DISUSUN OLEH:
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
4.3.2. Condensor ................................................................................ 23
4.3.3. Gas Exhauster ......................................................................... 23
4.3.4. Menara Pendingin (Cooling Tower) ........................................ 23
V. RENCANA KERJA PRAKTEK .............................................................. 24
VI. PENUTUP ................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 26
vi
1
I. JUDUL
PENINJAUAN LAPANGAN PANASBUMI KAMOJANG BERDASARKAN
ASPEK RESERVOIR, PEMBORAN, PENYELESAIAN SUMUR,
PRODUKSI DAN FASILITAS PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
PANASBUMI
1
2
Dimana Vpori-pori adalah volume pori-pori batuan dan Vbatuan adalah volume
total batuan.
Porositas batuan reservoir panasbumi biasanya dibedakan menjadi 2 (dua)
yaitu porositas rekahan dan porositas antar butir (matriks batuan).
Reservoir panasbumi umumnya mempunyai porositas matriks 3-25%
sedangkan rekahannya dapat memiliki porositas sebesar 100%.
Permeabilitas (k)
Permeabilitas batuan merupakan ukuran kemampuan suatu batuan untuk
dapat mengalirkan fluida. Permeabilitas merupakan parameter penting
untuk menentukan kecepatan alir fluida didalam batuan berpori dan dalam
batuan rekah alami. Parameter ini dihubungkan dengan kecepatan alir
fluida pada hukum Darcy seperti dibawah ini :
5
k dp
v
dx
Dari persamaan ini dapat dinyatakan bahwa kecepatan alir fluida
tidak hanya karena susunan ion dari suatu struktur kristal, tetapi juga
orientasi dari masing-masing butiran mineral.
Panas Spesifik Batuan
Panas spesifik batuan adalah suatu parameter yang menyatakan banyaknya
panas yang diperlukan untuk menaikkan temperatur satu satuan massa
batuan sebesar 1 0C.
Panas spesifik batuan umumnya mempunyai harga sebagai berikut :
fluida tersebut. Satuan densitas adalah kg . Densitas air (ρf) dan uap
m3
(ρg) tergantung dari besarnya tekanan dan temperatur dimana harganya
ditentukan dari harga volume spesifik, yaitu sebagai berikut :
1
v
Energi Dalam (u)
Energi dalam merupakan parameter yang menyatakan banyaknya panas
yang terkandung didalam suatu fasa per satuan massa. Satuan dari energi
dalam adalah kJ . Besarnya energi dalam uap (ug) dan energi dalam air
kg
7
(uf) juga tergantung dari tekanan dan temperatur yang harganya dapat
dilihat pada steam table.
Enthalpi
Enthalpi adalah jumlah dari energi dalam (u) dengan energi yang
dihasilkan oleh kerja tekanan. Hubungan antara energi dalam dengan
enthalpi adalah :
hf uf p
vf
hg ug p
vg
Satuan dari enthalpi adalah kJ . Besarnya enthalpi uap (hg) dan enthalpi
kg
air (hf) juga tergantung dari tekanan dan temperatur yang ditentukan dari
steam table.
Panas Latent (hfg)
Panas latent adalah panas yang diperlukan untuk mengubah satu satuan
massa air pada kondisi saturasi (jenuh) menjadi 100% uap. Satuan dari
Sw = saturasi air
Qv Mv hv
dan
Qw Mw hw
Dimana :
Qv = panas dalam uap, kJ
Qw = panas dalam air, kJ
hv = enthalpi uap, kJ
kg
hw = enthalpi air, kJ
kg
Initial heat in place dalam reservoir batuan dapat dihitung dari volume
reservoir, porositas, kapasitas panas batuan dan temperatur reservoir.
Qr AH(1 )Crtr
Dimana :
A = luas reservoir, m2
H = ketebalan reservoir rata-rata, m
ρr = densitas batuan, kg
m3
Hal ini dilakukan untuk casing 30, 20, 13 3 dan 9 5 inch, sedangkan casing 7
8 8
inch tidak disemen tetapi hanya digantungkan didalam casing 9 5 inch dengan
8
menggunakan liner hanger sampai kedalaman akhir. Untuk penyemenan casing
Selain zat additif diatas, dapat juga menggunakan thining agent dalam hal
ini dalah lignite. Untuk kondisi temperatur tertentu lignite lebih stabil
dibandingkan lignosulfonate. Penggunaan lignite sengat efektif untuk
sumur-sumur bertemperatur diatas 400 0F, sedangkan untuk temperatur
350 0F lignite akan mengalami dekomposisi. Beberapa zat additif lainnya
yang juga dapat digunakan antara lain quebracho dan polyphospate.
Filtration Loss
Flokulasi yang ditimbulkan oleh temperatur tinggi dapat menyebabkan
bertambahnya air bebas yang terkandung didalam lumpur pemboran.
Semakin besar temperatur maka semakin besar pula derajat flokulasi yang
ditimbulkan, sehingga semakin besar pula jumlah air bebas yang
terkandung didalam lumpur pemboran. Kondisi yang demikian akan
menimbulkan adanya filtration loss atau masuknya filtrat lumpur kedalam
formasi.
Besarnya filtration loss yang terjadi harus dikontrol dengan menggunakan
zat additif yang berfungsi untuk mengurangi filtration loss. Secara umum
ada 2 (dua) alasan dilakukannya filtration loss control, yaitu :
1. Mengontrol ketebalan dan karakteristik mud cake, karena hal ini sangat
berpengaruh pada operasi pemboran. Karena jika mud cake terlalu
tebal akan dapat menimbulkan masalah seperti terjepitnya pipa
pemboran, sedangkan jika terlalu tipis menyebabkan dinding formasi
mudah runtuh.
2. Membatasi jumlah filtrat yang masuk kedalam formasi.
Penggunaan zat additif yang berfungsi sebagai deflokulan dapat
mengurangi terjadinya filtration loss karena zat additif ini menyebabkan
lumpur pemboran terdispersi kembali sehingga mengurangi kandungan air
bebas dalam lumpur pemboran. Zat additif tersebut antara lain
ferrochrome lignosulfonate, metal lignosulfonate dan lignite.
Selain zat additif diatas dapat pula digunakan CMC atau carboxy methyl
cellulose. Zat additif ini dapat mengurangi filtration loss dengan
membentuk lapisan solid. Terkadang CMC juga dapat mengurangi
14
flokulasi. CMC efektif digunakan pada temperatur dibawah 300 0F, selain
itu dapat pula digunakan starch yang juga dapat mengurangi filtration loss
dengan membentuk lapisan solid. Starch dapat digunakan pada temperatur
dibawah 200 0F dan akan rusak pada temperatur 275 0F.
Pengurangan filtration loss pada sumur bertemperatur tinggi harus
diperhitungkan pada saat lumpur pemboran bergerak atau bersirkulasi
(dinamik) dan pada saat lumpur pemboran diam tidak bersirkulasi (statik).
Oleh karena itu penggunaan zat additif harus disesuaikan dengan kondisi
sumur serta karakteristik dari lumpur pemboran yang digunakan.
pH
pH dari lumpur pemboran harus selalu dikontrol. Karena selain
berpengaruh terhadap sifat-sifat lumpur pemboran, pH juga akan
mempengaruhi efektifitas zat additif yang akan digunakan. Contohnya
seperti chrome lignosulfonate dan lignite paling efektif digunakan pada
lumpur dengan pH sekurang-kurangnya 9. Secara normal pengontrolan pH
harus dijaga antara 8-9. Untuk pH diatas 9 dapat ditambahkan caustic soda
(NaOH) dan untuk pH dibawah 8 dapat ditambahkan acid seperti acidic
polyphosphate.
4.2.2. Penyemenan (Cementing)
Pada temperatur tinggi, C-H-S gel cenderung berubah untuk menjadi alpha
dicalcium sulfat (α-C2SH) yang berbentuk kristal dan lebih padat
bentuknya dibandingkan dengan C-S-H gel. Timbulnya α-C2SH ini
menyebabkan volume semen menyusut, sehingga mengganggu keutuhan
semen yang berakibat pada menurunnya compressive strength dan naiknya
permeabilitas semen diatas temperatur 110 0C. Compressive strength akan
hilang dalam waktu satu bulan dan permeabilitasnya akan bertambah
besar.
Pada kondisi diatas 110 0C terbentuk tobermotite (C5S6H5) yang dapat
mempertahankan sifat strength tinggi dan permeabilitas rendah. Kenaikan
temperatur sampai 150 0C (300 0F) menyebabkan tobermotite berubah
menjadi xonotlite (C6S3H2). Tapi kadang-kadang tobermotite dapat
bertahan sampai temperatur 250 0C (482 0F), karena adanya pergantian
aluminium dalam struktur atom semen portland. Pada temperatur 249 0C
(480 0F) terbentuk trucottite (C7S12H3) dan pada temperatur mendekati 400
0
C (750 0F) baik xonotlite maupun trucottite mencapai keadaan stabil dan
jika melebihi temperatur stabil maka kedua mineral tersebut akan merusak
semen.
Shear Bond Strength
Shear bond strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam menahan
tekanan yang berasal dari berat casing maupun menahan tekanan-tekanan
lainnya dalam arah vertikal.
Dalam lubang pemboran, kekuatan semen sangat dipengaruhi oleh
pembebanan triaxial yang kompleks dan failure stress merupakan
pembebanan utama dari penelitian untuk standard compressive strength
(Neville, 1981). Pengujian compressive strength tidak menunjukkan harga
shear strength dari ikatan antara semen dengan casing ataupun semen
dengan formasi batuan. Untuk itulah dilakukan pengukuran shear bond
strength semen.
Penilaian penyemenan biasanya berdasarkan compressive strength atau
tensile strength dari semen, dengan asumsi bahwa materialnya memenuhi
17
dengan menginjeksikan air dingin dengan laju tetap dan mengukur besarnya
tekanan dan temperatur didalam sumur guna mengetahui profil (landaian) tekanan
dan temperatur pada saat dilakukan injeksi. Ada dua jenis pengujian yang
dilakukan pada waktu uji komplesi, yaitu :
Uji Hilang Air (Water Loss Test)
Uji hilang air dilakukan untuk mengetahui tempat-tempat dimana terjadi
hilang air atau tempat-tempat dimana fluida formasi masuk kedalam
formasi, karena hal tersebut merupakan indikasi adanya pusat-pusat
rekahan.
Uji Permeabilitas Total (Gross Permeability Test)
Uji permeabilitas total dilakukan untuk mengetahui transien tekanan
setelah laju aliran diubah-ubah. Dengan menganalisa data tersebut
besarnya permeabilitas total dapat ditentukan.
Uji Spinner (Spinner Test)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tekanan, temperatur dan laju
alir fluida didalam lubang sumur dengan cara menurunkan sebuah alat
yang dinamakan Spinner.
4.3.2. Uji Panas (Heat Test)
Uji panas dilakukan setelah uji komplesi selesai, biasanya sumur ditutup
selama beberapa waktu agar menjadi panas sebelum sumur tersebut diuji
kemampuan produksinya. Tekanan dan temperatur didalam sumur diukur pada
interval-interval waktu tertentu. Pengukuran biasanya dilakukan pada hari ke 1, 2,
4, 7, 14, 28, dan 42 tetapi bila diperlukan landaian temperatur yang lebih rinci
maka uji panas dapat diteruskan sedikitnya selama satu bulan untuk mendapatkan
informasi yang lebih baik, dengan ditutupnya sumur maka sumur akan menjadi
panas dan temperatur meningkat sedangkan gradien tekanan didalam sumur
berkurang.
Ada beberapa cara bagaimana panas dapat mencapai sumur, antara lain :
Panas merambat dengan cara konduksi melalui formasi disekitarnya.
Fluida mengalir langsung kedalam sumur pada suatu kedalaman dan
keluar pada kedalaman lain (interzonal flow).
19
4.4.1. Sumur
Berbeda dengan sumur migas, sumur panasbumi tidak menggunakan
tubing dan juga tidak diperforasi. Sumur panasbumi umumnya menggunakan
13 3 , 9 5 inch.
8 8
Wellpads atau area tempat sumur-sumur produksi maupun sumur injeksi
dilapangan panasbumi biasanya satu dengan yang lain berjarak 1-2 km. Sumur
injeksi biasanya dibor ditempat yang mempunyai elevasi lebih rendah dari sumur-
sumur produksi agar fluida yang diinjeksikan tidak mempengaruhi reservoir.
4.4.2. Kepala Sumur dan Valves
Seperti halnya sumur migas, pada sumur panasbumi juga dipasang
beberapa valve untuk mengatur aliran fluida. Valve tersebut ada yang dipasang
diatas atau didalam sebuah lubang yang dibeton (concrete cellar). Umumnya pada
sebuah kepala sumur ada empat buah valve, yaitu : master/shut off valve, service
valve, by pass valve dan bleed valve.
Di samping jenis-jenis valve diatas, ada beberapa jenis valve lainnya, yaitu
ball float valve yang ditempatkan pada pipa transmisi uap. Ball float valve
merupakan valve pengaman dari kemungkinan terbawanya air kedalam pipa alir
uap. Bila ada air yang terbawa, bola akan naik dan menghentikan aliran. Kenaikan
tekanan akan menyebabkan bursting disch pecah dan mengalihkan aliran menuju
silencer.
4.4.3. Separator
Apabila fluida sumur berupa campuran antara uap dan air (fluida dua
fasa), maka uap dan air dipisahkan dalam separator. Dahulu, separator yang
sering digunakan adalah yang berbentuk lengkungan ‘U’ akan tetapi pemisahan
dengan cara ini kurang efisien, karena kandungan air didalam uap yang keluar dari
separator masih tinggi dimana dryness sekitar 50-60%. Sekarang ini berbagai
21
jenis separator telah diciptakan, tetapi yang paling sering digunakan saat ini
adalah webre cyclone separator karena dengan adanya inlet spiral akan
memberikan efisiensi pemisahan yang lebih tinggi. Dengan separator jenis ini,
uap yang keluar dari separator biasanya mempunyai dryness yang sangat tinggi,
yaitu lebih dari 99%. Efisiensi dari separator ini berkurang apabila kecepatan
fluida masuk kedalam separator lebih dari 50 m/sec.
4.4.4. Silencer
Apabila fluida dari sumur akan disemburkan untuk dibuang, fluida
tersebut akan menimbulkan kebisingan yang luar biasa, maka untuk mengurangi
kebisingan dan juga mengontrol aliran fluida yang akan dibuang pada waktu yang
sama, fluida biasanya dialirkan melalui silencer (peredam suara). Bagian atas dari
silencer dibiarkan terbuka sehingga silencer sering disebut atmospheric
separator. Silencer berupa silinder yang diberi pelapis dengan bagian atas yang
terbuka. Apabila fluida dari sumur berupa uap kering, silencer yang digunakan
biasanya berupa lubang yang diisi dengan batuan dan mempunyai ukuran
beraneka ragam.
4.4.5. Pipa Alir Permukaan (Flowline)
Pipa alir uap dilapangan panasbumi terdiri dari pipa alir uap, pipa alir air
dan pipa alir uap-air (apabila fluida sumur terdiri dari dua fasa). Pada lapangan
panasbumi dominasi air, pipa alir dua fasa dimulai dari sumur hingga separator,
sedangkan pipa alir uap membentang dari separator hingga turbin dan pipa alir air
membentang dari separator hingga sumur injeksi. Pipa alir lapangan panasbumi
dominasi uap lebih sederhana, karena hanya terdiri dari pipa alir uap yang
membentang mulai dari sumur hingga turbin dan apabila pada lapangan tersebut
dilakukan injeksi maka akan terdapat pipa alir air injeksi atau pipa alir kondensat.
4.4.6. Isolator
Untuk mengantisipasi kehilangan panas yang berlebihan, pipa alir uap
harus selalu diisolasi. Material yang digunakan sebagai bahan isolasi sangat
beragam baik bentuk, ukuran, ketebalan dan jenis materialnya. Material yang
banyak tersedia adalah:
Mineral fibrous atau cellular : alumina, asbestos, glass, perlite, rock, silica.
22
4.5.1. Turbin
Turbin adalah suatu mesin penggerak dimana energi fluida kerja, dalam
hal ini uap digunakan langsung untuk memutar poros (shaft). Bagian turbin yang
berputar dinamakan roda turbin yang terdiri atas beberapa sudu gerak. Roda turbin
terletak didalam rumah turbin. Roda turbin kemudian memutar poros yang
menggerakkan atau memutar generator listrik. Pada dasarnya dikenal dua jenis
turbin, yaitu : turbin dengan tekanan keluaran sama dengan tekanan udara luar
(atmospheric exhaust/back pressure turbine) dan turbin dengan condensor
(condensing unit turbine).
4.5.2. Condenser
Fungsi dari condensor adalah untuk menciptakan tekanan vakum (tekanan
dibawah tekanan atmosfer). Proses terjadinya kondisi vakum ini adalah secara
thermodinamis dan bukan secara mekanis. Hal ini dimungkinkan karena setelah
fluida keluar dari turbin yang sebagian besar masih berupa uap akan bercampur
dengan air dingin, pada condensor akan mencapai kesetimbangan massa dan
energi. Ada dua jenis condensor, yaitu : direct contact/jet condensor dan surface
condensor.
4.5.3. Gas Exhauster
Untuk menjaga agar kondisi condensor tetap vakum, maka non-
condensable gas harus dikeluarkan dari condensor. Hal ini dapat dilakukan
dengan membuang gas tersebut dengan menggunakan steam jet ejector.
4.5.4. Menara Pendingin (Cooling Tower)
Condensor membutuhkan air yang cukup banyak. Air dapat berasal dari
air sungai namun, sungai-sungai yang terdapat tidak jauh dari lapangan
panasbumi umumnya tidak cukup besar untuk dapat menyerap panas. Cara yang
umum digunakan adalah dengan menggunakan cooling tower. Ada dua jenis
cooling tower, yaitu:
Mechanical Draft Cooling Tower
Pada jenis ini, air panas dari condensor disemprotkan pada struktur kayu
yang berlapis-lapis yang disebut fill. Pada saat air mengalir melalui fill,
perpindahan panas akan terjadi dari air panas keudara. Dibagian atas dari
24
cooling tower ini terdapat kipas angin (fan). Air kemudian dipompakan
kembali menuju condensor. Cooling tower jenis ini relatif murah dan
fleksibel karena kecepatan kipas angin dapat diubah disesuaikan dengan
kondisi udara luar dan beban turbin. Kelemahannya adalah konsumsi
energi untuk menggerakan kipas angin relatif besar dan biaya
perawatannya relatif tinggi.
Natural Draught Cooling Tower
Natural draught cooling tower bekerja dengan prinsip yang sama dengan
mechanical draft cooling tower, kecuali pada jenis ini aliran udara
pendingin tidak berasal dari kipas angin, tapi dikarenakan bentuk dan
tingginya cooling tower itu sendiri. Cooling tower jenis ini relatif mahal
dan tidak fleksibel seperti halnya mechanical draft cooling tower tetapi
salah satu keuntungannya adalah biaya perawatan yang relatif rendah.
VI. PENUTUP
Proposal ini merupakan tinjauan sekilas dari literatur dan teori yang telah
didapatkan selama mengikuti perkuliahan di Program Studi Teknik Perminyakan,
Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta. Besar harapan bahwa kelima aspek tersebut dapat benar-benar
diaplikasikan pada lapangan selama kerja praktek (KP) berlangsung sehingga
ilmu maupun pengalaman yang sekarang dimiliki akan dapat bertambah.
Demikian proposal kerja praktek (KP) ini penyusun ajukan, atas perhatian,
bantuan dan kerjasama yang diberikan. Penyusun mengucapkan terima kasih.
26
DAFTAR PUSTAKA