Anda di halaman 1dari 4

NAMA : BETA SANIA

NPM : 1854131008

AGRIBISNIS B

PENGANTAR ILMU EKONOMI

ARTIKEL MENGENAI KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER

Dikutip dari Okezone.com, Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan Republik Indonesia
mengatakan siap menjalankan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) 2019. Hal
ini dikarenakan catatan perekonomian Indonesia yang positif sepanjang tahun 2018. Menurut
Sri Mulyani pendapatan negara mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi ditahun 2018
dibandingkan dengan tahun 2017. Pada tahun 2017, pertumbuhan pendapatan negara sebesar
6,5% sedangkan pada tahun 2018 sebesar 18,2%. Hal ini menjadi acuan yang bagus dan
positif bagi Indonesia untuk menjalankan APBN pada tahun 2019 mendatang.

Menurut Sri Mulyani, defisit PDB yang rendah dibarengi dengan posisi primary
balance yang lebih kecil pula dari tahun sebelumnya merupakan langkah yang bagus dan
bekal yang cukup positif untuk memasuki tahun 2019. Dengan catatan yang demikian, Sri
Mulyani menambahkan bahwa pada tahun 2019 ia akan lebih berfokus pada peningkatan
kapasitas ESDM, penguatan infrastruktur, peningkatan efektivitas serta penguatan birokrasi
yang efektif dan efisien. Salah satu caranya melalui dana anggaran bansos untuk semakin
menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia.

Berdasarkan artikel diatas, dapat diketahui bahwa permasalahan yang dibahas adalah
mengenai kebijakan fiskal. Dikatakan kebijakan fiskal karena pada artikel tersebut membahas
mengenai APBN yang dilakukan oleh pemerintah. Dimana pengolahan APBN ini merupakan
salah satu contoh dari penerapan kebijakan fiskal. Pada artikel tersebut, pemerintah
mendapatkan adanya sinyal positif yang mana hal tersebut nantinya akan menjadi acuan dan
pegangan yang digunakan untuk menjalankan APBN pada 2019. Tujuan yang ingin dicapai
oleh Pemerintah dengan adanya pengelolaan APBN yang baik ini salah satunya adalah untuk
mengurangi tingkat kemiskinan yang ada.

Kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah adalah kebijakan fiskal ekspansif.


Dimana pemerintah melakukan pengeluaran yang lebih besar dari penerimaan negara untuk
menstimulus kondisi perekonomian. Dengan pengeluaran yang besar tadi akan meningkatkan
PDB dan mendorong produksi masyarakat.
Dikutip dari Kompas.com kebijakan bank sentral AS dalam menaikkan suku bunga
acuan akan memicu adanya pelonggaran kebijakan moneter pada Bank Indonesia. Salah satu
opsi yang dapat dipertimbangkan dengan adanya kebijakan tersebut adalah melakukan
penyesuaian suku bunga. Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter
BI Juda Agung, mengatakan bahwa kebijakan tersebut telah memberi ruang untuk
dilakukannya pelonggaran kebijakan monneter yang semakin maju dengan berbagai
instrumen, baik secara kuantitatif, price in maupun suku bunga.

Meskipun kenaikan suku bunga telah diprediksi, pemonitoran dan pengevaluasian


secara menyeluruh tetap dilakukan oleh bank sentral. Kenaikan suku bunga acuan
dilakukan dengan mempertimbangkan membaiknya perekonomian AS.

Berdasarkan artikel tersebut, dalam hal ini kebijakan yang dilakukan bank sentral
adalah kebijakan diskonto. Kebijakan diskonto sendiri merupakan bagian dari kebijakan
moneter, dimana kebijakan moneter ini adalah kebijakan yang dilakukan oleh bank
sentral dalam pengendalian untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang
diinginkan.

Sedangkan, kebijakan diskonto tadi adalah kebijakan dalam mengatur jumlah uang
yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Suku
bunga akan dinaikkan jika jumlah uang yang beredar dalam masyarakat berlebih. Dengan
naiknya suku bunga, masyarakat akan berlomba-lomba menabung di bank. Di pihak lain,
para pengusaha akan mengurangi investasi yang dibiayai pemerintah. Sebaliknya, suku
bunga diturunkan jika jumlah uang beredar dalam masvarakat berkurang. Penurunan suku
bunga akan mendorong pengusaha mengadakan investasi dengan meminjam uang dari
bank.
KEBIJAKAN FISKAL
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani siap menjalankan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) 2019. Keyakinan ini karena rapor positif sepanjang 2018.
“Untuk 2018 kita mencatat hingga akhir November pendapatan negara tumbuh 18.2% ini
pertubuhan yang sangat tinggi dibandingkan 2017 6.5%,” ujar Sri Mulyani, di Istana
Negara, Jakarta, Selasa (11/10/2018).
Dia mengungkapkan, untuk capaian realisasi perpajakan menyumbangkan pertumbuhan
penerimaan negara sebesar 15,3% sampai akhir November. Bila dibandingkan tahun
capaian ini naik 3,2%. Kemudian, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), di mana
harga minyak dan Sumber Daya Alam (SDA) serta kurs bergejolak, mampu
menyumbangkan pertumbuhan pendapatan negara hingga 28% dibandingkan tahun lalu
22%.
Dia melanjutkan, tahun ini sampai November belanja negara tumbuh sebesar 11%, di
mana kementerian lembaga (K/L) telah membelanjakan sebesar 11.9%. Capaian tersebut
tentu sangat baik dibandingkan tahun lalu di mana K/L hanya mampu membelanjakan
8,6%, Rp665.900 triliun.
“Masih memiliki satu bulan terkahir di mana kami melihat akselerasi seluruh
kementerian dan pemerintah daerah dalam melaksanakan belanja tahun ini,” ujarnya.
Untuk defisit realisasinya sebesar 1,95% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Dibandingkan tahun lalu deficit 2018 lebih rendah, di mana November 2017 sebesar
2,59% dari PDB.
“Posisi defisit 1,95% dari PDB merupakan terendah sejak anggaran 2014, yang lebih
menggembirakan posisi primary balance yang pada akhir November mencatat hanya
Rp36 triliun ini jauh lebih kecil dibandingkan tahun lalu posisi defisit primary balance
RP139 triliun. Berarti dalam setahun kita telah menurunkan defisit primary balance lebih
dari Rp100 triliun,” pungkasnya.
Menurut Sri Mulyani, capaian positif di 2018 menjadi pegangan dalam melangkah di
2019. “Posisi APBN 2018 yang baik merupakan bekal yang cukup positif bagi kita untuk
memasuki APBN 2019,” tuturnya.
Sementara itu, Pada 2019 nanti asumsi APBN pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3%, nilai
tukar Rp15.000 dan harga minyak USD70 per barel. Hal ini sesuai pembahasan dengan
DPR, di mana asumsi makro dihadapkan pada situasi yang sangat dinamis. harga minyak
USD48 per barrel pada 2018 asumsi sekarang mencapai USD70 dan bahkan mengalami
dinamika menurun dan harus terus melihat dinamika ini.
Sri Mulyani menambahkan, pada 2019 fokusnya adalah satu peningkatan kapasitas
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), kedua penguatan infrastruktur ketiga
peningkatan efektivitas dari perlindungan sosial dan keempat pelaksanaan agenda
demokrasi kemudian penguatan birokrasi yang efisien dan efektif serta untuk
penanggulangan dan mitigasi bencana
“Hal yang sangat menonjol di 2019, satu untuk dana anggaran bansos dalam rangka
untuk makin menurunkan tingkat kemiskinan di indonesia yang sudah mencapai
terendah dalam sejarah indonesia namun masih di atas 9%, maka alokasi dana PKH 2019
dinaikkan dua kali lipat hal ini adalah sebetulnya untuk mengembalikan pengeluaran
untuk kelompok miskin semenjak awal digulirkan PKH sebesar 17%,” tuturnya.

KEBIJAKAN MONETER
JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa kebijakan bank
sentral AS atau Federal Reserve dalam menaikkan suku bunga acuan atau Fed fund rate
memicu adanya ruang untuk pelonggaran kebijakan moneter ke depan.
Salah satu opsi yang dapat dipertimbangkan adalah penyesuaian suku bunga. Menurut
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung, bank
sentral memandang pada tahun 2016 The Fed akan menaikkan suku bunga hingga 100
basis poin. Akan tetapi, pasar memandang kenaikan sekitar 50 hingga 75 basis poin, lebih
dovish dari The Fed.
"Ini menjadi satu pertimbangan kami yang meyakinkan ruang bagi pelonggaran
kebijakan moneter ke depan semakin terbuka. Bentuknya apa, tentu saja instrumen
kebijakan bisa secara kuantitatif, bisa secara price atau suku bunga. Tentu dua-duanya
jadi pertimbangan terhadap keputusan di Januari," kata Juda di Jakarta, Kamis
(17/12/2015).
Lebih lanjut, Juda menyatakan bahwa meski kenaikan suku bunga The Fed sudah
diprediksi dan pasar telah melakukan price in, bank sentral tetap melakukan monitor.
Kemudian, BI akan melakukan evaluasi secara keseluruhan terhadap data dan kinerja
perekonomian secara keseluruhan.
"Januari akan dievaluasi, data inflasi sudah keluar, data current account akan komplit.
Januari akan kita review kembali terhadap perkembangan yang ada," ungkap Juda.
Dalam pengumumannya Rabu (16/12/2015) waktu setempat atau Kamis dini hari
(17/12/2015) waktu Indonesia, The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga acuan
menjadi 0,25-0,5 persen. Kenaikan suku bunga acuan dilakukan dengan
mempertimbangkan membaiknya perekonomian AS.
Diharapkan suku bunga acuan tersebut akan terus naik hingga tahun depan di level 2,4
persen.

Anda mungkin juga menyukai