Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

PENINJAUAN LAPANGAN PANASBUMI KAMOJANG BERDASARKAN


ASPEK RESERVOIR, PEMBORAN, PENYELESAIAN SUMUR
PRODUKSI DAN FASILITAS PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
PANASBUMI

DISUSUN OLEH:

KHARISMA MUSLIMIN 113090089


PRAMADHIO ARI PUTRO 113090092

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2012
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT,


karena atas rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan proposal
kerja praktek (KP) ini dengan sebagaimana mestinya.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan proposal ini adalah untuk
memenuhi persyaratan kerja praktek (KP) guna melengkapi kurikulum akademis
Program Studi Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Yogyakarta. Tak lupa penyusun mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ir. Anas Puji Santoso, MT. selaku Ketua Program Studi Teknik
Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta.
2. Ir. Avianto Kabul, MT. selaku Sekretaris Program Studi Teknik
Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta.
3. Dewi Asmorowati, ST, selaku koordinator kerja praktek (KP) Progrram
Studi Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
4. Ir. I.B. Jagranatha, MT, selaku dosen wali penyusun.
5. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu, yang telah
banyak membantu baik dalam bentuk moril maupun materiil.
Penyusun sadar bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari dosen pembimbing dan rekan-rekan semua sangat
penyusun harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang.

Yogyakarta, 3 Juni 2012

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
I. JUDUL ...................................................................................................... 1
II. LATAR BELAKANG .............................................................................. 1
III. TUJUAN DAN MANFAAT .................................................................... 2
3.1. Tujuan ................................................................................................ 2
3.2. Manfaat .............................................................................................. 2
IV. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 2
4.1. Aspek Reservoir Panasbumi .............................................................. 2
4.1.1. Tinjauan Umum Sistem Reservoir Panasbumi ........................ 2
4.1.2. Klasifikasi Reservoir Panasbumi Berdasarkan Jumlah Fasa ... 3
4.1.3. Sifat Fisik Batuan Reservoir .................................................... 4
4.1.4. Sifat Fisik Fluida Reservoir ..................................................... 6
4.1.5. Potensi Reservoir Panasbumi .................................................. 8
4.2. Aspek Pemboran Panasbumi ............................................................... 9
4.2.1. Lumpur Pemboran ......................................................................11
4.2.2. Penyemenan (Cementing)...........................................................14
4.3. Aspek Penyelesaian Sumur (Well Completion) Panasbumi ...................17
4.3.1. Uji Komplesi (Completion Test) ................................................17
4.3.2. Uji Panas (Heat Test)..................................................................18
4.3.3. Uji Produksi (Production Test) ..................................................19
4.2. Aspek Produksi Panasbumi ................................................................. 19
4.2.1. Sumur ...................................................................................... 20
4.2.2. Kepala Sumur dan Valves ........................................................ 20
4.2.3. Separator ................................................................................. 20
4.2.4. Silencer .................................................................................... 21
4.2.5. Pipa Alir Permukaan (Flowline) .............................................. 21
4.2.6. Isolator .................................................................................... 21
4.2.7. Condensate Traps .................................................................... 22
4.3. Aspek Fasilitas Pembangkit Listrik Panasbumi ................................... 22
4.3.1. Turbin ...................................................................................... 23

v
4.3.2. Condensor ................................................................................ 23
4.3.3. Gas Exhauster ......................................................................... 23
4.3.4. Menara Pendingin (Cooling Tower) ........................................ 23
V. RENCANA KERJA PRAKTEK .............................................................. 24
VI. PENUTUP ................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 26

vi
1

I. JUDUL
PENINJAUAN LAPANGAN PANASBUMI KAMOJANG BERDASARKAN
ASPEK RESERVOIR, PEMBORAN, PENYELESAIAN SUMUR,
PRODUKSI DAN FASILITAS PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
PANASBUMI

II. LATAR BELAKANG


Kerja praktek (KP) merupakan salah satu Mata Kuliah Keilmuan dan
Ketrampilan (MKK) dalam sistem kurikulum akademik yang telah ditetapkan
oleh Program Studi Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, dituangkan dalam
salah satu mata kuliah dengan bobot akademik 3 SKS yang harus ditempuh oleh
mahasiswa Teknik Perminyakan program studi Strata-1 (S-1) di Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Kerja praktek (KP) pada dasarnya merupakan aplikasi dari semua ilmu
yang telah didapatkan dari bangku kuliah dan kemudian diterapkan pada kondisi
yang nyata di lapangan.
Kerja praktek (KP) merupakan sebagian visualisasi dari mata kuliah yang
telah ditempuh seperti: penggerak mula, geohidrologi & hidrothermal, teknik
reservoir panasbumi, dan teknik produksi panasbumi.
Adapun tujuan dari Kerja Praktek (KP) adalah memberikan gambaran
nyata kondisi di lapangan, baik yang secara teori telah diperoleh selama mengikuti
kuliah maupun contoh aktivitas nyata yang nantinya akan dihadapi oleh
mahasiswa sebagai calon decision maker di lapangan dan sebagai studi banding
antara teori yang selama ini dipelajari dengan keadaan nyata di lapangan.
Perkembangan ilmu dan teknologi (IPTEK) dalam dunia industri
panasbumi yang semakin canggih, menuntut mahasiswa Teknik Perminyakan
untuk memahami aplikasi dari teori-teori yang telah dipelajari dan mengetahui
perkembangan teknologi tersebut, khususnya pada aspek reservoir panasbumi,
aspek pemboran panasbumi, aspek penyelesaian sumur (well completion)

1
2

panasbumi, aspek produksi panasbumi, dan aspek fasilitas pembangkit listrik


tenaga panasbumi.

III. TUJUAN DAN MANFAAT


3.1. Tujuan
1. Mempelajari keterampilan dan teknik yang relevan dengan tujuan profesi.
2. Mengetahui secara langsung bentuk, fungsi maupun cara kerja dari
peralatan yang digunakan dalam industri panasbumi.
3. Menambah pengalaman praktek lapangan dan mampu mengaplikasikan semua teori yang
diperoleh dari bangku kuliah dengan kondisi nyata di lapangan, sehingga pada nantinya
dapat digunakan sebagai bekal ilmu di kemudian hari.
3.2. Manfaat
Dapat mengaplikasikan teori dan konsep-konsep yang telah didapatkan
dari perkuliahan penggerak mula, geohidrologi & hidrothermal, teknik reservoir
panasbumi, teknik produksi panasbumi dan seluruh praktikum yang telah
didapatkan dengan kondisi nyata di lapangan dan dapat mengetahui secara
langsung tentang pelaksanaan operasi dan kegiatan dalam industri panasbumi
serta untuk menambah wawasan pengetahuan.

IV. TINJAUAN PUSTAKA


Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi lapangan panasbumi pada dasarnya
hampir sama dengan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi pada lapangan migas.
Kegiatan yang dilakukan pada panasbumi meliputi : analisa reservoir panasbumi,
pemboran sumur panasbumi, penyelesaian sumur (well completion) panasbumi,
produksi dan pengelolaan fluida produksi panasbumi.
4.1. Aspek Reservoir Panasbumi
4.1.1. Tinjauan Umum Sistem Reservoir Panasbumi
Secara umum reservoir panasbumi dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga)
jenis, yaitu:
 Hydrothermal System.
 Geopressure Accumulation.
3

 Hot Dry Rock.


Reservoir hydrothermal system mempunyai 4 (empat) unsur utama, yaitu:
 Fluida reservoir (uap dan air panas).
 Lapisan berpori dan rekahan/rongga sebagai tempat terakumulasinya
fluida.
 Lapisan kedap alir (impermeable) yang berfungsi sebagai penutup atau
pencegah mengalirnya fluida yang terakumulasi (cap rock).
 Sumber panas (hot source).
Temperatur reservoir panasbumi relatif sangat tinggi. Berdasarkan pada
besarnya temperatur, Hochstein (1990) membedakan sistem panasbumi menjadi 3
(tiga) bagian, yaitu:
1. Sistem panasbumi bertemperatur rendah, yaitu suatu sistem yang
reservoirnya mengandung fluida dengan temperatur < 125 °C.
2. Sistem panasbumi bertemperatur sedang, yaitu suatu sistem yang
reservoirnya mengandung fluida dengan temperatur antara 125 – 225 °C.
3. Sistem panasbumi bertemperatur tinggi, yaitu suatu sistem yang
reservoirnya mengandung fluida dengan temperatur > 225 °C.
4.1.2. Klasifikasi Reservoir Panasbumi Berdasarkan Jumlah Fasa
4.1.2.1. Sistem Satu Fasa
Pada sistem ini reservoir pada umumnya berisi air yang mempunyai
temperatur 90-180 0C dan tidak terjadi pendidihan bahkan selama eksplorasi.
4.1.2.2. Sistem Dua Fasa
4.1.2.2.1. Sistem Dominasi Uap (Vapour Dominated System)
Pada kondisi ini didalam reservoir terdapat akumulasi uap (vapour) yang
lebih dominan dibandingkan dengan air (water) sehingga diperkirakan uap panas
mengisi rongga-rongga batuan reservoir, saluran terbuka maupun rekahan-
rekahan, sedangkan fasa cair mengisi pori-pori batuan. Karena jumlah air yang
terkandung didalam pori-pori relatif sedikit, maka saturasi air mungkin sama atau
hanya sedikit lebih besar dari saturasi air konat (Swc) sehingga air terperangkap
dalam pori-pori batuan dan tidak bergerak. Pada sistem ini tekanan dan temperatur
umumnya relatif tetap terhadap kedalaman.
4

4.1.2.2.2. Sistem Dominasi Air (Water Dominated System)


Pada kondisi ini didalam reservoir terdapat akumulasi air (water) yang lebih
dominan dibandingkan uap (vapour) sehingga diperkirakan fasa cair mengisi
rongga-rongga, saluran terbuka maupun rekahan-rekahan. Pada sistem ini baik
tekanan maupun temperatur tidak konstan terhadap kedalaman.
4.1.3. Sifat Fisik Batuan Reservoir
Sebagian besar reservoir panasbumi terdapat pada batuan vulkanik dengan
aliran utama melalui rekahan. Sifat fisik batuan yang utama, antara lain:
 Porositas (Ø)
Reservoir panasbumi umumnya ditemukan pada batuan rekah alami,
dimana batuan tersebut terdiri dari rekahan-rekahan , rongga-rongga atau
pori-pori. Fluida panasbumi tidak hanya terdapat dalam pori-pori saja
tetapi juga terdapat pada rekahan-rekahan. Volume rongga-rongga atau
pori-pori batuan tersebut umumnya dinyatakan sebagai fraksi dari volume
total batuan dan didefinisikan sebagai porositas (Ø). Secara matematis
porositas dapat dinyatakan sebagai berikut :
Vpori-pori

Vbatuan

Dimana Vpori-pori adalah volume pori-pori batuan dan Vbatuan adalah volume

total batuan.
Porositas batuan reservoir panasbumi biasanya dibedakan menjadi 2 (dua)
yaitu porositas rekahan dan porositas antar butir (matriks batuan).
Reservoir panasbumi umumnya mempunyai porositas matriks 3-25%
sedangkan rekahannya dapat memiliki porositas sebesar 100%.
 Permeabilitas (k)
Permeabilitas batuan merupakan ukuran kemampuan suatu batuan untuk
dapat mengalirkan fluida. Permeabilitas merupakan parameter penting
untuk menentukan kecepatan alir fluida didalam batuan berpori dan dalam
batuan rekah alami. Parameter ini dihubungkan dengan kecepatan alir
fluida pada hukum Darcy seperti dibawah ini :
5

k  dp 
v  
  dx 
Dari persamaan ini dapat dinyatakan bahwa kecepatan alir fluida

(kecepatan flux) berbanding lurus dengan k (mobility ratio).



Permeabilitas didalam panasbumi dinyatakan dalam satuan m2, dimana 1
Darcy besarnya sama dengan 10-12 m2. Besarnya permeabilitas batuan
tidak sama kesegala arah (anisotropy) , umumnya permeabilitas pada arah
horizontal jauh lebih besar daripada arah vertikal.
Batuan reservoir panasbumi pada umumnya mempunyai permeabilitas
matriks batuan sangat kecil, yaitu antara 1-100 mD dan transmisivitas
(hasil kali permeabilitas dengan ketebalan) antara 1-100 Dm (Darcy
meter).
 Densitas Batuan (ρ)
Densitas batuan adalah perbandingan antara berat batuan dengan dengan
volume dari batuan tersebut. Sedangkan densitas spesifik (spesific density)
adalah perbandingan antara densitas batuan terhadap densitas air pada
tekanan dan temperatur normal.
 Konduktivitas Panas Batuan (K)
Konduktivitas panas adalah besarnya kemampuan batuan untuk
menghantarkan panas dengan cara konduksi pada suatu gradien thermal.
Secara matematis konduktivitas panas diyatakan sebagai berikut :
Q
K

dT
dz

Dimana Q adalah laju aliran panas per satuan luas dan dT adalah
dz
gradien temperatur. Konduktivitas panas suatu batuan tidak hanya
ditentukan oleh jenis batuan ataupun mineral-mineral penyusunnya, tetapi
juga ditentukan oleh struktur kristal yang membentuk batuan tersebut. Hal
ini menyebabkan panas merambat dengan laju yang berbeda kearah yang
berlainan. Keanekaragaman sifat konduktivitas panas batuan diperkirakan
6

tidak hanya karena susunan ion dari suatu struktur kristal, tetapi juga
orientasi dari masing-masing butiran mineral.
 Panas Spesifik Batuan
Panas spesifik batuan adalah suatu parameter yang menyatakan banyaknya
panas yang diperlukan untuk menaikkan temperatur satu satuan massa
batuan sebesar 1 0C.
Panas spesifik batuan umumnya mempunyai harga sebagai berikut :

o Pada temperatur rendah : 0,75-0,85 kJ


kg C

o Pada temperatur sedang : 0,85-0,95 kJ


kg C

o Pada temperatur tinggi : 0,95-1,10 kJ


kg C
4.1.4. Sifat Fisik Fluida Reservoir
 Volume Spesifik
Volume spesifik fluida adalah perbandingan antara volume dengan massa
dari fluida tersebut. Satuan dari volume spesifik adalah m3kg. Volume
spesifik air (vf) dan uap (vg) tergantung dari besarnya tekanan dan
temperatur dimana harganya dapat dilihat pada steam table.
 Densitas
Densitas fluida adalah perbandingan antara massa dengan volume dari

fluida tersebut. Satuan densitas adalah kg . Densitas air (ρf) dan uap
m3
(ρg) tergantung dari besarnya tekanan dan temperatur dimana harganya
ditentukan dari harga volume spesifik, yaitu sebagai berikut :
1

v
 Energi Dalam (u)
Energi dalam merupakan parameter yang menyatakan banyaknya panas
yang terkandung didalam suatu fasa per satuan massa. Satuan dari energi

dalam adalah kJ . Besarnya energi dalam uap (ug) dan energi dalam air
kg
7

(uf) juga tergantung dari tekanan dan temperatur yang harganya dapat
dilihat pada steam table.
 Enthalpi
Enthalpi adalah jumlah dari energi dalam (u) dengan energi yang
dihasilkan oleh kerja tekanan. Hubungan antara energi dalam dengan
enthalpi adalah :

hf  uf  p
vf

hg  ug  p
vg

Satuan dari enthalpi adalah kJ . Besarnya enthalpi uap (hg) dan enthalpi
kg
air (hf) juga tergantung dari tekanan dan temperatur yang ditentukan dari
steam table.
 Panas Latent (hfg)
Panas latent adalah panas yang diperlukan untuk mengubah satu satuan
massa air pada kondisi saturasi (jenuh) menjadi 100% uap. Satuan dari

panas latent adalah kJ dimana besarnya juga tergantung dari tekanan


kg
dan temperatur yang ditentukan dari steam table.
 Entropi (s)
Seperti sifat thermodinamika lainnya, entropi juga tergantung dari tekanan
dan temperatur yang ditentukan dari steam table.
 Viskositas
Viskositas adalah ukuran keengganan suatu fluida untuk mengalir.
Viskositas dibedakan menjadi dua, yaitu viskositas dinamik (µ) dan
viskositas kinematik (v). Viskositas kinematis adalah viskositas dinamis
dibagi dengan densitasnya, yaitu:

v

Viskositas juga tergantung dari tekanan dan temperatur dan harganya
ditentukan dari steam table.
8

4.1.5. Potensi Reservoir Panasbumi


Untuk menentukan potensi suatu reservoir panasbumi dapat menggunakan
2 (dua) cara, yaitu:
1. Analisa Numerik
Penentuan potensi suatu lapangan dengan analisa numerik (simulasi
reservoir) dilakukan dengan cara :
 Membuat suatu model reservoir yang diharapkan dapat mencerminkan
atau mewakili kondisi sebenarnya, melalui :
o Membuat struktur grid, dimana model dibagi menjadi beberapa
blok.
o Membuat penyebaran permeabilitas, dimana distribusi
permeabilitas didalam model mencerminkan kondisi lapangan.
o Membuat kondisi boundary, dimana pada kondisi ini dapat
dipisahkan antara cap rock, permeable zone dan kondisi reservoir.
Membuat model panas dan massa yang terproduksikan serta berapa
banyak fluida yang diinjeksikan.
 Natural state, dimana model yang digunakan harus dapat menyerupai
kondisi reservoir sebenarnya.
 Melakukan history matching.
 Memperkirakan pengembangannya.
2. Mass and Heat in Place
Didalam proses estimasi cadangan panasbumi pada suatu reservoir
ataupun suatu lapangan, yaitu dengan cara menghitung mass and heat in
place dengan anggapan reservoir mengandung fluida air dan uap, maka
massa fluida dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

M  AH{Sww   (1  Sw) v}


Dimana :
 A = luas area, m2
 H = ketebalan reservoir, m
 Φ = porositas
9

 Sw = saturasi air

 ρw = densitas air kondisi reservoir, kg


m2

 ρv = densitas uap pada kondisi reservoir, kg


m2
Sedangkan heat in place dalam fluida reservoir dapat dihitung dari massa
fluida dan enthalpi.

Qv  Mv  hv
dan
Qw  Mw  hw
Dimana :
 Qv = panas dalam uap, kJ
 Qw = panas dalam air, kJ

 hv = enthalpi uap, kJ
kg

 hw = enthalpi air, kJ
kg
Initial heat in place dalam reservoir batuan dapat dihitung dari volume
reservoir, porositas, kapasitas panas batuan dan temperatur reservoir.

Qr  AH(1   )Crtr
Dimana :
 A = luas reservoir, m2
 H = ketebalan reservoir rata-rata, m

 Cr = kapasitas panas batuan, kJ


kg C
 ∆t = temperatur initial diatas reference temperatur, 0C

 ρr = densitas batuan, kg
m3

4.2. Aspek Pemboran Panasbumi


Proses pemboran sumur panasbumi pada umumnya secara teknis tidak jauh
berbeda dengan pemboran pada sumur migas. Perbedaannya terletak pada :
10

 Perangkat pemboran untuk sumur panasbumi dilengkapi dengan cooling


tower, yang berfungsi untuk mendinginkan fluida (lumpur) pemboran
yang keluar dari sumur, sehingga diharapkan tidak terjadi perubahan
karakteristik fluida (lumpur) pemboran tersebut.
 Batuan yang ditembus pada umumnya berupa batuan beku (vulkanik).
 Perlengkapan tambahan seperti blower dan gas monitoring, karena pada
pemboran panas bumi sering dijumpai adanya gas beracun, seperti : H2S,
CO2 dan CO.
 Target pemboran adalah zona rekahan/loss yang pada umumnya
diakibatkan oleh patahan dengan temperatur reservoir sudah mencapai 250
0
C.
Jenis pemboran yang secara umum dilakukan pada lapangan panasbumi,
antara lain :
 Pemboran tegak (vertical drilling).
 Pemboran berarah (directional drilling).
Susunan pipa selubung (casing) pada sumur panasbumi pada umumnya terdiri
dari :
 Casing 30 inch (stove pipe) dari kedalaman 0-25 meter.
 Casing 20 inch dari kedalaman 25-150 meter.

 Casing 13 3 inch dari kedalaman 150-450 meter.


8

 Casing 9 5 inch dari kedalaman 450-1350 meter.


8
 Casing 7 inch dari kedalaman 1350-kedalaman akhir.
Casing 7 inch yang digunakan untuk sarana memproduksikan fluida
panasbumi dari formasi kedalam lubang sumur sebagian berlubang (slotted liner),
dimana penempatannya ditentukan dari data pemboran dan didalam zona produksi
dimana terjadi hilang sirkulasi secara total (total loss circulation).
Fluida (lumpur) pemboran yang digunakan pada pemboran sumur panasbumi
adalah lumpur HPHT (High Pressure & High Temperature) dengan bahan dasar
air (water base mud). Pada fluida (lumpur) pemboran tersebut sering ditambahkan
penetral sulfida untuk mengurangi pengaruh gas H2S yang sering dijumpai pada
11

daerah panasbumi dan berguna untuk mengurangi kemungkinan terjadinya korosi


pada rangkaian pipa pemboran (drill string).
Pada saat proses pemboran telah mencapai zona produksi dan terjadi hilang
sirkulasi (total loss circulation), maka pemboran dilanjutkan dengan
menggunakan air sebagai fluida (lumpur) pemboran. Pada pemboran daerah
hilang sirkulasi ini, fluida (lumpur) pemboran hanya sesekali digunakan untuk
membuang cutting kedalam formasi. Hal ini dilakukan sampai pemboran
mencapai kedalaman akhir.
Penyemenan casing pada sumur panasbumi dilakukan dengan menggunakan
Thermal Cement dari kedalaman dasar sumur (shoe) sampai diatas permukaan.

Hal ini dilakukan untuk casing 30, 20, 13 3 dan 9 5 inch, sedangkan casing 7
8 8

inch tidak disemen tetapi hanya digantungkan didalam casing 9 5 inch dengan
8
menggunakan liner hanger sampai kedalaman akhir. Untuk penyemenan casing

95 inch biasanya dilakukan dengan 2 (dua) tahap.


8

4.2.1. Lumpur Pemboran

Lumpur pemboran pada mulanya hanya berfungsi sebagai media pembawa


serbuk bor (cutting) dari dasar lubang bor keatas permukaan. Dewasa ini lumpur
pemboran mempunyai fungsi penting dalam operasi pemboran, antara lain :
 Mengangkat cutting keatas permukaan.
 Mengontrol tekanan formasi.
 Mendinginkan dan melumasi bit dan drill string.
 Memberi dinding pada lubang bor dengan mud cake.
 Menahan cutting pada saat sirkulasi dihentikan.
 Mengurangi sebagian berat rangkaian pipa bor (bouyancy effect).
 Melepas cutting dan pasir diatas permukaan.
 Mendapatkan informasi (mud logging).
 Sebagai media logging.
12

Komposisi dan sifat-sifat lumpur pemboran sangat berpengaruh pada operasi


pemboran. Dapat dikatakan berhasil atau tidak suatu pemboran salah satunya
dipengaruhi oleh lumpur pemboran.
Secara umum lumpur pemboran mempunyai 4 (empat) komponen atau fasa,
yaitu :
 Fasa cair (air, air asin, minyak).
 Reactive solid yaitu padatan yang bereaksi dengan air membentuk koloid
(bentonite).
 Inert solid yaitu zat padat yang tak bereaksi (barite, CMC, spersene).
 Fasa kimia.
Perencaan lumpur pemboran pada sumur panasbumi meliputi perencanaan
bahan dasar lumpur, zat additif yang akan digunakan untuk mencegah maupun
menanggulangi problem-problem yang muncul. Selain itu juga sifat-sifat lumpur
pemboran tersebut harus memperhitungkan rheologi dan sifat-sifat lumpur
pemboran seperti filtration loss dan pH yang harus direncanakan dengan baik.
 Rheologi Lumpur Pemboran
Masalah yang sering muncul dalam operasi pemboran sumur
bertemperatur tinggi adalah terjadinya flokulasi. Hal ini akan berpengaruh
terhadap viskositas, gel strength serta yield point dari lumpur. Untuk
mengantisipasi ataupun untuk menanggulangi masalah flokulasi adalah
dengan menggunakan zat additif yang berfungsi sebagai deflokulan untuk
mengembalikan stabilitas lumpur pemboran dalam bentuk disperse.
Salah satu zat additif yang dapat digunakan adalah lignosulfonate, yaitu
chrome lignosulfonate dan ferrochrome lignosulfonate yang merupakan
deflokulan yang cukup efektif. Zat additif tersebut selain dapat menjadi
deflokulan juga dapat mengontrol gel strength dan yield point, karena
bahan ini dapat mengendalikan rheologi dari lumpur pemboran dalam hal
ini membuat disperse akan terjaga dengan baik. Penggunaan deflokulan ini
dikhususkan untuk sumur-sumur yang bertemperatur diatas 350 0F (177
0
C) sedangkan temperatur dibawah 250 0F (120 0C) penggunaan bahan ini
tidak efektif dan tidak efisien.
13

Selain zat additif diatas, dapat juga menggunakan thining agent dalam hal
ini dalah lignite. Untuk kondisi temperatur tertentu lignite lebih stabil
dibandingkan lignosulfonate. Penggunaan lignite sengat efektif untuk
sumur-sumur bertemperatur diatas 400 0F, sedangkan untuk temperatur
350 0F lignite akan mengalami dekomposisi. Beberapa zat additif lainnya
yang juga dapat digunakan antara lain quebracho dan polyphospate.
 Filtration Loss
Flokulasi yang ditimbulkan oleh temperatur tinggi dapat menyebabkan
bertambahnya air bebas yang terkandung didalam lumpur pemboran.
Semakin besar temperatur maka semakin besar pula derajat flokulasi yang
ditimbulkan, sehingga semakin besar pula jumlah air bebas yang
terkandung didalam lumpur pemboran. Kondisi yang demikian akan
menimbulkan adanya filtration loss atau masuknya filtrat lumpur kedalam
formasi.
Besarnya filtration loss yang terjadi harus dikontrol dengan menggunakan
zat additif yang berfungsi untuk mengurangi filtration loss. Secara umum
ada 2 (dua) alasan dilakukannya filtration loss control, yaitu :
1. Mengontrol ketebalan dan karakteristik mud cake, karena hal ini sangat
berpengaruh pada operasi pemboran. Karena jika mud cake terlalu
tebal akan dapat menimbulkan masalah seperti terjepitnya pipa
pemboran, sedangkan jika terlalu tipis menyebabkan dinding formasi
mudah runtuh.
2. Membatasi jumlah filtrat yang masuk kedalam formasi.
Penggunaan zat additif yang berfungsi sebagai deflokulan dapat
mengurangi terjadinya filtration loss karena zat additif ini menyebabkan
lumpur pemboran terdispersi kembali sehingga mengurangi kandungan air
bebas dalam lumpur pemboran. Zat additif tersebut antara lain
ferrochrome lignosulfonate, metal lignosulfonate dan lignite.
Selain zat additif diatas dapat pula digunakan CMC atau carboxy methyl
cellulose. Zat additif ini dapat mengurangi filtration loss dengan
membentuk lapisan solid. Terkadang CMC juga dapat mengurangi
14

flokulasi. CMC efektif digunakan pada temperatur dibawah 300 0F, selain
itu dapat pula digunakan starch yang juga dapat mengurangi filtration loss
dengan membentuk lapisan solid. Starch dapat digunakan pada temperatur
dibawah 200 0F dan akan rusak pada temperatur 275 0F.
Pengurangan filtration loss pada sumur bertemperatur tinggi harus
diperhitungkan pada saat lumpur pemboran bergerak atau bersirkulasi
(dinamik) dan pada saat lumpur pemboran diam tidak bersirkulasi (statik).
Oleh karena itu penggunaan zat additif harus disesuaikan dengan kondisi
sumur serta karakteristik dari lumpur pemboran yang digunakan.
 pH
pH dari lumpur pemboran harus selalu dikontrol. Karena selain
berpengaruh terhadap sifat-sifat lumpur pemboran, pH juga akan
mempengaruhi efektifitas zat additif yang akan digunakan. Contohnya
seperti chrome lignosulfonate dan lignite paling efektif digunakan pada
lumpur dengan pH sekurang-kurangnya 9. Secara normal pengontrolan pH
harus dijaga antara 8-9. Untuk pH diatas 9 dapat ditambahkan caustic soda
(NaOH) dan untuk pH dibawah 8 dapat ditambahkan acid seperti acidic
polyphosphate.
4.2.2. Penyemenan (Cementing)

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas konstruksi sumur, yaitu


kualitas semen yang digunakan. Untuk itulah perlu dilakukan studi laboratorium
untuk mengetahui komposisi dan sifat fisik semen yang tepat. Pada proses
penyemenan sumur dilapangan panasbumi yang harus diperhatikan adalah
temperatur tinggi dari sumur tersebut. Temperatur tinggi sangat berpengaruh
terhadap komposisi semen yang akan digunakan dalam operasi penyemenan. Oleh
karena itu beberapa faktor yang sangat berpengaruh dari semen dan kelakuan
semen harus dipertimbangkan secara khusus untuk mengurangi masalah-masalah
yang mungkin terjadi.
 Thickening Time
Thickening time didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan suspensi
semen untuk mencapai konsistensi sebesar 100 UC (Unit of Consistency).
15

Konsistensi sebesar 100 UC merupakan batasan bagi suspensi semen agar


masih dapat dipompa, sebab apabila lebih dari batas tersebut maka semen
akan berbentuk ‘corn’ sehingga sulit untuk dipompakan dan bila
dipaksakan maka akan merusak pompa semen.
Proses pengerasan semen pada temperatur tinggi akan semakin cepat
terjadi, berarti thickening time akan semakin singkat. Pada sumur yang
dalam dan bertemperatur tinggi, thickening time yang singkat akan
menjadi masalah yang cukup besar. Sehingga perlu adanya penambahan
retarder kedalam suspensi semen seperti calcium lignosulfonate,
carboxymethyl hydroxyethyl cellulose dan senyawa-senyawa asam
organik untuk memperpanjang thickening time.
 Permeabilitas
C-H-S gel dari semen portland yang telah terhidrasi dengan air merupakan
material yang mempunyai ikatan sangat kuat pada temperatur normal
sampai 110 0C (230 0F). Pada temperatur yang lebih tinggi, C-H-S gel
akan mengalami metamorfosa sehingga sifatnya berubah yang dapat
menyebabkan adanya peningkatan permeabilitas. Sementara dalam operasi
penyemenan diharapkan permeabilitas yang terbentuk sekecil mungkin
atau bahkan tidak ada sama sekali. Karena dengan adanya permeabilitas,
maka akan dapat menurunkan kekuatan semen dan juga memungkinkan
masuknya fluida formasi yang nantinya dapat merusak casing.
 Compressive Strength
Adapun compressive strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam
menahan tekanan-tekanan yang berasal dari formasi maupun dari casing.
Jadi, compressive strength merupakan kekuatan untuk menahan tekanan-
tekanan dalam arah horizontal.
Seperti halnya pada sifat-sifat suspensi semen yang lain, compressive
strength dipengaruhi juga oleh adanya zat additif. Zat additif untuk
meningkatkan compressive strength diantaranya adalah calcium chlorida,
pozzolan dan barite. Sedangkan zat additif untuk menurunkan compressive
strength antara lain bentonite dan sodium silikat.
16

Pada temperatur tinggi, C-H-S gel cenderung berubah untuk menjadi alpha
dicalcium sulfat (α-C2SH) yang berbentuk kristal dan lebih padat
bentuknya dibandingkan dengan C-S-H gel. Timbulnya α-C2SH ini
menyebabkan volume semen menyusut, sehingga mengganggu keutuhan
semen yang berakibat pada menurunnya compressive strength dan naiknya
permeabilitas semen diatas temperatur 110 0C. Compressive strength akan
hilang dalam waktu satu bulan dan permeabilitasnya akan bertambah
besar.
Pada kondisi diatas 110 0C terbentuk tobermotite (C5S6H5) yang dapat
mempertahankan sifat strength tinggi dan permeabilitas rendah. Kenaikan
temperatur sampai 150 0C (300 0F) menyebabkan tobermotite berubah
menjadi xonotlite (C6S3H2). Tapi kadang-kadang tobermotite dapat
bertahan sampai temperatur 250 0C (482 0F), karena adanya pergantian
aluminium dalam struktur atom semen portland. Pada temperatur 249 0C
(480 0F) terbentuk trucottite (C7S12H3) dan pada temperatur mendekati 400
0
C (750 0F) baik xonotlite maupun trucottite mencapai keadaan stabil dan
jika melebihi temperatur stabil maka kedua mineral tersebut akan merusak
semen.
 Shear Bond Strength
Shear bond strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam menahan
tekanan yang berasal dari berat casing maupun menahan tekanan-tekanan
lainnya dalam arah vertikal.
Dalam lubang pemboran, kekuatan semen sangat dipengaruhi oleh
pembebanan triaxial yang kompleks dan failure stress merupakan
pembebanan utama dari penelitian untuk standard compressive strength
(Neville, 1981). Pengujian compressive strength tidak menunjukkan harga
shear strength dari ikatan antara semen dengan casing ataupun semen
dengan formasi batuan. Untuk itulah dilakukan pengukuran shear bond
strength semen.
Penilaian penyemenan biasanya berdasarkan compressive strength atau
tensile strength dari semen, dengan asumsi bahwa materialnya memenuhi
17

syarat untuk pembentukan strength yang baik serta menghasilkan suatu


ikatan yang kuat. Pada kenyataan dilapangan bahwa asumsi diatas tidak
selalu benar. Untuk itulah diperlukan suatu pengujian laboratorium
terhadap kualitas semen.
Shear bond strength terukur antara semen dengan dinding formasi dan
semen dengan dinding casing. Kekuatan ikat semen terhadap dinding
casing sangat dipengaruhi oleh dinding casing seperti kekasaran dan
pengaruh mud cake yang menempel, demikian juga pengaruhnya terhadap
kekuatan ikat dengan formasi.

4.3. Aspek Penyelesaian Sumur (Well Completion) Panasbumi


Pengukuran dan pengujian sumur dapat dilakukan baik pada saat pemboran
masih berlangsung maupun setelah pemboran selesai, yaitu setelah pemboran
mencapai kedalaman yang diinginkan ataupun setelah sumur diproduksikan.
Pengukuran dan pengujian sumur merupakan kegiatan yang termasuk dalam well
completion yang memiliki peranan penting untuk mendapatkan data atau
informasi mengenai :
 Kedalaman zona bertemperatur tinggi, zona produksi dan pusat-pusat
rekahan (feed zone).
 Jenis fluida produksi.
 Jenis reservoir.
 Tekanan dan temperatur didalam sumur dan reservoir.
 Kemampuan produksi sumur, yaitu besarnya laju produksi dan enthalpi
fluida pada berbagai tekanan kepala sumur.
 Karakteristik fluida dan kandungan gas.
 Karakteristik reservoir disekitar sumur.
 Kondisi lubang sumur.
4.3.1. Uji Komplesi (Completion Test)
Uji komplesi adalah pengujian sumur yang dilakukan untuk mengetahui
kedalaman zona produksi dan kedalaman pusat-pusat rekahan (feed zone) serta
produktivitasnya. Uji komplesi dilakukan setelah pemboran mencapai target
18

dengan menginjeksikan air dingin dengan laju tetap dan mengukur besarnya
tekanan dan temperatur didalam sumur guna mengetahui profil (landaian) tekanan
dan temperatur pada saat dilakukan injeksi. Ada dua jenis pengujian yang
dilakukan pada waktu uji komplesi, yaitu :
 Uji Hilang Air (Water Loss Test)
Uji hilang air dilakukan untuk mengetahui tempat-tempat dimana terjadi
hilang air atau tempat-tempat dimana fluida formasi masuk kedalam
formasi, karena hal tersebut merupakan indikasi adanya pusat-pusat
rekahan.
 Uji Permeabilitas Total (Gross Permeability Test)
Uji permeabilitas total dilakukan untuk mengetahui transien tekanan
setelah laju aliran diubah-ubah. Dengan menganalisa data tersebut
besarnya permeabilitas total dapat ditentukan.
 Uji Spinner (Spinner Test)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tekanan, temperatur dan laju
alir fluida didalam lubang sumur dengan cara menurunkan sebuah alat
yang dinamakan Spinner.
4.3.2. Uji Panas (Heat Test)
Uji panas dilakukan setelah uji komplesi selesai, biasanya sumur ditutup
selama beberapa waktu agar menjadi panas sebelum sumur tersebut diuji
kemampuan produksinya. Tekanan dan temperatur didalam sumur diukur pada
interval-interval waktu tertentu. Pengukuran biasanya dilakukan pada hari ke 1, 2,
4, 7, 14, 28, dan 42 tetapi bila diperlukan landaian temperatur yang lebih rinci
maka uji panas dapat diteruskan sedikitnya selama satu bulan untuk mendapatkan
informasi yang lebih baik, dengan ditutupnya sumur maka sumur akan menjadi
panas dan temperatur meningkat sedangkan gradien tekanan didalam sumur
berkurang.
Ada beberapa cara bagaimana panas dapat mencapai sumur, antara lain :
 Panas merambat dengan cara konduksi melalui formasi disekitarnya.
 Fluida mengalir langsung kedalam sumur pada suatu kedalaman dan
keluar pada kedalaman lain (interzonal flow).
19

 Panas merambat dengan cara konveksi didalam lubang sumur.


Setelah uji panas selesai, fluida sumur biasanya disemburkan keatas
permukaan (bleeding) melalui pipa kecil dengan laju aliran sangat kecil, yaitu

sekitar 1 kg . Tujuannya adalah untuk memanaskan casing sebelum dilakukan


sec
uji produksi.

4.3.3. Uji Produksi (Production Test)


Uji produksi dilakukan untuk mengetahui :
 Jenis fluida reservoir dan fluida produksi.
 Kemampuan produksi sumur, yaitu besarnya laju produksi dan enthalpi
fluida pada berbagai tekanan kepala sumur.
 Karakteristik fluida dan kandungan gas.
Data diatas sangat diperlukan untuk menentukan data laju aliran massa
enthalpi fluida dan akan sangat berguna untuk menghitung potensi sumur pada
berbagai tekanan kepala sumur. Ada beberapa metoda uji produksi yang umum
dipakai, yaitu :
1. Metoda pengukuran satu fasa.
2. Metoda calorimeter.
3. Metoda lip pressure.
Metoda separator.

4.4. Aspek Produksi Panasbumi


Seperti halnya pada lapangan migas, fasilitas produksi pada lapangan
panasbumi tergantung dari jenis fluida yang mengalir dari sumur, tetapi secara
garis besar komponen utamanya adalah sumur, kepala sumur, separator (untuk
fluida dua fasa), silencer dan pipa alir dipermukaan. Disamping itu juga
digunakan pompa, berbagai jenis penyangga pipa (support), loops, compensator,
condensate trap serta peralatan-peralatan untuk mengukur laju alir fluida,
temperatur dan tekanan.
20

4.4.1. Sumur
Berbeda dengan sumur migas, sumur panasbumi tidak menggunakan
tubing dan juga tidak diperforasi. Sumur panasbumi umumnya menggunakan

serangkaian casing yang berukuran 20, 13 3 , 9 5 inch dan bagian bawahnya


8 8
(didepan zona produksi) dibiarkan terbuka atau menggunakan liner berukuran 7
inch. Namun beberapa tahun terakhir ini banyak sumur yang dibor dengan
diameter lebih besar, dengan menggunakan serangkaian casing berukuran 30, 20,

13 3 , 9 5 inch.
8 8
Wellpads atau area tempat sumur-sumur produksi maupun sumur injeksi
dilapangan panasbumi biasanya satu dengan yang lain berjarak 1-2 km. Sumur
injeksi biasanya dibor ditempat yang mempunyai elevasi lebih rendah dari sumur-
sumur produksi agar fluida yang diinjeksikan tidak mempengaruhi reservoir.
4.4.2. Kepala Sumur dan Valves
Seperti halnya sumur migas, pada sumur panasbumi juga dipasang
beberapa valve untuk mengatur aliran fluida. Valve tersebut ada yang dipasang
diatas atau didalam sebuah lubang yang dibeton (concrete cellar). Umumnya pada
sebuah kepala sumur ada empat buah valve, yaitu : master/shut off valve, service
valve, by pass valve dan bleed valve.
Di samping jenis-jenis valve diatas, ada beberapa jenis valve lainnya, yaitu
ball float valve yang ditempatkan pada pipa transmisi uap. Ball float valve
merupakan valve pengaman dari kemungkinan terbawanya air kedalam pipa alir
uap. Bila ada air yang terbawa, bola akan naik dan menghentikan aliran. Kenaikan
tekanan akan menyebabkan bursting disch pecah dan mengalihkan aliran menuju
silencer.
4.4.3. Separator
Apabila fluida sumur berupa campuran antara uap dan air (fluida dua
fasa), maka uap dan air dipisahkan dalam separator. Dahulu, separator yang
sering digunakan adalah yang berbentuk lengkungan ‘U’ akan tetapi pemisahan
dengan cara ini kurang efisien, karena kandungan air didalam uap yang keluar dari
separator masih tinggi dimana dryness sekitar 50-60%. Sekarang ini berbagai
21

jenis separator telah diciptakan, tetapi yang paling sering digunakan saat ini
adalah webre cyclone separator karena dengan adanya inlet spiral akan
memberikan efisiensi pemisahan yang lebih tinggi. Dengan separator jenis ini,
uap yang keluar dari separator biasanya mempunyai dryness yang sangat tinggi,
yaitu lebih dari 99%. Efisiensi dari separator ini berkurang apabila kecepatan
fluida masuk kedalam separator lebih dari 50 m/sec.
4.4.4. Silencer
Apabila fluida dari sumur akan disemburkan untuk dibuang, fluida
tersebut akan menimbulkan kebisingan yang luar biasa, maka untuk mengurangi
kebisingan dan juga mengontrol aliran fluida yang akan dibuang pada waktu yang
sama, fluida biasanya dialirkan melalui silencer (peredam suara). Bagian atas dari
silencer dibiarkan terbuka sehingga silencer sering disebut atmospheric
separator. Silencer berupa silinder yang diberi pelapis dengan bagian atas yang
terbuka. Apabila fluida dari sumur berupa uap kering, silencer yang digunakan
biasanya berupa lubang yang diisi dengan batuan dan mempunyai ukuran
beraneka ragam.
4.4.5. Pipa Alir Permukaan (Flowline)
Pipa alir uap dilapangan panasbumi terdiri dari pipa alir uap, pipa alir air
dan pipa alir uap-air (apabila fluida sumur terdiri dari dua fasa). Pada lapangan
panasbumi dominasi air, pipa alir dua fasa dimulai dari sumur hingga separator,
sedangkan pipa alir uap membentang dari separator hingga turbin dan pipa alir air
membentang dari separator hingga sumur injeksi. Pipa alir lapangan panasbumi
dominasi uap lebih sederhana, karena hanya terdiri dari pipa alir uap yang
membentang mulai dari sumur hingga turbin dan apabila pada lapangan tersebut
dilakukan injeksi maka akan terdapat pipa alir air injeksi atau pipa alir kondensat.
4.4.6. Isolator
Untuk mengantisipasi kehilangan panas yang berlebihan, pipa alir uap
harus selalu diisolasi. Material yang digunakan sebagai bahan isolasi sangat
beragam baik bentuk, ukuran, ketebalan dan jenis materialnya. Material yang
banyak tersedia adalah:
 Mineral fibrous atau cellular : alumina, asbestos, glass, perlite, rock, silica.
22

 Organic fibrous atau cellular : cane, cotton, wood, cork.


 Cellular organic plastics : clastomer, polystyrene.
 Cements : insalating atau finishing.
 Heat-reflecting metals : aluminium, nickel, stainless steel.
Bentuknya dapat berupa lembaran, block, cement, loose fill foil. Untuk
ketebalan dan konduktivitas beragam tergantung jenis material. Material yang
digunakan untuk isolasi pipa perlu dilindungi lagi dengan material lain diluarnya
(cladding) untuk melindungi isolator dari masuknya air, kerusakan secara
mekanis ataupun degradasi ultraviolet. Pemilihan jenis material untuk isolasi dan
cladding tergantung dari banyak faktor, untuk sistem temperatur sedang sampai
tinggi biasanya digunakan cellular atau fibrous materials.
4.4.7. Condensate Traps
Meskipun pipa telah diselubungi dengan isolator, tetapi kondensasi
biasanya akan tetap terjadi didalam pipa alir uap. Kehilangan panas harus
diupayakan seminimal mungkin agar kondensat yang masuk kedalam turbin
masih dalam batas yang diizinkan sehingga turbin tidak cepat rusak. Untuk itu
pipa alir uap umumnya dilengkapi dengan sejumlah condensate traps. Condensate
traps biasanya dipasang pada pipa alir uap dengan interval tertentu, untuk
menjaga agar kadar kondensat yang masuk turbin relatif rendah.

4.5. Aspek Fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi


Fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) tergantung pada
jenis reservoir panasbumi yang ada pada lapangan tersebut. Apabila fluida
produksi berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat dialirkan langsung menuju
turbin dan kemudian turbin akan mengubah energi kalor yang dibawa uap menjadi
energi gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik.
Apabila fluida produksi merupakan campuran fluida dua fasa (uap dan air) maka
terlebih dahulu dilakukan proses pemisahan pada fluida produksi dengan
menggunakan cyclone separator. Fraksi uap yang dihasilkan dari separator inilah
yang kemudian dialirkan menuju turbin.
23

4.5.1. Turbin
Turbin adalah suatu mesin penggerak dimana energi fluida kerja, dalam
hal ini uap digunakan langsung untuk memutar poros (shaft). Bagian turbin yang
berputar dinamakan roda turbin yang terdiri atas beberapa sudu gerak. Roda turbin
terletak didalam rumah turbin. Roda turbin kemudian memutar poros yang
menggerakkan atau memutar generator listrik. Pada dasarnya dikenal dua jenis
turbin, yaitu : turbin dengan tekanan keluaran sama dengan tekanan udara luar
(atmospheric exhaust/back pressure turbine) dan turbin dengan condensor
(condensing unit turbine).
4.5.2. Condenser
Fungsi dari condensor adalah untuk menciptakan tekanan vakum (tekanan
dibawah tekanan atmosfer). Proses terjadinya kondisi vakum ini adalah secara
thermodinamis dan bukan secara mekanis. Hal ini dimungkinkan karena setelah
fluida keluar dari turbin yang sebagian besar masih berupa uap akan bercampur
dengan air dingin, pada condensor akan mencapai kesetimbangan massa dan
energi. Ada dua jenis condensor, yaitu : direct contact/jet condensor dan surface
condensor.
4.5.3. Gas Exhauster
Untuk menjaga agar kondisi condensor tetap vakum, maka non-
condensable gas harus dikeluarkan dari condensor. Hal ini dapat dilakukan
dengan membuang gas tersebut dengan menggunakan steam jet ejector.
4.5.4. Menara Pendingin (Cooling Tower)
Condensor membutuhkan air yang cukup banyak. Air dapat berasal dari
air sungai namun, sungai-sungai yang terdapat tidak jauh dari lapangan
panasbumi umumnya tidak cukup besar untuk dapat menyerap panas. Cara yang
umum digunakan adalah dengan menggunakan cooling tower. Ada dua jenis
cooling tower, yaitu:
 Mechanical Draft Cooling Tower
Pada jenis ini, air panas dari condensor disemprotkan pada struktur kayu
yang berlapis-lapis yang disebut fill. Pada saat air mengalir melalui fill,
perpindahan panas akan terjadi dari air panas keudara. Dibagian atas dari
24

cooling tower ini terdapat kipas angin (fan). Air kemudian dipompakan
kembali menuju condensor. Cooling tower jenis ini relatif murah dan
fleksibel karena kecepatan kipas angin dapat diubah disesuaikan dengan
kondisi udara luar dan beban turbin. Kelemahannya adalah konsumsi
energi untuk menggerakan kipas angin relatif besar dan biaya
perawatannya relatif tinggi.
 Natural Draught Cooling Tower
Natural draught cooling tower bekerja dengan prinsip yang sama dengan
mechanical draft cooling tower, kecuali pada jenis ini aliran udara
pendingin tidak berasal dari kipas angin, tapi dikarenakan bentuk dan
tingginya cooling tower itu sendiri. Cooling tower jenis ini relatif mahal
dan tidak fleksibel seperti halnya mechanical draft cooling tower tetapi
salah satu keuntungannya adalah biaya perawatan yang relatif rendah.

V. RENCANA KERJA PRAKTEK


Pelaksanaan kerja praktek (KP) ini dilaksanakan kurang lebih selama 4
minggu, dimulai dari tanggal 27 Agustus 2012 dengan program sebagai berikut:
 Minggu pertama : safety training dan peninjauan kantor (aspek
reservoir panasbumi).
 Minggu kedua : peninjauan lapangan (aspek pemboran dan
penyelesaian sumur panasbumi).
 Minggu ketiga : peninjauan lapangan (aspek produksi dan fasilitas
pembangkit listrik tenaga panasbumi).
 Minggu keempat : penyusunan laporan kerja praktek (KP), presentasi
dan ramah tamah dengan para pembimbing
lapangan.
25

VI. PENUTUP
Proposal ini merupakan tinjauan sekilas dari literatur dan teori yang telah
didapatkan selama mengikuti perkuliahan di Program Studi Teknik Perminyakan,
Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta. Besar harapan bahwa kelima aspek tersebut dapat benar-benar
diaplikasikan pada lapangan selama kerja praktek (KP) berlangsung sehingga
ilmu maupun pengalaman yang sekarang dimiliki akan dapat bertambah.
Demikian proposal kerja praktek (KP) ini penyusun ajukan, atas perhatian,
bantuan dan kerjasama yang diberikan. Penyusun mengucapkan terima kasih.
26

DAFTAR PUSTAKA

 Arismunandar, Wiranto. PENGGERAK MULA TURBIN. 2004. Bandung:


Penerbit ITB.
 Hendrata, Danni. Proposal Kerja Praktek “PENINJAUAN ASPEK
RESERVOIR, PEMBORAN DAN PRODUKSI PADA SUMUR ‘X’ DI
LAPANGAN PANASBUMI”. 2006. Yogyakarta : Jurusan Teknik
Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran”.
 Jagranatha, MT. Ir. IB. HANDOUT KULIAH GEOLOGI MIGAS &
PANASBUMI. 2009. Yogyakarta: Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas
Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.
 MODUL KULIAH LAPANGAN MIGAS & PABUM. 2010. Yogyakarta:
Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”.
 Saptadji Ph.D. Ir. Nenny Miryani. TM-4261 TEKNIK PANASBUMI. 2003.
Bandung: Penerbit ITB.
 Wijayatma, Armynas Handyas. Proposal Kerja Praktek “TINJAUAN
LAPANGAN PANASBUMI (GEOTHERMAL) ‘X’ BERDASARKAN
ASPEK RESERVOIR, PEMBORAN, PENYELESAIAN SUMUR,
PRODUKSI DAN FASILITAS PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
PANASBUMI”. 2007. Yogyakarta: Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas
Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.

Anda mungkin juga menyukai