Sof Copy Nindy Baru
Sof Copy Nindy Baru
SKRIPSI
Disusun Oleh :
NINDY
NIM. 16030024P
Disusun Oleh :
NINDY
NIM. 16030024P
i
HALAMAN PENGESAHAN
(Hasil Penelitian)
Pembimbing I Pembimbing II
Nurul Hidayah Nasution, SKM, MKM Novita Sari Batubara, SST, M.Kes
ii
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Nama : NINDY
NIM : 16030024P
Program studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Padangsidimpuan, / /2018
Penulis
NINDY
iii
IDENTITAS PENULIS
Nama : NINDY
NIM : 16030024P
Riwayat Pendidikan :
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, Karena atas berkat
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti
1. Ns. Sukhri Herianto Ritonga, M.Kep selaku Ketua STIKES Aufa Royhan
Padangsidimpuan.
2. Arinil Hidayah, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi Studi Ilmu Kesehatan
5. Seluruh keluarga besar saya, terutama kedua orang tua saya, yang selalu
v
6. Rekan seperjuangan SKM aufa royhan yang telah mencurahkan perhatian,
Royhan padangsidimpuan.
Padangsidimpuan, Agustus2018
Penulis
NINDY
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
halaman
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 46
6.2 Saran ...................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
halaman
halaman
Skema 1.Kerangka Teoritis ................................................................................... 28
Skema 2.Kerangka Konsep Penelitian .................................................................. 29
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
berakibat fatal. Dalam waktu yang relative singkat penyakit DBD dapat
oleh virus dengue yang ditularkan lewat perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Penularan penyakit DBD semakin mudah saat ini karena bebagai factor seperti
dampak sosial maupun ekonomi. Hal ini disebabkan karena DBD adalah penyakit
orang beresiko terserang penyakit ini. Penyakit ini ditemukan pertama kali di
Manila (Filipina) pada tahun 1953 (Lontoh, 2016). World Health Organization
perkembangan yang sangat pesat karena diperkirakan 390 juta terinfeksi oleh
virus dengue per tahun. Kasus di Amerika, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat
diperkirakan lebih dari 3,2 juta terjangkit DBD pada tahun 2016 (Bestari, 2018).
1
2
PSN masih merupakan upaya paling efektif dalam menekan kasus DBD. Jumlah
kasus DBD fluktuatif setiap tahunnya. Data dari Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik. Kemenkes RI, pada 2014
202,314 penderita dan 1,593 kematian. Di tahun 2017, terhitung sejak Januari
hingga Mei tercatat sebanyak 17.877 kasus BD, dengan 115 kematian (Depkes RI,
2017).
Sumatera Utara sebanyak 8.715 kasus dengan angka kesakitan atau Insidance
Rate (IR) sebesar 63,3/100.000 penduduk, sedangkan angka kematian atau case
fatality rate (CFR) sebesar 0,69%. Bila dibandingkan dengan tahun 2015, maka
penduduk. Namun terdapat penurunan angka kematian (CFR) DBD sebesar 0,1%.
Angka kasus dan angka kematian DBD dalam 7 (tujuh) tahun terakhir dari tahun
2010-2016. Jumlah kasus tertinggi DBD terjadi di Kota Medan yakni sebanyak
1.784 kasus dengan CFR 0,62%. Berturut-turut antara lain Kabupaten Deliserdang
sebanyak 1.144 kasus dengan CFR 0,17% dan Simalungun sebanyak 1.071 kasus
dengan CFR 0%. Dan secara historis dalam kurun waktu beberapa tahun wilayah
pada tahun 2016 terdapat 3 (tiga) Kabupaten yang melaporkan tidak ada (nol
kasus) kasus DBD, yaitu Kabupaten Nias Selatan, Humbang Hasundutan dan
Hulu Kota Tebing Tinggi didapatkan hasil kebiasaan anggota keluarga dalam
upaya pencegahan kasus DBD masih rendah, anggota keluarga kurang memahami
bersama. Kegiatan kebersihan rumah tangga hanya ditangani langsung oleh ibu
mencegah kasus DBD di Kota Tebing Tinggi. Teknik atau cara penyampaian
pemahaman anggota keluarga dalam mencegah DBD. Ibu merasa terjadinya DBD
Salah satu faktor yang menyebabkan angka kesakitan dan kematian akibat
Aedes Aegypti guna memutuskan rantai penularan penyakit DBD, yaitu dengan
cara tutup dan kuras tempat penampungan air setiap minggu, bakar, kubur/ buang
barang-barang bekas dan sampah lain yang dapat digenangi air, rapikan halaman
dan jangan biarkan semak-semak tak terurus, bersihkan selokan, bak mandi.
erat hubungannya dengan kebiasaan hidup bersih dan kesadaran terhadap bahaya
DBD. Tingginya angka kesakitan penyakit ini sebenarnya karena perilaku kita
sendiri. Faktor lainnya yaitu masih kurangnya pengetahuan, sikap dan tindakan
hanya bergantung pada para tenaga kesehatan akan tetapi partisipasi masyarakat
diharapkan tidak sampai menjadi nyamuk dewasa. Kegiatan 3M Plus ini harus
mayoritas ibu yang berpengetahuan tidak baik sebanyak 26 orang (52,0%) dan
Batang Ayumi Julu telah banyak dilakukan namun dirasa kurang efektif. Hal ini
terlihat dengan masih tingginya angka kesakitan demam berdarah dengue. Dalam
5
Maka dari itu, sangat disayangkan jika penyakit ini terus meningkat dan
masyarakat.
DBD pada tahun 2015 sebanyak 11, tahun 2016 sebanyak 19 orang, tahun 2017
sebanyak 20 orang. Kasus DBD dari Januari sampai Mei 2018 terdapat di
Kelurahan Batang Ayumi Julu sebanyak 6 orang dengan jenis kelamin laki-laki.
gejala awal DBD, cara mencegah DBD dengan membersihkan bak air minial
gejala awal DBD, pencegahan DBD dengan membersihkan bak air minimal sekali
dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap
2018.
penyakit (DBD).
a. Bagi responden
b. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga,
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
2. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
8
9
3. Aplikasi (Application)
4. Analisis (Analysis)
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
5. Sintesis (Synthesis)
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
6. Evaluasi (Evaluation)
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan
a. Umur
psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat
ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ.
Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan
perkembangan hidup dimana semakin tua semakin bijaksana semakin banyak hal
kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran
fisik dan juga mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan
b. Pendidikan
terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa
informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
perkembangan hidup dimana semakin tua semakin bijaksana semakin banyak hal
kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran
fisik dan juga mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan
c. Pekerjaan
pelakunya. Pada umumnya semakin baiik pekerjaan seseorang akan semakin baik
ibu rumah tangga atau petani secara otomatis informasi yang didapatnya juga
akan sedikit dibandingkan dengan pekerjaan sebagai PNS dan wiraswasta, karena
berinteraksi dengan banyak orang sehingga informasi yang didapatnya juga lebih
banyak.
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek
12
penelitian atau responden. Pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur
pengetahuan meliputi :
2.2 Sikap
baik-tidak baik). Dengan kata lain, sikap adalah suatu sindroma atau kumpulan
gejala-gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan
terhadap suatu stimulus atau objek. Dalam bagian lain Notoatmodjo (2010)
Dalam penentuan sikap yang utuh ini , penetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi
a. Menerima (Recelving)
b. Merespon (Responding)
c. Menghargai (Valuing)
d. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan resiko
atau objek yang bersangkutan, dengan memberikan kata “setuju” atau “tidak
Pertanyaan Positif
Sangat setuju SS 4
Setuju S 3
Tidak Setuju TS 2
Sangat Tidak Setju STS 1
Pertanyaan Negatif
Sangat setuju SS 1
Setuju S 2
Tidak Setuju TS 3
2.3 Tindakan
sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk mewujudkan sikap
menjadi suatu perbuatan nyata di perlukan faktor pendukung atau suatu kondisi
urutan yang benar dan sesuai sengan contoh adalah merupakan indicator
oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam 2- 7 hari, nyeri otot dan atau
DBD berat. Ada yang hanya bermanifestasi demam ringan yang akan sembuh
dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit
(asimtomatik). Sebagian lagi akan menderita demam dengue saja yang tidak
2013).
16
2.4.2 Etiologi
serotipe virus dengue yang disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 dapat
dibedakan dengan metodologi serologi. Infeksi pada manusia oleh salah satu
serotipe yang sama, tetapi hanya menjadi perlindungan sementara dan parsial
flavivirus lain, mempunyai genom RNA rantai tunggal yang dikelilingi oleh
protein yang berkaitan dengan membrane (M), dan protein pembungkus (E) dan
2.4.3 Patogenesis
klinis DBD seperti pada manusia. Hingga kini sebagian besar masih menganut the
mendapatkan infeksi kedua dengan virus dengue serotipe lain dalam jarak waktu 6
berbagai mediator inflamasi seperti TNF-α, IL-1, PAF (platelet activating factor),
IL-6 dan histamin yang mengakibatkan terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi
dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, DBD atau sindrom syok
dengue (SSD). Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari,
yang diikuti oleh fase kritis 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak
demam, akan tetapi mempunyai faktor risiko untuk terjadi renjatan jika tidak
Gambaran klinis dari DD sering tergantung pada usia pasien. Bayi dan
anak kecil dapat mengalami penyakit demam, sering dengan ruam makropapuler.
Anak yang lebih besar dan orang dewasa dapat mengalami baik sindrom demam
atau penyakit klasik yang melemahkan dengan mendadak demam tinggi, kadang-
kadang dengan 2 puncak (punggung sadel), sakit kepala berat, nyeri di belakang
mata, nyeri otot dan tulang atau sendi, mual dan muntah, dan ruam. Perdarahan
kulit (petekie) tidak umum terjadi. Biasanya ditemukan leukopenia dan mungkin
18
Kasus khas DBD ditandai oleh empat manifestasi klinis mayor: demam
tiba yang disertai kemerahan wajah dan gejala konstituional non spesifik yang
menyerupai DD, seperti anoreksia, muntah, sakit kepala, dan nyeri otot, atau
tulang dan sendi. Beberapa pasien mengeluh sakit tenggorok dan nyeri faring
sering ditemukan pada pemeriksaan, tetapi rhinitis dan batuk jarang ditemukan.
pada margin kosta kanan, dan nyeri abdominal generalisata umum terjadi. Suhu
biasanya tinggi (>390C) dan menetap selama 2-7 hari. Kadang suhu mungkin
setinggi 40-410 C; konfulsi virus debris dapat terjadi terutama pada bayi
(Soedarmo, 2012).
klinis 1 dan 2 dan dua kriteria laboratorium. Kriteria klinis menurut WHO adalah :
19
2. Manifestasi perdarahan minimal uji tourniquet positif dan salah satu bentuk
3. Pembesaran hati.
4. Syok yang ditandai oleh nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi menurun
(< 20 mmHg), tekanan darah menurun (tekanan sistolik < 80 mmHg) disertai
kulit teraba dingin dan lembab trutama pada ujung hidung, jari dan kaki,
>20% atau adanya efusi pleura, asites atau hipoalbuminemia (Kemenkes RI,
2013).
Gejala klinis DBD sendiri terdiri dari beberapa fase, fase demam, fase
kritis dan fase penyembuhan. Fase demam terjadi pada hari pertama dan kedua
yang merupakan awal terjadinya demam mendadak dengan suhu yang dapat
mencapai 400 C. Pada fase ini juga dapat disertai keluhan lain seperti kemerahan,
sakit kepala, nyeri otot, dehidrasi, bahkan kejang pada anak. Fase kritis terjadi
pada hari ke-3 sampai hari ke-6. Pada fase ini demam cenderung tidak ada, suhu
tubuh kembali normal, namun kejadian syok dapat terjadi di fase ini. Suhu pada
penderita sekitar 37,50 – 380 C. Namun pada fase ini terjadi kebocoran plasma,
kenaikan hematokrit dan penurunan kadar trombosit. Kegagalan organ juga dapat
20
terjadi pada fase ini karena kebocoran plasma yang terjadi. Jika penanganan pada
fase ini tidak adequat maka dapat terjadi syok (DSS). Fase penyembuhan adalah
fase dimana suhu tubuh kembali normal dan terjadi reabsorbsi cairan setelah
kebocoran plasma di fase kritis. Pada fase penyembuhan ini dapat terjadi
hipervolemia (hanya terjadi jika pemberian cairan berlebihan). Pada fase ini nafsu
makan akan mulai membaik dan keadaan hemodinamik penderita mulai stabil
(WHO, 2009).
DSS merupakan keadaan syok pada DBD. Hal ini terjadi pada fase kritis
keadaan penderita memburuk. Manifestasi syok antara lain kulit pucat, dingin dan
lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan dan hidung, sedangkan kuku
menjadi biru. Penderita merasa gelisah, nadi menjadi cepat dan lembut sampai
tidak teraba. Tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan
sistolik menurun menjadi 80 mmHg atau kurang, oliguria sampai anuria karena
memindahkan dan atau menjadi sumber penular DBD. Virus dengue ditularkan
dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor
epidemi yang paling utama, namun spesies lain seperti Aedes albopictus, Aedes
polynesiensis dan Aedes niveus juga dianggap sebagai vektor sekunder. Kecuali
yang terbatas. Meskipun mereka merupakan host yang sangat baik untuk virus
21
Bila penderita DBD digigit nyamuk penular maka virus akan ikut terisap
Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue akan menjadi penular atau
vektor lebih besar, karena lebih sering kontak dengan manusia. Penyakit DBD
penyakit DBD.
Timbulnya suatu penyakit dapat dipengaruhi oleh faktor agen, pejamu dan
oleh John Gordon. Segitiga epidemiologi adalah suatu konsep dasar epidemiologi
yang menggambarkan tentang hubungan tiga faktor utama yang berperan dalam
terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Tiga faktor tersebut adalah
Pejamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya yang menjadi tempat
penjamu yaitu usia, jenis kelamin, ras, anatomi tubuh, status gizi, sosial ekonomi,
status perkawinan, penyakit terdahulu, gaya hidup, hereditas, nutrisi dan imunitas.
kerentanan dan resistensi manusia terhadap suatu penyakit atau infeksi. Pejamu
lain:
1. Imunitas
dapat secara alamiah maupun non alamiah, sehingga tubuh kebal terhadap suatu
2. Resistensi
3. Infectiousness
lain. Pada keadaan sakit maupun sehat, kuman yang berbeda dalam tubuh manusia
biasanya aktif pada pagi dan sore hari dan lebih suka menghisap darah manusia
daripada darah hewan. Nyamuk ini berkembang biak dalam air bersih pada
tempat-tempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah. Sampai saat ini
penyebaran DBD masih terpusat di daerah tropis disebabkan oleh rata-rata suhu
beriklim dingin (Sembel, 2009). Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika
mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih terutama pada kakinya.
Morfologinya khas yaitu mempunyai lira yang putih pada punggungnya. Telur
kain kasa. Larvanya mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir yang berduri
lateral.
cm di atas permukaan air.setelah kira-kira 2 hari telur menetas menjadi larva lalu
utama Aedes aegypti adalah tempat-tempat berisi air bersih yang berdekatan
letaknya dengan rumah penduduk, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari
seperti tempayan atau gentong tempat penyimpanan air minum, bak mandi, pot
Penampungan Air (TPA) untuk keperluan sehari-hari seperti drum, tempayan, bak
mandi, bak WC, ember, dan sejenisnya, TPA bukan untuk keperluan sehari-hari
seperti tempat minuman hewan, ban bekas, kaleng bekas, vas bunga, perangkap
semut, dan sebagainya, dan TPA alamiah yang terdiri dari lubang pohon, lubang
24
batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang, dan
karena itu, setelah kawin nyamuk betina memerlukan darah untuk pemenuhan
kebutuhan proteinnya. Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2-3 hari
sekali. Nyamuk betina menghisap darah pada pagi dan sore hari dan biasanya
pada jam 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 WIB. Untuk mendapatkan darah yang
cukup, nyamuk betina sering menggigit lebih dari satu orang. Posisi menghisap
darah nyamuk Aedes aegypti sejajar dengan permukaan kulit manusia. Jarak
terbang nyamuk Aedes aegypti sekitar 100 meter (Depkes RI, 2014).
utama yang dilakukan untuk pemberantasan DBD, karena vaksin untuk mencegah
dan obat untuk membasmi virusnya belum tersedia (Depkes RI, 2005).
kontak antara vektor dengan manusia serta memutus rantai penularan penyakit
a) Kimiawi
sasaran termasuk mamalia. Disamping itu penentuan jenis insektisida, dosis, dan
metode aplikasi merupakan syarat yang penting untuk dipahami dalam kebijakan
b) Biologi
vektor DBD. Jenis predator yang digunakan adalah Ikan pemakan jentik (cupang,
Mesocyclops dapat juga berperan sebagai predator walau bukan sebagai metode
c) Manajemen Lingkungan
bekas, dan plus: menyemprot, memelihara ikan predator, menabur larvasida dll);
26
Pengendalian Vektor DBD yang paling efisien dan efektif adalah dengan
mendapatkan hasil yang diharapkan, kegiatan 3 M Plus ini harus dilakukan secara
penampungan air alamiah. Keberhasilan kegiatan PSN DBD antara lain dapat
diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ lebih atau sama dengan
1. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya
9. Menggunakan kelambu
larvasida yang bertujuan untuk membunuh larva. Jenis larvasida ada bermacam-
thuringensis. Temephos atau abate terbuat dari pasir yang dilapisi dengan zat
kimia yang dapat membunuh jentik nyamuk. Dosis penggunaan temephos adalah
10 gram untuk 100 liter air. Bila tidak ada alat untuk menakar, gunakan sendok
makan peres yang diratakan diatasnya. Pemberian temephos ini sebaiknya diulang
insektisida atau racun serangga. Melakukan pengasapan saja tidak cukup, karena
dengan pengasapan itu yang mati hanya nyamuk dewasa saja. Jentik nyamuk tidak
institusi. IVM dalam pengendalian vektor DBD saat ini lebih difokuskan pada
peningkatan peran serta sektor lain melalui kegiatan Pokjanal DBD, Kegiatan
kejadian infeksi dan mencegah terjadinya kejadian luar biasa (WHO, 2012).
1. Pengertian DBD
2. Penyebab DBD
3. Siklus penularan DBD
4. Pencegahan DBD
Pengetahuan
4 Tahu
5 Memahami Tindakan
6 Aplikasi
7 Analisis 1. Persepsi
8 Sintesis 2. Respon terpimpin
9 Evaluasi 3. Mekanisme
4. Adaptasi
Sikap
5 Menerima
6 Merespon
7 Memahami
8 Bertanggung jawab
Skema 1.
Kerangka Teoritis
(Notoatmodjo, 2010).
31
Adapun kerangka konsep di bawah ini yang akan diteliti hubungan antara
Pengetahuan
Tindakan Pencegahan
Demam Berdarah Dengue
(DBD)
Sikap
Padangsidimpuan.
32
4. H02 : Tidak ada hubungan antara sikap dengan tindakan pencegahan DBD di
METODOLOGI PENELITIAN
penelitian cross sectional yang dilakukan pada waktu yang bersamaan. Desain ini
tindakan pencegahan DBD di Lingkungan III Kelurahan Batang Ayumi Julu Kota
2018.
3330
34
dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Keluarga di Lingkungan III Kelurahan
Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan bulan Januari – Juni 2018 sebanyak
304 KK.
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
penelitian ini adalah Perposive Sampling yaitu yaitu pengambilan sampel dengan
cara khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sampel dalam penelitian ini
mengggunakan rumus Slovin, karena jumlah populasi yang amat besar, cakupan
wilayah penelitian yang cukup luas (Sevilla, 2012). Rumus Slovin yaitu ;
N
n = ─────
1 + Ne2
304
n = ─────
1 + 304 (0,1)2
304
n = ─────
1 + 3,04
304
n = ─────
4,04
n = 75,2 atau 75
35
Keterangan
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
3.4.1 Instrumen
penelitian ini adalah kuesioner yang telah diadopsi oleh peneliti dan mengacu
pada kepustakaan yang terdiri atas beberapa pertanyaan yang harus dijawab
pengetahuan baik, dan < 55 dari pertanyaan maka pengetahuan kurang. Total
3. Pernyataan sikap menggunakan skala Likert positif dan negative. Positive nilai
4. Pernyataan tindakan menggunakan skala guttmat benar diberi nilai 1, dan jika
Dengue Pada Anak (Di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Wetan Kota
1. Data Primer
kuesioner.
2. Data Sekunder
informasi.
peneliti mengurus surat permohonan izin penelitian dari Sekolah Tinggi Ilmu
dan menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat, dan cara pengisian
kuesioner.
pada peneliti bila ada pertanyaan yang kurang dipahami. Setelah kuesioner di isi
terhadap
pencegahan
demam berdarah
dengue
Dependent
Tindakan Suatu Kuesioner Ordinal 1. Baik
Pencegahan kecenderungan 2. Tidak Baik
Demam responden untuk
Berdarah bertindak
Dengue (DBD) (praktik) dalam
pencegahan DBD
ulang dengan tujuan agar data yang masuk dapat diolah secara benar, sehingga
2. Coding
3. Skoring
Jawaban yang benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0,
4. Tabulating
(Notoatmodjo, 2010).
Digunakan uji Chi Square yaitu uji statistik dengan menggunakan program SPSS.
1. Analisa Univariat
2. Analisa Bivariat
antara variable yang satu dengan variable lainnya. Dengan tingkat signifikasinya
>0,05) maka H0 diterima dan Ha ditolak (tidak ada hubungan pengetahuan dan
sikap dengan tindakan pencegahan DBD (Notoatmodjo, 2010). Apabila uji yang
dilakukan tidak memenuhi syarat atau data tidak normal maka akan dilakukan
uji Fisher yaitu uji yang digunakan untuk melakukan analisis pada dua sampel
independen yang jumlah sampelnya relatif kecil (biasanya kurang dari 20)
dengan skala data nominal atau ordinal. Hasil uji nilai PR diperoleh :
40
6. PR > 1
7. PR < 1
8. PR= 0
BAB IV
HASIL PENELITIAN
41
42
Pekerjaan
Tidak Bekerja 9 12 %
Wiraswasta 60 80 %
PNS 6 8%
Total 75 100 %
orang ( 61,3 %), minoritas laki-laki 29 orang ( 38,7 %). Ditinjau dari segi umur
responden mayoritas berumur 36- 48 sebanyak 37 orang ( 49,3 %), dan minoritas
umur 17-25 tahun sebanyak 6 orang (8 %). Sedangkan dari pendidikan responden
DIII/SARJANA yaitu 10 orang (13,3 %). Dan dari segi pekerjaan responden
mayoritas wiraswasta yaitu 60 orang ( 80 %), minoritas PNS yaitu 6 orang ( 8 %).
38 orang (50,7 %) dan minoritas pengetahuan baik yaitu sebanyak 37 orang ( 49,3
%).
Baik 29 38,7%
Total 75 100%
Hasil tabel 4.4 tindakan responden mayoritas tidak baik yaitu 46 orang
(61,3 %) dan minoritas tindakan baik yaitu sebanyak 29 orang (38,7 %).
melakukan tindakan pencegahan DBD dengan tidak baik yaitu sebanyak 34 orang
tindakan tidak baik dalam pencegahan DBD 18 kali lebih beresiko dibandingkan
responden yang memiliki pengetahuan baik tentang DBD dan memiliki tindakan
melakukan tindakan pencegahan DBD tidak baik yaitu sebanyak 36 orang (75,0
%), sedangkan responden melakukan tindakan baik yaitu sebanyak 17 (63,0 %).
Responden yang memiliki sikap yang negatif tentang DBD 5 kali lebih
Hasil uji p value = 0,003. Ho ditolak. ada hubungan antara sikap dengan
PEMBAHASAN
Padangsidimpuan.
orang (64 %). Dimana responden tidak menyakini bahwa pakaian yang
berbuat terhadap objek dengan cara-cara tertentu. Dari tiori tersebut maka
46
47
kategori tidak baik yaitu 46 orang ( 61,3 %). Dimana responden masih banyak
tidak menyimpan pakaian yang telah dipakai di tempat baju kotor. Selain itu
berdarah yang dilakukan di lingkungan tempat tinggal. Teori dari Proverawati &
tindakan tidak baik dalam pencegahan DBD 18 kali lebih beresiko dibandingkan
responden yang memiliki pengetahuan baik tentang DBD dan memiliki tindakan
berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin akan timbul sehingga dapat
yang salah untuk melakukan pencegahan DBD. Peran petugas kesehatan serta
informasi dan edukasi (KIE) antara lain dengan cara penyuluhan guna
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lathu
sebanyak 48 orang (64 %), sebanyak 10 orang (37,0 %). Responden yang
memiliki sikap yang negatif tentang DBD 5 kali lebih beresiko untuk memiliki
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Budi (2015),
sikap negatif masyarakat terhadap pencegahan DBD menjadi salah satu faktor
yaitu sikap, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang diambil , dalam hal ini masyarakat memilih tindakan yang sesuai untuk
dengan contoh. Dalam hal ini masyarakat mampu melakukan upaya pencegahan
DBD sesuai pedoman yang ada, melakukan sesuatu secara otomatis dan akan
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
51
52
kejadian DBD.
Depkes RI. (2011). Informasi Umum Demam Berdarah Dengue. Ditjen PP dan
PL. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Depkes RI. (2014). Indikator Indonesia Sehat 2010 Dan Pedoman Penetapan
Indicator Provinsi Sehat Dan Kabupaten/Kota Sehat
Ditjen PP dan PI. (2011). Tata Laksana Demam Berdarah Dengue Di Indonesia.
Ditjen PP dan PI
Soedarmono, Sumarmo S.P. (2012). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi Dan
Penyakit Tropis. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia
Kepada Yth,
Calon Responden Penelitian
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sadabuan
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa STIKes Aufa
Royhan Padangsidimpuan program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Nama : Nindy
NIM : 16030024P
Peneliti,
( Nindy )
PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN
Responden,
…………………………..
KUESIONER
I. Petunjuk Pengisian
Kode Kuesioner :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
B. Kuesioner Pengetahuan
Jawaban
Pertanyaan
No
SS S TS STS
Ket:
JK Umur
Pendidikan Pekerjaan
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Umur Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendidikan Terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pengetahuan Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Sikap Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tindakan Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tindakan Responden
% within Pengetahuan
89.5% 10.5% 100.0%
Responden
baik Count 12 25 37
% within Pengetahuan
32.4% 67.6% 100.0%
Responden
Total Count 46 29 75
% within Pengetahuan
61.3% 38.7% 100.0%
Responden
Chi-Square Tests
N of Valid Casesb 75
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,31.
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
N of Valid Cases 75
N of Valid Cases 75
Tindakan Responden
positif Count 10 17 27
Total Count 46 29 75
N of Valid Casesb 75
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,44.
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
N of Valid Cases 75
N of Valid Cases 75
xiii