Anda di halaman 1dari 39

KARIES TERHENTI / ARRESTED CARIES

No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Karies yang perkembangannya terhenti oleh karena peningkatan kebersihan rongga
mulut, peningkatan kapasitas buffer saliva, dan aktivitas pulpa melalui pembentukan
dentin reparatif.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan kasus karies terhenti.
3. Kebijakan Untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar di Puskesmas
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.
5. Prosedur 1. Melakukan pemeriksaan tes vitalitas gigi.
2. Melakukan tindakan preventif : bila masih mengenai email dengan pemberian
fluor untuk meningkatkan remineralisasi
3. Melakukan tindakan kuratif : bergantung lokasi dan keparahan, bila kavitas masih
pada email dilakukan ekskavasi debris, remineralisasi selama I bulan, kemudian
dilakukan penumpatan sesuai indikasi. Bila dentin yang menutup pulpa sudah tipis
dilakukan pulp capping indirek: Ekskavasi dentin lunak (zona infeksi), diberikan
pelapis dentin Cа(OH)2, dan dilakukan penumpatan.
4. Melakukan Dental Health Education (DHE): edukasi pasien tentang cara
menggosok gigi, pemilihan sikat gigi dan pastanya. Edukasi pasien untuk
pengaturan diet.
6. Diagram Alir
Periksa vitalitas gigi

Preventif Kuratif

Aplikasi Fluor  Penumpatan tetap


 Pulp Capping

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Apotek.


DEMINERALISASI PERMUKAAN
HALUS/APROKSIMAL KARIES DINI / LESI PUTIH /
KARIES EMAIL TANPA KAVITAS
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Lesi pada permukaan gigi berupa bercak/bintik putih kusam oleh karena proses
demineralisasi. Lesi ini dapat kembali normal apabila kadar kalsium, phosphate, ion
fluoride, dan kapasitas buffer saliva meningkat.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan kasus karies email tanpa kavitas.
3. Kebijakan Untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar di Puskesmas
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.
5. Prosedur  Lakukan pemeriksaan klinis gigi dengan alat pemeriksaan standar.
 Lakukan pembersihan gigi dari debris dan kalkulus dengan alat skeling manual,
diakhiri dengan sikat.
 Isolasi daerah sekitar gigi
 Keringkan
 Kumur atau diulas dengan bahan fluor atau bahan aplikatif yang mengandung fluor
 Terapi remineralisasi sesuai dosis
 Tunggu selama 2-3 menit
 Makan, minum setelah 30 menit aplikasi
 DHE : edukasi pasien tentang cara menggosok gigi, pemilihan sikat gigi dan
pastanya, serta pengaturan diet.
6. Diagram Alir
Pemeriksaan obyektif

Dental scalling

Isolasi & Keringkan gigi Aplikasi fluor Tunggu 2 – 3 menit

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Apotek.


KARIES DENTIN
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian  Karies yang terjadi pada email sebagai lanjutan karies dini yang lapisan
permukaannya rusak.
 Karies yang sudah berkembang mencapai dentin.
 Karies yang umumnya terjadi pada individu yang disebabkan oleh resesi gigi.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan kasus karies dentin.
3. Kebijakan Untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar di Puskesmas
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang Panduan
Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas (Kemenkes
RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.
5. Prosedur 1. Melakukan pemeriksaan subyektif (anamnesa).
2. Melakukan pemeriksaan obyektif (sondasi, tes vitalitas gigi, perkusi, druk, palpasi).
3. Melakukan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) : informasi penyebab, tata
laksana perawatan dan pencegahan).
4. Tindakan tergantung pada kondisi kedalaman dan bahan yang akan digunakan
(bergantung pada lokasi ).
 Bila karies mengenai email :
 Jika mengganggu estetika, ditumpat.
 Jika tidak mengganggu, recontouring (diasah), poles, ulas fluor untuk
meningkatkan remineralisasi.
 Bila dentin yang menutup pulpa telah tipis : Pulpcapping indirect, ekskavasi
jaringan karies, berikan pelapis dentin.
 Karies dentin tanpa disertai keluhan ngilu yang mendalam : ditumpat dengan
Glass Ionomer Cement (GIC) atau Resin Komposit.

6. Diagram Alir
Anamnesa

Tes vitalitas gigi +

Tumpat dengan GIC/ Resin Komposit

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Apotek.


ATRISI, ABRASI, EROSI
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian  Ausnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh karena fungsinya, karena kebiasaan
buruk, cara menyikat gigi yang salah atau karena asam dan karena trauma oklusi.
 Hilangnya permukaan jaringan keras gigi yang bukan disebabkan oleh karies atau
trauma dan merupakan akibat alamiah dari proses penuaan.
 Atrisi : Hilangnya permukaan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh proses
mekanis yang terjadi pada gigi yang saling berantagonis (sebab fisiologis
pengunyahan)
 Abrasi : Hilangnya permukaan jaringan keras gigi disebabkan oleh faktor
mekanis dan kebiasaan buruk
 Erosi : Hilangnya permukaan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh proses
kimia dan tidak melibatkan bakteri.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan kasus atrisi, abrasi, erosi.
3. Kebijakan Untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar di Puskesmas
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang Panduan
Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas (Kemenkes
RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.

5. Prosedur 1. Melakukan pemeriksaan subyektif (anamnesa).


2. Melakukan pemeriksaan obyektif.
3. Lakukan restorasi dengan tumpatan direk/indirek.
4. KIE : informasi penyebab, tata laksana perawatan, pencegahan, edukasi pasien
tentang cara menggosok gigi, pemilihan sikat gigi dan pastanya, pengaturan diet.
5. Tindakan preventif: bila masih mengenai email dengan aplikasi fluor topikal untuk
meningkatkan remineralisasi.
6. Tindakan kuratif:
- Bergantung lokasi dan keparahan, jika perlu pada atrisi didahului dengan
peninggian gigit
- Pada kasus abfraksi perlu dilakukan Oclusal Adjusment
- Bergantung pada keparahan hilangnya permukaan jaringan keras dan lokasi, bila
di servikal dilakukan ART dengan bahan GIC, Bila di oklusal direstorasi mahkota.

6. Diagram Alir
Anamnesa Kavitas Superfisial / Tumpat dengan GIC
Media

Tes Vitalitas Gigi + Kavitas Profunda Pulp Capping

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Apotek.


ORAL HYGIENE BURUK
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Endapan atau pewarnaan yang terjadi pada dataran luar gigi disebabkan oleh berbagai
faktor
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan kasus oral hygiene buruk.
3. Kebijakan Untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar di Puskesmas.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang Panduan
Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas (Kemenkes
RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.
5. Prosedur  Melakukan pemeriksaan klinis.
 Melakukan pembersihan (scalling) debris dan kalkulus pada semua elemen gigi
dimulai dari yang supra gingiva, dilanjutkan pada subgingival apabila ada.
 Setelah semua elemen selesai dibersihkan, lakukan finishing;
 Lakukan polishing dilakukan menggunakan bahan polish yang dicampur dengan
pasta gigi untuk scalling.
 Perawatan diakhiri dengan memberikan povidone iodine atau chlorhexidine untuk
mencegah infeksi.
6. Diagram Alir

Anamnesa Pemeriksaan klinis gigi Dental Scalling

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Apotek.


DENTIN HIPERSENSITIF
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Peningkatan sensitivitas akibat terbukanya dentin.

2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan kasus dentin hipersensitif.


3. Kebijakan Untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar di Puskesmas.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang Panduan
Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas (Kemenkes
RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.
5. Prosedur  Edukasi pasien (DHE) yang bersifat intervensi preventif.
 Pemberian fluor topikal untuk meningkatkan remineralisasi/menutup tubuli dentin.
 Apabila diperlukan dilakukan tumpatan gigi menggunakan bahan GIC/RK.

6. Diagram Alir
Anamnesa

Bila perlu, tumpat dengan


Pemeriksaan klinis gigi
Tumpatan Tetap

Dental Health Education Aplikasi Topikal Fluor

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Apotek.


PULPITIS IREVERSIBEL
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Kondisi inflamasi pulpa yang menetap, dan simtomatik atau asimptomatik yang
disebabkan oleh suatu jejas, dimana pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi yang
terjadi sehingga pulpa tidak dapat kembali ke kondisi sehat.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan kasus pulpitis ireversibel.
3. Kebijakan Untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar di Puskesmas.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang Panduan
Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas (Kemenkes
RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.
5. Prosedur  Lakukan pemeriksaan subyektif (anamnesa).
 Lakukan pemeriksaan obyektif (inspeksi, palpasi, tes vitalitas, perkusi, druk).
 KIE : informasi penyebab, tata laksana perawatan, pencegahan.
 Prosedur perawatan : RUJUK PSA ke dpkter gigi

6. Diagram Alir

Pemeriksaan Klinis Gigi :


Karies Profunda dengan
Anamnesa atau tanpa perforasi Test vitalitas
pulpa

Rujuk ke DRG

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Apotek.


PULPITIS REVERSIBEL
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Inflamasi pulpa ringan dan jika penyebabnya dihilangkan, inflamasi akan pulih kembali
dan pulpa akan kembali sehat.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan kasus pulpitis reversibel.
3. Kebijakan Untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar di Puskesmas.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang Panduan
Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas (Kemenkes
RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.

5. Prosedur  Lakukan pemeriksaan subyektif (anamnesa)


 Lakukan pemeriksaan obyektif.
 KIE : informasi penyebab, tata laksana perawatan, pencegahan.
 Prosedur perawatan :
 Bersihkan karies dengan hati-hati, pada titik terdalam dapat
menggunakan excavator yang tajam
 Bersihkan kavitas dari jaringan infeksius sampai benar-benar bersih
(ditandai dengan tidak adanya material yang masih dapat terbawa oleh
excavator yang tajam tersebut)
 Sterilisasi kavitas.
 Lakukan aplikasi bahan proteksi pulpa ( salah satu : Dycal, Ca(OH)2 atau
Zinc Oxide Eugenol) pada titik terdalam yang mendekati pulpa (jangan
terlalu lebar/luas agar tidak mengganggu tumpatan tetap diatasnya).
 Tumpat dengan basis/ Zinc Oxide Phosphat.
 Pasien diinstruksikan untuk kembali 1 minggu.
Sesudah pasien kembali, apabila tidak ada keluhan dilakukan :
 Pengurangan sebagian tumpatan Zinc Oxide Phosphat.
 Tumpat dengan tambalan tetap ( GIC atau RK).
 Instruksi kontrol kembali bila ada keluhan.

6. Diagram Alir
Pemeriksaan Klinis Gigi :
Anamnesa Karies Profunda tanpa
Tes Vitalitas Gigi ( + )
perforasi pulpa

Tumpat dengan Pulp Capping


Tambalan Tetap Preparasi kavitas
Direc/ Indirec
Kontrol 1 Minggu

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Apotek.


NEKROSIS PULPA
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Kematian pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya yang disebabkan oleh adanya jejas
bakteri, trauma dan iritasi kimiawi.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan kasus nekrosis pulpa.
3. Kebijakan Untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar di Puskesmas.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.
5. Prosedur  Lakukan pemeriksaan subyektif (anamnesa)
 Lakukan pemeriksaan obyektif.
 KIE : informasi penyebab, tata laksana perawatan, pencegahan.
 Terapi : Perlu diperkirakan kondisi kerusakan dan jaringan pendukung yang masih
ada. Pada dasarnya perlu penilaian prognosis yang baik untuk perawatan
mempertahankan gigi.
 Gigi dilakukan perawatan dan dipertahankan.
Apabila jaringan gigi yang tersisa masih cukup kuat untuk dilakukan
penumpatan, nekrosis pulpa dapat ditangani dengan perawatan mortal
pulpotomi atau perawatan saluran akar (PSA).
Perawatan saluran akar ( PSA ) : Dalam hal ini Dokter Gigi harus merujuk
ke Dokter Spesialis Konservasi Gigi.
 Gigi di indikasikan untuk dilakukan pencabutan.
Apabila pendukung gigi sudah tidak ada dan gigi dianggap sudah tidak
layak untuk dipertahankan (dari segi biaya, waktu atau kesanggupan
pasien), maka tindakan pencabutan menjadi pilihan utama.

6. Diagram Alir
Anamnesa

Pemeriksaan Klinis Gigi :


Karies Profunda dengan
Tes Vitalitas Gigi ( - )
atau tanpa perforasi
pulpa

Rujuk ke DRG RUJUK KE DRG untuk


untuk exo Perawatan Sal. Akar

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Laboratorium, Apotek.


ABSES PERIAPIKAL
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Pengumpulan nanah yang telah menyebar dari sebuah gigi ke jaringan di sekitarnya,
biasanya berasal dari suatu infeksi.
Penyebab : Abses ini terjadi dari infeksi gigi yang berisi cairan (nanah) dialirkan ke gusi
sehingga gusi yang berada di dekat gigi tersebut membengkak.

2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan kasus abses periapikal.


3. Kebijakan Untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar di Puskesmas.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.
5. Prosedur  Lakukan pemeriksaan subyektif (anamnesa).
 Lakukan pemeriksaan obyektif.
 KIE : informasi penyebab, tata laksana perawatan, pencegahan.
 Terapi : rujuk ke DRG
 Instruksikan pasien berkumur dengan air garam hangat.
 Apabila sudah sembuh, dapat dilakukan penanganan selanjutnya sesuai indikasi (
perawatan saluran akar atau pencabutan gigi ).

6. Diagram Alir
Anamnesa

Pemeriksaan Klinis gigi

Premedikasi ( rujuk ke
DRG )

Belum
Obat dilanjutkan
Sembuh

Kontrol 3 hari Perawatan Sal. Akar

Sembuh

Ekstraksi gigi

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Laboratorium, Apotek.


DENTAL SCALLING
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Gingivitis (peradangan gingiva) akibat plak adalah inflamasi gingiva tanpa disertai
kehilangan pelekatan.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan kasus gingivitis akibat plak mikrobial.
3. Kebijakan Untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar di Puskesmas.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.

5. Prosedur  Pasien dianjurkan untuk memperbaiki kebersihan mulut dan berkumur dengan 1
gelas air hangat ditambah 1 sendok teh garam, atau bila ada dengan obat kumur
povidon iodin setiap 8 jam selama 3 hari.
 Pembersihan permukaan gigi dari plak dan kalkulus supra dan subgingiva ( dental
scalling ).
 KIE:
 Tujuan penatalaksanaan: menyembuhkan infeksi, menghilangkan gejala,
mencegah komplikasi
 Pencegahan: menjaga kebersihan gigi dan mulut, menggosok gigi setiap
setelah makan pagi dan sebelum tidur, memeriksakan ke dokter gigi minimal
2x setahun, makan makanan yang berserat dan berair (sayur dan buah).
 Jangan mengunyah hanya pada satu sisi gigi.
 Alasan rujukan: bila kebersihan mulut sudah diperhatikan dan penyakit tidak
sembuh, perlu dirujuk ke rumah sakit untuk perawatan selanjutnya.
6. Diagram Alir
Anamnesa Pemeriksaan Intra Oral

Kontrol tiap 6
Dental Scalling
bulan

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Laboratorium, Apotek.


ABSES PERIODONTAL
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Infeksi purulen lokal pada jaringan yang berbatasan/ berdekatan dengan poket
periodontal yang dapat memicu kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan kasus abses periodontal.
3. Kebijakan Untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar di Puskesmas.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.
5. Prosedur  Drainase dengan membersihkan poket periodontal.
 Menyingkirkan plak, kalkulus, dan bahan iritan lainnya dan atau menginsisi abses.
 Irigasi poket periodontal, pengaturan oklusal yang terbatas, dan pemberian anti
mikroba dan pengelolaan kenyamanan pasien.
 Tindakan bedah untuk akses dari proses pembersihan akar gigi perlu
dipertimbangkan.
 Pada beberapa keadaan, ekstraksi gigi perlu dilakukan.
Evaluasi periodontal menyeluruh harus dilakukan setelah resolusi dari kondisi
akut.
 Pemberian obat kumur, obat analgetik, antipiretik dan antibiotika. Drug of choice
(obat pilihan) Antibiotik yang diberikan antara lain:
 Amoxicillin 3 x 500 mg (waktu paruh 8 jam)
 Ciprofloxacin 2 x 500 mg (waktu paruh 12 jam)
 Metronidazole 2 x 500 mg (waktu paruh 8 jam)

6. Diagram Alir
Anamnesa Pemeriksaan Intra Oral

Kontrol tiap 6
Dental Scalling
bulan

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Laboratorium, Apotek.


PERIODONTITIS MARGINALIS KRONIS
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Inflamasi gingiva yang meluas ke perlekatan jaringan di sekitarnya. Penyakit ini ditandai
dengan kehilangan perlekatan klinis akibat destruksi ligamen periodontal dan kehilangan
tulang pendukung di sekitarnya.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan kasus periodontitis marginalis kronis.
3. Kebijakan Untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar di Puskesmas.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.
5. Prosedur  Karang gigi, saku gigi, impaksi makanan dan penyebab lokal lainnya harus
dibersihkan/diperbaiki ( dental scalling ).
 Pemberian antibiotik : Amoksisilin 500 mg setiap 8 jam selama 5 hari.
 Analgesik jika diperlukan.
 Pasien dianjurkan berkumur selama ½ - 1 menit dengan larutan povidon 1%.
 Bila sudah sangat goyah, gigi harus dicabut.
KIE
 Tujuan penatalaksanaan : menyembuhkan infeksi, menghilangkan gejala,
mencegah komplikasi.
 Pencegahan : menjaga kebersihan gigi dan mulut, menggosok gigi setelah makan
pagi dan sebelum tidur, memeriksakan ke dokter gigi minimal 2x setahun, makan
makanan yang berserat dan berair (sayur dan buah).
 Jangan mengunyah hanya pada satu sisi gigi.

6. Diagram Alir

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Laboratorium, Apotek.


GANGREN RADIX
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Sisa/ bagian akar yang ada / masih ada di dalam rongga mulut.

2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan kasus gangren radix.


3. Kebijakan Untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar di Puskesmas.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.
5. Prosedur 1) Pemeriksaan vitalitas
2) Anestesi lokal
3) Sterilisasi daerah kerja
4) Ekstraksi
5) Pemberian antibiotik dan analgetik
6) Kontrol 3 hari kemudian.
6. Diagram Alir

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Laboratorium, Apotek.


STOMATITIS AFTOSA REKUREN (SAR)
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Kelainan yang dikarakteristikan dengan ulser rekuren yang terbatas pada mukosa mulut
pada pasien tanpa tanda–tanda penyakit lainnya. Terjadi pada 20% populasi.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan kasus stomatitis aftosa rekuren.
3. Kebijakan Untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar di Puskesmas.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.
5. Prosedur  Hilangkan faktor predisposisi
 Simptomatik : topikal steroid, anastetik topikal, antiseptik kumur.
 Suportif: multivitamin, imunomodulator

6. Diagram Alir

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Laboratorium, Apotek.


ULKUS TRAUMATIK
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian  Lesi ulkus pada mukosa/jaringan lunak mulut yang terjadi karenatrauma mekanis
akibat obyek yang tajam dan keras misalnya, kawat ortodonti, basis gigi tiruan, sisa
akar gigi, atau tergigit saat mengunyah, tertusuk sikat gigi atau duri ikan/tulang ayam
dan lain-lain.
 Dapat akut dan kronis

2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan kasus ulkus traumatik.


3. Kebijakan Untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar di Puskesmas.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.
5. Prosedur  KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
 Kausatif : Menghilangkan penyebab trauma (pencabutan sisa akar, penghalusan
permukaan gigi/tumpatan tajam, melapisi bracket dengan wax, hilangkan
kebiasaan buruk)
 Simtomatik : antiseptik kumur atau anestetik topikal kumur (Klorheksidin
glukonat 0.2 %, suspensi tetrasiklin 2%, Benzocain borax gliserin) dapat ditambah
emolien untuk menutup ulkus (orabase)
 Supportif : multivitamin, diet lunak untuk anak

6. Diagram Alir

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Laboratorium, Apotek.


FRAKTUR MAHKOTA GIGI
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian  Gigi dengan mahkota patah karena sesuatu sebab..
 Tidak ada gejala atau rasa sakit bila fraktur tidak mengenai pulpa.
Klasifikasi menurut Ellis (Finn):
 Kelas I : Fraktur yang hanya mengenai email atau hanya melibatkan sedikit dentin
 Kelas II : Fraktur mengenai dentin tetapi pulpa belum terbuka
 Kelas III :

2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan kasus fraktur mahkota gigi.


3. Kebijakan Untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar di Puskesmas.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.
5. Prosedur  Hilangkan jaringan karies dan email yang tidak didukung dentin
 Fraktur email/ dentin pada gigi sulung diberi : basis kalsium hidroksida
6. Diagram Alir

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Laboratorium, Apotek.


PERIKORONITIS
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Peradangan jaringan lunak sekitar mahkota gigi yang sedang erupsi, terjadi pada molar
ketiga yang sedang erupsi.
Penyebab : bengkak pada gusi di sekitar mahkota gigi akibat dari penumpukan plak dan
sisa makanan diantara gigi dan gusi.

2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan kasus perikoronitis.


3. Kebijakan Untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar di Puskesmas.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.
5. Prosedur  Pemberian antibiotik : amoksisilin 500 mg setiap 8 jam selama 5 hari.
 Pasien dianjurkan berkumur selama ½ - 1 menit dengan larutan povidon iodin
1%, setiap 8 jam.
 Pemberian parasetamol 500 mg 3 - 4 x sehari atau analgesik lain seperti
ibuprofen atau asam mefenamat.
KIE
 Tujuan penatalaksanaan: menyembuhkan infeksi, menghilangkan gejala,
mencegah komplikasi.
 Pencegahan: menjaga kebersihan gigi dan mulut, menggosok gigi setiap setelah
makan pagi dan sebelum tidur, memeriksakan ke dokter gigi minimal 2x setahun,
makan makanan yang berserat dan berair (sayur dan buah).
 Jangan mengunyah hanya pada satu sisi gigi.

6. Diagram Alir

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Laboratorium, Apotek.


PERSISTENSI
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Gigi sulung belum tanggal, gigi tetap pengganti sudah erupsi.

2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan kasus persistensi.


3. Kebijakan Untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar di Puskesmas.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.

5. Prosedur  Kondisikan pasien agar tidak cemas sehingga kooperatif


 Sterilisasi daerah kerja
 Anestesi topikal atau lokal sesuai indikasi (topikal kemudian disuntik bila
diperlukan)
 Ekstraksi
 Berikan antibiotik dan analgesik bila perlu
 Observasi terhadap susunan geligi tetap (3 bulan).
 Preventif, bila tampak gejala maloklusi menetap, lanjutkan dengan merujuk
perawatan interseptif ortodontik.
6. Diagram Alir

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Laboratorium, Apotek.


PENCABUTAN GIGI SULUNG DENGAN
TOPIKAL ANASTESI SPRAY
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Proses mengeluarkan gigi susu anterior atau posterior krena gigi tidak dapat dirawat atau
karena penyebab lain (gigi goyang) dengan anastesi lokal non injeksi.
2. Tujuan Menimbulkan anastesi pada ujung saraf sebagai penghilang rasa sakit pada proses
pencabutan.

3. Kebijakan Penerapan standar therapy di Puskesmas pada tindakan pencabutan gigi sulung dengan
anstesi topikal spray.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.

5. Prosedur Persiapan alat dan bahan


a. Alat :
 Dental unit lengkap
 Alat pemeriksaan standar
 Alat set pencabutan gigi susu anterior dan posterior RA/RB
b. Bahan dan obat
 Sarung tangan
 Masker
 Gelas kumur
 Kasa
 Tampon
 Kapas
 Povidone iodine 10%
 Ethil chlor

Penatalaksanaan :
- Ucapkan salam dan perkenalkan diri
- Pastikan identitas pasien
- Lakukan anamnesa
- Lakukan pengukuran tanda-tanda vital
- Lakukan pengkajian kesehatan gigi dan mulut EO dan IO
- Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan
- Lakukan persetujuan tindakan (informed consent)
- Pakai masker
- Cuci tangan
- Pakai sarung tangan
- Siapkan alat-alat dan dekatkan ke pasien
- Lakukan asepsis area pencabutan dengan tampon povidine iodine 10%
- Siapkan kapas yang sudah dibasahi ethil chlor
- Tempelkan kapas ethil chlor pada gigi sulung yang akan dilakukan
pencabutan
- Lakukan luksasi pada gigi sulung menggunakan tang pencabutan gigi
sulung
- Instruksikan pasien menggigit tampon iodine pada bekas soket gigi yang
dicabut.
- Istruksi setelah pencabutan :
 Gigit tampon selama 30 menit
 Tidak boleh berkumur selama 24 jam
 Makan makanan yang lunak dan dingin
 Mengunyah menggunakan sisi sehat
 Minum obat sesuai anjuran
- Bersihkan area kerja IO dan EO
- Berikan obat antibiotik dan analgesik
- Rapikan peralatan dan kembalikan ke tempatnya
- Buang sampah infeksius kedalam plastik
- Cuci tangan
- Berikan pendidikan kesehatan gigi ( DHE ) dan ucapkan terima kasih
- Dokumentasikan pada Rekam Medis pasien

6. Diagram Alir

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Laboratorium, Apotek.


TOPICAL APLIKASI FLUOR
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Tindakan pengulasan zat yang mengandung fluor pada seluruh permukaan gigi.
Umumnya dilakukan pada anak-anak atau gigi sulung.
2. Tujuan 1. Mengurangi kelarutan enamel terhadap asam
2. Mengurangi permebelitas permukaan enamel
3. Menghambat pembentukan asam dari karbohidrat oleh kuman rongga mulut
3. Kebijakan Penerapan standar therapy di Puskesmas pada tindakan topikal aplikasi Fluor
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.

5. Prosedur Persiapan alat dan bahan


Alat :
 Dental unit lengkap,
 Alat pemeriksaan standar

Bahan dan obat :


 sarung tangan
 masker
 gelas kumur
 brush nilor
 cotton roll
 cotton pelet
 pumice
 sodium floride 2%

Penatalaksanaan :
 Ucapkan salam dan perkenalkan diri
 Pastikan identitas pasien
 Lakukan anamnesa
 Lakukan pengukuran tanda-tanda vital
 Lakukan pengkajian kesehatan gigi dan mulut EO dan IO
 Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan
 Pakai masker
 Cuci tangan
 Pakai sarung tangan
 Siapkan alat-alat dan dekatkan ke pasien
 Persilahkan pasien berkumur chlorheksidine 5%
 Lakukan penyikatan dan pemolesan menggunakan brush nilorr yang telah
dibubuhi pimice
 Lakukan isolasi area kerja menggunakan cotton roll
 Aplikasikan Sodium Fluoride 2% per gigi dimulai dari arah distal bucal, mesial
palatal/lingual incisal biarkan selama 5 menit
 Bersihkan sodium fluoride 2% pada permukaan gigi menggunakan cotton pelet
 Bersihkan area kerja IO dan EO
 Rapikan peralatan dan kembalikan ke tempatnya
 Buang sampah infeksius kedalam plastik
 Cuci tangan
 Berikan pendidikan kesehatan gigi ( DHE ) dan ucapkan terima kasih
 Dokumentasikan pada catatan asuhan kesehatan/terapi gigi dan mulut.
6. Diagram Alir

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Laboratorium, Apotek.


PEMBERSIHAN KARANG GIGI
( DENTAL SCALLING )
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Tindakan mengambil atau mengangkat endapan/kotoran/plague yang dibiarkan lama
hingga mengalami mineralisasi dan melekat erat pada permukaan gigi baik supra/sub
ginggiva, berwarna kuning kecoklatan atau hijau hingga hitam.
2. Tujuan  Mencegah terjadinya radang gusi
 Mencegah bau mulut
 Mencegah gigi goyang
 Menambah kepercayaan diri
3. Kebijakan Penerapan standar therapy di Puskesmas pada tindakan dental scalling.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.

5. Prosedur  Persiapan alat dan bahan :


Alat :
 Dental unit lengkap
 Alat pemeriksaan standar
 Ultra sonic scaler/dental scaler manual
 Rubber dan Brush

Bahan dan obat :


 Pumice
 Sarung tangan
 Masker
 Gelas kumur
 Cotton roll
 Cotton pelet
 Brush nilor
 Povidon Iodine 10%

 Penatalaksanaan :
 Ucapkan salam dan perkenalkan diri
 Pastikan identitas pasien
 Lakukan anamnesa
 Lakukan pengukuran tanda-tanda vital
 Lakukan pengkajian kesehatan gigi dan mulut EO dan IO
 Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan
 Pakai masker
 Cuci tangan
 Pakai sarung tangan
 Siapkan alat-alat dan dekatkan ke pasien
 Lakukan pembersihan karang gigi per rahang dimulai dari rahang atas
kanan ke kiri terlebih dahulu utan rahan bawah kiri ke kanan
 Lakukan propilaksis menggunakan brush nilor yan g telah dibubuhi
pumice
 Pasien di minta berkumur menggunakan chlorheksidine 5%
 Oleskan povidone iodine 10% pada seluruh permukaan ginggiva
 Bersihkan area kerja IO dn EO
 Rapikan peralatan kembali pada tempatnya
 Cuci tangan
 Ucapkan terima kasih
 Dokumentasikan pada Rekam Medis.

6. Diagram Alir
7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Laboratorium, Apotek.

PENAMBALAN GIGI DENGAN BAHAN


TAMBALAN GLASS IONOMER
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Suatu tindakan mengembalikan struktur gigi yang hilang dengan mengaplikasi bahan
tambalan kedalam kavitas gigi, menggunakan bahan tambalan sewarna gigi berbasis
bahan polyacid dengan bubuk berbasis flouroaluminosilicate glass.
2. Tujuan 1. Mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
2. Mengembalikan bentuk dan anatomi gigi seperti semula
3. Mengembalikan fungsi kunyah gigi sesuai anatomi
4. Mengembalikan bentuk estetik gigi
5. Mencegah infeksi lebih lanjut
6. Mempertahankan gigi selama mungkin dalam rahang
3. Kebijakan Penerapan standar therapy di Puskesmas pada tindakan penambalan gigi dengan bahan
tambalan Glass Ionomer.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.

5. Prosedur  Persiapan alat dan bahan


Alat :
 Dental unit lengkap
 Alat pemeriksaan standar
 Set conservasi dan set preparasi
Bahan dan obat :
 Sarung tangan
 Masker
 Gelas kumur
 Cotton roll
 Cotton pelet
 Tampon
 GIC powder + liquid
 Articulating paper
 Varnish
 Alkohol 70%

 Penatalaksanaan :
 Ucapkan salam dan perkenalkan diri
 Pastikan identitas pasien
 Lakukan anamnesa
 Lakukan pengkajian kesehatan gigi dan mulut EO dan IO
 Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan
 Pakai masker
 Cuci tangan
 Pakai sarung tangan
 Siapkan alat-alat dan dekatkan ke pasien
 Lakukan preparasi cavitas dengan round bur kemudian dilanjutkan
dengan fisure bur
 Buat undercut dengan menggunakan inverted bur
 Siapkan bahan tambalan GIC powder dan liquid dengan perbandingan
1:1 (ketentuan pabrik)
 Keringkan kavitas dengan treeway syringe dan cotton pelet
 Lakukan isolasi area kerja dari saliva menggunakan cotton roll dan
suction
 Desinfeksi cavitas dengan alkohol 70%
 Pengadukan bahan tambalan :
a) Letakkan jumlah powder dan liquid sesuai cavitas diatas mixingpad
b) Gunakan spatula plastik yang tersedia, untuk membagi powder
menjadi dua bagian yang sama
c) Aduk bagian pertama terlebih dahulu dengan seluruh bagian liqiud
yang ada selama 10 detik
d) Tambahan bagian kedua powder dan aduk selama 15-20 detik
e) Untuk mendapatkan campuran yang homogen total waktu
pengadukan tidak boleh lebih dari 30 detik
 Penambalan :
a) Bahan tumpatan tersebut dimasukkan kedalam permukaan kavitas
dengan menggunakan plastis filling instrumen
b) Dilanjutkan menekan tumpatan dengan ibu jari segera setelah bahan
tumpatan tidak lagi mengkilat
c) Bersihkan sisa tumpatan yang berlebihan
d) Cek gigitan
e) Ulaskan varnish
 Bersihkan area kerja IO dn EO
 Rapikan peralatan kembali pada tempatnya
 Cuci tangan
 Ucapkan terima kasih dan semoga lekas sembuh
 Dokumentasikan pada Rekam Medis
 Hal-hal yang perlu diperhatikan :
 Setelah gigi ditambal tidak boleh digunakan mengunyah selama 1 jam
karena dalam proses pengerasan.
 Besarnya tumpatan sesuai dengan besarnya cavitas dan dibentuk sesuai
anatomi gigi untuk menghindari kontak dini dengan gigi antagonis.
 Lakukan pemeriksaan 6 bulan sekali.

6. Diagram Alir
7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Laboratorium, Apotek.

PENAMBALAN GIGI DENGAN BAHAN


TAMBALAN COMPOSITE
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Tindakan mengembalikan struktur gigi yang hilang dengan menaplikasi bahan tambalan
kedalam kavitas gigi, menggunkan bahan tambalan composite.
2. Tujuan  Mengurangi / menghilangkan rasa sakit
 Mengembalikan fungsi kunyah
 Mengembalikan bentuk anatomi gigi
 Mengemalikan estetik
 Mempertahankan gigi selama mungkin didalam rahang
 Mencegah infeksi lebih lanjut
3. Kebijakan Penerapan standar therapy di Puskesmas pada tindakan penambalan gigi dengan bahan
tambalan Composite.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.
5. Prosedur  Persiapan alat dan bahan :
Alat :
 Dental unit lengkap
 Alat pemeriksaan standar
 Preparasi set
 Set konservasi
 Alat poles composite
 Light curing

Bahan dan obat :


 Sarung tangan
 Masker
 Gelas kumur
 Cotton roll
 Cotton pelet
 Composite sesuai pilihan warna
 Etsa dan bonding agent
 Articulating paper
 Alkohol 70 %
 Celluloaid strip bila diperlukan
 Penatalaksanaan :
 Ucapkan salam dan perkenalkan diri
 Pastikan identitas pasien
 Lakukan anamnesa
 Lakukan pengkajian kesehatan gigi dan mulut EO dan IO
 Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan
 Lakukan persetujuan tindakan
 Pakai masker
 Cuci tangan
 Pakai sarung tangan
 Siapkan alat-alat dan dekatkan ke pasien
 Preparasi kavitas sesuai kebutuhan
 Keringkan area kerja dengan suction, letakan cotton roll di bagian
buccal/labial dan lingual/palatal
 Lakukan sterilisasi kavitas menggunakan cotton pellet yang dibasahi
alkohol 70%
 Keringkan kavitas menggunakan treeway syiringe
 Lakukan aplikasi etsa di dinding kavitas dan dasar kavitas selama 30 detik
( sesuai ketentuan prodk ), kemudian bilas ataw anjurkan pasien kumur.
 Keringkan kembali kavitas, dan isolasi area kerja dari saliva.
 Aplikasikan bonding dan lakukan penyinaran selama 20 detik
 Aplikasikan bahan tambalan composite ( sesuaikan warna gigi )
menggunakan plastis filling instrumen, bentuk anatomi gigi, kemabli
lakukan penyinaran selama 20 detik
 Evaluasi tinngi gigitan dengan articulating paper hingga pasien nyaman
 Lakukan pemolesan pada permukaan tambalan
 Bersihkan area kerja IO dn EO
 Rapikan peralatan kembali pada tempatnya untuk selanjutnya dilakukan
sterilisasi.
 Cuci tangan
 Ucapkan terima kasih
 Dokumentasikan pada Rekam Medis.

6. Diagram Alir
7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Laboratorium, Apotek.
PENCABUTAN GIGI TETAP
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Tindakan pencabutan gigi anterior dan posterior yang terpaksa dilakukan karena gigi
tidak dapat dirawat, atau gigi tersebut perlu dicabut untuk kepentingan perawatan dan
pencegahan ( interceptive orthodontic).
2. Tujuan Mengeluarkan gigi tetap dari rongga mulut yang memang diindikasikan untuk dicabut
guna menghindari kelainan lebih lanjut.

3. Kebijakan Penerapan standar therapy di Puskesmas pada tindakan pencabutan gigi tetap.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.

5. Prosedur A. Persiapan alat


1. Dental unit lengkap
2. Alat pemeriksaan standar
3. Set anastesi ( citojet/spuit)
4. Set pencabutan
 Tang mahkota/sisa akar anterior RA/RB
 Tang mahkota/sisa akar posterior RA/RB
 Bein elevator
 Crayer
 Raspatorium
 Bone file
 Kuret
5. Pre klinik
 Tensi meter
 Stetoskop

B. Persiapan bahan dan obat :


 Sarung tangan
 Masker
 Gelas kumur
 Hemostatic gelatine sponge/ alvogil
 Cotton roll
 Poviden iodine 10%
 Alkohol 70 %
 Topikal anastesi gel
 Dispossible spuit
 Carpule 0,22 x16
 Cartrige dental anastesi lokal 2% / 3 % ( bisa juga lidocain com, pehacain,
articain, dll )
 Tampon
 Kasa
C. Prosedur :
1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri
2. Pastikan identitas pasien
3. Lakukan anamnesa
4. Lakukan pengukuran tanda-tanda vital
5. Lakukan pengkajian kesehatan gigi dan mulut EO dan IO
6. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan
7. Lakukan persetujuan tindakan
8. Pasang celemek pada pasien
9. Pakai masker
10. Cuci tangan
11. Pakai sarung tangan
12. Siapkan alat-alat dan dekatkan ke pasien
13. Lakukan asepsi IO dan EO menggunakan povidine iodine 10%
14. Siapkan obat anstesi, masukan ke citojet atau dispossible spuit
15. Lakukan infiltrasi anastesi
16. Lepaskan gusi dari soket menggunakan raspatorium
17. Ungkit gigi yang akan dicabut dengan bein
18. Gunakan tang untuk mengeluarkan gigi
19. Lakukan pengendalian darah saat pencabutan
20. Siapkan spoel NaCL dan haemostaticgelatine sponge / alvogil, masukan
kedalam soket bekas gigi yang dicabut
21. Siapkan tampon povidine iodine, dan instruksikan pasien menggigit tampon
22. Bersihkan area kerja IO dn EO
23. Rapikan peralatan kembali pada tempatnya untuk selanjutnya dilakukan
sterilisasi.
24. Buang sampah
25. Cuci tangan
26. Ucapkan terima kasih
27. Dokumentasikan pada rekam

 Instruksi setelah pencabutan:


 Gigit tampon selama 1 jam
 Tidak kumur – kumur selama 24 jam
 Makan makanan yang lunak dan dingin
 Obat diminum sesuai anjuran dokter
 Mengunyah dari sisi yang sehat
 Kontrol 3 hari kemudian

 Hal-hal yang perlu diperhatikan :


- Anamnese mendalam riwayat penyakit sistemik pasien terhadap resiko
infeksi.
- Pengukuran TTV harus akurat
- Alat yang digunakan harus steril guna mencegah infeksi silang
- Perhatikan kemungkinan terjadi perdarahan.

6. Diagram Alir

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Laboratorium, Apotek.


PENCABUTAN GIGI TETAP ( MOBILITY ° 3 )
DENGAN TOPIKAL ANASTESI SPRAY
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Proses mengeluarkan gigi tetap anterior atau posterior karena gigi tidak dapat dirawat
atau karena penyebab lain (gigi goyang ° 3 / ° 4) dengan anastesi lokal non injeksi.
2. Tujuan Menimbulkan anatesi pada ujung saraf sebagai penghilang rasa sakit pada proses
pencabutan.
3. Kebijakan Penerapan standar therapy di Puskesmas pada tindakan pencabutan gigi tetap dengan
topikal anestesi spray.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.
5. Prosedur A. Persiapan alat :
 Dental unit lengkap,
 Alat pemeriksaan standar
 Alat set pencabutan gigi tetap anterior / posterior RA
 Alat set pencabutan gigi tetap anterior / posterior RB

B. Persiapan Bahan dan obat :


 Sarung tangan
 Masker
 Gelas kumur
 Suction
 Kasa
 Tampon
 Cotton pelet
 Povidone iodine 10%
 Clorhexidine 5%
 Ethil chlor

C. Prosedur :
 Ucapkan salam dan perkenalkan diri
 Pastikan identitas pasien
 Lakukan anamnesa
 Lakukan pengukuran tanda-tanda vital
 Lakukan pengkajian kesehatan gigi dan mulut EO dan IO
 Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan
 Lakukan persetujuan tindakan (informed consent)
 Pasang celemek pada pasien
 Pakai masker
 Cuci tangan
 Pakai sarung tangan
 Siapkan alat-alat dan dekatkan ke pasien
 Lakukan asepsis area pencabutan dengan tampon povidine iodine 10%
 Siapkan kapas yang sudah dibasahi ethil chlor
 Tempelkan kapas ethil chlor pada gigi goyang yang akan dilakukan pencabutan
 Lakukan luksasi pada gigi goyang menggunakan tang pencabutan yang sudah
disiapkan.
 Bersihkan area kerja IO dan EO
 Rapikan peralatan dan kembalikan ke tempatnya
 Buang sampah
 Cuci tangan
 Berikan pendidikan kesehatan gigi dan ucapkan terima kasih
 Dokumentasikan pada catatan asuhan kesehatan/terapi gigi dan mulut

D. Instruksi paska pencabutan


 Gigit tampon selama 1 jam
 Tidak kumur – kumur selama 24 jam
 Makan makanan yang lunak dan gingin
 Obat diminum sesuai anjuran dokter
 Mengunyah dari sisi yang sehat
 Kontrol 3 hari kemudian
E. Hal – hal yang harus diperhatikan
 Anamnese mendalam riwayat penyakit sistemik pasien terhadap resiko infeksi
 Pengukuran TTV harus akurat
 Alat yang digunakan harus steril guna mencegah infeksi silang
 Perhatikan kemungkinan terjadi perdarahan.

6. Diagram Alir
7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Laboratorium, Apotek.
STERILISASI ALAT DENGAN MESIN PANAS
KERING
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Proses menghancurkan semua mikroorganisme, baik dalam bentuk vegetative maupun
spora dengan menggunakan oven bersuhu tinggi.
2. Tujuan Untuk mematikan mikroba termasuk endospora.
3. Kebijakan Penerapan standar pelayanan di Puskesmas pada tindakan sterilisasi alat dengan mesin
panas kering.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.

5. Prosedur  Petugas membersihkan terlebih dahulu mesin dari debu yang menempel di badan
mesin
 Petugas menyiapkan alat –alat yang akan disterilkan
 Petugas memasukkan alat yang akan disterilkan kedalam chamber mesin
 Petugas menentukan waktu dan suhu yang diperlukan untuk pensterilan
 Untuk pensterilan dengan suhu 180° butuh waktu 60 menit
 Untuk pensterilan dengan suhu 160° butuh waktu selama 120 menit.
 Untuk pensterilan dengan suhu 120° butuh waktu selama 10 menit
 Petugas menekan tombol power/ start untuk sterilisasi dan mesin akan berjalan
secara otomatis sampai berhenti
 Petugas mengeluarkan alat yang disterilkan dan menyimpan alat pada ruanagan
penyimpanan alat.

6. Diagram Alir
7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Laboratorium, Apotek.
PENGUKURAN TEKANAN DARAH
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Mengukur tekanan darah dalam sistm peredaran darah, yang berkaitan erat dengan
kekuatan otot jantung, kecepatan detak jantung, diameter dan elastisitas dinding arteri.
2. Tujuan 1. Mendapatkan data dasar.
2. Menilai status hemodinamik
3. Menentukan diagnosa
4. Membantu memberikan terapi
5. Menilai respon terhadap pengobatan

3. Kebijakan Penerapan standar therapy di Puskesmas pada tindakan pengukuran tekanan darah.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.

5. Prosedur A. Persiapan Alat :


1. Stetoskop
2. Sphygmomanometer
3. Manset sesuai ukuran
4. Alat tulis

B. Prosedur :
1. Metode Auskultasi
 Ucapkan salam dan perkenalkan diri
 Pastikan identitas pasien
 Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan pengukuran tekanan
darah pada klien atau keluarga.
 Cuci tangan
 Siapkan alat alat dan dekatkan pada pasien
 Ukur tekanan darah setelah 3-5 menit istirahat
 Review tekanan darah klien sebelumnya
 Analisisi diagnosis pasien dan pemberian obat terakhir yang berdampak
pada tekanan darah
 Cuci tangan dan bersihkan bagian diafragma dari stetoskop
 Letakan tensimeter ditempat yang man dan tegak lurus sehingga air raksa
mudah dibaca
 Pilih tempat pengukuran tekanan darah ( brakhial, radial, popliteal, posterior
tibial dan dorsial pedis. Gunakan lengan kanan jika mungkin, ukur pada
tempat dan posisi yang sama dengan pengukuran sama sebelumnya jika
mungkin.
 Pilih ukuran manset yang sesuai untuk klien.
 Lebar manset kira – kira 40% dari panjang lengan ( antara sikut sampai bahu
).
 Manset harus yang sesuai untuk klien
 Pasang manset dengan tepat pada ekstremitas diatas arteri bagian
proksimal ( misalnya, pada brakialis, posisi sekitar 3-5cm diatas fossa
antecubital ) dan jangan pasang manset atas pakain.
 Buka pegunci air raksa pada sphygmomanometer dan tutup pengunci pada
balon. Kembangkan manset dengan memompa balon karet sampai tekanan
30 mmHg diatas denyut arteri tidak teraba pada palpasi.
 Palpasi arteri ( sesuai lokasi pengukuran ) dan letakan permukaan bell
stetoskop dibawah tepi manset
 Kempeskan manset 2-3 mmHg perdetik dengan cara membuka pengunci
balon karet sampai air raksa turun perlahan – lahan dengan suara korotkoft:
suara pertama ( sistolik ) dan suara yang terakhir ( diastolik ) dengan
menggunakan stetoskop sambil melihat angka pada sphygmomanometer
ketika bunyi pertama dan terakhir.
 Buka manset dan tutup pengunci air raksa bila air raksa sudah dibawa nol
 Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya.
 Ucapkan terimah kasih dan semoga lekas sembuh
 Cuci tangan
 Dokumentasikan catatan asuhan / terapi gilut

2. Menggunakan alat otomatis / oscillcmetrik


 Ikuti langkah – langkah metode auskultasi.
 Tekan tombol start( BP i kali dengan perlahan ). Tunggu beberapa saat
sampai terlihat nilai sistolik, diastolik dan meanarterial pressure ( MAP )
 Lepaskan manset
 Cuci tangan
 Dokumentasikan catatan asuhan / terapi gilut

6. Diagram Alir
7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Anak, Laboratorium, Apotek.

PENGOPERASIAN KOMPRESOR
DENTAL UNIT
No. Dokumen :
No. Revisi :

SOP Tanggal Terbit :


Halaman :

PEMERINTAH
drg. Dian Sukmawati Arkiang
KOTA KUPANG NIP. 19770926 200604 2 022
1. Pengertian Tindakan mengoperasikan kompresor agar tetap dapat berfungsi sehingga pelayanan gigi
dapat berlangsung.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam mengoperasikan kompressor, agar alat dapat tetap berfungsi
dengan baik .
3. Kebijakan Penerapan standar pelayanan di Puskesmas pada tindakan pengoperasian kompresor
dental unit.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/MENKES/62/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi.
2. Standar Kompetensi Dokter Gigi (Konsil Kedokteran Indonesia ,2006).
3. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
(Kemenkes RI Th. 2012).
4. SPO Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut DPP PPGI Indonesia 2016.

5. Prosedur 1. Alat dan Bahan


 Alat
Kain lap basah dan kering
 Bahan
Air
2. Instruksi kerja
 Pastikan stop kontak dalam posisi off, tidak ada aliran listrik
 Tutup lobang angin yang terdapat pada bagian bawah kompresor sebelum
dioperasikan.
 Nyalakan stop kontak, yang tersambung dengan kompressor
 Tunggu kompresor sampai terisi penuh, setelah penuh kompresor akan mati
sendiri secara otomatis.
 Periksa dental unit apakah sudah dapat berfungsi, kalau belum cek kembali
kompresor.
 Matikan stop kontak bila pelayanan telah selesai.
 Buka penutup yang ada dibagian bawah kompresor ( Sambungan ) agar
udara dan uap air dapat keluar.
 Biarkan angin yang ada dalam kompresor habis dan sampai uap air tidak
menetes lagi
 Tutup kembali penutup knop yang ada di bagian bawah kompressor setelah
udara dan uap air keluar semua.
 Lakukan pemeliharaan alat dengan melap semua bagian dengan lap setengah
basah dan servis / pemeliharaan minimal 3 bulan sekali

6. Diagram Alir
7. Unit Terkait -

Anda mungkin juga menyukai