Anda di halaman 1dari 35

PANDUAN PERSETUJUAN DAN PENOLAKAN

TINDAKAN PENGOBATAN BERESIKO


TINGGI

RS. ISLAM AMINAH BLITAR


JL. Kenari No. 54 Blitar Telp (0342) 803552-801662

TAHUN 2017

1
RS. ISLAM AMINAH BLITAR
JL. Kenari No. 54 Blitar Telp (0342) 803552-801662

TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT, karena berkat rahmat dan ridho-Nya
Panduan Persetujuan dan Penolakan Tindakan Pengobatan Beresiko Tinggi dalam pelayanan
telah tersusun. Panduan ini sangatlah penting untuk membantu dalam kelancaran operasional
rumah sakit.

Semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit dan pihak-pihak lain yang terkait
dengan penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit.

Dan seperti panduan pelayanan lainnya, evaluasi berkala terhadap panduan ini harus terus
dilakukan sesuai perkembangan program akreditasi rumah sakit.

Akhirnya saran dan koreksi demi perbaikan panduan ini sangat kami harapkan

Penyusun

DAFTAR ISI

2
Surat Keputusan Panduan.......................................................................................... 1

Kata Pengantar …………………………………………………………………... 2

Daftar isi ....................................................................................................... 3

BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................... 5

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………..... 5

1.2 Dasar ………………………………………………………………….. 6

1.3 Tujuan ………………………………………………………………... 6

BAB II. DEFINISI..................................................................................................... 7

2.1 Pengertian ……………………………………………………………... 7

BAB III. RUANG LINGKUP.................................................................................... 9

BAB IV. TATA LAKSANA...................................………………………………… 9

4.1 Siapa yang memberikan informasi dan penjelasan................................. 9

4.2 Kapan Informed Concent perlu dibuat.................................................... 10

4.3 Latar belakang Informed Concent........................................................... 11

4.4 Daftar Tindakan yang memerlukan Informed Concent............................ 12

4.4.1 Tindakan Anastesi & Sedasi Sedang dan Dalam………………..... 12

4.4.2 Tindakan Pembedahan dan Tindakan Invasif ……………............. 16

4.4.3 Pemberian Darah dan Produk/ Komponen Darah……………….... 18

4.4.4 Pelaksanaan Tindakan dan Pengobatan Beresiko Tinggi………. .. 21

List jenis-jenis Tindakan yang memerlukan Persetujuan Tindakan


Kedokteran…………………......................................................... 22

4.5 Persetujuan dan Penjelasan Tindakan Kedokteran…………………...... 27

4.6 Pihak-pihak yang berhak memberikan Informed Concent…………...... 31

4.7 Ketentuan pada Situasi Khusus …………………………………………… 32

4.8 Penolakan Tindakan Kedokteran ............................................................ 33

4.9 Penolakan Pengobatan............................... …………………………… 33

5.0 Dokumentasi Persetujuan Tindakan Kedokteran ................................... 34

BAB V. DOKUMENTASI PELAPORAN................................................................. 35

BAB VI. PENUTUP.................................................................................................. 35

3
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 35

Lampiran

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahwa masalah kesehatan seseorang (pasien) adalah tanggung jawab seorang (pasien) itu
sendiri. Dengan demikian, sepanjang keadaan kesehatan tersebut tidak sampai menggangu orang lain,
maka keputusan untuk mengobati atau tidaknya masalah kesehatan yang dimaksud, sepenuhnya
terpulang dan menjadi tanggung jawab yang bersangkutan.
Bahwa tindakan kedokteran yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi untuk
meningkatkan atau memulihkan kesehatan seseorang (pasien) hanya merupakan suatu upaya
yang tidak wajib diterima oleh seorang (pasien) yang bersangkutan. Karena sesungguhnya dalam
pelayanan kedokteran, tidak seorangpun yang dapat memastikan keadaan hasil akhir dari
diselenggarakannya pelayanan kedokteran tersebut (uncertainty result), dan karena itu tidak etis
jika sifatnya jika penerimaannya dipaksakan. Jika seseorang karena satu dan lain hal, tidak dapat
atau tidak bersedia menerima tindakan kedokteran yang ditawarkan, maka sepanjang penolakan
tersebut tidak membahayakan orang lain, harus dihormati.
Bahwa hasil dari tindakan kedokteran akan lebih berdaya guna dan berhasil guna apabila
terjalin kerjasama yang baik antara dokter dan pasien sehingga dapat saling mengisi dan
melengkapi. Dalam rangka menjalin kerjasama yang baik ini perlu diadakan ketentuan yang
mengatur tentang perjanjian antara dokter atau dokter gigi dengan pasien. Pasien menyetujui
(consent) atau menolak, adalah merupakan hak pribadinya yang tidak boleh dilanggar,
setelah mendapat informasi dari dokter atau dokter gigi terhadap hal-hal yang akan
dilakukan oleh dokter atau dokter gigi sehubungan dengan pelayanan kedokteran yang diberikan
kepadanya.
Informed Consent terdiri dari kata informed yang berarti telah mendapatkan informasi
dan consent berarti persetujuan (ijin). Yang dimaksud dengan Informed Consent dalam profesi
kedokteran adalah pernyataan setuju (consent) atau ijin dari seseorang (pasien) yang diberikan
secara bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) terhadap tindakan kedokteran yang akan
dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang cukup tentang kedokteran yang
dimaksud.
Bahwa, untuk mengatur keserasian, keharmonisan, dan ketertiban hubungan dokter atau
dokter gigi dengan pasien melalui informed consent harus ada pedoman sebagai acuan bagi
seluruh personil rumah sakit.

1.2 Dasar

5
Sebagai dasar ditetapkannya Panduan Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran
ini adalah peraturan perundang-undangan dalam bidang kesehatan yang menyangkut persetujuan
tindakan kedokteran, yaitu :

a. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;

b. Undang –Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;

c. UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

d. Permenkes RI No. 69 tahun 2014 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban
Pasien

e. Manual Tindakan Kedokteran KKI Tahun 2006

f. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia


Kedokteran;

g. Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

h. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam


Medis;

i. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 290/Menkes/Per/III/2008 tentang


Persetujuan tindakan kedokteran;

j. Keputusan Direktorat Jendral Pelayanan Medik nomor : HK.00.06.3.5.1866 tahun


1999 tentang Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Medis.

1.3 Tujuan

Panduan ini bertujuan agar dijadikan acuan bagi seluruh dokter, dokter gigi dan seluruh
tenaga kesehatan Rumah Sakit Islam Aminah Blitar dalam melaksanakan ketentuan tentang
persetujuan tindakan kedokteran.

BAB II

6
DEFINISI

2.1 Pengertian

Adapun istilah-istilah yang digunakan dalam inform consent/ persetujuan tindakan kedokteran:

a. Informed adalah telah mendapat informasi. Concent adalah persetujuan


(izin). .Persetujuan Tindakan Kedokteran ( informed concent ) adalah persetujuan
yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara
lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan
terhadap pasien.

b. Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi yang selanjutnya disebut Tindakan


Kedokteran, adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik, terapeutik atau
rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien.

c. Tindakan invasif, adalah tindakan yang langsung dapat mempengaruhi keutuhan


jaringan tubuh pasien.

d. Tindakan Kedokteran yang mengandung resiko tinggi adalah tindakan medis yang
berdasarkan tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan.

e. Anastesi adalah suatu peristiwa hilangnya sensasi,perasaan nyeri bahkan hilangnya


kesadaran sehingga memungkinkan dilakukan pembedahan.

f. Sedasi adalah penggunaan obat untuk menghasilkan keadaan depression dari system
saraf pusat sehingga memungkinkan dilakukan tindakan.

g. Pemberian darah ( transfusi darah) adalah proses menyalurkan darah atau produk
darah dari satu orang ke sistem peredaran darah orang lainnya.

h. Pembedahan adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasive


dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani.

i. Pasien, adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit baik dalam
keadaan sehat maupun sakit.

j. Dokter dan Dokter Gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi
spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar
negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan

7
k. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak
kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya.

Ayah :

- Ayah Kandung
- Termasuk “Ayah” adalah ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan
pengadilan atau berdasarkan hukum adat.
Ibu :

- Ibu Kandung

- Termasuk “Ibu” adalah Ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan


pengadilan atau berdasarkan hukum adat

Suami :

- Seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang perempuan


berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Istri :

- Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang laki-laki


berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

- Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari 1 (satu) istri persetujuan /


penolakan dapat dilakukan oleh salah satu dari mereka.

l. Wali, adalah orang yang menurut hukum menggantikan orang lain yang belum dewasa
untuk mewakilinya dalam melakukan perbuatan hukum, atau orang yang menurut hukum
menggantikan kedudukan orang tua.

m. Induk semang, adalah orang yang berkewajiban untuk mengawasi serta ikut bertangung
jawab terhadap pribadi orang lain, seperti pemimpin asrama dari anak perantauan atau
kepala rumah tangga dari seorang pembantu rumah tangga yang belum dewasa.

n. Gangguan Mental, adalah sekelompok gejala psikologis atau perilaku yang secara
klinis menimbulkan penderitaan dan gangguan dalam fungsi kehidupan seseorang,
mencakup Gangguan Mental Berat, Retardasi Mental Sedang, Retardasi Mental Berat,
Dementia Senilis.

o. Pasien Gawat Darurat, adalah pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat
atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.

8
BAB III

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dalam panduan ini meliputi Persetujuan Tindakan Kedokteran ( Informed Concent) ,
Penolakan Tindakan Kedokteran dan Penolakan Pengobatan.

BAB IV

TATA LAKSANA

4.1 SIAPA YANG MEMBERIKAN INFORMASI DAN PENJELASAN

1. DPJP

2. Berdasarkan Permenkes No. 290 Tahun 2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran,
Pasal 10 ayat 1 bahwa penjelasan tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan
(sebelum pasien / keluarga memberika informed consent) diberikan oleh dokter /dokter
gigi yang merawat pasien, atau salah satu dokter atau dokter gigi dari tim dokter yang
merawatnya.
3. Berdasarkan Pasal 10 ayat 2, bahwa apabila dalam hal dokter atau dokter gigi yang
merawatnya berhalangan untuk memberikan penjelasan secara langsung, maka
pemberian penjelasan harus didelegasikan kepada dokter atau dokter gigi lain yang
kompeten.
4. Berdasarkan Pasal 10 ayat 3, bahwa : tenaga kesehatan tertentu dapat membantu
memberikan penjelasan sesuai dengan kewenangannnya.
5. Dan berdasarkan Pasal 10 ayat 4, bahwa : tenaga kesehatan tertentu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) adalah tenaga kesehatan yang ikut memberikan pelayanan
kesehatan secara langsung kepada pasien.
Maka direktur RSI Aminah Blitar memutuskan bahwa :

1. Penjelasan mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan pasien harus


diberikan oleh dokter atau dokter gigi yang merawat pasien atau disebut juga DPJP
(Dokter Penanggung Jawab Pelayanan).
2. Apabila DPJP berhalangan untuk memberikan penjelasan langsung, maka pemberian
penjelasan didelegasikan kepada dokter umum / dokter jaga.
3. Beberapa tindakan kedokteran dapat diberikan penjelasannya oleh tenaga
keperawatan sesuai kewenangan klinisnya. Tenaga keperawatan yang dapat

9
memberikan penjelasan adalah tenaga keperawatan yang ikut memberikan
pelayanan langsung kepada pasien. Tindakan kedokteran yang dimaksud dijabarkan
dalam daftar – daftar tindakan yang memerlukan Informed Concent.
4. DPJP atau dokter umum / dokter gigi atau tenaga keperawatan yang memberikan
penjelasan mengenai tindakan kedokteran, harus memberikan tanda tangan dan nama
terang pada formulir informed consent sebagai bukti telah memberikan penjelasan.

Dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan medik mempunyai tanggung
jawab utama memberikan informasi dan penjelasan yang diperlukan. Apabila dokter atau
dokter gigi yang merawatnya berhalangan untuk memberikan penjelasan secara langsung,
maka pemberian penjelasan harus didelegasikan kepada dokter atau dokter gigi lain yang
kompeten. Tenaga kesehatan tertentu dapat membantu memberikan penjelasan sesuai
dengan kewenangannya. Tenaga kesehatan tersebut adalah tenaga kesehatan yang ikut
memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasien. Bila terjadi kesalahan
dalam memberikan informasi tanggung jawab berada ditangan dokter atau dokter gigi
yang memberikan delegasi.

4.2 KAPAN INFORMED CONCENT PERLU DIBUAT

Pada prinsipnya semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien
memerlukan persetujuan dari pasien. Cara pasien menyatakan persetujuan dapat dilakukan
secara terucap (oral concent), tersurat (written concent), atau tersirat (implied concent).
Setiap tindakan kedokteran yang mengandung resiko tinggi harus memperoleh persetujuan
tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan. Persetujuan tertulis
dibuat dalam bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir Informed Concent. Formulir
ini juga merupakan suatu tanda bukti yang akan di simpan di dalam arsip rekam medis
pasien yang bisa dijadikan sebagai alat bukti bahwa telah terjadi kontrak terapeutik antara
dokter dan pasien.

Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/ atau mencegah
kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran.

Informed Concent harus dibuat pada kondisi- kondisi berikut ini:

1. Seluruh procedure anastesi & sedasi sedang dan sedasi dalam ( kecuali anastesi lokal )

2. Seluruh tindakan pembedahan dan tindakan invasif

3. Pemberian darah dan produk / komponen darah

4. Pelaksanaan tindakan dan pengobatan beresiko tinggi

10
4.3 LATAR BELAKANG PERLUNYA INFORMED CONCENT

Perlunya Informed Concent dilatarbelakangi oleh hal-hal dibawah ini (Sofyan Dahlan,2000):

 Tindakan medis merupakan upaya yang penuh dengan ketidakpastian dan hasilnya pun
tidak dapat diperhitungkan secara sistematis

 Hampir semua tindakan medis memiliki resiko, yang bisa terjadi dan bisa juga tidak
terjadi

 Tindakan medis tertentu sering diikuti akibat yang sifatnya tidak menyenangkan bagi
pasien.Sebagai contoh,operasi pengangkatan rahim pasti akan diikuti oleh kemandulan

 Semua resiko tersebut jika benar-benar terjadi akan ditanggung dan dirasakan sendiri oleh
pasien, sehingga sangatlah logis bila pasien sendirilah yang paling utama untuk dimintai
persetujuannya

 Resiko yang terjadi ataupun akibat ikutannya sangat mungkin sulit atau bahkan tidak
dapat diperbaiki

 Semakin kuatnya pengaruh pola hidup konsumerisme,walaupun harus diingat bahwa


otonomi pasien dibatasi oleh otonomi profesi

Fungsi Informed Concent:

1. Bagi pasien, merupakan media untuk menentukan sikap atas tindakan medis yang
mengandung resiko atau akibat ikutan

2. Bagi dokter, merupakan sarana untuk mendapatkan legitimasi (pembenaran,atau


pengesahan) atas tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien, karena tanpa
informed concent maka tindakan medis dapat berubah menjadi perbuatan
melawan hukum. Dengan informed concent maka dokter terbebas dari tanggung
jawab atas terjadinya resiko atau akibat ikutan, karena telah diinformasikan
didepan ,sedangkan apabila tanpa informed concent maka resiko dan akibat ikutan
menjadi tanggung jawab dokter.

4.4 DAFTAR TINDAKAN YANG MEMERLUKAN INFORMED CONCENT

4.4.1 Tindakan Anastesi & Sedasi Sedang dan Dalam

A. ANASTESI

Fungsi utama dari anastesi adalah menghilangkan nyeri pada saat pembedahan
dan memfasilitasi operator untuk menjalankan operasi.Berbagai macam pembedahan
dapat dilakukan dengan teknik anastesi yang berbeda pula.

Pada dasarnya anastesi dapat dibagi menjadi 3 macam teknik, yaitu:

11
1. Anastesi Lokal

Anastesi lokal diberikan dengan menyuntikkan obat anastesi lokal di sekitar area
operasi. Biasanya anestesi ini digunakan untuk operasi- operasi kecil.

2. Anastesi Regional

Anastesi regional ini dikerjakan dengan memberikan obat anastesi pada bagian
tertentu sehingga region dari tubuh tersebut tidak merasa sakit. Anastesi regional
ini dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik.

Teknik anastesi regional sendiri terdiri dari:

a. Anastesi Spinal

Anastesi spinal ini dilakukan dengan memasukkan obat anastesi ke dalam


rongga spinal untuk memblokade saraf nyeri. Anastesi spinal ini dapat
dilakukan pada pasien-pasien yang akan menjalani operasi pada perut bagian
bawah atau pada tungakai bawah. Keuntungan dari anastesi ini obat dan alat
yang digunakan lebih sedikit dan lebih murah. Anastesi spinal/ subaraknoid
di sebut juga sebagai analgesi/ blok spinal intradural atau blok intratekal.

b. Anastesi Epidural

Seperti anastesi spinal, anastesi epidural dilakukan dengan memasukkan


obat ke dalam rongga epidural. Kelebihan dari nastesi epidural ini juga dapat
digunakan untuk mengatasi nyeri pasca operasi. Tetapi anastesi ini memiliki
proses pemasangan yang lebih sulit dari anastesi spinal.

c. Blok Saraf Perifer

Anastesi ini digunakan dengan menyuntikkan obat anastesi di sekitar serabut


saraf daerah yang akan dioperasi. Keuntungan teknik ini adalah dapat
menghilangkan sensasi nyeri pada satu daerah saja misalnya hanya pada
tangan kiri atau kanan saja. Teknik pembiusan ini lebih sulit dan
memerlukan keahlian dan peralatan yang lebih lengkap yang tidak tersedia
di semua tempat.

3. Anastesi Umum

12
Anastesi umum atau bius total ini merupakan teknik pembiusan dengan
memasukkan obat-obatan yang membuat pasien tidur dan tidak merasa nyeri.
Anastesi umum ini dapat dilakukan pada semua jenis operasi baik operasi kecil
maupun operasi besar. Selain itu pasien juga tidak sadar sehingga tidak merasa cemas
dan takut pada saat menjalani operasi.

Semua tindakan anastesi diatas mempunyai keuntungan dan resiko masing-


masing seperti semua tindakan medis. Keuntungan dan resiko tindakan anastesi ini
bermacam-macam, mulai resiko ringan seperti mual, muntah, sakit kepala,pusing
sampai dengan resiko yang lebih berat seperti cedera saraf sampai dengan kematian.

Dalam pemilihan teknik anastesi, setiap individu manusia tidak ada yang sama
dan tidak bisa diperlakukan dengan sama sehingga prosedur pembiusan tidaklah selalu
sama. Pemilihan teknik anastesi pada setiap operasi dapat berbeda ini harus
dibicarakan antara dokter bedah, dokter anastesi dan pasien, tergantung dengan jenis
dan prosedur operasi. Walaupun telah mendapat penjelasan dari dokter bedah dan
dokter anastesi sebaiknya pasien tetap bertanya tentang resiko dan komplikasi serta
alternative lain dari teknik.

B. SEDASI

Tujuan dari prosedur sedasi adalah untuk:


 Mengurangi ketakutan pasien, kegelisahan dan penderitaan.
 Meminimalisir ketidaknyamanan dan kesakitan fisik.
 Meminimalisir trauma psikologis.
 Mengijikan prosedur untuk disempurnakan secara aman, terpercaya dan efektif.
 Menghargai hak-hak pasien sepanjang waktu.
 Mengembalikan pasien kepada tempat yang aman dan memungkinkan.

Sedasi dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Layanan Sedasi Ringan adalah pemberian obat-obatan yang menyebabkan kondisi


dimana pasien masih berespon normal terhadap perintah verbal, reflek jalan nafas
dan ventilasi serta fungsi kardiovaskular tidak dipengaruhi, namun fungsi kognitif
dan koordinasi fisik terganggu.

2. Layanan Sedasi Sedang adalah pemberian obat-obatan yang menyebabkan


penurunan kesadaran tetapi masih berespon terhadap rangsangan verbal dan
rangsangan taktil ringan, jalan nafas dan fungsi ventilasi spontan masih terjaga

13
dengan baik. Fungsi kardiovaskular masih terjaga baik. Obat- obat yang dipakai
adalah obat- obat yang berefek sedative.

3. Layanan Sedasi Dalam adalah pemberian obat-obatan yang menyebabkan


penurunan kesadaran dimana pasien sulit dibangunkan tetapi masih bisa berespon
terhadap rangsangan nyeri berulang, jalan nafas dan fungsi ventilasi spontan
kemungkinan terganggu, sehingga memerlukan bantuan untuk mempertahankan
kelapangan jalan nafas dan mempertahankan ventilasi yang adekuat, fungsi
kardiovaskuler biasanya masih terjaga baik. Obat-obatan yang dipakai adalah obat-
obatan yang berefek sedative.

Indikasi penggunaan sedasi moderat dan dalam:


Sedasi moderat yang digunakan dalam lingkup kebijakan ini menyebutkan untuk
mengurangi kecemasan, membantu mengurangi rasa sakit. Respon-respon fisik
ringan untuk menekan selama prosedur diagnosis atau perawatan pasien, dan
melancarkan prosedur pada anak-anak dan orang dewasa yang tidak kooperatif .
Contoh indikasi pemberian sedasi moderat :
 Pemberian obat sedasi (ketalar) pada anak dengan kebutuhan khusus (misal :
sindrom down) yang tidak kooperatif untuk dilakukan pemeriksaan penunjang
pra operasi berupa pengambilan darah laboratorium dan foto rongten.
 Pemberian sedasi dalam akan membantu ketenangan pasien, menghilangkan
rasa nyeri dan membuat pasien merasa sangat mengantuk. Pemberian sedasi
dalam ini dapat membantu mengurangi kekhawatiran pasien dan membuat pasien
merasa lebaih nyaman sebelum, selama dan setelah suatu pengobatan, perawatan
atau tindakan pembedahan/operasi.
Contoh indikasi pemberian sedasi dalam:
 Mengangkat jaringan dari bagian tubuh (biopsy).
 Perawatan luka yang memerlukan pengeringan nanah dari bagian tubuh yang
terluka (nekrotomi atau debridemen).
 Mengurangi rasa sakit jika pemberi perawatan sedang membersihkan dan
mengobati luka menganga. Luka menganga dapat berupa terbakar, terpotong, atau
kulit yang sobek.
 Menyambungkan kembali tulang sendi yang tidak pada tempatnya (dislokasi)
karena trauma atau kecelakaan.
 Menghilangkan benda atau objek yang ada di dalam tubuh, mengambil benda
yang tersangkut di dalam telinga atau bagian lain yang terbuka dari tubuh.
 Menghilangkan atau mengurangi kecemasan/kegelisahan pada pasien yang sedang
dilakukan pembedahan/operasi.

14
 Prosedur invasif untuk pengobatan cardiovaskuler. Prosedur ini dilaksanakan
untuk memeriksa pembuluh darah dan masalah lainnya dalam jantung pasien.
Sedasi dalam dapat dilakukan sebelum memberi kejut jantung pada jantung.
Sedasi dalam boleh diberikan ketika pasien membutuhkan katup pembuluh darah
besar yang ditempatkan pada pembuluh darah. Juga dapat diberikan ketika pasien
perlu katup trakea yang ditempatkan di lubang udara atau dada pasien.

Siapakah yang tidak boleh dilakukan sedasi dalam?


Pasien tidak boleh dilakukan sedasi dalam jika:
 Alergi pada obat-obatan yang akan diberikan.
 Dalam keadaan hamil atau obesitas.
 Memiliki penyakit paru-paru atau jantung.
 Memiliki masalah kesehatan seperti kanker pada kepala atau leher.

Obat-obatan yang digunakan untuk sedasi sedang dan dalam :

Sedasi Sedang:

 midazolam 0,1 mg/kgbb

 ketamin 0,5 mg/kgbb

 propofol 0,5 mg/kgbb

 Diazepam

 Cepezete

Sedasi Dalam:

 ketamin 3-8 mg/kgbb intramuskuler

 ketamin 1mg/kgbb intravena

 midazolam oral 10mg/kgbb

 flunitrazepam 0,1mg/kgbb

 fentanil 0,5-1ug/kgbb

 alfentanil 3-5 ug/kgbb

 remifentanil 0,1mg/kg/min

15
4.4.2 Tindakan Pembedahan dan Tindakan Invasif

Pembukaan bagian tubuh ini biasanya menggunakan sayatan. Setelah bagian yang
ditangani di tampilkan, dilakukan tindakan dengan perbaikan yang di akhiri dengan
penutupan dan penjahitan luka.

Tahap- tahap pembedahan:

1. Tahap pra bedah ( pre operasi )

2. Tahap pembedahan ( intra operasi )

3. Tahap pasca bedah ( post operasi )

Pembedahan tubuh sengaja dibuat luka sehingga terjadi stress yang menyebabkan
perubahan metabolic akibat reaksi endokrin yang kompleks. Akibat dari luka terjadi
proses penyembuhan luka yang merupakan proses kompleks dan banyak yang terkait.
Kebutuhan kalori, protein,lemak dan elektrolit sangat diperlukan untuk kebugaran fisik
dan penyembuhan luka pasca bedah.

Puasa merupakan hal yang rutin pada pembedahan berencana. Puasa lebih dari 24 jam
akan terjadi proses katabolik yang menghabiskan cadangan glycogen hati dan otot. Badan
manusia tanpa asupan nutrisi membutuhkan 25 kkal/kg/hari (kilokalori). Cadangan kalori
habis memicu terjadi gluconeogenesis yang diambil dari proteolisis otot juga dari protein
visceral yang mengakibatkan menurunnya integritas sel, system imunitas dan enzim.
Puasa panjang dengan mengistirahatkan saluran pencernaan diperlukan asupan nutrisi
yang memadai.

Tipe Pembedahan :

a. Menurut fungsinya ( tujuannya), Potter & Perry 92005) membagi menjadi:

1. Diagnostik : biopsy,laparatomi eksplorasi

2. Kuratif ( ablatif) : tumor, appendiktomi

3. Reparatif : memeperbaiki luka multiple

4. Rekonstruktif : mamoplasti, perbaikan wajah

5. Paliatif : menghilangkan nyeri

16
6. Transplantasi : penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ
atau struktur tubuh yang malfungsi ( cangkok ginjal, kornea)

b. Menurut tingkat urgensinya :

1. Kedaruratan

Klien membutuhkan perhatian dengan segera, gangguan yang di


akibatkannya diperkirakan dapat mengancam jiwa ( kematian atau kecacatan
fisik), tidak dapat ditunda.

2. Urgen

Klien membutuhkan perhatian segera, dilaksanakan dalam 24-30 jam.

3. Diperlukan

Klien harus menjalani pembedahan, direncanakan dalam beberapa minggu


atau bulan.

4. Elektif

Klien harus dioperasi ketika diperlukan , tidak terlalu membahayakan jika


tidak dilakukan.

5. Pilihan

Keputusan operasi atau tidaknya tergantung kepada klien ( pilihan pribadi


klien )

c. Menurut Luas atau Tingkat Resiko :

1. Mayor

Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai tingkat
resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup klien.

2. Minor

Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko komplikasi
lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor.

17
4.4.3 Pemberian Darah dan Produk/ Komponen Darah

Darah merupakan bagian penting dari system transportasi zat-zat dalam tubuh.Darah
merupakan jaringan yang berbentuk cairan terdiri dari dua bagian besar, yaitu:

a. Plasma darah merupakan bagian cair

b. Bagian korpulsi yakni benda-benda darah yang terdiri atas sel darah merah/ eritrosit,
sel darah putih/ leukosit, dan sel trombosit.Fungsi sel darah merah adalah transport
dan pertukaran oksigen dan karbondioksida. Sedangkan leukosit bertanggung
jawab mengatasi infeksi, fagositosis pada reaksi radang serta trombosit untuk
hemostasis. ( Depkes RI, 1989 )

 Komponen darah adalah bagian darah yang dipisahkan dengan cara fisik/ mekanik.

 Derivat darah/ derivate plasma adalah bagian darah yang dipisahkan dengan cara
kimiawi.

 Produk darah mencakup keduanya.

 Macam Komponen Darah, meliputi :

A. Komponen seluler:

1. Darah Merah Pekat ( Packed Red Cells= PRC )

2. DMP miskin leukosit ( Leucocyte Poor PRC )

3. Trombosit Pekat ( Platelet Concentrate )

4. TP multi donor

5. TP donor tunggal

6. Leukosit pekat

B. Komponen non seluler

1. Plasma

 Plasma Donor Tunggal ( Liquid Plasma )

 Plasma Segar Beku ( Fresh Frozen Plasma )

18
2. Kriopresipitat ( Cryoprcipitate = Anti Hemophilic Factor = AHF

 Macam Derivat Plasma:

 Albumin

 Immunoglobulin

 Faktor VIII pekat

 Faktor IX pekat

 dan lain-lain (fibrinogen )

 Darah Lengkap ( WHOLE BLOOD/ WB )

 Isi utama : eritrosit. Pada DL segar: juga trombosit dan faktor


pembekuan labil

 Volume : 250 ml, 350 ml, 450 ml

 Untuk meningkatkan jumlah eritrosit + plasma secara bersamaan

 Pelayanan melalui uji cocok serasi mayir dan minor antara darah
donor dan pasien

 Peningkatan Hb post transfuse 450 ml: 0,9± 0,12 g/dl

 Peningkatan nilai Ht 3-4 %

 Di negara maju jarang dipaka

 Darah Merah Pekat ( PACKED RED CELL / PRC )

 Isi utama PRC: eritrosit

 Volume tergantung pada volume kantong darah yang dipakai:


150-300ml

 Nilai hematokrit ( Ht ): 70%

 Pelayanan : melalui uji cocok serasi darah donordan pasien

 Berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit

 PenIngkatan Hb dan Ht post transfuse DMP

19
 Darah Merah Pekat Miskin Leukosit

 Isi utama : eritrosit

 Bermanfaat untuk mengurangi panas dan alergi terhadap protein


plasma / anti leukosit dan meningkatkan jumlah eritrosit pasien
yang sering memerlukan transfuse ( thalasemia )

 Trombosit Pekat ( THROMBOCYTE CONCENTRATE / TC )

 Isi utama : trombosit.Ada beberapa leukosit,eritrosit, sedikit


plasma

 Volume : 50 ml dengan cara pemutaran darah lengkap segar


150-400 ml dengan trombaferesis

 Berguna untuk meningkatkan jumlah trombosit

 Peningkatan post transfuse pada dewasa rata-rata 5000-


10000/uL

 Efek samping: urtikaria, menggigil,demam,

 Leukosit Pekat

 Isi utama: granulosit

 Berguna meningkatkan jumlah granulosit

 Pelayanan melalui uji cocok serasi darah donor dan ;pasien

 Efek samping: urtikaria,menggigil,demam

 Jarang dipakai

 Plasma Donor Tunggal

 Isi utama : plasma cair mengandung protein plasma dan


faktor pembekuan stabil

 Volume: 150-220ml tergantung volume kantong yang


dipakai

 Untuk menungkatkan volume plasma,meningkatkan faktor


pembekuan stabil( FII,VII,X,XI )

20
 Pelayanan cocok golongan ABO dengan eritrosit pasien

 Efek samping: demam, urtikaria,menggigil,hipervolemia.

 Plasma Segar Beku ( FRESH FROZEN PLASMA / FFP )

 Isi utama : faktor pembekuan labil ( faktor V,VIII), walau


mengandung faktor pembekuan stabil dan protein plasma

 Volume: 150-220ml

 Pelayanan untuk meningkatkan faktor pembekuan labil

 Cocok golongan ABO dengan eritrosit pasien

 Ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan

 Efek samping: urtikaria,demam,menggigil,hipervolemia.

Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk darah berbasis
darah dari satu orang ke system peredaran orang lainnya.

4.4.4 Pelaksanaan Tindakan dan Pengobatan Beresiko Tinggi

Tindakan kedokteran yang mengandung resiko tinggi adalah tindakan medis yang
berdasarkan tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan.

LIST JENIS-JENIS TINDAKAN YANG MEMERLUKAN PERSETUJUAN TINDAKAN


KEDOKTERAN / INFORM CONCENT :

A.TINDAKAN PEMBEDAHAN

BEDAH UMUM:

 Apendiktomi

 Biopsi

 Circumsisi

 Debridement

 Extervasi lipom

21
 Extervasi tumor mammae abaran

 Extervasi hemangium

 Extervasi ganglion

 Extervasi kuku

 Extervasi nervus

 Extervasi veruca

 Extervasi klavus

 Extervasi mucosel

 Extervasi granuloma

 Extervasi bursitis

 Extervaasi kista atherom

 Incici abses

 Herniotomi

 Hemoroidektomi

 Laparatomi

 Eksplorasi FAM

 Strumektomi

 Extervasi tumor kepala

 Extervasi tumor lidah

 Extervasi tumor submandibula

 Extervasi tumor parotis

 Extervasi kista dermoid

 Eksplorasi lika invasif

22
 Amputasi jari invasif

 Mastektomi

 Cholecystectomie

 Labyoplasty

 Extervasi fistula anal closed

BEDAH ORTHOPEDI dan TRAUMATOLOGI :

 Repair tendon penyulit

 Multiple fraktur

 Fraktur penyulit dan bone graf

 Fraktur sendi panggul

KEBIDANAN & PENYAKIT KANDUNGAN:

a. Tindakan /operasi pervaginam

 Insisi

 Eksisi

 Biopsi

 Ekstirpasi

 Marsupialisasi

 Dilatasi&kuretase

 Kuldosintesis/Douglas Punction

 Heacting/repair perinium grade IV

 Persalinan abnormal(letak sungsang,vacum ekstraksi,gemeli)

b. Tindakan /operasi perabdominal

 KET

23
 Sectio Caesarea

 Histerektomi

 Kisterektomi

 Miomektomi

 Salpingektomi

 Laparotomieksplorasi

BEDAH ANAK :

 Pemasangan kateter umbilikal

 Pemasangan CPAP

 Pemasangan endotrakheal tube

 Lumbal pungsi

 Biopsi sumsum tulang

KEDOKTERAN GIGI :

 Scaling

TINDAKAN KEDOKTERAN LAINNYA:

1. Punksi cairan pleura

2. Punksi cairan abdomen

3. Hecting

4. Extraksi korpus alineum

5. Pemasangan Endotracheal tube ( ETT )

6. Needle Crichotyroidectomy

7. Vena seksi

8. Imunisasi

24
9. Explorasi luka invasif

10. Amputasi jari invasif

11. Pemasangan Restrain

12. Pemeriksaan HIV

TINDAKAN PENUNJANG LAINNYA:

1. Biopsi PA

2. Pemeriksaan BMP ( Bone Marrow Punction)

3. Semua pemeriksaan penunjang menggunakan kontras ( CT scan, IVP/ Intra Venous


Pyelography , Colon in loop, anterograde/retrograde, uretrography, myelography,
phlebography, pistulography, arteriography, colangiography,dll)

4. Penggunaan bahan kontras: Iopamiro, Barium sulfat, Iohexol,Gadodiamide

5. EndoskopI

6. Kolonoskopi

7. Treadmill

8. Pap smear

9. Biopsi & FNAB

10. Semua pemeriksaan pununjang yang menggunakan Chloral hidrat pada anak

B. TINDAKAN ANASTESI DAN SEDASI:

 Anestesi umum, anastesi regional ( anastesi spinal / SAB, dsb )

 Sedasi sedang dan sedasi dalam

 Intubasi

C. TINDAKAN DAN PENGOBATAN YANG BERESIKO TINGGI :

 Pemberian sinto pada kasus OD ( Oxytosin Drip )

25
 Pemberian obat-obat vasoaktif, inotropik, opioid

 Pemberian MgSO4 20% dan MgSO4 40% dalam penanganan kasus Pre Eklampsi.

 Pemberian Cedocard pada penanganan kasus IMA ( Infark Miocard Akut ).

 Pemberian streptase

 Pemberian Natrium bicarbonat, Kcl, Nacl 3%.

 Pemasangan restrain

 Fototerapi

 Transfusi Exchange

 Imunisasi

 Pemasangan CPAP (Continuous Positive Airway Pressure )

 Pemasangan ventilator

 DC Shock

D. PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH :

 Whole blood

 Pack red cell

 Wash erytrocite

 Fresh frozen plasma

 Liquid plasma

 Trombosit

 Human albumin: octalbin,plasbumin,dll

4.5 PERSETUJUAN DAN PENJELASAN TINDAKAN KEDOKTERAN

26
Dalam menetapkan dan Persetujuan Tindakan Kedokteran harus memperhatikan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :

1. Memperoleh Informasi dan penjelasan merupakan hak pasien dan sebaliknya memberikan
informasi dan penjelasan adalah kewajiban dokter atau dokter gigi.

Cara memberikan informasi kepada pasien sama pentingnya dengan informasi apa yang
akan diberikan kepada pasien. Pasien tidak dapat memberikan persetujuan yang sah
kecuali mereka telah diberitahu sebelumnya. Untuk membantu mereka membuat
keputusan diharapkan mempertimbangkan hal – hal dibawah ini :

a. Informasi diberikan dalam konteks nilai, budaya dan sesuai latar belakang mereka.
Sehingga menghadirkan seorang interpreter mungkin merupakan suatu sikap yang
penting, baik dia seorang profesional ataukah salah seorang anggota keluarga. Ingat
bahwa dibutuhkan persetujuan pasien terlebih dahulu dalam mengikutsertakan
interpreter bila hal yang akan didiskusikan merupakan hal yang bersifat pribadi.

b. Dapat menggunakan alat bantu, seperti leaflet atau bentuk publikasi lain apabila hal
itu dapat membantu memberikan informasi yang bersifat rinci.

c. Apabila dapat membantu, tawarkan kepada pasien untuk membawa keluarga atau
teman dalam diskusi atau membuat rekaman dengan tape recorder.

d. Memastikan bahwa informasi yang membuat pasien tertekan (distress) agar diberikan
dengan cara sensitive dan empati.

e. Mengikutsertakan salah satu anggota tim pelayanan kesehatan dalam diskusi,


misalnya perawat, baik untuk memberikan dukungan kepada pasien maupun untuk
turut membantu memberikan penjelasan.

f. Menjawab semua pertanyaan pasien dengan benar dan jelas.

g. Memberikan cukup waktu bagi pasien untuk memahami informasi yang diberikan,
dan kesempatan bertanya tentang hal – hal yang bersifat klarifikasi, sebelum
kemudian diminta membuat keputusan.

h. Penjelasan dan pemberian informasi bisa dilakukan oleh dokter /dokter gigi/ tenaga
kesehatan baik di unit gawat darurat, poliklinik, kamar operasi ataupun di ruang
rawat inap.

2. Pelaksanaan Persetujuan Tindakan kedokteran dianggap benar jika memenuhi persyaratan


dibawah ini :

27
a. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan untuk tindakan
kedokteran yang dinyatakan secara spesifik (The Consent must be for what will be
actually performied)

b. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan tanpa paksaan


(Voluntary) atau sukarela oleh pasien yang kompeten atau keluarga

c. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan oleh seseorang (pasien)


yang sehat mental dan yang memang berhak memberikannya dari segi hukum

d. Persetujuan dan Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan setelah diberikan cukup


(adekuat) informasi dan penjelasan yang diperlukan tentang perlunya tindakan
kedokteran dilakukan.

3. Informasi dan penjelasan dianggap cukup (adekuat) jika sekurang-kurangnya mencakup:

a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran (contemplated medical procedure);

b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan;

c. Alternatif tindakan lain, dan risikonya (alternative medical procedures and


risk);

d. Risiko (risk inherent in such medical procedures) dan komplikasi yang mungkin
terjadi;

e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan (prognosis with and without


medical procedures;

f. Risiko atau akibat pasti jika tindakan kedokteran yang direncanakan tidak
dilakukan;

g. Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan


kedokteran yang dilakukan (purpose of medical procedure);

h. Informasi akibat ikutan yang biasanya terjadi sesudah tindakan kedokteran.

Informasi cukup disampaikan secara lisan.Penjelasan harus diberikan secara lengkap


dengan bahasa yang mudah dimengerti atau cara lain yang bertujuan untuk
mempermudah pemahaman.Selalu berikan kesempatan kepada pasien atau keluarga
untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimegerti mesti sudah dijelaskan. Penjelasan
tersebut dicatat dan didokumentasikan dalam berkas rekam medis pasien oleh dokter atau
dokter gigi yang memberikan penjelasan dengan mencantumkan :

 tanggal
 waktu

28
 nama
 tanda tangan
 pemberi penjelasan dan penerima penjelasan.

Dalam hal dokter atau dokter gigi menilai bahwa penjelasan yang akan diberikan dapat
merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan penjelasan, maka
dokter atau dokter gigi dapat memberikan penjelasan kepada keluarga terdekat dengan
didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain sebagai saksi.

Hal-hal yang disampaikan pada penjelasan adalah :

(1) Penjelasan tentang diagnosis dan keadaan kesehatan pasien dapat meliputi :

a. Temuan klinis dari hasil pemeriksaan medis hingga saat tersebut;

b. Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat ditegakkan, maka sekurang-
kurangnya diagnosis kerja dan diagnosis banding;

c. Indikasi atau keadaan klinis pasien yang membutuhkan dilakukannya tindakan


kedokteran;

d. Prognosis apabila dilakukan tindakan dan apabila tidak dilakukan tindakan.

(2) Penjelasan tentang tindakan kedokteran yang dilakukan meliputi :

a. Tujuan tindakan kedokteran yang dapat berupa tujuan preventif, diagnostik,


terapeutik, ataupun rehabilitatif;

b. Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan
sesudah tindakan, serta efek samping atau ketidaknyamanan yang mungkin
terjadi;

c. Alternatif tindakan lain berikut kelebihan dan kekurangannya dibandingkan


dengan tindakan yang direncanakan;

d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi pada masing-masing alternatif


tindakan;

e. Perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan darurat


akibat risiko dan komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga lainnya.

Perluasan tindakan kedokteran yang tidak terdapat indikasi sebelumnya,


hanya dapat dilakukan untuk menyelamatkan pasien. Setelah perluasan
tindakan kedokteran dilakukan, dokter atau dokter gigi harus memberikan
penjelasan kepada pasien atau keluarga terdekat.

29
(3) Penjelasan tentang risiko dan komplikasi tindakan kedokteran adalah semua
risiko dan komplikasi yang dapat terjadi mengikuti tindakan kedokteran yang
dilakukan, kecuali :

a. Risiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum;

b. Risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau dampaknya sangat
ringan;

c. Risiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya


(unforeseeable).

(4) Penjelasan tentang prognosis meliputi :

a. Prognosis tentang hidup-matinya (ad vitam);

b. Prognosis tentang fungsinya (ad functionam);

c. Prognosis tentang kesembuhan (ad senationam).

Pembatalan Informed Concent :

Informed Concent dapat dibatalkan :

 Oleh pasien sendiri sepanjang tindakan medis tersebut belum dilakukan atau
secara medis tidak mungkin lagi untuk dibatalkan

 Dalam hal informed concent diberikan oleh wali atau keluarga terdekatnya, maka
sepatutnya pembatalan tersebut adalah oleh anggota keluarga yang bersangkutan,
atau oleh anggota keluarga yang lainnya yang mempunyai kedudukan hukum
lebih berhak untuk bertindak sebagai wali. Dalam hukum perdata, suami atau istri
dari pasien lebih berhak daripada anak atau orang tuanya.

4.6 PIHAK- PIHAK YANG BERHAK MEMBERIKAN INFORMED CONCENT:

Yang berhak untuk memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi adalah.

a. Pasien sendiri atau individu yang


kompeten atau keluarga terdekat.

30
Pasien yang kompeten adalah pasien dewasa atau telah/ pernah menikah, tidak terganggu
kesadaran fisiknya, mampu berkomunikasi secara wajar, tidak mengalami kemunduran
perkembangan ( retardasi ) mental dan tidak mengalami penyakit mental sehingga mampu
membuat keputusan secara bebas.

Di tinjau dari segi usia, maka seseorang dianggap kompeten apabila telah berusia 18 tahun
atau lebih atau telah pernah menikah.Alasan hukum yang mendasarinya adalah:

 Berdasarkan Kitab Undang- Undang Hukum Perdata maka seseorang yang telah
berumur 21 tahun atau lebih atau telah menikah dianggap sebagai orang dewasa
dan oleh karenanya dapat memberikan persetujuan

 Berdasarkan UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak maka setiap orang
yang berusia 18 tahun atau lebih dianggap sebagai orang yang sudah bukan anak-
anak.Dengan demikian mereka dapat diperlakukan sebagaimana orang dewasa
yang kompeten dan oleh karenanya dapat memberikan keputusan.

Keluarga terdekat adalah suami, istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung,
saudara-saudara kandung atau pengampunya.

b. Bagi Pasien dibawah umur 21 tahun, persetujuan (informed consent) atau Penolakan
Tindakan Kedokteran diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut :

1) Ayah/ Ibu Kandung


2) Saudara – saudara kandung

c. Bagi pasien dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orang tuanya
berhalangan hadir, persetujuan (Informed Consent) atau Penolakan Tindakan medis
diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut :

1) Ayah/Ibu Adopsi
2) Saudara – saudara Kandung
3) Induk Semang

d. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan (Informed Consent) atau
penolakan penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut:

1) Ayah/Ibu kandung
2) Wali yang sah
3) Saudara – Saudara Kandung

e. Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampunan (curatelle) Persetujuan atau
penolakan tindakan medis diberikan menurut hal tersebut.

31
1) Wali
2) Curator

f. Bagi Pasien dewasa yang telah menikah/ orang tua, persetujuan atau penolakan tindakan
medik diberikan oleh mereka menurut urutan hal tersebut.

1) Suami/ Istri
2) Ayah/ Ibu Kandung
3) Anak- anak Kandung
4) Saudara – saudara Kandung

4.7 KETENTUAN PADA SITUASI KHUSUS

(1) Tindakan penghentian/penundaan bantuan hidup (withdrawing/withholding life


support) pada seorang pasien harus mendapat persetujuan keluarga terdekat pasien.

(2) Persetujuan penghentian/penundaan bantuan hidup oleh keluarga terdekat pasien


diberikan setelah keluarga mendapat penjelasan dari tim dokter atau dokter gigi yang
bersangkutan. Persetujuan harus diberikan secara tertulis.

4.8 PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN

Penolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien dan/atau keluarga terdekatnya
setelah menerima penjelasan tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan.

(1) Jika pasien belum dewasa atau tidak sehat akalnya maka yang berhak memberikan
persetujuan tindakan kedokteran atau menolak tindakan kedokteran adalah orang tua,
keluarga, wali atau kuratornya.

(2) Bila pasien yang sudah menikah maka suami atau isteri tidak diikut sertakan
menandatangani persetujuan tindakan kedokteran, kecuali untuk tindakan keluarga
berencana yang sifatnya irreversible; yaitu tubektomi atau vasektomi.

(3) Jika orang yang berhak memberikan persetujuan menolak menerima informasi dan
kemudian menyerahkan sepenuhnya kepada kebijakan dokter atau dokter gigi maka
orang tersebut dianggap telah menyetujui kebijakan medis apapun yang akan
dilakukan dokter atau dokter gigi.

(4) Apabila yang bersangkutan, sesudah menerima informasi, menolak untuk


memberikan persetujuannya maka penolakan tindakan kedokteran tersebut harus
dilakukan secara tertulis. Akibat penolakan tindakan kedokteran atau pengobatan
tersebut menjadi tanggung jawab pasien.

(5) Penolakan tindakan kedokteran tidak memutuskan hubungan dokter pasien.

32
(6) Persetujuan yang sudah diberikan dapat ditarik kembali (dicabut) setiap saat, kecuali
tindakan kedokteran yang direncanakan sudah sampai pada tahapan pelaksanaan yang
tidak mungkin lagi dibatalkan.

(7) Dalam hal persetujuan tindakan kedokteran diberikan keluarga maka yang berhak
menarik kembali (mencabut) adalah anggota keluarga tersebut atau anggota keluarga
lainnya yang kedudukan hukumnya lebih berhak sebagai wali.

(8) Penarikan kembali (pencabutan) persetujuan tindakan kedokteran harus diberikan


secara tertulis dengan menandatangani format yang disediakan.

4.9 PENOLAKAN PENGOBATAN

1. Penolakan pengobatan meliputi penolakan semua bentuk pengobatan yang akan yang
diberikan kepada pasien.

2. Penolakan diberikan oleh pasien/ keluarga jika sebelumnya sudah diberikan


penjelasan dan informasi mengenai hal- hal yang berhubungan dengan pengobatan
tersebut.

3. Apabila pasien/ keluarga tetap menolak pengobatan yang akan diberikan, maka segala
resiko dan konsekuensi menjadi tanggung jawab pasien/keluarga/wali.

4. Apabila pasien/keluarga sesudah menerima informasi dan penjelasan tetap menolak


diberi pengobatan, maka penolakan pengobatan tersebut harus dilakukan secara
tertulis.

5. Penolakan pengobatan tidak memutuskan hubungan dokter dengan pasien.

5.0 DOKUMEN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

(1) Semua hal – hal yang sifatnya luar biasa dalam proses mendapatkan persetujuan
tindakan kedokteran harus dicatat dalam rekam medis.

(2) Seluruh dokumen bmengenai persetujuan tindakan kedokteran harus disimpan


bersama-sama rekam medis.

(3) Format persetujuan tindakan kedokteran atau penolakan tindakan kedokteran,


menggunakan formulir dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Diketahui dan ditandatangani oleh dua orang saksi. Tenaga keperawatan bertindak
sebagai salah satu saksi;
b. Formulir asli harus disimpan dalam berkas rekam medis pasien;
c. Formulir harus sudah mulai diisi dan ditandatangani sebelum tindakan
kedokteran;

33
d. Dokter atau dokter gigi yang memberikan penjelasan harus ikut membubuhkan
tanda tangan sebagai bukti bahwa telah memberikan informasi dan penjelasan
secukupnya;
e. Sebagai tanda tangan, pasien atau keluarganya yang buta huruf harus
membubuhkan cap jempol jari kanan.

BAB V

DOKUMENTASI PELAPORAN

Persetujuan tindakan kedokteran ditulis dalam lembar persetujuan tindakan medis,


didokumentasikan dalam status pasien. Dievaluasi oleh rekam medis dalam
ketidaklengkapan catatan medis (KLPCM). Persyaratan, petunjuk pengisian persetujuan
tindakan medis sebagaimana telah dijelaskan pada bab tatalaksana.

BAB VI

PENUTUP

Dengan ditetapkannya Panduan Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran ini


maka setiap personil Rumah Sakit Islam Aminah Blitar agar melaksanakan ketentuan
tentang Panduan Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran ini dengan sebaik -
baiknya.

34
DAFTAR PUSTAKA

Bima Ariotejo,Laporan Pelatihan Dokter Baru UDD PMI 2014,Malang,2014


Keputusan Dirjen Pelayanan Medik Nomor HK.00.06.3.5.1865 tentang Pedoman Persetujuan
Tindakan Medik,1999
Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran, KKI,2006
Pembiusan dalam pembedahan,Indra Hidayat,2013,Kompasiana,PT.Kompas Cyber Media
PMK No.29 tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
Sjamsuhidajat,R & Jong,W.D ( 2005 ). Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: ECG
Undang- undang no.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Permenkes RI No. 69 tahun 2014 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien http: //
Satyaexcel.blogspot.com/2012/10/makalah-anastesi.anesthesia.html

35

Anda mungkin juga menyukai