Anda di halaman 1dari 41

MANAJEMEN INVESTASI DAN

TIME VALUE OF MONEY


Mata Kuliah : Teori Pasar Modal
Dosen : Dr. Gerianta Wirawan Yasa, S.E., M.Si.

Oleh :
Kelompok 9
I Made Surya Widhi Wibawa 1707531085
Made Satryawan Jelantik 1707531093
Luh Asri Eka Dewi 1707531142

S1 REGULER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018/2019

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Investasi


I. Tingkat Pengembalian (Return)
1) Pengertian

Adalah keuntungan (atau kerugian) yang diperoleh investor atas dana yang
diinvestasikan. Dapat berupa Realized Return dan Expected Return.
Realized Return adalah tingkat pengembalian yang telah terjadi yang dihitung
berdasarkan data historis. Realized Return menjadi penting karena digunakan sebagai
salah satu pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan Expected
Return untuk mengukur risiko di masa yang akan datang.
Expected Return adalah tingkat pengembalian yang diharapkan untuk diperoleh di
masa depan. Berbeda dengan Realized Return yang sifatnya sudah terjadi, Expected
Return ini sifatnya belum terjadi.
2) Komponen Tingkat Pengambilan

Sumber-sumber tingkat pengembalian atas investasi terdiri dari dua komponen


utama, yaitu yield dan capital gain (loss).
Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan
yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Yield pada investasi obligasi atau
deposito didapat dari kupon obligasi atau bunga deposito. Sedangkan yield pada
investasi saham didapat dari dividen. Biasa dinyatakan dalam bentuk persentase atas
periode tahunan.
Capital gain (loss) merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga
(saham atau obligasi).
Berdasarkan komponen-komponen diatas, tingkat pengembalian suatu investasi
hasil dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut;
𝑇𝑜𝑡𝑎� 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟� = 𝑌𝑖𝑒�� + 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎� 𝐺𝑎𝑖� (�𝑜𝑠𝑠)
𝑇𝑜𝑡𝑎� 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟� = 𝑌𝑖𝑒�� + 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝐶ℎ𝑎�𝑔𝑒
3) Pengukuran

Pengukuran Realized Return (RR) untuk Single Period


Penghitungan Realized Return (RR) untuk Single Period dapat digunakan untuk
membandingkan kinerja dari waktu ke waktu atau dari sekuritas yang berbeda. Untuk
menghitung RR dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut;

𝑇𝑅 = 𝐶𝐹𝑡 + 𝑃E – 𝑃B
𝑃B
TR adalah Total Return
𝐶𝐹𝑡 adalah cash flow yang diterima selama jangka waktu
tertentu
PB adalah harga sekuritas pada awal periode
PE adalah harga sekuritas di akhir periode
Pada dasarnya, total return dapat bernilai positif dan juga negatif. Ketika
mengakumulasi atau memajemukan, total return yang negatif akan menjadi masalah.
Namun, return realisasi dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut,
karena nilai dari return realisasi selalu bernilai positif.
𝑅𝑅 = 𝐶𝐹𝑡 + 𝑃� = 1 + TR
𝑃�
Weighted Mean
Secara umum weighted mean dari sekumpulan observasi X1, X2, …, Xn
dengan weight masing-masing w1, w2, …, wn dihitung sebagai berikut:

Contoh: Suatu portofolio investasi terdiri dari 20% saham A, 50% saham B dan 30%
saham C. Diketahui return saham A sebesar 15%, return saham B 13%, dan return
saham C 9%.

Tingkat
Saham Bobot Pengambalian

A 20% 15%
B 50% 13%
C 30% 9%

Maka weighted mean portofolio tersebut dapat dihitung sebagai berikut:

Dengan hitungan di atas, kita bisa menyampaikan kepada klien bahwa dari 3
investasi saham di atas, return yang akan diperoleh adalah sekitar 12,2%.
4) Rate of Return dan Inflasi

Penghitungan return belum disesuaikan dengan tingkat inflasi. Adapun perhitungan


tingkat return yang disesuaikan dengan inflasi adalah sebagai berikut;

adalah total return setelah disesuaikan dengan tingkat inflasi.

Secara konseptual, tingkat suku bunga bebas risiko nominal merupakan tingkat suku
bunga bebas risiko riil ditambah dengan premium tingkat inflasi.
Secara matematis, hubungan tersebut dapat ditulis sebagai berikut;

5) Expected Return dan Required Return

Expected return adalah return yang diharapkan atas kepemilikan aset.


Required return adalah return yang diinginkan investor pada tingkat risiko dan suku
bunga tertentu.
Required return dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut;
Risk premium adalah tambahan return yang didapat atau diekspektasikan ketika ada
tambahan risiko.
Equity risk premium adalah selisih antara return saham dan tingkat suku bunga bebas
risiko.
Bond horizon premium adalah selisih antara return dari sekuritas pemerintah jangka
panjang dengan jangka pendek.
Keputusan investasi akan terfokus pada expected return, dimana investor
memperkirakan berapa besar return yang dibutuhkan dimasa mendatang untuk
mengelola risiko yang ada. Ketika investor memiliki tujuan untuk mengurangi risiko
tanpa mempengaruhi return yang akan didapatnya, maka investor dapat melakukan
diversifikasi atas sekuritas yang dimilikinya dengan membuat suatu portfolio. Keputusan
investasi mengandung ketidakpastian. Dengan adanya ketidakpastian tersebut, maka
terdapat risiko dari expected return yang tidak disadari, sehingga investor perlu untuk
memperhatikan distribusi returnnya.
Ketika terdapat ketidakpastian akan expected return yang akan didapat, maka investor
harus berpikir mengenai distribusi return, tidak hanya single return saja. Semua hal-hal
yang mungkin terjadi dimasa mendatang harus ikut dipertimbangkan dalam bentuk
probabilitas.
Probabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan kemungkinan relatif (peluang atau
kecenderungan) dari suatu kejadian. Nilai ekspektasi dari suatu variabel acak adalah
probabilitas dari seluruh outcome (hasil) dari variabel acak tersebut.
Dilambangkan dengan E(X), nilai ekspektasi dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berdasarkan persamaan diatas, maka expected return dapat dihitung dengan


menggunakan formula sebagai berikut;

adalah expected return


adalah return pada saat i
adalah probabilitas pada saat i
Contoh:
Berikut adalah pengamatan seorang investor terhadap return saham A jika
dibandingkan dengan return pasar. Ada tiga outcome yang mungkin terjadi, yaitu
“lebih besar”, “sama”, dan “lebih kecil”. Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh
data berikut:

Outcome Frekuensi
“Lebih besar” 92
“Sama” 27
“Lebih kecil” 81
Total observasi 200
Probabilitas bahwa return saham A lebih kecil dari return pasar dapat diperoleh
dengan menghitung 81/200, hasilnya 0,405.
6) Keputusan Pemilihan Antara 2 Saham

Ketika investor menghadapi pilihan antara 2 saham; A dan B, dimana saham A


memiliki expected return yang lebih kecil daripada saham B, namun memiliki tingkat
risiko (standar deviasi) lebih rendah. Maka untuk memilih saham manakah yang akan
dipilih? Keputusan ini tergantung pada seberapa besar penerimaan risiko dari seorang
investor
tersebut. Perlu diingat bahwa terdapat
Return
tradeoff antara risiko dan return. Ketika
return tinggi, maka risiko dari saham
tersebut tinggi, begitu pula sebaliknya.
Ketika sebuah saham memiliki risiko yang
rendah, maka return dari saham tersebut
juga rendah. Sehingga investor harus
menentukan, apakah ia termasuk investor
yang berorientasi pada return ataukah risiko.

Trade off antara return dan risiko dapat

digambarkan dengan grafik dibawah ini; Risiko

Dengan adanya trade off risiko dan return tersebut, maka dalam mengambil keputusan
dapat menggunakan perbandingan coefficient of variation untuk kedua saham
tersebut.
Coefficient of variation (CV) adalah perhitungan statistik dari penyebaran data
disekitar rerata.

Coefficient of variation dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar volatilitas


risiko dibandingkan dengan besarnya return yang diekspektasikan akan didapat dari
sebuah investasi.
Semakin rendah nilai CV, maka semakin bagus risk return trade off nya.
Contoh: Terdapat dua saham A dan B. Saham A memiliki expected return 60% dan
standar deviasi 15%. Sedangkan saham B memiliki expected return 8% dan standar
deviasi 3%. Manakah yang sebaiknya dipilih?
Untuk menentukan saham manakah yang dapat kita pilih, maka dapat dilihat dari
coefficient of variation nya,
Saham A:
Saham B:
Berdasarkan perhitungan CV, dapat kita ketahui bahwa saham B ternyata memiliki nilai
CV yang lebih besar dibandingkan dengan saham A, sehingga dapat dikatakan bahwa
saham B lebih berisiko daripada saham A.
II. Risiko
1) Pengertian

Risiko secara umum didefinisikan sebagai penyimpangan dari sesuatu yang


diharapkan. Risiko juga dapat dikatakan sebagai adanya ketidakpastian akan
sesuatu kejadian di mana sesuatu yang diharapkan tidak terjadi atau terjadinya
sesuatu yang tidak diharapkan di mana kejadian tersebut dapat mengakibatkan
kerugian.
2) Pengukuruan

Dalam ilmu statistika, risiko dinyatakan dengan standar deviasi yang merupakan
akar kuadrat dari varians data. Standar deviasi menunjukan seberapa besar/jauh
sebuah kejadian menyimpang dari nilai rata-ratanya atau nilai yang diharapkan.
Semakin besar standar deviasi maka risiko yang ada semakin besar. risiko juga
dapat didefinisikan sebagai volatilitas dari hasil yang tidak diharapkan, umumnya
berkaitan dengan nilai aset atau kewajiban.
Risiko dapat dilihat dari sebaran data dalam suatu distribusi terhadap nilai rata-
ratanya, dan dapat diukur dengan cara-cara berikut:
1. Variansi sampel

2. Standar deviasi sampel

Risiko dari nilai ekspektasi untuk investasi tunggal dapat dihitung dengan rumus
berikut:

Atau dapat dinyatakan sebagai berikut:

Contoh:
Diketahui data return tahunan saham A selama 5 tahun : 23%, 25%, 20%,
12%, 30%
Hitung variansi return dari saham A selama 5 tahun;

Variansi return di atas memiliki satuan yang sulit diinterpretasikan, karena mean
return memiliki satuan %. Masalah ini dapat diatasi dengan menghitung standar
deviasi return dengan cara berikut.
Selanjutnya diasumsikan manajer investasi A mencatat return saham A selama total 9
tahun, sehingga data di atas merupakan sampel dari 5 tahun yang dia catat. Hitung
variansi dan standar deviasi return saham A.

3) Risiko Keuangan

Risiko keuangan adalah risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang berdampak
langsung dari kinerja keuangan perusahaan. Terdiri dari Risiko Pasar, Risiko
Likuiditas, dan Risiko Kredit.
Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko di mana investasi/pendapatan perusahaan memberikan
hasil yang menyimpang dari yang diharapkan karena terjadi pergerakan variabel
pasar. Hal ini bisa juga terkait dengan instrumen keuangan di mana perusahaan
berinvestasi. Misalkan perusahaan memiliki investasi pada obligasi. Karena adanya
perubahan di pasar obligasi, maka nilai obligasi yang dimiliki perusahaan turun.
Risiko pasar juga dapat dibagi lagi menjadi risiko tingkat suku bunga, risiko nilai
tukar, dan risiko komoditas.
 Risiko tingkat suku bunga
Perubahan tingkat suku bunga bisa berdampak kepada pendapatan, investasi dan
beban bunga perusahaan. Misalkan perusahaan memiliki sumber pendapatan dari
meminjamkan uang (seperti bank), maka ketika tingkat suku bunga pasar naik
sedangkan pinjaman yang diberikan dalam suku bunga tetap maka perusahaan
kehilangan potensi pendapatan bunga.
 Risiko nilai tukar
Perubahan nilai tukar dapat menyebabkan perubahan pada arus kas, laba, nilai
perusahaan atau nilai aset perusahaan. Jika perusahaan melakukan transaksi
dengan menggunakan mata uang asing, maka dengan adanya perubahan nilai
tukar akan menyebabkan perubahan pada uang keluar dari dan masuk ke
perusahaan. nilai kewajiban perusahaan juga dapat terpengaruh. Hal ini terjadi
kalau perusahaan memiliki pinjaman dalam mata uang asing. Jika terjadi
perubahan pada nilai tukar, maka jumlah kewajiban perusahaan akan berubah dan
tentunya juga akan berpengaruh pada laba akuntansi perusahaan.
 Risiko komoditas
Transaksi perusahaan terkait dengan barang komoditas memberikan risiko kepada
perusahaan akibat adanya perubahan pada harga komoditas tersebut. Biasanya
perusahaan meminimalkan risiko dengan melakukan transaksi komoditas dengan
forward. Jika perusahaan akan membeli bahan bakar minyak dan memperkirakan
harga akan naik. Untuk itu perusahaan perlu melakukan kontrak forward untuk
pembelian bahan bakar minyak dengan harga yang telah ditetapkan saat ini. Jika
hal ini tidak dilakukan maka perusahaan akan menghadapi risiko akibat
peningkatan harga minyak. Barang-barang yang termasuk komoditas antara lain
minyak bumi, crude palm oil (CPO), emas, perak, batu bara, dll.
Risiko Likuiditas
Likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban/hutang yang jatuh tempo segera. Likuiditas juga berarti kemampuan
sebuah aset untuk segera dikonversikan menjadi kas tanpa harus kehilangan
nilainya secara signifikan.
Perusahaan menghadapi risiko tidak mampu membayar kewajiban yang jatuh
tempo karena perusahaan gagal dalam pengelolaan modal kerja terutama kas.
Untuk meminimalkan risiko likuiditas maka perusahaan sebaiknya berinvestasi
pada aset yang memang dapat segera dikonversikan ke kas tanpa mengurangi nilai
secara signifikan. Kalau perusahaan berinvestasi pada aset yang kurang likuid
seperti pada saham atau obligasi yang tidak sering diperdagangkan di bursa, maka
ketika perusahaan butuh kas akan dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat
menjual saham atau obligasi tersebut.
Biasanya investasi pada piutang, surat berharga pasar uang dan pasar modal relatif
likuid. Sedangkan investasi pada Aset tetap relatif lebih tidak likuid.
Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko di mana debitur (peminjam) tidak mampu membayar
kewajiban/hutangnya baik itu berupa bunga dan atau pokok pinjamannya. Risiko
kredit ini muncul tidak hanya melalui transaksi pinjam meminjam langsung
seperti bank memberikan pinjaman ke nasabahnya atau ketika perusahaan
melakukan penjualan secara kredit ke pelanggan tetapi juga bisa berupa kegiatan
investasi pada obligasi. Hal ini bisa terjadi karena perusahaan penerbit obligasi
memiliki risiko tidak mampu membayar baik bunga dan pokok pinjaman kepada
investor. Biasanya besarnya risiko kredit dari perusahaan penerbit obligasi
tercermin dari peringkat (rating) yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat
terhadap kualitas obligasi.
4) Risiko Opersional

Selain risiko keuangan, perusahaan juga menghadapi risiko terkait dengan


kegiatan operasional sehari-hari. Risiko operasional biasanya terjadi karena tidak
berfungsinya sistem, SDM, teknologi atau faktor lain yang ada pada perusahaan.
risiko operasional yang mungkin terjadi pada perusahaan di antaranya kerusakan
sistem informasi, kerusakan mesin, kesalahan catat dari pegawai, perampokan,
kesalahan produksi, dll.
5) Risiko Murni dan Risiko Spekulatif

Risiko murni adalah risiko dimana dampak yang diakibatkan pasti akan merugikan
perusahaan. sedangkan jika risiko tersebut tidak terjadi maka tidak ada keuntungan
bagi perusahaan. contoh dari risiko murni adalah kebakaran, bencana alam, kerusakan
mesin,dll. Kalau risiko ini benar-benar terjadi maka akan berdampak pada kerugian
perusahaan. tetapi, jika kebakaran, bencana alam atau kerusakan mesin tidak terjadi
maka tidak ada dampak bagi perusahaan.
Sebaliknya, risiko spekulatif adalah risiko yang memberikan dua kemungkinan. Jika
risiko terjadi maka akan merugikan perusahaan, tetapi jika risiko tidak terjadi akan
memberikan keuntungan bagi perusahaan. contoh dari risiko spekulatif adalah risiko
penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar atau risiko penurunan harga saham. Jika
perusahaan memiliki kewajiban dalam bentuk dolar, jika rupiah melemah maka
kewajiban perusahaan akan meningkat. Sebaliknya, jika rupiah menguat maka
perusahaan akan untuk karena kewajibannya dalam rupiah menjadi turun. Sama juga
dengan investasi perusahaan pada saham. Jika harga saham turun maka perusahaan
akan mengalami kerugian, tetapi jika harga saham tidak turun (naik) maka perusahaan
akan memperoleh keuntungan.
6) Risiko SIstematik dan Risiko Non Sistematik

Risiko sistematik (risiko umum) adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasi
(nondiversifiable risk). Risiko ini tidak dapat dihilangkan melalui proses diversifikasi
yaitu proses menggabungkan beberapa kegiatan yang tidak sejenis. Risiko sistematik
sering juga disebut dengan risiko pasar karena risiko ini berdampak tidak hanya pada
satu perusahaan tetapi terhadap satu industri/pasar atau negara. Contoh dari risiko
sistematik ini adalah risiko inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar, risiko politik, dll.
Risiko non sistematik (risiko khusus) adalah risiko yang dapat didiversifikasi/dikurangi
dengan cara menggabungkan kegiatan/usaha yang berbeda-beda. Risiko non sistematik
sering juga disebut dengan risiko spesifik perusahaan karena hanya perusahaan/bidang
usaha tertentu saja yang akan terkena dampak dari risiko ini. Contoh risiko non
sistematik adalah risiko bisnis, kematian orang kunci pada perusahaan, peraturan
terkait industri/bidang usaha tertentu, dll.
Pengetahuan perusahaan terhadap risiko sistematik dan risiko non sistematik akan
sangat berguna dalam upaya pengelolaan risiko yang ada. Karena ada risiko yang bisa
dikurangi melalui diversifikasi usaha/kegiatan, maka perusahaan dapat mempersiapkan
program pengelolaan untuk risiko yang non sistematik tersebut.
Berdasarkan jenis risiko tersebut, maka

7) Pembagian Risiko Menurut PBI


Di Indonesia, baru Bank Indonesia yang secara resmi mengatur industri perbankan
dalam hal pengelolaan risiko. Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia No.5
tahun 2003 mengatur segala hal tentang manajemen risiko pada bank umum dan
membagi risiko menjadi 8 kelompok yaitu:
← Risiko pasar, yaitu risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar
(suku bunga, nilai tukar dan options) dari portofolio yang dimiliki, yang dapat
merugikan perusahaan (adverse movement).
← Risiko likuiditas, yaitu risiko yang antara lain disebabkan perusahaan tidak mampu
memenuhi kewajiban yang telah jatuh waktu.
← Risiko kredit, yaitu risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak debitur
(counterparty) memenuhi kewajibannya.
← Risiko operasional, yaitu risiko yang antara lain disebabkan ketidakcukupan dan
atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau
adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional perusahaan.
← Risiko hukum, yaitu risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis,
yang antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-
undangan yang mendukung, atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat
sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna.
← Risiko kepatuhan, yaitu risiko yang disebabkan perusahaan tidak mematuhi atau
tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
← Risiko reputasi, yaitu adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya
publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif
terhadap perusahaan.
← Risiko strategik, yaitu risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan
pelaksanaan strategi perusahaan yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang
tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.
III. Portofolio
1) Pengertian

Portofolio adalah kumpulan atau gabungan dari berbagai instrumen atau aset investasi.
Tujuan dari pembentukan portofolio adalah untuk meminimumkan risiko dengan cara
diversifikasi.
Dalam berinvestasi didalam portofolio, yang harus diingat adalah bahwa aset didalam
suatu portofolio lebih kecil risikonya dibanding jika aset tersebut hanya dipegang
tunggal. Dari sudut pandang investor, yang terpenting adalah return dan risiko secara
keseluruhan dari portofolio yang dimilikinya, bukan masing-masing aset didalam
portofolio tersebut. Oleh karena itu, investor menganalisa bagaimana risiko dan return
suatu aset tunggal mempengaruhi portofolio dimana aset tersebut berada.
2) Nilai Return Ekspetasi
Jika R1, R2, …, Rn adalah variabel acak dan w1, w2, …, wn adalah konstanta maka:

Rumus ini sering digunakan dalam analisis investasi, yaitu menghitung nilai ekspektasi
dari return portofolio, dimana R1, R2, …, Rn adalah return masing-masing aset dalam
portofolio dan w1, w2, …, wn adalah bobot (proporsi) dari masing-masing aset
tersebut.
Contoh:
Misalkan diketahui data mengenai saham A dan saham B sebagai berikut;

Kondisi Probabilitas Return Return


Ekonomi Saham A Saham B
Resesi 0,2 2% -4%
Normal 0,3 10% 5%
Booming 0,5 15% 20%

Ekspektasi return saham A = 0,2(2%)+0,3(10%)+0,5(15%)


= 10,9%
Ekspektasi return saham B = 0,2(-4%)+0,3(5%)+0,5(20%)
= 10,7%
Variansi return saham A = 0,2(2-10,9)2+0,3(10-10,9)2+0,5(15-10,9)2
= 24,48

Standar deviasi return A = = 4,95%

Variansi return saham B = 0,2(-4-10,7)2+0,3(5-10,7)2+0,5(20-10,7)2 =


96,19
Standar deviasi return B = = 9,81%
Jika saham A 50% dari keseluruhan portofolio maka imbal hasil yang diharapkan dari
portofolio A & B adalah: 50% (10,9%) + 50% (10,7%) = 10,8%.
3) Risiko Portofolio

Risiko portofolio dapat diukur sebagai standar deviasi dari portofolio, namun
perhitungan standar deviasi tersebut tidak dihitung dengan menggunakan rata-rata
tertimbang standar deviasi masing-masing sekuritas didalam portofolio. Perhitungan
risiko dari sebuah portofolio harus memperhatikan hubungan atau korelasi return antar
saham-saham tersebut.
Penurunan Risiko Portofolio
Jika diasumsikan bahwa semua sumber risiko dari sebuah portofolio tidak bergantung
satu sama lain (independen), semakin banyak jumlah instrument atau asset yang
terdapat dalam sebuah portofolio, maka akan semakin rendah risikonya. Sehingga yang
perlu diperhatikan disini adalah berapa banyak instrument atau asset yang dimasukkan
kedalam portofolio?
Penurunan risiko portofolio dapat dilakukan dengan melakukan diversifikasi atas
saham-saham yang dimiliki dalam sebuah portofolio. Diversifikasi adalah strategi
penempatan dana investasi ke dalam instrumen yang berbeda-beda. Yang dimaksud
dengan berbeda-beda di sini adalah potensi return, risiko dan likuiditasnya. Sebagai
contoh, potensi return investasi di saham tentu saja berbeda dengan obligasi.
Pada umumnya, saham memberikan return yang lebih besar daripada obligasi. Namun
tentu saja risiko berinvestasi di saham lebih besar karena fluktuasi harga saham
cenderung lebih besar daripada obligasi. Aspek ketiga adalah likuiditas.
Likuiditas di sini artinya adalah kemudahan untuk membeli dan menjual sebuah
instrumen investasi. Contoh yang bagus untuk ini adalah properti. Kalau kita
mengiklankan rumah kita belum tentu hari itu juga bisa terjual. Bisa besok, minggu
depan atau bahkan bulan depan rumah kita baru bisa terjual. Berbeda dengan saham
yang dapat kita perdagangkan saat itu juga kalau kita inginkan.
Diversifikasi acak (random diversification) adalah mendiversifikasikan saham tanpa
melihat pada karakteristik masing -masing saham yang relevan. Penurunan dari
marjinal risiko akan semakin kecil seiring dengan penambahan sekuritas. Jumlah
sekuritas yang sangat besar tidak dibutuhkan untuk menurunkan risiko secara
signifikan.
Diversifikasi tidak hanya terbatas pada investasi di industri yang berbeda pada negara
yang sama, akan tetapi bisa juga dilakukan dengan berinvestasi antar negara.
Diversifikasi internasional dapat bermanfaat bila tingkat keuntungan (return) yang
diminta oleh investor ditentukan oleh risiko sistematis pasar domestik (yang
menunjukkan bahwa pasar modal di dunia bersifat fully segmented). Hal ini disebabkan
karena sebagian risiko yang semula tidak dapat didiversifikasi, sekarang bisa
dihilangkan dengan diversifikasi internasional. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa koefisien korelasi antar indeks pasar di berbagai pasar modal rendah
(Pudjiastuti, 1990). Sebaliknya bila return ditentukan oleh risiko sistematis dalam
lingkup pasar dunia (yang menunjukkan bahwa pasar modal dunia bersifat fully
integrated), maka diversifikasi internasional tidak memberikan manfaat yang berarti.
Manfaat yang diperoleh hanya berupa efek diversifikasi murni, yaitu penurunan
kontribusi risiko non-sistematis sekuritas individual terhadap risiko total suatu
portofolio.
Penentu Nilai Intrinsik dan Harga Saham
Persepsi investor terhadap return dan risiko dari sebuah saham akan menentukan harga
pasar dari saham tersebut. Sedangkan return yang sebenarnya dapat dihasilkan oleh
saham dan risiko sebenarnya yang terkandung dalam saham tersebut akan membentuk
nilai intrinsik dari saham tersebut.
Pada saat kesetimbangan (equilibrium), nilai saham harus sama dengan nilai intrinsik
atau nilai yang sebenarnya. Ketika investor memiliki persepsi yang tidak benar mengenai
return dan risiko dari sebuah saham, maka akan semakin jauh harga saham menyimpang
dari nilai intrinsiknya. Sebaiknya, manajer menghindari melakukan tindakan-tindakan
yang dapat menurunkan nilai intrinsik, walaupun jika keputusan tersebut digunakan untuk
meningkatkan harga saham dalam jangka pendek.
Jenis – Jenis Investasi
Berdasarkan potensi pertumbuhan nilai, instrumen investasi (dalam hal ini saham)
dibedakan menjadi:
A. Growth Stock
Growth stock diasosiasikan pada perusahaan yang high-quality atau perusahaan yang
memiliki pertumbuhan pendapatannya diatas rata-rata relative terhadap pasar.
Umumnya memiliki Price-Earning dan Price-to-Book value rasio yang tinggi. Pasar
menempatkan growth stock pada nilai yang tinggi dan hal tersebut membuatnya
terlihat mahal dan undervalue.
B. Value Stock
Value stock cenderung untuk diperdagangkan pada harga yang lebih rendah
dibandingkan dengan nilai fundamentalnya, walaupun sebenarnya perusahaan
memiliki fundamental yang baik (termasuk dividen, pendapatan dan penjualannya).
Hal ini mungkin disebabkan salah satunya karena merupakan perusahaan baru,
sehingga tidak disadari oleh investor.
C. Good Stock
Good stock merupakan saham yang sangat likuid. Saham ini sangat mudah
diperjualbelikan. Di Indonesia sendiri, terdapat 45 saham yang sangat likuid. Namun,
saham ini merupakan saham yang sangat volatile atau berisiko. Hal ini bisa dilihat
dari standar deviasi perubahaan harganya setiap hari. Harga saham naik dan turun
secara cepat dalam periode yang singkat.
Pada umumnya sebuah portofolio dikatakan ideal apabila memiliki Growth Stock dan
Value Stock, atau biasa juga disebut Blended Portfolio.
i
i
2.2 Time Value of Money

APLIKASI PRAKTIS NILAI WAKTU DARI UANG

Sebelum belajar untuk menerapkan penghitungan Nilai Waktu dari Uang (Time Value of
Money, TVOM) menggunakan kalkulator, ada baiknya untuk terlebih dahulu mengetahui
prinsip dasar dari metode ini.

TVOM menjelaskan besarnya manfaat uang yang diterima sekarang, daripada besok,
minggu depan, bulan depan, atau beberapa tahun dari sekarang, apabila jumlahnya
tetap, dan tidak adanya manfaat lain yang akan timbul (misalnya bunga, kupon, dll).
Dengan logika yang sama, konsep TVOM dapat memberi tahu berapa harga wajar suatu
aset hari ini (Present Value, PV) apabila anda mengharapkan suatu tingkat pengembalian
tertentu di kemudian hari (Future Value, FV).

I. OVERVIEW PENGOPERASIAN KALKULATOR TEXAS INSTRUMENT BAII


PLUS
Indikator-indikator dibawah ini merupakan kunci untuk mengetahui informasi status
kalkulator:

Indikator Penggunaan
2nd Tombol untuk memilih fungsi kedua
COMPUTE TekanCPTuntuk menghitung nilai dari variable yang ditampilkan
ENTER Tekan ENTER untuk memasukkan nilai
SET Tekan 2nd [SET] untuk merubah setting dari variabel yang ditampilkan
Tekan atau untuk menampilkan variable sebelumnya dan setelahnya
didalam worksheet
DEL Tekan 2nd [DEL] untuk menghapus data arus kas atau statistic

INS Tekan 2nd [INS] untuk menyisipkan data arus kas atau statistic
Digunakan dalam perhitungan time value of money (TVM) dengan
BGN pembayaran di awal periode. Ketika BGN tidak muncul pada layar, maka
TVM menggunakan pembayaran di akhir periode (END)
- Nilai yang ditampilkan adalah negative

II. PENGATURAN FORMAT KALKULATOR

Untuk Memilih Tekan Display Default


Jumlah angka 2nd
DEC 0-9 (tekan 2
desimal [FORMAT]
DEG (degrees)
Unit Sudut DEG
RAD (Radians)
US (mm-dd-yyyy)
Tanggal US
Eur (dd-mm-yyyy)
US (1,000.00)
Number Separators US
EUR (1.000,00)
Chn (chain)
Metode perhitungan AOS™ (algebraic Chn
operating system)
1. Untuk
mengakses pilihan format, tekan 2nd [FORMAT]. Layar kalkulator akan muncul
DEC
2. Untuk merubah banyaknya angka decimal, maka ketikkan jumlah angka desimal
yang diinginkan dan tekan ENTER
3. Untuk mengakses format kalkulator yang lain, maka tekan atau untuk setiap
format
4. Untuk mengubah format yang dipilih, tekan 2nd [SET]
5. Untuk mengubah format kalkulator yang lain, ulangi langkah ke 3 dan
4 atau
untuk kembali ke mode kalkulator standar, tekan 2nd [QUIT]
atau untuk mengakses worksheet, tekan kunci worksheet atau kunci sequence

III. MENGHAPUS DATA ENTRY DAN MEMORI


Untuk Menghapus Tekan

Satu angka di digit terakhir

Data entry yang salah atau error CE/C


Worksheet yang diminta dan menghapus
2nd [CLR WORK]
data yang salah
2nd [FORMAT]
Setting format kalkulator dan menghapus
data yang salah
2nd [CLR WORK]
Keluar dari worksheet dan kembali ke
pengaturan kalkulator standar
2nd [QUIT]
Semua pengoperasian dalam pengaturan
kalkulator standar
2nd [QUIT]
Variabel-variabel dalam TVM worksheet dan
menghapus nilai yang salah
2nd [CLR TVM]
Satu dari 10 memori (tanpa mempengaruhi 0STO dan angka dari memori (0-
yang lain) 9)

IV. TOOLS FOR FINANCIAL SOLUTION

Untuk
Fungsi Tekan
Memilih
Menganalisa arus kas seperti N, I/Y, PV, PMT, FV,
TVM worksheet anuitas, pinjaman hipotik,
sewa, tabungan atau 2nd [P/Y]
Menghitung amortisasi dan
Amortisasi membentuk jadwal 2nd [AMORT]
amortisasi
Menganalisa arus kas dengan
Cash Flow menghitung NPV (net present
2ndCF
worksheet value) dan (IRR) internal rate
of return
Membentuk jadwal depresiasi
Depreciation
dengan menggunakan 1 dari 2nd [DEPR]
Worksheet
6 metode depresiasi
Mengkonversi tingkat bunga
Interest
antara nominal rate (atau
Conversion 2nd [ICONV]
annual percentage rate) dan
worksheet
annual effective rate
V. TIME VALUE OF MONEY (TVM) WORKSHEET

Bab ini membahas konsep time value of money dan aplikasinya.


Dalam bab ini disajikan prosedur untuk menghitung future value dan
present value arus kas tunggal, anuitas, dan serangkaian arus kas
yang tidak sama. Pengaruh dari periode compounding yang berbeda
juga diulas, bersama dengan prosedur untuk memecahkan variabel
lainnya dalam permasalahan time value of money. Sasaran utama
yang ingin dicapai adalah untuk menguasai mekanisme time value of
money (mempelajari bagaimana mengolah data yang diberikan),
mencari solusi permasalahan time value of money dengan kalkulator
finansial, dan menyelesaikan permasalahan time value of money
dengan cepat dan benar.

Variabel Key Display Jenis Variabel


Enter atau
Lamanya Periode N N
compute
Enter atau
Tk.bunga per tahun I/Y I/Y
compute
Enter atau
Present Value (nilai sekarang) PV PV
compute
Enter atau
Pembayaran PMT PMT
compute
Enter atau
Future Value (nilai yang akan datang) FV FV
compute
Banyaknya pembayaran per tahun 2nd [P/Y] P/Y Hanya Enter
Banyaknya periode pemajemukkan
C/Y Hanya Enter
(compounding) per tahun
Pembayaran akhir periode 2nd [BGN] END Setting
Pembayaran awal periode 2nd [SET] BGN Setting
Pembayaran Awal 2nd [AMORT] P1 Hanya Enter
Pembayaran akhir P2 Hanya Enter
Balance BAL Auto-compute
Pembayaran pokok (principal paid) PRN Auto-compute
Pembayaran bunga INT Auto-compute

V.1. Konsep Nilai Waktu dari Uang dan Aplikasinya


Konsep compound interest atau bunga majemuk sangat erat melekat dengan
prosedur time value of money (TVM). Ketika suatu investasi dipengaruhi oleh bunga
majemuk, pertumbuhan dalam nilai investasi dari periode ke periode mencerminkan
tidak hanya bunga atas pokok awal namun juga bunga yang diperoleh atas bunga
periode sebelumnya.

Aplikasi TVM sering kali digunakan untuk menentukan future value (FV) arus kas suatu
investasi sebagai hasil dari efek bunga majemuk. Menghitung FV terkait dengan
membuat proyeksi arus kas ke depan, berdasarkan suku bunga majemuk yang sesuai,
sampai dengan akhir masa investasi. Perhitungan present value (PV) bekerja pada
arah berlawanan – membawa arus kas dari suatu investasi kembali ke awal masa
investasi berdasarkan tingkat pengembalian (rate of return) majemuk yang sesuai.
Kemampuan menghitung PV dan/atau FV suatu arus kas investasi menjadi sangat
berguna ketika harus membandingkan alternatif investasi karena nilai arus kas investasi
harus diukur pada suatu titik waktu tertentu, biasanya pada akhir periode investasi (FV)
atau pada awal periode investasi (PV).

V.2. Penggunaan Kalkulator Finansial


Asumsi kalkulator finansial yang akan digunakan adalah TI BAII Plus dimana default
untuk fungsi periode dalam setahun (P/Y) diatur sama dengan 12. Hal ini secara
otomatis akan mengubah suku bunga tahunan (I/Y) menjadi suku bunga bulanan.
Sekalipun hal ini sesuai untuk banyak permasalahan terkait pinjaman, fitur ini tidak
cocok untuk banyak aplikasi TVM yang akan dipelajari. Sehingga sebelum melangkah
lebih lanjut, P/Y dalam kalkulator finansial perlu diatur menjadi “1” dengan cara sebagai
berikut:

3. Tekan 2nd [P/Y]


4. Masukkan angka “1” dan tekan ENTER
5. Tekan 2nd [QUIT]

V.3. Time Lines


Time line merupakan diagram arus kas dari suatu permasalahan TVM. Arus kas yang
terjadi sekarang (saat ini) diletakkan pada waktu nol. Arus kas keluar (pembayaran)
diberi tanda negatif dan arus kas masuk (penerimaan) diberi tanda positif.

Setelah arus kas diletakkan pada suatu time line, arus kas tersebut dapat ditarik ke awal
periode investasi untuk menghitung PV melalui proses yang disebut pendiskontoan
(discounting) atau ditarik ke akhir periode investasi untuk menghitung FV melalui
proses yang disebut pemajemukan (compounding).

Gambar 1 mengilustrasikan time line untuk suatu investasi senilai Rp2.000 saat ini (arus
kas keluar) dan akan menghasilkan serangkaian penerimaan kas (arus kas masuk)
sebesar Rp600 selama lima tahun pada setiap akhir tahun.

Gambar 1: Time Line

0 1 2 3 4 5

-2.000 300 300 300 300 300

Harap diperhatikan bahwa arus kas yang digambarkan pada time line terjadi pada akhir
periode. Selanjutnya, perhatikan bahwa akhir suatu periode sama dengan awal periode
berikutnya. Contoh, akhir tahun kedua (t = 2) sama dengan awal tahun ketiga, sehingga
arus kas pada awal Tahun 3 tampak saat t = 2 dalam time line.

Suku bunga merupakan ukuran time value of money, meskipun perbedaan risiko dalam
surat berharga finansial juga dapat menyebabkan perbedaan dalam suku bunga
ekuilibrium. Suku bunga ekuilibrium adalah tingkat pengembalian yang diinginkan
(required rate of return) untuk suatu investasi di pasar, dengan logika bahwa tingkat
pengembalian pasar adalah pengembalian yang diharapkan investor dan penabung untuk
membuat mereka mau meminjamkan dananya. Suku bunga disebut juga tingka
diskonto dan, faktanya, kedua istilah tersebut dapat digunakan bergantian. Jika
seseorang dapat meminjam pada suku bunga 10%, maka orang tersebut harus
mendiskontokan pembayaran yang dilakukan di masa depan dengan suku bunga
tersebut agar memperoleh nilai yang sama dalam rupiah sekarang atau mata uang
lainnya. Selain itu, suku bunga juga dapat dipandang sebagai opportunity cost untuk
konsumsi saat ini. Jika tingkat suku bunga pasar untuk surat berharga 1-tahun adalah
5%, memperoleh tambahan 5% merupakan kesempatan yang hilang ketika konsumsi
saat ini dipilih dibandingkan dengan menabung (menunda konsumsi).

Suku bunga bebas risiko riil (real risk-free rate) adalah suku bunga teoritis untuk satu
periode pinjaman yang tidak memiliki ekspektasi inflasi. Sementara tingkat
pengembalian riil (real return) merujuk pada kenaikan daya beli investor (setelah
disesuaikan dengan inflasi). Karena ekspektasi inflasi di masa depan tidak sama dengan
nol, suku bunga pada Surat Perbendaharaan Negara (SPN) di Indonesia atau Treasury-
bills di Amerika Serikat misalnya, merupakan suku bunga bebas risiko (risk-free rates)
namun bukan merupakan tingkat pengembalian rill. Suku bunga SPN adalah suku bunga
bebas risiko nominal (nominal risk free rates) karena memiliki premi inflasi. Hubungan
yang paling mendekati dalam hal ini adalah:
= +

Surat berharga dapat memiliki satu atau lebih jenis risiko, dan setiap penambahan
risiko meningkatkan tingkat pengembalian yang diinginkan. Jenis-jenis risiko ini adalah:

Risiko gagal bayar (default risk). Risiko peminjam tidak dapat melakukan
pembayaran yang dijanjikan secara tepat waktu.
Risiko likuiditas. Risiko menerima kurang dari nilai wajar untuk suatu investasi jika
harus dijual untuk memperoleh uang tunai secara cepat.
Risiko jatuh tempo (maturity risk). Dalam surat utang, harga obligasi dengan jatuh
tempo lebih panjang akan lebih berfluktuasi dibandingkan obligasi dengan jatuh
tempo lebih pendek. Obligasi dengan jatuh tempo lebih panjang memiliki risiko jatuh
tempo lebih tinggi dibandingkan obligasi dengan jatuh tempo lebih pendek sehingga
obligasi dengan jatuh tempo lebih panjang membutuhkan premi risiko jatuh tempo.

Setiap faktor risiko tersebut terkait dengan premi risiko yang ditambahkan ke dalam
perhitungan suku bunga bebas risiko nominal untuk menyesuaikannya dengan risiko
gagal bayar lebih besar, kurangnya likuiditas, dan jatuh tempo yang lebih panjang relatif
terhadap sekuritas lain seperti Treasury-bills yang sangat likuid, berjangka pendek, dan
bebas dari gagal bayar:

= +++ ℎ

Institusi keuangan biasanya menyatakan suku bunga secara tahunan (annual), bersama
dengan frekuensicompounding, bukan menyatakan suku bunga secara peiodik – suku
bunga yang diperoleh selama satu periode compounding. Contohnya, sebuah bank akan
menyatakan bunga tabungan 8%, dimajemukkan (compounded) triwulanan, dan bukan
menyatakan sebagai bunga tabungan 2% per triwulan. Suku bunga yang direalisasikan
investor sebagai hasil compounding dikenal sebagai suku bunga tahunan efektif atau
effective annual rate (EAR). EAR mencerminkan tingkat pengembalian tahunan aktual
yang diperoleh setelah penyesuaian dilakukan terhadap periode compounding yang
berbeda. EAR dapat ditentukan sebagai berikut:
EAR = (1 + periodicrate)m - 1
dimana:
periodic = suku bunga tahunan / m
rate m = jumlah periode compounding dalam setahun

Jelas, EAR untuk suku bunga 8% yang dimajemukkan secara tahunan tidak sama
dengan EAR 8% yang dimajemukkan secara semesteran, atau triwulanan. Ketika bunga
mejemuk digunakan, suku bunga aktual (efektif) hanya akan sama dengan stated rate
ketika bunga dimajemukkan secara tahunan. Lain daripada itu, semakin banyak
frekuensi compounding, semakin tinggi EAR dibandingkan dengan stated rate.
Perhitungan EAR diperlukan ketika membandingkan investasi yang memiliki periode
compounding berbeda. Perhitungan tersebut memungkinkan perbandingan suku bunga
secara apples-to-apples.

Hitung EAR jika stated annual rate adalah 12%, dimajemukkan secara triwulanan.
Jawab:
Disini m = 4, sehingga suku bunga periodik adalah 12 / 4 = 3%.
Jadi, EAR = (1 + 0,03)4 – 1 = 1.1255 – 1 = 0,1255 = 12,55%.
Dengan menggunakan kalkulator financial, soal tersebut dapat diselesaikan:
Menggunakan fungsi [yx] dalam kalkulator
finansial: 1.03 [yx] 4 [=] 0,1255
Menggunakan fungsi ICONV:
- Tekan 2nd [ICONV]
- Masukkan NOM = 12 dan tekan ENTER
- Tekan
- Tekan , masukkan C/Y = 4 dan tekan ENTER
- Tekan
- Tekan , ketika layar kalkulator menunjukkan EFF, tekan CPT, sehingga EFF = 12.55
V.4. Future Value Nilai Tunggal
Future value adalah jumlah dimana setoran saat ini akan tumbuh selama waktu tertentu
ketika ditempatkan pada rekening yang membayar bunga majemuk. FV, disebut juga
nilai majemuk, merupakan perhitungan bunga majemuk yang paling sederhana. Rumus
FV untuk satu arus kas adalah:
FV PV 1 I/Y N

dimana:

PV = jumlah uang yang diinvestasikan hari ini (present value)


I/Y = tingkat pengembalian setiap periode compounding =
N jumlah total periode compounding

Dalam rumus ini, investasi hanya terkait dengan satu arus kas keluar, PV, yang terjadi
hari ini, saat t = 0 pada time line. Rumus FV nilai tunggal akan menentukan nilai suatu
investasi pada akhir periode compounding N, dengan memperoleh tingkat pengembalian
majemuk, I/Y, untuk seluruh periode.
N
Faktor (1 + I/Y) mencerminkan tingkat compounding suatu investasi dan sering kali
disebut sebagai future value factor, atau future value interest factor, untuk arus
kas tunggal pada I/Y selama N periode compounding.

Compound interest (bunga majemuk) terjadi ketika bunga yang dihasilkan dari investasi
selama periode awal ditambahkan ke nilai prinsipal (nilai awal) investasi pada periode
awal. Kemudian, bunga yang diterima di periode kedua merupakan bunga yang
didasarkan pada nilai investasi periode pertama ditambah dengan bunga periode awal.
Secara matematika, nilai masa depan (future value) dari sebuah investasi jika bunga
dimajemukan tiap tahun dengan tingkat bunga i selama n tahun:

FVn = PV ( 1 + i)n
Di mana n = jumlah tahun periode bunga dimajemukkan
i = tingkat bunga (diskonto) tahunan
PV = nilai saat ini (present value) atau nilai investasi di awal
periode
FVn = nilai masa depan (future value) investasi di akhir tahun n

Future Value (Nilai Yang Akan datang)


Jika kita menabung sebesar 100 juta dan memperoleh bunga 6%, berapa uang kita
setelah satu tahun?
n
FVn = PV (1 + i)
1
FV1 = PV (1 + 0.06) = 106 juta
Atau:
FVn = PV (FVIFi,n)

FV1 = PV (FVIF6%,1) gunakan tabel
- FV =
PV = 100 106

0 1
Jika kita menabung sebesar 100 juta dan memperoleh bunga 6%, berapa uang kita
setelah 5 tahun?
n
FVn = PV (1 + i)
5
FV5 = PV (1 + 0,06) = 133,82 juta
Atau:
FVn = PV (FVIFi,n)

FV5 = PV (FVIF6%,5) gunakan tabel

Jika periode compounding kurang dari satu tahun, maka future value investasi kita dapat
dihitung dengan rumus:
mn
FVn = PV (1 + i/m)
di mana: m = jumlah compounding yang dilakukan selama satu tahun

Jika kita menabung sebesar 100 juta dan memperoleh bunga 6% dengan
quarterlycompounding (3 bulanan), berapa uang kita setelah 5 tahun?
m = 4
4x5
FV = PV (1 + 0,06/4)
20
FV5 = PV (1 + 0,015) = 134,68 juta
Atau:
FVn = PV (FVIFi,n)

FV5 = PV (FVIF1,5%,20) gunakan tabel

Berapakah future value dari 1,000 dengan bunga 8% jika dilakukan continuous
compounding setelah 100 tahun?
ixn
FV = PV (e )
FV100 = PV (e0.08x100)
= 2.980.957,99

Future value dari sebuah investasi dapat ditingkatkan baik dengan meningkatkan jumlah
tahun/periode dan atau dengan meningkatkan bunganya.
tingkat
Hitung FV dari investasi Rp600 pada akhir tahun kesepuluh jika memperoleh tingkat
pengembalian 8% per tahun.
ta yang Jawab:
Untuk memecahkan masalah ini dengan kalkulator finansial, masukkan data yang
splay relevan dan hitung FV.
0.00 Keterangan Tekan Display
Merubah setting menjadi default setting 2nd [RESET] ENTER RST 0.00
10.00
Masukkan jk. waktu pembayaran 10 N N = 10.00
8.00
Masukkan tk.bunga 8 I/Y I/Y = 8.00
-600.00
Masukkan nilai sekarang (PV) 600 +/-PV PV = -600.00
1295,35
Hitung Future Value CPTFV FV = 1295,35
rsamaan
Permasalahan yang relatif sederhana ini juga dapat dipecahkan dengan persamaan
berikut: Pada kalkulator 1,08 [yx] 10 [x] 600 [=] 1.295,35

V.5. Present Value Nilai Tunggal


PV nilai tunggaladalah nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima pada waktu
tertentu di masa depan. Dengan kata lain, merupakan jumlah uang yang harus
diinvestasikan hari ini, dengan tingkat pengembalian tertentu selama periode waktu
tertentu pula, untuk memperoleh FV tertentu. Seperti telah disebutkan sebelumnya,
proses menemukan PV dari arus kas dikenal sebagai pendiskontoan (arus kas masa
depan didiskontokan ke saat ini). Suku bunga yang digunakan dalam proses diskonto
umumnya disebut sebagai tingkat diskonto tapi juga dapat disebut sebagai
opportunity cost, tingkat pengembalian yang diinginkan, atau juga sebagai biaya
modal (cost of capital). Apapun namanya, tingkat dimaksud mencerminkan tingkat
pengembalian majemuk tahunan yang dapat diperoleh dari suatu investasi.
Hubungan antara PV dan FV dapat dilihat dengan memperhatikan persamaan FV sebelumnya, dengan menulis
ulang persamaan FV untuk memperoleh PV:

1 FV

PV FV N N

1 I/Y 1 I/Y

Perhatikan bahwa untuk arus kas tunggal, PV selalu kurang dari FV ketika tingkat
diskonto bernilai positif.

N
Nilai 1 / (1 + I/Y) dalam persamaan PV sering kali disebut sebagai present value
factor, present value interest factor, atau faktor diskonto untuk arus kas tunggal
pada I/Y selama N periode compounding.

Present Value adalah nilai saat ini dari sejumlah uang yang akan diterima di masa yang
akan datang.

Secara matematika, present value dari sejumlah uang yang akan diterima di masa
depan adalah dapat ditentukan dengan rumus:
1
PV FV

n 1 in
Di mana : n = jumlah tahun sampai uang akan diterima
ii = opportunity rate atau discount rate

PV = present value dari uang di masa depan FVn =


future value dari investasi di akhir tahun n
Present value dari uang di masa depan berhubungan terbalik baik dengan lamanya tahun
sampai uang diterima dan opportunity rate atau discount rate.
Jika kita menerima 100 juta satu tahun dari sekarang, berapakah present value (PV)
dari uang tersebut jika opportunity cost adalah 6%?

PV =
FVn
n
1 i
1
PV = 100 / (1+ 0.06)
PV = 94,34 juta
Atau:
PV = FV(PVIFi,n)

PV FV(PVIF6%,1) gunakan tabel

PV = -94.34 FV = 100

0 1
Jika kita akan menerima 1000 untuk periode 15 tahun dari sekarang, berapakah present
value (PV) dari uang tersebut jika opportunity cost adalah 7%?

PV =
FVn
n
1 i
15
PV = 1000 / (1+ 0.07)
PV = 362.45
Atau:
PV = FV(PVIFi,n)
PV = FV(PVIF7%,15) gunakan tabel
Jika kita menjual tanah dengan harga 11,93 miliar yang kita beli 5 tahun lalu seharga 5
miliar, berapakah tingkat pengembalian (rate of return) tahunan dari investasi tanah
tersebut?

PV =
FVn
n
1 i
5
5 = 11,93 / (1+ i)
5
2,3866 = (1+ i)
1/5
(2,3866) = 1+ i  i = 19%
Atau:
PV = FV(PVIFi,n)

5.000 = 11,933(PVIF?%,5) gunakan tabel

Jika kita menabung 100 juta dengan bunga 9,6% per tahun dan di-compound tiap bulan,
berapa lamakah waktu yang diperlukan agar uang tersebut dapat berkembang menjadi
500 juta?

PV =
FVn
n
1 i
500
100 =
0,096 mxn
1
12
mxn
5 = (1.008)
ln 5 = (mxn) ln (1,008)
1,60944 = 0,007968 (mxn)
mxn = 202 bulan
Atau: n = 202/12 = 16,83 tahun

alam lima Dengan tingkat diskonto 9%, hitung PV dari arus kas Rp2.000 yang akan diterima dalam lima
tahun!

Jawab:
levan dan Untuk memecahkan masalah ini dengan kalkulator finansial, masukkan data yang relevan dan
hitung PV.
Permasalahan yang relatif sederhana ini juga dipecahkan dengan persamaan berikut:
PV = 2000x [1/(1 + 0,09)5]= Rp1.299,86
Pada kalkulator 1 [÷] 1,09 [yx] 5 [x] 2000 [=] 1.299,86
ntinu Continue

e…
Lanjutan…
Keterangan Tekan Display
Merubah setting menjadi default 2nd [RESET]
RST 0.00
setting ENTER

Masukkan jk. waktu pembayaran 5N N = 5.00


Masukkan tk.bunga 9 I/Y I/Y = 9.00
Masukkan Future Value (FV) 2000 +/-FV FV = -2000.00
Hitung nilai sekarang (PV) CPTPV PV = 1299,86

PV yang dihitung disini mencerminkan bahwa pada tingkat 9%, investor akan
indiferen antara menerima Rp2.000 dalam lima tahun atau menerima Rp1.299,86
hari ini. Dengan kata lain, Rp1.299,86 adalah jumlah yang harus diinvestasikan
sekarang pada tingkat pengembalian 9% guna menghasilkan arus kas Rp2.000
pada akhir tahun kelima.

V.6. Anuitas
Anuitas adalah serangkaian arus kas yang sama dan terjadi pada interval yang sama
selama periode tertentu. Menerima Rp2.000 per tahun pada akhir setiap tahun selama
delapan tahun merupakan contoh dari suatu anuitas. Terdapat dua jenis anuitas: anuitas
biasa (ordinary annuities) dan anuitas di muka (annuities due). Anuitas biasa
merupakan jenis anuitas yang paling umum. Anuitas biasa dicirikan dengan arus kas
yang terjadi pada akhir setiap periode compounding. Hal ini merupakan pola arus kas
yang biasa dalam banyak aplikasi investasi dan keuangan perusahaan. Jenis anuitas
lainnya adalah anuitas di muka, dimana pembayaran atau penerimaan terjadi pada awal
setiap periode (pembayaran pertama dilakukan hari ini saat t = 0).

Menghitung FV atau PV dari anuitas dengan kalkulator finansial tidak lebih sulit
dibandingkan dengan arus kas tunggal. Perbedaan antara nilai tunggal (single sum)
dengan anuitas dalam permasalahan TVM adalah pada pencarian PV atau FV dari arus
kas, dimana yang satu merupakan arus kas tunggal sedangkan yang lain merupakan
arus kas periodik yang sama, dimana nilai arus kas periodik didefinisikan dengan fungsi
PMT pada kalkulator finansial.

Berapa future value dari anuitas biasa yang memberi pembayaran Rp150 per tahun
pada akhir setiap tahun selama 15 tahun, dimana investasinya diperkirakan
memberikan tingkat pengembalian 7%?

Jawab:
Untuk memecahkan masalah ini dengan kalkulator finansial, masukkan data yang
relevan dan hitung FV.

Keterangan Tekan Display


Merubah setting menjadi default 2nd [RESET]
RST 0.00
setting ENTER

Masukkan jk. waktu pembayaran 15 N N = 15.00


Masukkan tk.bunga 7 I/Y I/Y = 7.00
Masukkan Arus kas per tahun 150 +/-PMT PMT = -150.00
Hitung Future Value CPTFV FV = 3.769,35

Dalam kasus ini secara implisit PV = 0.


Time line untuk arus kas dalam permasalahan ini diperlihatkan dengan gambar di
bawah.
FV dari Anuitas Biasa:
0 1 2 3 . . . 15

150 150 150 150


Seperti terindikasi disini, jumlah nilai majemuk dari arus kas individual dalam anuitas
biasa selama 15 tahun ini adalah Rp3.769,35. Perhatikan bahwa pembayaran
anuitasnya sendiri berjumlah Rp2.250 = 15 x Rp150, sehingga nilai Rp3.769,35 sudah
mencerminkan bunga pada tingkat 7% per tahun.
Untuk mencari PV dari anuitas biasa, rangkaian arus kas masa depan, PMT, yang
digunakan dalam permasalahan FV anuitas, didiskontokan kembali ke saat ini (waktu =
0), bukan dimajemukkan ke masa depan sampai tanggal terakhir anuitas.

Dalam hal ini, variabel PMT merupakan nilai pembayaran periodik tunggal, bukan total
seluruh pembayaran (atau deposit) dalam anuitas. Present value anuitas biasa (PVAO)
mengukur PV kolektif dari serangkaian arus kas yang sama yang diterima pada akhir
setiap periode compounding selama jumlah periode tertentu, N, dengan tingkat
pengembalian tertentu juga, I/Y. Contoh-contoh berikut mengilustrasikan bagaimana
menghitung PV anuitas biasa menggunakan kalkulator finansial.

Berapa PVdari anuitas yang memberi pembayaran Rp200 per tahun pada
akhir setiap tahun selama 13 tahun, dengan tingkat diskonto 6%?

Jawab:
Pembayaran terjadi pada akhir tahun, jadi anuitas ini adalah anuitas biasa.
Untuk memecahkan masalah ini dengan kalkulator finansial, masukkan data
yang relevan dan hitung PV.
Keterangan Tekan Display
Merubah setting menjadi default 2nd [RESET]
RST 0.00
setting ENTER

Masukkan jk. waktu pembayaran 13 N N = 13.00


Masukkan tk.bunga 6I/Y I/Y = 6.00
Masukkan Arus kas per tahun 200 +/-PMT PMT= -200.00
Hitung Present Value CPTPV PV = 1770,54
Rp1.770,54 yang dihitung disini mencerminkan jumlah uang yang perlu
diinvestasikan investor hari ini pada tingkat pengembalian 6% untuk
menghasilkan arus kas sebesar Rp200 setiap akhir tahun selama 13 tahun.
V.7. Future Value Anuitas di Muka
Terkadang diperlukan untuk mencari FV anuitas di muka (FVAD), anuitas dimana
pembayaran atau setorannya terjadi pada setiap awal periode compounding. Untuk
menghitung FVAD dengan kalkulator finansial, kalkulator harus diatur menjadi awal
periode (BGN). Untuk berganti antara BGN dan END dalam kalkulator TI: [2nd] [BGN]
[2nd] [SET] [2nd] [QUIT]. Bila kalkulator diatur menjadi BGN, keterangan BGN akan
tampak pada pojok kanan layar. Harus diingat bahwa sekalipun pembayaran anuitas di
muka disetorkan atau diterima pada awal setiap periode, FV anuitas di muka dihitung
pada akhir periode terakhir.

Cara lain untuk menghitung FV anuitas di muka adalah dengan menghitung FV anuitas
biasa, dan kemudian mengalikan hasil FV-nya dengan [1 + suku bunga mejemuk (I/Y)].
Secara simbolis, hal ini dinyatakan sebagai:

FVAD =FVAO x (1 + I/Y)

V.8. Present Value Anuitas di Muka


Meskipun kurang umum dibandingkan anuitas biasa, namun bisa terdapat permasalahan
untuk mencari PV anuitas di muka. Pada anuitas di muka, periode diskonto berkurang
satu karena arus kas pertama terjadi saat t = 0 sehingga sama dengan PV-nya. Hal ini
menunjukkan, jika kondisi lainnya sama (ceteris paribus), PV anuitas di muka akan lebih
besar dari PV anuitas biasa.

Sebagaimana akan terlihat pada contoh berikut, terdapat dua cara untuk menghitung PV
anuitas di muka. Pertama adalah dengan mengatur kalkulator finansial menjadi BGN dan
memasukkan seluruh variabel yang relevan (PMT, I/Y, dan N) secara normal. Kedua,
cara yang lebih mudah, adalah dengan memperlakukan aliran arus kas sebagai anuitas
biasa selama N periode compounding, dan mengalikan hasilnya dengan [1 + suku bunga
majemuk periodik (I/Y)]. Secara simbolis hal ini dinyatakan sebagai:

PVAD = PVAO x (1 + I/Y)

Keunggulan dari metode kedua ini adalah kalkulator finansial tetap berada dalam kondisi
END. Dalam kedua prosedur tersebut, PV dihitung sebagai nilai awal periode pertama, t
= 0.

Dengan tingkat diskonto 10%, berapa present value anuitas selama 3 tahun yang memberikan
pembayaran Rp100 pada setiap awal tahun selama tiga tahun berikutnya, mulai hari ini? Time line
untuk permasalahan ini ditunjukkan pada gambar berikut:
Jawab: 0 1 2 3

100
Keterangan 100 100 Tekan Display
Merubah setting menjadi
2nd [BGN] 2nd [SET] 2nd [QUIT] BGN
beginning setting
Masukkan jk. waktu pembayaran 3N N = 3.00

Masukkan tk.bunga 10 I/Y I/Y = 10.00

Masukkan Arus kas per tahun 100 +/-PMT PMT= -100.00

Hitung Present Value CPTPV PV = 273,55


Berapa future value dari anuitas yang memberikan Rp100 per tahun pada awal periode
selama tiga tahun, mulai hari ini, jika arus kas dapat diinvestasikan pada suku bunga
tahunan 10%?

Jawab:
Keterangan Tekan Display
Merubah setting menjadi
2nd [BGN] 2nd [SET] 2nd [QUIT] BGN
beginning setting
Masukkan jk. waktu
3N N = 3.00
pembayaran
Masukkan tk.bunga 10 I/Y I/Y = 10.00
Masukkan Arus kas per
100 +/-PMT PMT= -100.00
tahun
Hitung Present Value CPTFV FV = 364,10

V.9. Present Value Perpetuitas


Perpetuitas merupakan instrumen yang membayar sejumlah tetap uang dalam interval
yang telah ditentukan selama periode waktu yang tak terbatas (infinite). Dengan kata
lain, perpetuitas merupakan anuitas perpetual. Obligasi pemerintah Inggris dan
kebanyakan saham preferen merupakan contoh perpetuitas karena menjanjikan bunga
tetap atau pembayaran dividen selamanya. Faktor diskonto dari perpetuitas adalah satu
dibagi tingkat pengembalian yang sesuai (1 / r).

Dengan demikian, PV dari perpetuitas dapat dihitung:


= ⁄

PV perpetuitas merupakan arus kas tetap periodik dibagi tingkat pengembalian periodik
yang sesuai. Sebagaimana dengan aplikasi TVM lainnya, dimungkinkan untuk
memecahkan variabel yang tidak diketahui dalam persamaan PV perpetuitas dengan
kalkulator finansial.

Asumsikan saham preferen PT Kodak membayar Rp900 dividen tahunan dan berencana untuk
mengikuti kebijakan dividen ini selamanya. Dengan tingkat pengembalian 8%, berapa nilai
saham preferen PT Kodak?

Jawab:
Nilai saham merupakan PV dari seluruh dividen di masa depan sehingga:
900
= = 11.250
0,08

Jadi, jika investor menghendaki tingkat pengembalian 8%, investor akan mau membayar
Rp11.250 untuk setiap lembar saham preferen PT Kodak.
V.10. PV dan FV dari Arus Kas yang Tidak Sama
Bukanlah hal yang aneh untuk menemukan aplikasi dalam investasi dan keuangan
perusahaan dimana diperlukan untuk menilai aliras arus kas yang tidak sama dari
periode ke periode. Time line pada Gambar 2 menunjukkan aliran kas tersebut.

Gambar 2: Time Line untuk Arus Kas yang Tidak Sama

0 1 2 3 4 5

-2.000 -1.000 0 8.000 7.000 4


2000 1000

Aliras arus kas selama enam tahun di atas bukan merupakan anuitas karena arus
kasnya berbeda setiap tahun. Bahkan, terdapat satu tahun dengan arus kas sama
dengan nol dan dua tahun dengan arus kas negatif. Intinya, aliran arus kas yang tidak
sama ini merupakan penjumlahan aliran arus kas tunggal tahunan. Jadi, untuk
menemukan PV atau FV dari aliran arus kas ini, yang perlu dilakukan adalah
menjumlahkan PV atau FV dari arus kas individual.

Berikut ini merupakan perhitungan PV dari arus kas yang tidak sama:

Dengan menggunakan tingkat pengembalian 10%, hitung present value pada akhir tahun keenam
dari aliran arus kas yang tidak sama seperti yang berikan pada Gambar 2.
Jawab:
FV untuk aliran arus kas ditentukan pertama-tama dengan menghitung FV dari setiap arus kas
individual, lalu menjumlahkan FV arus kas individual. Tanda dari arus kas harus selalu
diperhatikan.
Keterangan Tekan Display
Menetapkan setting menjadi default setting 2nd [RESET] ENTER RST 0.00
Masukkan tk.bunga per periode arus kas 10 I/Y I/Y = 10.00
Masukkan arus kas pertama 2000 +/-FV FV = -2,000.00
Masukkan periode arus kas pertama 1N N = 1.00
Hitung present value untuk arus kas pertama
CPTPV PV = 1,818.18
Simpan sebagai M1 STO 1 1,818.18
Masukkan arus kas kedua 1000 +/-FV FV = -1,000.00
Masukkan periode arus kas kedua 2N N = 2.00
Hitung PV dari arus kas kedua CPTPV PV = 826.45
Continue….
Lanjutan…
Keterangan Tekan Display
Tambahkan ke dalam memori STO+ 1 826.45
Masukkan arus kas ketiga 0 FV FV = 0.00
Masukkan periode arus kas 3N N = 3.00
Hitung PV dari arus kas CPTPV PV = 0.00
Tambahkan ke dalam memori
STO+ 1 0.00
Masukkan arus kas keempat 8000 +/-FV FV = -8,000.00
Masukkan periode arus kas 4N N = 4.00
Hitung periode arus kas CPTPV PV = 5,464.11
Tambahkan ke dalam memori STO+ 1 5,464.11
Recall Total present value RCL 1 8,108.74
V.11. Memecahkan Permasalahan Time Value of Money Dengan Periode
Compounding

Selain Tahunan

Meskipun pondasi konseptual perhitungan TVM tidak dipengaruhi periode compounding,


periode compounding yang lebih sering memiliki pengaruh terhadap perhitungan FV
maupun PV. Secara spesifik, karena kenaikan frekuensi compounding meningkatkan
suku bunga efektif, hal tersebut juga akan meningkatkan FV suatu arus kas dan
menurunkan PV suatu arus kas.

Dalam banyak permasalahan PV yang telah dibahas, arus kas didiskontokan ke periode
saat ini. Pada kasus ini, PV dikatakan sebagai dindeks pada t = 0, atau indeks waktunya
adalah t = 0. Contohnya, PV dari anuitas biasa tiga tahun yang diindeks pada t = 0
dihitung pada awal Tahun 1 (t = 0). Bandingkan hal ini dengan situasi lain dimana
anuitas biasa tiga tahun tidak dimulai sampai Tahun 4 sehingga baru selesai pada Tahun
6. Bukanlah hal yang aneh untuk mencari tahu PV dari anuitas kedua ini pada awal
Tahun 4, dimana indeks waktunya adalah t = 3. Time line untuk anuitas yang kedua ini
disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3: Indeks Time Line Selain t = 0

0 1 2 3 4 5 6

PV3 PMT1 PMT2 PMT3

Contoh: Perhitungan pembayaran pinjaman secara tahunan

Sebuah perusahaan berencana untuk meminjam Rp50.000 selama lima tahun. Bank akan
meminjamkan uang dengan bunga 9% dan mengharuskan pinjaman dilunasi dengan pembayaran
cicilan yang sama setiap akhir tahun. Hitung jumlah pembayaran cicilan yang harus dibuat
perusahaan untuk mengamortisasi pinjamannya dalam lima tahun.
Continu
e….
Pembayaran Pinjaman dan Amortisasi

Lanjutan…
Untuk menentukan pembayaran cicilan tahunan, masukkan data yang relevan dan hitung PMT.


N = 5; I/Y = 9; PV: 50.000; CPT PMT = -Rp12.854,62
Jadi, pinjaman dapat dilunasi dengan lima kali pembayaran cicilan yang sama sebesar
Rp12.854,62. Perhatikan bahwa dalam perhitungan ini nilai FV = 0; pinjaman akan dilunasi
penuh (diamortisasi) selama kelima pembayaran cicilan dilakukan.

Penerapan Lain dari Fungsi TVM

Penjualan PT Akademia selama lima tahun terakhir (dalam jutaan) adalah Rp4,5; Rp5,7; Rp5,3;
Rp6,9, Rp7,1. Berapa tingkat pertumbuhan majemuk dari penjualan selama lima tahun tersebut?
Jawab:
Lima tahun penjualan mencerminkan empat tahun pertumbuhan. Secara matematis, tingkat
pertumbuhan majemuk tahunan adalah (7,1 / 4,5) 1/4 – 1 = 12,1%. Angka penjualan interim tidak
dimasukkan ke dalam perhitungan tingkat pertumbuhan majemuk. Solusi dengan kalkulator
finansial menggunakan TVM adalah:

FV = 7,1; PV: -4,5; N = 4; CPT I/Y = 12,08%
Perhatikan bahwa jika penjualan senilai 4,5 tumbuh selama empat tahun pada bunga majemuk
tahunan12,08%, penjualan akan tumbuh menjadi 4,5 (1,1208)4 = 7,1.
Pendanaan Kewajiban di Masa Depan

Banyak aplikasi TVM dimana perlu untuk menentukan nilai setoran yang harus dilakukan
selama periode tertentu untuk memenuhi kewajiban di masa depan. Dua contoh umum
dari jenis aplikasi ini adalah (1) menentapkan program pendanaan untuk biaya kuliah di
masa depan dan (2) mendanai program pensiun. Dalam kebanyakan aplikasi ini,
sasarannya adalah menentukan nilai pembayaran atau setoran yang dibutuhkan untuk
memenuhi tujuan
keuangan tertentu

Berapa tahun yang dibutuhkan untuk investasi senilai Rp1.000 agar tumbuh menjadi
Rp2.000 dengan bunga majemuk tahunan 14,87%

Jawab:


FV = 2.000; PV: -1.000; I/Y = 14,87; CPT N = 4,9999
Dibutuhkan waktu lima tahun bagi investasi agar nilainya menjadi dua kali lipat pada
bunga majemuk tahunan sebesar 14,87%.

Contoh: Pendanaan Rencana Pensiun


Seorang investor berusia 35 tahun ingin pensiun 25 tahun kemudian pada usia 60. Investor
berharap memperoleh 12,5% dari investasinya sebelum dia pensiun dan 10% setelahnya. Berapa
yang harus disetorkan oleh investor setiap akhir tahun selama 25 tahun berikutnya agar dapat
menarik Rp25.000 per tahun pada awal setiap tahun untuk 30 tahun dari usia 60 sampai 90?

Jawab:
Permasalahan ini diselesaikan dengan dua langkah. Pertama tentukan jumlah yang harus ada
dalam rekening pensiun pada akhir tahun 25 guna mendanai anuitas di muka senilai Rp25.000
selama 30 tahun. Kedua, hitung pembayaran anuitas yang harus dilakukan untuk mencapai jumlah
yang dibutuhkan.
Langkah 1: Hitung jumlah yang dibutuhkan untuk memenuhi penarikan yang diinginkan.
Jumlah yang dibutuhkan merupakan present value dari anuitas di muka senilai Rp25.000
selama 30 tahun pada awal tahun 26 (akhir tahun 25). Hal ini dapat ditentukan dengan
memasukkan data yang relevan, dengan kalkulator finansial pada kondisi END, dan
menghitung PV.


N = 30; I/Y = 10; PMT = Rp25.000; CPT PV = -Rp235.673
Karena perhitungan di atas dilakukan dengan kalkulator finansial pada kondisi END,
selanjutnya kalikan hasilnya dengan 1,10 sehingga menjadi Rp259.240. Investor akan
membutuhkan Rp259.240 pada akhir tahun 25.

Perhatikan bahwa perhitungan ini juga dapat dilakukan dengan kalkulator finansial diatur
menjadi BGN untuk anuitas di muka. Untuk melakukan hal ini dengan kalkulator TI: [2nd]
[BGN] [2nd] [SET] [2nd] [QUIT] kemudian masukkan:


N = 30; I/Y = 10; PMT = Rp25.000; CPT PV = -Rp259.240,14
Pastikan bahwa kemudian kalkulator finansial diatur kembalin menjadi END.

Langkah 2: Pembayaran anuitas yang harus dilakukan untuk mengakumulasi jumlah yang
diinginkan selama 25 tahun dapat ditentukan dengan memasukkan data yang relevan dan
menghitung PMT.


N = 25; I/Y = 12,5; FV = Rp259.240; CPT PMT = -Rp1.800,02
Jadi, investor harus menyetorkan Rp1.800 setiap akhir tahun selama 25 tahun berikutnya guna
mengakumulasi jumlah Rp259.240. Dengan jumlah ini investor akan dapat menarik Rp25.000
per tahun untuk 30 tahun setelah pensiun.
Perhatikan bahwa seluruh perhitungan ini mengasumsikan investor akan memperoleh 12,5%
dari pembayaran sebelum pensiun dan 10% dari dana yang disimpan dalam rekening pensiun
setelahnya.
Pola Arus Kas Lainnya

Misalnya kita akan menerima sejumlah permbayaran yang tetap setiap periode (bulan,
tahun, atau lainnya) selamanya. Pembayaran tipe seperti ini adalah contoh dari
perpetuity.
Perpetuity dapat dikatakan sebagai anuitas yang berlangsung
selamanya. Present Value of Perpetuity
PMT
PV =
i
Berapakah anda bersedia membayar jika anda dijanjikan akan menerima 10.000 tiap
tahun selamanya jika anda tingkat bunga yang anda inginkan adalah 8%?

PV = 10.000 = 125.000
0,08

Anda mungkin juga menyukai