Anda di halaman 1dari 7

PERBEDAAN MASA ERUPSI GIGI PERMANEN INCISIVUS PERTAMA RAHANG BAWAH

ANAK NORMAL DAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BERDASARKAN TINGKAT


SOSIAL EKONOMI

Nugraheni Widyastuti*);Diyah F;Nono S

Jurusan Keperawatan Gigi; Poltekkes Kemenkes Semarang


Jl. Tirto Agung; Pedalangan; Banyumanik; Semarang

INTISARI
Erupsi gigi setiap anak tidak selalu sama, ada yang terlampau cepat, ada yang tepat waktu dan
ada yang terlambat. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gigi permanen pada anak, yaitu Faktor
keturunan, faktor ras, jenis kelamin, faktor lingkungan yaitu sosial ekonomi dan nutrisi, faktor
penyakit, dan faktor lokal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat sosial ekonomi anak normal
dan berkebutuhan khusus, mengetahui perbedaan masa erupsi gigi permanen incisivus pertama
rahang bawah pada anak normal dan berkebutuhan khusus dan untuk mengetahui perbedaan masa
erupsi gigi permanen incisivus pertama rahang bawah anak normal dan anak berkebutuhan khusus
berdasarkan tingkat sosial ekonomi.
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan crosssectional
dengan populasi 140 orang dan 58 orang sebagai sampel. Pengambilan sampel menggunakan teknik
random sampling. Penelitian ini menggunakan data sekunder mengenai pengahasilan orangtua dan
pemeriksaan gigi dengan cara observasi. Hasil penelitian di uji menggunakan uji statistik Mann
whitney untuk perbedaan masa erupsi gigi permanen incisivus pertama rahang bawah anak normal
dan anak berkebutuhan khusus berdasarkan tingkat sosial ekonomi.
Hasil penelitian ada perbedaan antara tingkat sosial ekonomi anak normal dengan anak
berkebutuhan khusus dengan p value 0,036 (p<0,05), dan ada perbedaan masa erupsi gigi permanen
insisivus pertama bawah anak normal dengan anak berkebutuhan khusus dengan p value 0,044
(p<0,05). Diharapkan kepada orang tua untuk lebih memperhatikan kebutuhan nutrisi anak agar
kesehatan gigi dan mulut terjamin sehingga menyebabkan ketepatan waktu pada saat erupsi gigi anak.

Kata kunci: tingkat sosial ekonomi, masa erupsi, anak berkebutuhan khusus.

ABSTRACT
Dental’s eruption of every child is different, some of them are fast, punctual or slow. Some
factors what affect the permanent teeth growth of children are gen factors such as race and gender,
environments factors are social economic and nutrition, disease and local.
The aim of this research is to know how the difference of social economic level of normal and
special need child and how that’s affect dental’s eruption of mandibular first permanent incisor, and
dental’s eruption of mandibular first permanent incisor based on socioeconomic level of normal and
special need child.
This research’s type is analytic observational with crosssectional approach with population of
140 and 58 people as sample. Sampling method that used is random sampling technique. This research’s
secondary data about parent’s income and dental examination got by observation. The datas were
tested using Mann whitney statistic test for the difference of permanent dental eruption of the
mandibular first incisor of normal children and special needs children based on socioeconomic level.
The research’s result is the different between socioeconomic level of normal children with the
special needs children is p value 0,036 (p <0,05), and permanent eruption of the first bottom incisor
normal children is p value 0,044 (p <0,05). It is expected that parents has to pay more attention of
children’s nutrition needs to ensure dental and oral health in order to timeliness of child's dental
eruption.

Keywords: socioeconomic level, eruption period, children with special needs.


PENDAHULUAN dikenali dan diidentifikasi dari kelompok anak
Erupsi gigi merupakan keadaan yang pada umumnya karena mereka
dimana tumbuhnya atau munculnya gigi memerlukan pelayanan yang bersifat khusus
diantara gusi didalam rongga mulut. Erupsi pelayanan medik, pendidikan khusus maupun
gigi dimulai setelah pembentukan mahkota latihan-latihan tertentu yang bertujuan untuk
dilanjutkan dengan pembentukan akar selama mengurangi keterbatasan dan ketergantungan
usia kehidupan dari gigi dan terus berlangsung akibat kelainan yang diderita serta
walaupun gigi telah mencapai oklusi dengan menumbuhkan kemandirian hidup dalam
gigi antagonisnya (Ircham, 2005). bermasyarakat (KemKes, 2010).
Pada usia 6-12 tahun adalah masa Menurut WHO jumlah anak
peralihan antara gigi desidui ke gigi permanen, berkebutuhan khusus di Indonesia adalah
oleh karena itu usia 6-12 tahun gigi geligi sekitar 7% dari total jumlah anak usia 0-18
tersebut diberi nama masa gigi bercampur tahun atau sebesar 6.230.000 pada tahun 2007.
(Ircham, 2008). Gigi anterior yang pertama kali Menurut data Sensus Nasional Biro Pusat
tumbuh adalah ditandai dengan erupsinya Statistik tahun 2003 jumlah penyandang cacat
molar pertama permanen dan pergantian di Indonesia sebesar 0,7% dari jumlah
insisivus desidui oleh insisivus permanen. penduduk sebesar 211.428.572 atau sebanyak
Erupsinya molar pertama permanen dimulai 1.480.000 jiwa. Dari jumlah tersebut 21,42%
sekitar usia 6 tahun dan diikuti dengan atau 317.016 anak merupakan anak cacat usia
erupsinya insisivus sentralis rahang bawah sekolah (5-18tahun). Sekitar 66.610 anak usia
(Pratiwi, 2009). Sebelum gigi incisivus sekolah penyandang cacat (14,4% dari seluruh
permanen erupsi maka akar gigi incsivus anak penyandang cacat) ini terdaftar di Sekolah
desidui mengalami resorpsi (Itjingningsih, Luar Biasa (SLB). Ini berarti masih ada 295.250
1991). anak penyandang cacat (85,6%) ada di
Pertumbuhan gigi permanen pada tiap masyarakat dibawah pembinaan dan
anak berbeda-beda dan dapat dipengaruhi oleh pengawasan orang tua dan keluarga dan pada
berbagai faktor, seperti faktor genetik, ras, jenis umumnya belum memperoleh akses pelayanan
kelamin, faktor lingkungan, status sosial kesehatan sebagaimana mestinya. Pada tahun
ekonomi dan nutrisi. Pada tahap erupsi gigi ini 2009 jumlah anak penyandang cacat yang ada
dapat terjadi gangguan erupsi gigi, misalnya di Sekolah meningkat menjadi 85.645 dengan
terlambat atau kelainan pada tahap erupsi gigi rincian di SLB sebanyak 70.501 anak dan di
(Indriyanti,dkk., 2006). sekolah inklusif sebanyak 15.144 anak.
Penelitian yang dilakukan oleh Berdasarkan dari data yang didapat
Clements dan Thomas, menyebutkan bahwa sebelumnya di SD Negeri Sendangmulyo 01
anak-anak yang berasal dari tingkat sosial terdapat erupsi gigi incisivus pertama bawah
ekonomi yang tinggi memperlihatkan erupsi yang erupsi lebih cepat 2 anak, erupsi tepat 5
gigi lebih cepat dibandingkan dengan anak- anak, dan erupsi terlambat 3 anak. Sedangkan
anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi di SLB Negeri Semarang terdapat erupsi gigi
yang rendah (Andreasen, 1998). incisivus pertama bawah yang erupsi lebih
Anak berkebutuhan khusus cepat 1 anak, erupsi tepat 4 anak dan erupsi
merupakan anak yang mengalami hambatan terlambat 5 anak dari keseluruhan
fisik dan/atau mental sehingga mengganggu kelainan/ketunaan.
pertumbuhan dan perkembangannya secara Berdasarkan latar belakang diatas,
wajar dan anak yang akibat keadaan tertentu maka penulis ingin mengetahui tingkat sosial
mengalami kekerasan, berada di lembaga ekonomi anak normal dan anak berkebutuhan
permasyarakatan/ rumah tahanan, di jalanan, khusus terhadap masa erupsi gigi permanen
di daerah terpencil/bencana/konflik yang incisivus pertama rahang bawah.
memerlukan penanganan secara khusus
(Kemkes, 2010). METODE
Anak berkebutuhan khusus termasuk Jenis penelitian ini adalah korelasi dengan
peyandang cacat merupakan salah satu sumber pendekatan cross sectional. Pada penelitian ini
daya manusia bangsa indonesia yang populasi penelitian adalah siswa SD Negeri
kualitasnya harus ditingkatkan agar dapat Sendangmulyo 01 Kec. Tembalang Kota
berperan tidak hanya sebagai obyek Semarang (mewakili anak normal) dengan
pembangunan tetapi juga sebagai subyek jumlah 105 siswa berusia 6-7 tahun dan siswa
pembangunan. Anak penyandang cacat perlu SLB N Kota Semarang Kec. Tembalang Kota
Semarang (mewakili anak berkebutuhan Berdasarkan gambar 4.2 diketahui
khusus) dengan jumlah 35 siswa berusia 6-7 bahwa tingkat sosial ekonomi anak
tahun. berkebutuhan khusus sebagaian besar dalam
Penentuan sampel dengan rumus slovin kategori menengah keatas 9 responden (31%)
didapatkan 59 responden. Teknik pengambilan dan menengah kebawah 20 responden (69%).
sampel dengan random sampling .
c. Masa erupsi gigi permanen insisivus pertama
HASIL bawah anak normal
Penelitian tentang “ Perbedaan Masa Erupsi
ERUPSI GIGI ANAK NORMAL
Gigi Permanen Incisivus Pertama Bawah Anak
Normal dan Anak Berkebutuhan Khusus
Berdasarkan Tingkat Sosial Ekonomi “ telah di 14% 7%
lakukan pada tanggal 6-22 April 2017 di SD N
Sendangmulyo 01 dan SLB N Kota Semarang
dengan hasil sebagai berikut:
1. Hasil Analisa Univariat
a. Tingkat Sosial Ekonomi Anak Normal 79%

TINGKAT SOSIAL EKONOMI Lebih Cepat Tepat Terlambat


ANAK NORMAL
Gambar 4.3 Distribusi masa erupsi gigi
permanen insisivus pertama bawah anak
normal
42% Berdasarkan gambar 4.3 diketahui
58% bahwa masa erupsi gigi anak normal
sebagian besar dalam kategori tepat sebanyak
23 responden (79%), lebih cepat sebanyak 2
responden (7%), dan terlambat sebanyak 4
Menengah keatas Menengah kebawah responden (14%).

Gambar 4.1 Distribusi tingkat sosial d. Masa erupsi gigi permanen insisivus
ekonomi anak normal pertama bawah anak berkebutuhan
Berdasarkan gambar 4.1 diketahui bahwa khusus
status sosial ekonomi anak normal sebagian
besar dalam kategori menengah keatas 17 ERUPSI GIGI ANAK
responden (58%) dan menengah kebawah 12 BERKEBUTUHAN KHUSUS
responden (42%).
7%
b. Tingkat Sosial Ekonomi Anak
41%
Berkebutuhan Khusus
52%
TINGKAT SOSIAL EKONOMI
ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS
Lebih Cepat Tepat Terlambat

31% Gambar 4.4 Distribusi masa erupsi gigi


permanen insisivus pertama bawah anak
berkebutuhan khusus
69%
Berdasarkan gambar 4.4 diketahui
bahwa masa erupsi gigi anak berkebutuhan
khusus sebagian besar dalam kategori tepat
Menengah keatas Menengah kebawah sebanyak 15 responden (52%), lebih cepat
sebanyak 2 responden (7%) dan terlambat
Gambar 4.2 Distribusi status sosial sebanyak 12 responden (41%).
ekonomi anak berkebutuhan khusus
2. Analisa Bivariat
a. Perbedaan tingkat sosial ekonomi anak
normal dan anak berkebutuhan khusus Masa Lebih Tepat Terla Total
Tabel 4.5 Tingkat sosial ekonomi anak normal Erupsi cepat mbat
dan anak berkebutuhan khusus
Mene Mene p n
n n n
ngah ngah value Sosial
Total Ekonomi
sosial Kea Keba
ekonomi tas wah Menengah 17
2 14 1
keatas
n n n Menengah 12
0 9 3
Anak kebawah
17 12 29
normal 0,036 Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa
Abk 9 20 29 tingkat sosial ekonomi anak normal terhadap
Total 26 32 58 masa erupsi gigi permanen insisivus pertama
rahang bawah paling banyak ditemukan
Berdasarkan tabel 4.5 hasil uji statistik kategori tingkat sosial ekonomi menengah
menunjukan bahwa nilai p = 0,036 (p < 0,05) keatas dengan erupsi tepat sebesar 14 responden
dengan kata lain menerima Ha yaitu ada sedangkan kategori tingkat sosial ekonomi
perbedaan antara status sosial ekonomi anak menengah kebawah dengan erupsi tepat
normal dan anak berkebutuhan khusus. sebanyak 9 responden.

b. Perbedaan masa erupsi gigi permanen d. Tingkat sosial ekonomi dengan masa
insisivus pertama bawah anak normal dan erupsi gigi permanen insisivus pertama
anak berkebutuhan khusus rahang bawah anak berkebutuhan khusus

Tabel 4.6 Masa erupsi gigi permanen insisivus Tabel 4.8 Tingkat sosial ekonomi dengan
pertama bawah anak normal dan anak masa erupsi gigi permanen insisivus
berkebutuhan khusus pertama rahang bawah anak normal
p Tot
Lebih Terlam
Lebih Terlam val Masa erupsi cepat Tepat al
Tepat Total bat
Masa cepat bat ue
erupsi Sosial n
n n n
n n n n Ekonomi
Menengah 9
Anak 2 7 0
2 23 4 29 keatas
normal 0,044
Menengah 20
Abk 2 15 12 29 0 8 12
kebawah
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa
Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji statistik tingkat sosial ekonomi anak berkebutuhan
menunjukan bahwa nilai p = 0,044 (p < 0,05) khusus terhadap masa erupsi gigi permanen
dengan kata lain menerima Ha yaitu ada insisivus pertama rahang bawah paling banyak
perbedaan antara masa erupsi gigi permanen ditemukan kategori tingkat sosial ekonomi
insisivus pertama bawah anak normal dan menengah kebawah dengan erupsi terlambat
anak berkebutuhan khusus. sebesar 12 responden sedangkan kategori
tingkat sosial ekonomi menengah keatas
c. Tingkat sosial ekonomi dengan masa erupsi
dengan erupsi terlambat sebanyak 0 responden
gigi permanen insisivus pertama rahang
bawah anak normal
PEMBAHASAN
Tabel 4.7 Tingkat sosial ekonomi dengan masa Berdasarkan hasil penelitian perbedaan
erupsi gigi permanen insisivus pertama rahang masa erupsi gigi permanen insisivus pertama
bawah anak normal rahang bawah anak normal dan anak
berkebutuhan khusus menunjukkan anak
normal dengan erupsi tepat lebih banyak
daripada anak berkebutuhan khusus. Hasil uji
statistik yaitu uji beda Mann Whitney ada berkebutuhan khusus. Hasil uji statistik yaitu
perbedaan antara masa erupsi gigi insisvus uji beda Mann Whitney ada perbedaan antara
pertama rahang bawah anak normal dan anak tingkat sosial ekonomi anak normal dan anak
berkebutuhan khusus. berkebutuhan khusus.
Hal ini karena secara keseluruhan anak Hal ini karena tingkat sosial ekonomi
berkebutuhan khusus mengalami hambatan merupakan pembentuk gaya hidup keluarga
dan gangguan yang mengakibatkan terjadi sehingga pendapatan keluarga yang memadai
gangguan pertumbuhan dan perkembangan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi anak
termasuk juga gangguan erupsi gigi sedangkan karena segala zat kebutuhan yang diperlukan
anak normal mengalami pertumbuhan dan oleh tubuh dapat tercukupi, kehidupan yang
perkembangan yang normal sehingga terjadi lebih baik dan pelayanan kesehatan yang lebih
ketepatan erupsi gigi. baik, sehingga menunjang tumbuh kembang
Faktor yang mempengaruhi anak. Maka dari itu kemiskinan merupakan
pertumbuhan gigi permanen pada anak, yaitu salah satu faktor yang menyebabkan anak
Faktor keturunan, faktor ras, jenis kelamin, mengalami gangguan kecacatan, karena
faktor lingkungan yaitu sosial ekonomi dan tingkat sosial ekonomi yang rendah dapat
nutrisi, faktor penyakit, dan faktor lokal mempengaruhi kurangnya pemenuhan zat gizi
(Moyers, 2001 dalam Indriyanti, dkk., 2006). sehingga pertumbuhan anak terganggu dan
Status gizi anak secara tidak langsung mengakibatkan kecacatan sedangkan anak
berkaitan dengan faktor sosial ekonomi normal terjadi pemenuhan zat nutrisi yang
keluarga. Jika status sosial ekonomi rendah cukup sehingga menyebabkan pertumbuhan
maka kebutuhan makanan keluarga akan dan perkembangan yang normal.
kurang terpenuhi sehingga anak akan memiliki Kemiskinan mungkin merupakan faktor
status gizi kurang (Sebataraja, 2014). yang secara signifikan telah menyebabkan
Pada masa usia sekolah, anak orang mengalami kecacatan. Bahkan
membutuhkan lebih banyak zat gizi untuk kemiskinan yang menjadi ruang hidup orang
pertumbuhan dan beraktivitas. Hal ini dengan kecacatan akan berpotensi
disebabkan karena pada masa ini terjadi meneruskan generasi penyandang cacat dan
pertumbuhan fisik, mental, intelektual, dan melanggengkan kemiskinan. Hal ini
sosial secara cepat, sehingga golongan ini perlu disebabkan adanya kesenjangan kemudahan
mendapat perhatian khusus. Faktor kecukupan dan ketersediaan fasilitas publik dan layanan
gizi ditentukan oleh kecukupan konsumsi dasar yang menjadi haknya seperti lembaga
pangan dan kondisi keluarga (Supriasa, 2001 pendidikan, air bersih, nutrisi, dan imunisasi
dalam Sebataraja, 2014). (Ahsinin, 2010).
Hal ini sesuai dengan pendapat Tingkat sosial ekonomi dapat
Almonaitiene, dkk., (2010) pertumbuhan dan mempengaruhi keadaan nutrisi, kesehatan
perkembangan gigi dan mulut dipengaruhi zat seseorang dan faktor lainnya yang
gizi. Tahap dini pertumbuhan gigi dipengaruhi berhubungan. Anak dengan tingkat ekonomi
oleh sejumlah faktor, yaitu Ca, P, F, dan yang rendah cenderung menunjukkan waktu
vitamin dalam diet5. Nutrisi dan keadaan erupsi gigi yang lebih lambat dibandingkan
sosioekonomi memiliki pengaruh pada erupsi dengan anak dengan ekonomi menengah
gigi. Anak-anak dengan latar belakang (Moyers, 2001 dalam Indriyanti, dkk., 2006).
sosioekonomi yang lebih tinggi, kemunculan Jumlah dan kualitas makanan keluarga
giginya lebih cepat dibandingkan anak-anak ditentukan oleh tingkat pendapatan keluarga.
dengan latar belakang sosioekonomi yang Pada umumnya kemiskinan menduduki posisi
kurang. Hal ini diperkirakan bahwa anak yang pertama sebagai penyebab gizi kurang,
memiliki latar belakang sosioekonomi lebih sehingga perlu mendapat perhatian yang
tinggi mendapatkan pelayanan kesehatan dan serius karena kemiskinan berpengaruh besar
nutrisi yang lebih baik sehingga terhadap konsumsi makanan (Suhardjo, 2005).
mempengaruhi perkembangan gigi yang Kemiskinan atau pendapatan keluarga
terjadi lebih awal. yang rendah sangat berpengaruh kepada
Berdasarkan hasil penelitian tingkat kecukupan gizi keluarga. Kekurangan gizi
sosial ekonomi anak normal dan anak berhubungan dengan sindroma kemiskinan.
berkebutuhan khusus menunjukkan tingkat Tanda-tanda sindroma kemiskinan antara lain
sosial ekonomi menengah keatas pada anak berupa: penghasilan yang sangat rendah
normal lebih banyak daripada anak sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan,
sandang, pangan, dan perumahan; kuantitas SARAN
dan kualitas gizi makanan yang rendah; 1. Disarankan kepada orangtua untuk lebih
sanitasi lingkungan yang jelek dan sumber air memperhatikan kebutuhan nutrisi anak
bersih yang kurang, akses terhadap pelayanan agar kesehatan gigi dan mulut terjamin
yang sangat terbatas; jumlah anggota keluarga sehingga menyebabkan ketepatan waktu
yang banyak, dan tingkat pendidikan yang pada saat erupsi gigi anak.
rendah (Arlim, 2002). 2. Disarankan kepada peneliti lain untuk
Masyarakat yang tergolong miskin dan melanjutkan penelitian tentang hal yang
berpendidikan rendah merupakan kelompok membuat keterlambatan erupsi gigi
yang paling rawan gizi. Hal ini disebabkan oleh permanen anak berkebutuhan khusus.
rendahnya kemampuan untuk menjangkau
pangan yang baik secara fisik dan ekonomis
(Roedjito 1989 dalam Sebataraja, 2014) DAFTAR PUSTAKA
Faktor sosial ekonomi keluarga Ahmad, F. 2013. Hubungan Status Gizi Dengan
antaralain pendapatan, pekerjaan, dan Tingkat Sosial Ekonomi Orang Tua / Wali
pendidikan. Faktor sosial ekonomi keluarga Murid Siswa Kelas Atas Sekolah Dasar
turut menentukan hidangan yang disajikan Negeri 3 Jatiluhur Kecamatan Karanganyar
untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas Kabupaten Kebumen.
maupun jumlah makanan. Hal ini berkaitan Itjingningsih, W.H., 1991. Anatomi Gigi. Jakarta:
dengan kemampuan daya beli makanan yang EGC.
berperan untuk memperbaiki status gizi. Kemenkes. 2010. Pedoman Pelayanan Kesehatan
anak di Sekolah Luar Biasa (SLB) Bagi
Terpenuhinya keanekaragaman bahan
Petugas Kesehatan.
makanan dan kecukupan jumlahnya dapat
Indriyanti, R., Pertiwi, A.S.P., dan Sasmita, I.,
berperan dalam mencapai status gizi yang baik
2006. Pola Erupsi Gigi Permanen Ditinjau
(Depkes RI, 2008).
Dari Usia Kronologi Pada Anak Usia 6
Penelitian yang dilakukan oleh
Sampai 12 tahun di Kabupaten Sumedang.
Clements dan Thomas, menyebutkan bahwa
Mujiyati dan Zainur, R.A., 2014. Hubungan
anak-anak yang berasal dari tingkat sosial
Berat Badan Dengan Erupsi Gigi Molar
ekonomi yang tinggi memperlihatkan erupsi
Pertama Permanen Rahang Bawah Anak
gigi lebih cepat dibandingkan dengan anak-
Usia 5-8 Tahun Di Kelurahan Bukit Lama
anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi
Palembang Tahun 2014.
yang rendah (Andreasen, 1998 dalam
Rahmawati, A.D., Retriasih, H., Medawati, A.
Indriyanti, dkk., 2006).
2014. Hubungan antara Status Gigi dengan
Status Erupsi Gigi Insisivus Sentralis
Permanen Mandibula.
KESIMPULAN Sebataraja LR.,Oenzil, F., Asterina. 2014.
Hasil penelitian tentang perbedaan masa Hubungan Status Gizi dengan Status
erupsi gigi permanen incisivus pertama rahang Sosial Ekonomi Keluarga Murid Sekolah
bawah anak normal dan anak berkebutuhan Dasar di Daerah Pusat dan Pinggiran Kota
khusus berdasarkan tingkat sosial ekonomi, Padang.
dapat disimpulkan bahwa: Soewondo, W., dan Effendi, S.H., 2014. Erupsi
1. Perbedaan tingkat sosial ekonomi anak Gigi Sulung pada Anak dengan Riwayat
normal dan anak berkebutuhan khusus Lahir Prematur, Berat Badan Lahir Rendah.
diperoleh nilai p = 0.036 (p < 0.05), Sukma, N., Medawati, A.,2012.Hubungan
diintrsprestasikan ada perbedaan antara Antara Status Gizi Dengan Status Erupsi
tingkat sosial ekonomi anak normal dan Gigi Molar Tiga.
anak berkebutuhan khusus. Rosyidie, A., Adelina, D., dan Adriani, Y., 2011.
2. Perbedaann masa erupsi gigi permanen Pola Rekreasi Anak Berkebutuhan Khusus
insisivus pertama bawah anak normal dan (ABK) di Kota Bandung.
anak berkebutuhan khusus diperoleh nilai Wiyani, N.A., 2014. Buku Ajar Penanganan Anak
p = 0.044 (p < 0.05), diintrsprestasikan Usia Dini Berkebutuhan Khusus.
ada perbedaan antaramasa erupsi gigi Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
permanen insisivus pertama bawah anak
normal dan anak berkebutuhan khusus.

Anda mungkin juga menyukai