnosa Keperawatan
Ditemukan Masalah Masalah Teratasi
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal Paraf Tanggal Paraf
Risiko Hipotermi b.d terpapar suhu ruangan 04/09/2019 04/09/2019
1.
yang rendah

4) Intervensi Keperawatan
Perencanaan
Diagnosis
No Tujuan dan Kriteria Tindakan
Keperawatan Rasionalisasi
Hasil Keperawatan
1. Tujuan : 1. Pantau TTV 1. Mengobservasi
setelah dilakukan 2. Berikan selimut untuk mengetahui
tindakan asuhan penghangat perubahan status
keperawatan 1 x 60 3. Pantau suhu tanda vital pasien
menit diharapakan lingkungan 2. Selimut dapat
risiko hipotermi tidak menghambat
terjadi perpindahan panas
Risiko
dari dalam tubuh
Hipotermi b.d
Kriteria Hasil : ke lingkungan
terpapar suhu
1. Suhu pasien dalam 3. Suhu lingkungan
ruangan yang
batas normal (36,5 – dapat
rendah
37,5 C) mempengaruhi
2. Pasien tidak derajat suhu tubuh
menunjukkan tanda- pasien
tanda
hipotermiseperti
menggigil, bibir
kebiruan
5) Implementasi Keperawatan
No Hari/Tgl No Diagnosa Tindakan Keperawatan Tanda
Keperawatan/Jam Tangan
Rabu 1
1 04/09 09.40 WIB 1. memberikan selimut sebagai penghangat
2019 Hasil : pasien kooperatif.
09.45 WIB 2. memantau TTV
Hasil :
TD : 119/80 mmHg
N : 90x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,5 C
09.50 WIB 3. memantau suhu lingkungan
Hasil : suhu ruangan 19 C

6) Evaluasi
Diagnosis Tanggal/Jam Evaluasi Keperawatan
No Paraf
Keperawatan Catatan Perkembangan
1. Risiko Hipotermi 04/09/3019 S:-
b.d terpapar suhu 09.55 WIB O: Pasien tampak sadar, dalam
ruangan yang pengaruh anastesi local, pasien tidak
rendah menunjukkan tanda-tanda
hipotermia, tidak menggigil dan
bibir tidak kebiruan, pasien
terpasang selimut dan baju operasi
TD : 119/80 mmHg
N : 90x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,5 C
A: Masalah hipotermi teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai