SURAT KEPUTUSAN
KEPALA RUMAH SAKIT Tk. IV SINGARAJA
Nomor : Skep/241/PKPO/X/2018
TENTANG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
(3) Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi
yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi untuk manusia.
Pasal 2
Pasal 3
(3) Komite Medik adalah unit kerja fungsional yang bertugas untuk
mengelola kegiatan pelayanan medik sesuai standar pelayanan,
etika, disiplin profesi, dan keselamatan pasien serta
mengkoordinasikan pelayanan, pendidikan dan penelitian.
(4) Unit Farmasi adalah unit kerja fungsional yang berada di bawah
Kepala Rumah Sakit dan mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan perbekalan kesehatan yang optimal meliputi:
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, produksi, pemantauan serta melaksanakan
pelayanan farmasi klinik sesuai prosedur kefarmasian dan etik
profesi.
BAB III
Pasal 4
Pemilihan
(3) Panitia Farmasi dan Terapi harus memilih produk obat yang
menunjukan keunggulan dibandingkan produk lain yang sejenis dari
aspek khasiat, keamanan, ketersediaannya di pasaran, harga dan
biaya pengobatan yang paling murah.
(5) Daftar obat yang telah disetujui dan ditetapkan oleh pimpinan
Rumah Sakit Tk. IV Singaraja untuk digunakan dalam pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit Tk. IV Singarja tertuang dalam buku
Formularium Rumah Sakit Tk. IV Singaraja.
(9) Setiap obat baru yang diusulkan untuk masuk dalam formularium
harus dilengkapi dengan informasi tentang kelas terapi, indikasi
terapi, bentuk sediaan dan kekuatan, bioavailabilitas dan
farmakokinetik, kisaran dosis, efek samping dan efek toksik,
perhatian khusus, kelebihan obat baru ini dibandingkan dengan obat
lama yang sudah tercantum di dalam formularium, uji klinik, atau
kajian epidemiologi yang mendukung keunggulannya, perbandingan
harga dan biaya pengobatan dengan obat atau cara pengobatan
terdahulu.
(10) Obat yang terpilih masuk dalam formularium adalah obat yang
memperlihakan tingkatan bukti ilmiah yang tertinggi untuk indikasi
dan keamanannya. Bila dari segolongan obat yang sama
indikasinya memperlihatkan tingkatan bukti ilmiah khasiat dan
keamanan yang sama tinggi, maka pertimbangkan selanjutnya
adalah dalam hal ketersediaannya di pasaran, harga dan biaya
pengobatan yang paling murah.
(11) Suatu obat harus dihapuskan dari formularium jika obat tersebut
sudah tidak beredar lagi di pasaran, tidak ada lagi yang meresepkan,
atau sudah ada obat lain yang lebih cost-effective.
(12) Pada khusus dimana diperlukan suatu obat yang tidak tercantum
dalam formularium, maka dokter dapat mengajukan permintaan
khusus dengan mengisi Formulir Permintaan Khusus Obat Non
Formularium yang diajukan kepada Panitia Farmasi dan Terapi
(PFT). Selanjutnya Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) akan
memutuskan apakah penyediaan obat tersebut dapat disetujui atau
tidak. Jika dapat disetujui, maka Instalasi Farmasi akan melanjutkan
proses pengadaannya. Proses permintaan obat non formularium.
(13) Pada keadaan dimana obat yang diperlukan tidak tersedia, maka
Unit Farmasi akan menyampaikan pemberitahuan kepada dokter
penulis resep dan menyarankan obat pengganti jika ada.
(17) Instalasi farmasi Rumah Sakit Tk. IV Singaraja tidak mengelola obat
khemoterapi, produk nutrisi, dan obat sampel.
Pasal 5
Penyimpanan
(2) Penyimpanan obat berdasarkan teknik FIFO (first in first out) dimana
obat yang datang pertama dikeluarkan lebih dulu atau FEFO (first
expire first out) dimana obat yang dekat expire/kadaluarsa
dikeluarkan terlebih dulu. Penyusunan obat berdasarkan jenis
sediaan obat dan alfabetis.
(5) Bekal kesehatan yang memiliki sifat fisika-kimia atau atas dasar
rekomendasi pabrikan, harus disimpan khusus pada suhu tertentu
dan terkontrol.
(8) Obat jadi dan bahan baku harus diberi label yang mencantumkan
kandungan, tanggal kadaluarsa dan peringatan penting.
(9) Obat High Allert (obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi) harus
disimpan di tempat terpisah dan diberi label khusus.
(10) Elektrolit pekat yang termasuk dalam daftar obat High Alert (obat
yang memerlukan kewaspadaan tinggi), contoh: kalium klorida
7,45%, natrium klorida > 0,9% tidak boleh berada di ruang rawat,
kecuali sangat diperlukan oleh pasien, dan harus diberi label yang
jelas untuk menghindari penggunaan yang tidak disengaja.
(11) Obat dengan tampilan mirip atau bunyi mirip (look alike sound
alike/LASA) disimpan tidak berdekatan dan diberi label “LASA”.
(13) Obat yang dibawa masuk oleh pasien harus diperiksa mutunya
secara visual dan dicatat dalam Formulir Obat Yang Dibawa Pasien,
meliputi: nama obat, bentuk sediaan, kekuatan, sumber, kuantitas,
dan tanggal kadaluarsa. Obat tersebut hanya dapat digunakan oleh
pasien setelah mendapat persetujuan dokter yang merawat dan
menandatangani pernyataan bahwa rumah sakit tidak bertanggung
jawab terhadap mutu obat tersebut. Obat disimpan dalam wadah
terpisah dan diberi label yang jelas.
(15) Obat yang ditarik dari peredaran oleh pemerintah atau pabrik
pembuatnya harus segera dikembalikan ke Instalasi Farmasi.
(16) Instalasi farmasi tidak mengelola obat untuk penelitian dan obat
yang bersifat radioaktif.
Peresepan
(1) Yang berhak menulis resep adalah staf medis tetap, purnawaktu,
dokter tamu, yang diberi wewenang oleh Kepala Rumah Sakit Tk. IV
Singaraja untuk praktek medis di rumah sakit, dan mempunyai surat
ijin praktek di Rumah Sakit Tk. IV Singaraja
(2) Resep ditulis secara manual pada blanko resep dengan kop surat
Rumah Sakit Tk. IV Singaraha disiapkan oleh rumah sakit dan telah
dibubuhi stempel Departemen/ unit Pelayanan tempat pasien
dirawat/ berobat.
(3) Tulisan resep harus jelas dan dapat dibaca, menggunakan istilah
dan singkatan lazim sesuai dalam buku daftar singkatan.
(4) Dokter harus mengenali obat-obat yang masuk dalam daftar Look
Alike Sound Alike (LASA) yang diterbitkan oleh Instalasi Farmasi,
untuk menghindari kesalahan pembacaan oleh tenaga kesehatan
lain.
a. Nama Pasien
c. Tanggal lahir
d. Berat badan
g. Nomor SIP
h. Riwayat alergi
(9) Resep/ instruksi pengobatan yang tidak lengkap tidak dapat dilayani
oleh Instalasi farmasi.
(10) Jika resep/ instruksi pengobatan tidak jelas atau tidak dapat dibaca,
maka petugas farmasi menghubungi dokter untuk konfirmasi.
(12) Obat yang akan diresepkan setiap pasien harus dicatat dalam
rekam medis oleh dokter penulis resep dalam Formulir Lembar
Pengobatan Pasien, Formulir Lembar Resep, dan Catatan
Perkembangan Terintegrasi Pasien.
(13) Kelanjutan terapi obat yang sempat dihentikan karena operasi atau
sebab lain harus dituliskan kembali dalam bentuk resep baru.
PELAYANAN FARMASI
Pasal 8
Penyiapan
(1) Yang dimaksud dengan penyiapan obat adalah proses mulai dari
resep/instruksi pengobatan diterima oleh Apoteker/Tenaga Teknis
Kefarmasian sampai dengan obat diterima oleh perawat di ruang
rawat untuk diberikan kepada pasien rawat inap, atau sampai
dengan obat diterima oleh pasien/ keluarga pasien rawat jalan
dengan jaminan bahwa obat yang diberikan tepat dan bermutu baik.
b. Duplikasi terapeutik
c. Alergi
e. Kontraindikasi
(6) Penyiapan obat harus dilakukan di tempat yang bersih dan aman
sesuai aturan dan standar praktik kefarmasian.
(7) Sistem distribusi dan penyiapan obat untuk pasien rawat inap
diberlakukan sistem dosis unit dan untuk pasien rawat jalan
diberlakukan system resep individual.
(9) Penyiapan obat harus dipastikan akurat dan tidak boleh dimasuki
oleh personel lain selain petugas farmasi.
Pasal 9
Pemberian
Obat
(4) Mutu obat yang akan diberikan kepada pasien harus dipastikan
mutunya baik dengan diperiksa secara visual.
(7) Obat yang tergolong Obat High alert harus diperiksa kembali oleh
perawat kedua sebelum diberikan kepada pasien.
BAB V PEMANTAUAN
Pasal 10
(2) Pemantauan efek terapi dan efek yang tidak diharapkan dari obat
harus dilakukan pada setiap pasien.
BAB VI
KESALAHAN OBAT
Pasal 11
(1) Kesalahan obat adalah kesalahan yang terjadi pada tahap penulisan
resep, penyiapan/peracikan atau pemberian obat baik yang
menimbulkan efek merugikan ataupun tidak.
(2) Setiap kesalahan obat yang terjadi, wajib dilaporkan oleh petugas
yang menemukan/terlibat langsung dengan kejadian tersebut atau
atasan langsungnya.
BAB VII
Pasal 12
(3) Dalam setiap kali rapat PFT, statistik perencanaan dan pemakaian
obat harus disajikan dan didiskusikan untuk mengetahui
permasalahan pengadaan dan penggunaan obat yang sedang
terjadi.
BAB VIII
PENGAWASAN OBAT
Pasal 13
a. Pengawasan prospektif
b. Pengawasan kongkuren
c. Pengawasan Retrospektif
BAB IX
Pasal 14
(1) Penandaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai di Rumah Sakit Tk. IV Singaraja menggunakan label dan
etiket.
(3) Setiap obat pasien yang telah disiapkan dan diserahkan di ruang
rawat, harus berlabel atau memiliki etiket.
BAB X
Pasal 15
(3) Laporan mutasi perbekalan farmasi (setiap bulan) dan laporan stok
opname (maksimal 3 bulan) dibuat oleh Unit Kerja Instalasi Farmasi
(4) Instalasi farmasi diwajibkan membuat laporan ;
BAB XI
Pasal 16
(1) Obat (Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai) emergensi disimpan dalam troli/kit/lemari emergensi, yang
letaknya mudah diakses untuk selalu siap pakai,
(5) Jenis dan jumlah obat (sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan
medis habis pakai) emergensi disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan.
(6) Obat (sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai)
emergensi dan penguncian troli dikontrol oleh farmasi.
BAB XII
Pasal 17
c. Penggunaan.
Pasal 18
(1) Waktu tunggu pelayanan obat non racikan / Obat Jadi adalah
selama 30 menit.
BAB XIV
Pasal 19
(1) Obat yang dibawa pasien dari luar rumah sakit harus diserahkan
atau minimal dilaporakan ke petugas IGD atau ruang perawatan.
(3) Penyerahan kembali obat kepada pasien saat pasien akan pulang
harus disertai penjelasan yang cukup oleh petugas (perawat, dokter).
BAB XV
Pasal 20
(1) Bekal kesehatan yang tidak digunakan lagi karena rusak atau
kadaluarsa didata dan ditempatkan dalam wadah tersendiri untuk
dilakukan pemusnahan.
(2) Perbekalan farmasi yang tidak digunakan, rusak dan kadaluarsa
harus dikembalikan ke Instalasi Farmasi.
BAB XVI
Pasal 21
BAB XVII
PENARIKAN OBAT
Pasal 22
(1) Penarikan / Recall Obat adalah suatu tindakan yang mengatur tata
cara penarikan karena berlebihan, rusak, 3 bulan menjelang ED,
dan sisa pasien rawat inap yang masih utuh dan tidak terpakai.
Pasal 23
BAB XIX
Pasal 24
i. Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi
yang serupa, pilihan dijatuhkan pada :
4) Mudah diperoleh
BAB XX
Pasal 25
(3) Sumber informasi yang digunakan dalam telaah kritis harus dapat
dipercayai, yaitu artikel asli yang diterbitkan oleh jurnal kedokteran
yang mempunyai mekanisme peer review, tinjauan kepustakaan
berupa meta analisis (Cochrane Library), Newsletter yang
mempunyai reputasi baik, buku ajar. Informasi yang diterbitkan atau
diseponsori oleh perusahaan farmasi perlu dibaca dengan cermat
karena terkait dengan promosi yang membesarkan efektifitas dan
menutupi efek buruk obat.
BAB XXI
PROMOSI OBAT
Pasal 26
(2) Cara promosi obat yang baik adalah memberi kesempatan kepada
perusahaan obat untuk menyampaikan informasi tentang obat yang
dipromosikan dihadapan PFT dan Komite Medik serta para dokter.
PENUTUP
Ditetapkan di Singaraja
Pada Tanggal : 31 Oktober 2018