Anda di halaman 1dari 92

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN

TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE


(DBD) DI LINGKUNGAN III KELURAHANBATANG
AYUMI JULU KOTAPADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2018

SKRIPSI

Disusun Oleh :

NINDY
NIM. 16030024P

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


STIKES AUFA ROYHANPADANGSIDIMPUAN
2018
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN
TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD) DI LINGKUNGAN III KELURAHANBATANG
AYUMI JULU KOTAPADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2018

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh


Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

NINDY
NIM. 16030024P

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


STIKES AUFA ROYHANPADANGSIDIMPUAN
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN
(Hasil Penelitian)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN


TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD) DI LINGKUNGAN III KELURAHANBATANG
AYUMI JULU KOTAPADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2018

Hasil penelitian ini telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan


tim penguji Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aufa Royhan
Padangsidimpuan

Padangsidimpuan, Agustus 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Nurul Hidayah Nasution, SKM, MKM Novita Sari Batubara, SST, M.Kes

Padangsidimpuan, Agustus 2018


Ketua STIKes Aufa Royhan

(Ns. Sukhri Herianto Ritonga, S.Kep, M.Kep)

ii
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : NINDY
NIM : 16030024P
Program studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan


AntaraPengetahuanDan Sikap Dengan Tindakan Pencegahan Demam Berdarah
Dengue (DBD) Di Lingkungan III Kelurahan Batang Ayumi Julu Kota
Padangsidimpuan Tahun 2018” benar bebas dari plagiat, dan apabila suatu
saat nanti terbukti saya melakukan plagiat, maka saya akan menerima
sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Padangsidimpuan, / /2018
Penulis

NINDY

iii
IDENTITAS PENULIS

Nama : NINDY

NIM : 16030024P

Tempat/Tgl Lahir : Padangsidimpuan, 14 September 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jln. Silandit No.85 Padangsidimpuan

Riwayat Pendidikan :

1. TK. PERTIWI Padangsidimpuan : Lulus tahun 1999

2. SDN. 12 No.200108 Padangsidimpuan : Lulus tahun 2005

3. SMP Negeri 1 Padangsidimpuan : Lulus tahun 2008

4. SMA Negeri 6 Padangsidimpuan : Lulus tahun 2011

5. Akbid Sentral Padangsidimpuan : Lulus tahun 2014

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, Karena atas berkat

dan rahmat-NYA peneliti dapat menyusun skripsi dengan judul “Hubungan

Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan Pencegahan Demam Berdarah

Dengue (DBD) Di Lingkungan III Kelurahan Batang Ayumi Kota

Padangsidimpuan Tahun 2018”, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

sarjana Kesehatan Masyarakat di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

STIKes Aufa Royhan Padangsidimpuan.

Proses penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Ns. Sukhri Herianto Ritonga, M.Kep selaku Ketua STIKES Aufa Royhan

Padangsidimpuan.

2. Arinil Hidayah, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi Studi Ilmu Kesehatan

Masyarakat STIKES Aufa Royhan Padangsidimpuan.

3. Nurul Hidayah Nasution, SKM, MKM selaku Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Novita Sari Batubara, SST, M.Kes selaku Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh keluarga besar saya, terutama kedua orang tua saya, yang selalu

memberikan do’a kapan dan dimanapun penulis berada.

v
6. Rekan seperjuangan SKM aufa royhan yang telah mencurahkan perhatian,

kekompakan dan kerja sama demi kesuksesan bersama.

7. Seluruh dosen Program Studi Ilmu KesehatanMasyarakat STIKes Aufa

Royhan padangsidimpuan.

Kritik dan saran yang bersifat membangun peneliti harapkan guna

perbaikan di masa mendatang. Mudah-mudahan peneliti ini bermanfaat baagi

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. Amin.

Padangsidimpuan, Agustus2018

Penulis

NINDY

vi
ABSTRAK

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang dapat


berakibat fatal. Penularan penyakit DBD semakin mudah saat ini karena berbagai
faktor seperti tinggnya mobilitas penduduk, lingkungan, serta faktor prilaku.
Masih tingginya angka kesakitan penyakit ini ada pengaruh besar dari faktor
prilaku, seperti masih kurangnya pengetahuan, sikap dan tindakan yang berkaitan
dengan pencegahan DBD. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap tindakan pencegahan DBD di
Lingkungan III kelurahan Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan tahun 2018.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey analitik dengan desain
cross sectional. Populasi adalah kepala keluarga sebanyak 304 KK.Sampel
sebanyak 75 responden. Data dianalisa secara univariat dan bivariat dengan uji
statistik Chi square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan (P =0,009) dan sikap (P=0,003) dengan tindakan
pencegahan (P < 0,05). Penelitian ini menyarankan agar lebih meningkatkan
pengetahuan dengan mengikuti penyuluhan kesehatan terutama tentang
pencegahan DBD.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tindakan Pencegahan DBD


Daftar Pustaka : 28 (2006-2017)

vii
ABSTRACT

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF ) is an infectiouns disease that can be


fatal. At this time, transmission of dengue fever easier due to many factors, such
as high mobility of the population, environment, and behavior. Behavior has a
major influence in the high morbidity of the disease, such as lack of knowledge.
Attitude and action related to DHF. This study aims to prove the relationship
between maternal knowledge and attitude towards the prevention of DHF at
Lingkungan III kelurahan Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan tahun 2018.
The research was using descriptive analysis cross sectional design. The sampel of
the study 75 respondents. The data were analised in univariat and bivariat in
unimaginable and statistical testing Chi Square.The results is knowledge (P
=0,009) and attitude (P=0,003) has significant relations to the act of deterrents (
p< 0,05). This study suggests that it is better to increase knowledge by folowing
health education especially on the preventation of dengue fever.

Keywords : knowledge, attitude, the act of prevention of the disease


Reading List : 28( 2006-2017)
DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
IDENTITAS PENULIS ...................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI……. ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
GAMBAR SKEMA ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengetahuan .......................................................................................... 8
2.2 Sikap ..................................................................................................... 11
2.3 Tindakan ............................................................................................... 14
2.4 DBD ...................................................................................................... 14
2.5 Kerangka Teoritis ................................................................................. 27
2.6 Kerangka Konsep ................................................................................. 28
2.7 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 29

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Jenisdan Desain Penelitian ................................................................... 30
3.2 Lokasidan Waktu Penelitian ................................................................. 30
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian............................................................ 31
3.4 Alat Pengumpulan Data ........................................................................ 31
3.5 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ 33
3.6 Defenisi Operasional ............................................................................ 34
3.7 Pengolahan dan Analisa Data ............................................................... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN


4.1 Data Demografi dan Geografi ............................................................... 37
4.2 Analisa Univariat ................................................................................... 37
4.3 Analisa Bivariat ..................................................................................... 39
BAB V PEMBAHASAN
5.1Pengetahuan Responden Tentang DBD.................................................. 41
5.2 Sikap Responden Tentang DBD ............................................................ 41
5.3 Tindakan Responden Tentang Pencegahan DBD .................................. 42
5.4 Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Pencegahan DBD .............. 42
5.5 Hubungan Sikap Dengan Tindakan Pencegahan DBD ........................ 44

BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 46
6.2 Saran ...................................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1. Waktu Penelitian ..................................................................................... 30


Tabel 2. Defenisi Operasional ............................................................................... 34
Tabel 3. Distribusi Krekteristik Responden .......................................................... 37
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Terhadap Pencegahan DBD ............. 38
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Sikap Terhadap Pencegahan DBD ........................ 38
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tindakan Terhadap Pencegahan DBD .................. 39
Tabel 7. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Tindakan ................................. 39
Pencegahan DBD
Tabel 8. Hubungan Antara Sikap Dengan Tindakan ........................................... 40
Pencegahan DBD
DAFTAR SKEMA

halaman
Skema 1.Kerangka Teoritis ................................................................................... 28
Skema 2.Kerangka Konsep Penelitian .................................................................. 29
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 Formulir Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian
Lampiran 3 Kuesioner
Lampiran 4 Validitas Kuesioner
Lampiran 5 Hasil Out Put
Lampiran 6 Master Data
Lampiran 7 Surat Penelitian
Lampiran 8 Surat Balasan Dari Kelurahan Lingkungan III Batang Ayumi Julu
Lampiran 9 Lembar Konsultasi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang

berakibat fatal. Dalam waktu yang relative singkat penyakit DBD dapat

merenggut nyawa penderitanya jika tidak ditangani secepatnya. DBD disebabkan

oleh virus dengue yang ditularkan lewat perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Penularan penyakit DBD semakin mudah saat ini karena bebagai factor seperti

tingginya mobilitas penduduk, faktor perilaku, dan lingkungan. Penyakit DBD

masih merupakan masalah besar dalam kesehatan masyarakat dan menimbulkan

dampak sosial maupun ekonomi. Hal ini disebabkan karena DBD adalah penyakit

yang angka kesakitan dan kematiannya masih tinggi (Rahmaditia, 2011).

DBD merupakan permasalahan utama dunia karena 2,5 sampai 3 milyar

orang beresiko terserang penyakit ini. Penyakit ini ditemukan pertama kali di

Manila (Filipina) pada tahun 1953 (Lontoh, 2016). World Health Organization

(WHO), memperkirakan bahwa insiden terjadinya DBD di dunia mengalami

perkembangan yang sangat pesat karena diperkirakan 390 juta terinfeksi oleh

virus dengue per tahun. Kasus di Amerika, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat

diperkirakan lebih dari 3,2 juta terjangkit DBD pada tahun 2016 (Bestari, 2018).

Kasus di Indonesia masih terjadi setiap tahun, sejak ditemukan 1968.

Untuk menekan jumlah penderita dan kematian akibat DBD, Kementerian

Kesehatan terus menggalakkan Pemberantasan Sarang Nyamuk. Hingga saat ini

1
2

PSN masih merupakan upaya paling efektif dalam menekan kasus DBD. Jumlah

kasus DBD fluktuatif setiap tahunnya. Data dari Direktorat Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik. Kemenkes RI, pada 2014

jumlah penderita mencapai 100,347,907 orangdiantaranya meninggal. Pada 2015,

sebanyak 129,650 penderita dan 1,071 kematian. Sedangkan di 2016 sebanyak

202,314 penderita dan 1,593 kematian. Di tahun 2017, terhitung sejak Januari

hingga Mei tercatat sebanyak 17.877 kasus BD, dengan 115 kematian (Depkes RI,

2017).

Pada tahun 2016, dilaporkan bahwa jumlah seluruh kasus DBD di

Sumatera Utara sebanyak 8.715 kasus dengan angka kesakitan atau Insidance

Rate (IR) sebesar 63,3/100.000 penduduk, sedangkan angka kematian atau case

fatality rate (CFR) sebesar 0,69%. Bila dibandingkan dengan tahun 2015, maka

terdapat peningkatan angka kasus DBD yang signifkan sebesar 21,9/100.000

penduduk. Namun terdapat penurunan angka kematian (CFR) DBD sebesar 0,1%.

Angka kasus dan angka kematian DBD dalam 7 (tujuh) tahun terakhir dari tahun

2010-2016. Jumlah kasus tertinggi DBD terjadi di Kota Medan yakni sebanyak

1.784 kasus dengan CFR 0,62%. Berturut-turut antara lain Kabupaten Deliserdang

sebanyak 1.144 kasus dengan CFR 0,17% dan Simalungun sebanyak 1.071 kasus

dengan CFR 0%. Dan secara historis dalam kurun waktu beberapa tahun wilayah

Sumatera Utara seluruhya pernah melaporkan adanya DBD di wilayahnya, namun

pada tahun 2016 terdapat 3 (tiga) Kabupaten yang melaporkan tidak ada (nol

kasus) kasus DBD, yaitu Kabupaten Nias Selatan, Humbang Hasundutan dan

Mandailing Natal (Agustama, 2017).


3

Hasil penelitian Hafizah (2012) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang

Hulu Kota Tebing Tinggi didapatkan hasil kebiasaan anggota keluarga dalam

upaya pencegahan kasus DBD masih rendah, anggota keluarga kurang memahami

bahwa untuk menghindari terjadinya penyakit DBD merupakan tanggungjawab

bersama. Kegiatan kebersihan rumah tangga hanya ditangani langsung oleh ibu

saja. Ibu merasa bahwa penyelenggaran program kesehatan belum dapat

mencegah kasus DBD di Kota Tebing Tinggi. Teknik atau cara penyampaian

informasi kesehatan oleh petugas kesehatan belum dapat meningkatkan

pemahaman anggota keluarga dalam mencegah DBD. Ibu merasa terjadinya DBD

merupakan tanggung jawab pemerintah yang kurang kompetensi dalam

menanggulangi penyakit DBD sehingga keyakinan ibu terhadap penyelenggaraan

kesehatan belum dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Salah satu faktor yang menyebabkan angka kesakitan dan kematian akibat

penyakit DBD adalah perilaku masyarakat dalam melaksanakan dan menjaga

kebersihan lingkungannya. Untuk itu perlu adanya upaya pemberantasan nyamuk

Aedes Aegypti guna memutuskan rantai penularan penyakit DBD, yaitu dengan

cara tutup dan kuras tempat penampungan air setiap minggu, bakar, kubur/ buang

barang-barang bekas dan sampah lain yang dapat digenangi air, rapikan halaman

dan jangan biarkan semak-semak tak terurus, bersihkan selokan, bak mandi.

Lakukan penyemprotan nyamuk/fogging bila perlu (Ayudhya, 2014). Perilaku

yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan

pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan


4

pembangunan kesehatan. Perilaku mencakup pengetahuan, sikap, dan tindakan

dari individu itu sendiri (Notoatmodjo, 2010).

Penyebaran penyakit DBD terkait dengan perilaku masyarakat yang sangat

erat hubungannya dengan kebiasaan hidup bersih dan kesadaran terhadap bahaya

DBD. Tingginya angka kesakitan penyakit ini sebenarnya karena perilaku kita

sendiri. Faktor lainnya yaitu masih kurangnya pengetahuan, sikap dan tindakan

untuk menjaga kebersihan lingkungan. Mengatasi penyakit DBD tidak cukup

hanya bergantung pada para tenaga kesehatan akan tetapi partisipasi masyarakat

sangat mendukung dalam tindakan pencegahan. Pencegahan penyakit DBD sangat

tergantung vektornya. Pencegahan penyakit DBD yang paling utama adalah

dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui kegiatan yang dikenal

sebagai 3M Plus. Kegiatan ini bertujuan untuk memutus rantai perkembangbiakan

nyamuk dengan cara membasmi telur dan jentik-jentik nyamuk, sehingga

diharapkan tidak sampai menjadi nyamuk dewasa. Kegiatan 3M Plus ini harus

dilaksanakan oleh masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing

(Depkes RI, 2011).

Hasil penelitian terdahulu Rahmaditia (2011) tentang pengetahuan

pencegahan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Wetan Kota Semarang,

mayoritas ibu yang berpengetahuan tidak baik sebanyak 26 orang (52,0%) dan

minoritas ibu yang berpengetahuan baik sebanyak 24 orang (48,0%)

Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemberantasan nyamuk Kelurahan

Batang Ayumi Julu telah banyak dilakukan namun dirasa kurang efektif. Hal ini

terlihat dengan masih tingginya angka kesakitan demam berdarah dengue. Dalam
5

upaya pemberantasan penyakit tidak terlepas pengetahuan dan sikap serta

tindakan masyarakat terhadap pencegahan penyakit demam berdarah dengue.

Maka dari itu, sangat disayangkan jika penyakit ini terus meningkat dan

bertambah jumlahnya dari waktu ke waktu, hanya karena ketidak tahuan

masyarakat.

Data P2M (Pemberantas Penyakit Menular) di Puskesmas Sadabuan Kota

Padangsidimpuan, pada tanggal 31 Mei 2018 peneliti memperoleh data kasus

DBD pada tahun 2015 sebanyak 11, tahun 2016 sebanyak 19 orang, tahun 2017

sebanyak 20 orang. Kasus DBD dari Januari sampai Mei 2018 terdapat di

Kelurahan Batang Ayumi Julu sebanyak 6 orang dengan jenis kelamin laki-laki.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan 31 Mei 2018, peneliti mewawancarai

masyarakat di Kelurahan Batang Ayumi tentang pencegahan DBD sebanyak 10

orang, 6 orang mengatakan tidak mengetahui penyakit DBD, penyebab DBD,

gejala awal DBD, cara mencegah DBD dengan membersihkan bak air minial

sekali seminggu. Sedangkan 4 orang mengetahui penyakit DBD, penyebab DBD,

gejala awal DBD, pencegahan DBD dengan membersihkan bak air minimal sekali

seminggu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurangnya pengetahuan

menjadi masalah mendasar dalam pencegahan DBD di Lingkungan III Kelurahan

Batang Ayumi Julu.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti hubungan

antara pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan DBD di Lingkungan

III Kelurahan Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2018”.


6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap

dengan tindakan pencegahan DBD di Lingkungan III Kelurahan Batang Ayumi

Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2018?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan tindakan

pencegahan DBD di Lingkungan III Kelurahan Batang Ayumi Julu Kota

Padangsidimpuan Tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik responden di Lingkungan III Kelurahan Batang

Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2018.

2. Mengetahui distribusi proporsi berdasarkan pengetahuan di Lingkungan III

Kelurahan Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2018.

3. Mengetahui distribusi proporsi berdasarkan sikap di Lingkungan III Kelurahan

Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2018.

4. Mengetahui distribusi proporsi berdasarkan tindakan pencegahan DBD di

Lingkungan III Kelurahan Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan Tahun

2018.

5. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan tindakan

pencegahan DBD di Lingkungan III Kelurahan Batang Ayumi Julu Kota

Padangsidimpuan Tahun 2018.


7

6. Menganalisis besarnya risiko antara pengetahuan dan sikap dengan tindakan

pencegahan DBD di Lingkungan III Kelurahan Batang Ayumi Julu Kota

Padangsidimpuan Tahun 2018.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan

kesehatan serta memberikan upaya promotif dan preventif untuk pencegahan

penyakit (DBD).

1.4.1 Manfaat Praktis

a. Bagi responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas

tentang tindakan pencegahan DBD, dapat mengetahui dan memberikan

penanganan untuk menghindari terjadinya DBD.

b. Bagi peneliti

Sebagai prasyarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Kesehatan

Masyarakat di Stikes Aufa Royhan Padangsidimpuan.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya

dan untuk menambah referensi tentang tindakan pencegahan DBD di Lingkungan

III Kelurahan Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2018


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.2.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga,

dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas dan

persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui

indra penginderaan (telinga), dan indra penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup di dalam dominan kognitif mempunyai 6

tingkat yaitu (Notoatmodjo, 2010) :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan

secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

8
9

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada

situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa

pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila

orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,

membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan

pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria

yang telah ada.


10

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek

psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat

kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-

ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ.

Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan

dewasa (Mubarak, 2012).

Menurut Erfandi (2009) dua sikap tradisional mengenai jalannya

perkembangan hidup dimana semakin tua semakin bijaksana semakin banyak hal

yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan dan tidak dapat mengerjakan

kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran

fisik dan juga mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan

bertambahnya usia, khususnya beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya

kosa kata dan pengetahuan umum.

b. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kapada orang lain

terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa

makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima

informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.

Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan meghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai

yang baru diperkenalkan (Mubarak, 2012).


11

Menurut Erfandi (2009) dua sikap tradisional mengenai jalannya

perkembangan hidup dimana semakin tua semakin bijaksana semakin banyak hal

yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan dan tidak dapat mengerjakan

kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran

fisik dan juga mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan

bertambahnya usia, khususnya beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya

kosa kata dan pengetahuan umum.

c. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia, kebutuhan

bermacam-macam, berkembang dan berubah bahkan seringkali tidak disadari oleh

pelakunya. Pada umumnya semakin baiik pekerjaan seseorang akan semakin baik

pemahaman dan pengetahuannya terhadap sesuatu (Notoatmodjo, 2007).

Menurut hasil penelitian Prohealth (2009), pekerjaan seseorang sangat

mempengaruhi terhadap kehidupan sehari-hari. Jika pekerjaan seseorang sebagai

ibu rumah tangga atau petani secara otomatis informasi yang didapatnya juga

akan sedikit dibandingkan dengan pekerjaan sebagai PNS dan wiraswasta, karena

pekerjaan seorang PNS dam wiraswasta wawasannya lebih luas karena

berinteraksi dengan banyak orang sehingga informasi yang didapatnya juga lebih

banyak.

2.2.4 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek
12

penelitian atau responden. Pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur

dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan (Nursalam, 2010).

Menurut Nursalam (2010) untuk mengetahui secara kualitas tingkat

pengetahuan meliputi :

a. Baik : Bila pertanyaan di jawab dengan benar (56-100%)

b. Kurang : Bila pertanyaan di jawab dengan benar (0-55%)

2.2 Sikap

Menurut Notoatmodjo (2010), sikap merupakan respons tertutup seseorang

terhadap stimulus suatu objek tertentu yang sudah melibatkan faktor-faktor

pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju,

baik-tidak baik). Dengan kata lain, sikap adalah suatu sindroma atau kumpulan

gejala-gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan

pikiran, perasaan dan perhatian.

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Dalam bagian lain Notoatmodjo (2010)

mengutip pendapat Aliport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3

komponen pokok yaitu :

6 Komponen (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek.

7 Kehidupan emosional dan evaluasi emosional terhadap suatu objek

8 Kecendrungan untuk bertindak

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh.

Dalam penentuan sikap yang utuh ini , penetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi

memegang peranan penting.


13

Menurut Ahmadi (2011), sikap dibedakan menjadi :

a. Sikap negatif merupakan sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak

menyetujui terhadap norma yang berlaku dimana seseorang itu berada.

b. Sikap positif merupakan sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma

yang berlaku dimana seseorang itu berada.

Berbagai tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2010), terdiri dari :

a. Menerima (Recelving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (obyek).

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila di Tanya, mengerjakan sesuatu dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap.

d. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan resiko

adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung

seperti memberikan pertanyaan-pertanyaan secara tidak langsung. Secara

langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden

terhadap suatu objek dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus


14

atau objek yang bersangkutan, dengan memberikan kata “setuju” atau “tidak

setuju” terhadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu.

Pertanyaan Positif

Bentuk Sikap Nilai

Sangat setuju SS 4
Setuju S 3
Tidak Setuju TS 2
Sangat Tidak Setju STS 1
Pertanyaan Negatif

Bentuk Sikap Nilai

Sangat setuju SS 1

Setuju S 2

Tidak Setuju TS 3

Sangat Tidak Setuju STS 4

2.3 Tindakan

Suatu tindakan dimana seseorang melakukan perbuatan nyata serta

melakukan perbuatan yang merugikan ataupun menguntungkan dirinya. Suatu

sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk mewujudkan sikap

menjadi suatu perbuatan nyata di perlukan faktor pendukung atau suatu kondisi

yang memungkinkan antara lain fasilitas :


15

1. Persepsi (Perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek

sehubungan tindakan yang diambil adalah praktek tindakan pertama.

2. Respon terpimpin (guided response) adalah dapat melakukan sesuatu sesuai

urutan yang benar dan sesuai sengan contoh adalah merupakan indicator

praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mechanism) adalah apabila seseorang melakukan sesuatu dengan

benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

4. Adaptasi (adaptation) adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah

berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.4 DBD (Demam Berdarah Dengue)

2.4.1 Definisi DBD

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan

oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam 2- 7 hari, nyeri otot dan atau

nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan

diatesis hemoragik (Suhendro, 2009).

Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan manifestasi

DBD berat. Ada yang hanya bermanifestasi demam ringan yang akan sembuh

dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit

(asimtomatik). Sebagian lagi akan menderita demam dengue saja yang tidak

menimbulkan kebocoran plasma dan mengakibatkan kematian (Kemenkes RI,

2013).
16

2.4.2 Etiologi

Virus dengue merupakan bagian dari famili Flaviviridae. Keempat

serotipe virus dengue yang disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 dapat

dibedakan dengan metodologi serologi. Infeksi pada manusia oleh salah satu

serotipe menghasilkan imunitas sepanjang hidup terhadap infeksi ulang oleh

serotipe yang sama, tetapi hanya menjadi perlindungan sementara dan parsial

terhadap serotipe yang lain (Soedarmo, 2012).

Virus-virus dengue menunjukkan banyak karakteristik yang sama dengan

flavivirus lain, mempunyai genom RNA rantai tunggal yang dikelilingi oleh

nukleotida ikosahedral dan terbungkus oleh selaput lipid. Virionnya mempunyai

panjang kira-kira 11 kb (kilobases), dan urutan genom lengkap dikenal untuk

mengisolasi keempat serotipe, mengkode nukleokapsid atau protein inti (C),

protein yang berkaitan dengan membrane (M), dan protein pembungkus (E) dan

tujuh gen protein nonstruktural (NS) (WHO, 2009).

2.4.3 Patogenesis

Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi, hemodinamika, dan

biokimiawi DBD belum diketahui secara pasti karena kesukaran mendapatkan

model binatang percobaan yang dapat dipergunakan untuk menimbulkan gejala

klinis DBD seperti pada manusia. Hingga kini sebagian besar masih menganut the

secondary heterologous infection hypothesis yang menyatakan bahwa DBD dapat

terjadi apabila seseorang setelah terinfeksi virus dengue pertama kali

mendapatkan infeksi kedua dengan virus dengue serotipe lain dalam jarak waktu 6

bulan sampai 5 tahun (Soedarmo, 2012).


17

Infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang

memfagositosis kompleks virus-antibodi non netralisasi sehingga virus bereplikasi

di makrofag. Terjadinya infeksi makrofag oleh virus dengue menyebabkan

aktivasi T-helper dan T-sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon

gamma. Interferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga disekresi

berbagai mediator inflamasi seperti TNF-α, IL-1, PAF (platelet activating factor),

IL-6 dan histamin yang mengakibatkan terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi

kebocoran plasma (Suhendro, 2009).

2.4.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau

dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, DBD atau sindrom syok

dengue (SSD). Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari,

yang diikuti oleh fase kritis 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak

demam, akan tetapi mempunyai faktor risiko untuk terjadi renjatan jika tidak

mendapat pengobatan adekuat (Suhendro, 2009).

4 Demam Dengeu (DD)

Gambaran klinis dari DD sering tergantung pada usia pasien. Bayi dan

anak kecil dapat mengalami penyakit demam, sering dengan ruam makropapuler.

Anak yang lebih besar dan orang dewasa dapat mengalami baik sindrom demam

atau penyakit klasik yang melemahkan dengan mendadak demam tinggi, kadang-

kadang dengan 2 puncak (punggung sadel), sakit kepala berat, nyeri di belakang

mata, nyeri otot dan tulang atau sendi, mual dan muntah, dan ruam. Perdarahan

kulit (petekie) tidak umum terjadi. Biasanya ditemukan leukopenia dan mungkin
18

tampak trombositopenia. Pemulihan mungkin berpengaruh dengan keletihan dan

depresi lama, khususnya pada orang dewasa (Soedarmo, 2012).

5 Demam berdarah dengue (DBD)

Kasus khas DBD ditandai oleh empat manifestasi klinis mayor: demam

tinggi, fenomena hemoragis, dan sering hepatomegali dan kegagalan sirkulasi.

Trombositopenia sedang sampai nyata dengan hemokonsentrasi secara bersamaan,

adalah temuan laboratorium klinis khusus dari DBD. Perubahan patofisiologis

utama yang menentukan keparahan penyakit pada DBD dan yang

membedakannya dengan DD adalah rembesan plasma seperti dimanifestasikan

oleh peningkatan hematokrit (hematokonsentrasi, efusi serosa atau hipoprotemia).

Anak-anak dengan DBD umumnya menunjukkan peningkatan suhu tiba-

tiba yang disertai kemerahan wajah dan gejala konstituional non spesifik yang

menyerupai DD, seperti anoreksia, muntah, sakit kepala, dan nyeri otot, atau

tulang dan sendi. Beberapa pasien mengeluh sakit tenggorok dan nyeri faring

sering ditemukan pada pemeriksaan, tetapi rhinitis dan batuk jarang ditemukan.

Nyeri konjungtiva mungkin terjadi. Ketidak nyamanan epigastrik, nyeri tekan

pada margin kosta kanan, dan nyeri abdominal generalisata umum terjadi. Suhu

biasanya tinggi (>390C) dan menetap selama 2-7 hari. Kadang suhu mungkin

setinggi 40-410 C; konfulsi virus debris dapat terjadi terutama pada bayi

(Soedarmo, 2012).

Untuk penegakkan diagnosa DBD diperlukan sekurang-kurangnya kriteria

klinis 1 dan 2 dan dua kriteria laboratorium. Kriteria klinis menurut WHO adalah :
19

1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.

2. Manifestasi perdarahan minimal uji tourniquet positif dan salah satu bentuk

perdarahan lain (petekia, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi),

hematemesis dan atau melena.

3. Pembesaran hati.

4. Syok yang ditandai oleh nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi menurun

(< 20 mmHg), tekanan darah menurun (tekanan sistolik < 80 mmHg) disertai

kulit teraba dingin dan lembab trutama pada ujung hidung, jari dan kaki,

pasien gelisah, dan timbul sianosis di sekitar mulut.

Untuk kriteria laboratoriumnya adalah trombositopenia (100.000/mm3

atau kurang) dan adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas

kapiler, yang ditandai adanya hemokonsentrasi atau peningkatan hematrokit

>20% atau adanya efusi pleura, asites atau hipoalbuminemia (Kemenkes RI,

2013).

Gejala klinis DBD sendiri terdiri dari beberapa fase, fase demam, fase

kritis dan fase penyembuhan. Fase demam terjadi pada hari pertama dan kedua

yang merupakan awal terjadinya demam mendadak dengan suhu yang dapat

mencapai 400 C. Pada fase ini juga dapat disertai keluhan lain seperti kemerahan,

sakit kepala, nyeri otot, dehidrasi, bahkan kejang pada anak. Fase kritis terjadi

pada hari ke-3 sampai hari ke-6. Pada fase ini demam cenderung tidak ada, suhu

tubuh kembali normal, namun kejadian syok dapat terjadi di fase ini. Suhu pada

penderita sekitar 37,50 – 380 C. Namun pada fase ini terjadi kebocoran plasma,

kenaikan hematokrit dan penurunan kadar trombosit. Kegagalan organ juga dapat
20

terjadi pada fase ini karena kebocoran plasma yang terjadi. Jika penanganan pada

fase ini tidak adequat maka dapat terjadi syok (DSS). Fase penyembuhan adalah

fase dimana suhu tubuh kembali normal dan terjadi reabsorbsi cairan setelah

kebocoran plasma di fase kritis. Pada fase penyembuhan ini dapat terjadi

hipervolemia (hanya terjadi jika pemberian cairan berlebihan). Pada fase ini nafsu

makan akan mulai membaik dan keadaan hemodinamik penderita mulai stabil

(WHO, 2009).

6 Dengue Shock Syndrome (DSS)

DSS merupakan keadaan syok pada DBD. Hal ini terjadi pada fase kritis

keadaan penderita memburuk. Manifestasi syok antara lain kulit pucat, dingin dan

lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan dan hidung, sedangkan kuku

menjadi biru. Penderita merasa gelisah, nadi menjadi cepat dan lembut sampai

tidak teraba. Tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan

sistolik menurun menjadi 80 mmHg atau kurang, oliguria sampai anuria karena

menurunnya perfusi darah.

2.4.5 Vektor DBD

Pengertian vektor DBD adalah nyamuk yang dapat menularkan,

memindahkan dan atau menjadi sumber penular DBD. Virus dengue ditularkan

dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor

epidemi yang paling utama, namun spesies lain seperti Aedes albopictus, Aedes

polynesiensis dan Aedes niveus juga dianggap sebagai vektor sekunder. Kecuali

Aedes aegypti semuanya mempunyai daerah distribusi geografis sendiri-sendiri

yang terbatas. Meskipun mereka merupakan host yang sangat baik untuk virus
21

dengue, biasanya mereka merupakan vektor epidemi yang kurang efisien

dibanding Aedes aegypti (Ditjen PP dan PL, 2011).

Bila penderita DBD digigit nyamuk penular maka virus akan ikut terisap

masuk ke dalam lambung nyamuk, selanjutnya akan memperbanyak diri dan

tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk, termasuk kelenjar ludahnya. Nyamuk

Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue akan menjadi penular atau

infektif selama hidupnya. Nyamuk dengan umur panjang berpeluang menjadi

vektor lebih besar, karena lebih sering kontak dengan manusia. Penyakit DBD

semakin menyebar luas sejalan dengan meningkatnya arus transportasi dan

kepadatan penduduk, semua desa/kelurahan mempunyai resiko untuk terjangkit

penyakit DBD.

2.4.6 Siklus Penularan dan Penyebaran DBD

Timbulnya suatu penyakit dapat dipengaruhi oleh faktor agen, pejamu dan

lingkungan. Teori ini disebut dengan segitiga epidemiologi yang dikemukakan

oleh John Gordon. Segitiga epidemiologi adalah suatu konsep dasar epidemiologi

yang menggambarkan tentang hubungan tiga faktor utama yang berperan dalam

terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Tiga faktor tersebut adalah

host (pejamu), agent (agen) dan environment (lingkungan).

Pejamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya yang menjadi tempat

terjadinya proses alamiah perkembangan penyakit. Yang termasuk dalam faktor

penjamu yaitu usia, jenis kelamin, ras, anatomi tubuh, status gizi, sosial ekonomi,

status perkawinan, penyakit terdahulu, gaya hidup, hereditas, nutrisi dan imunitas.

Faktor-faktor ini mempengaruhi risiko untuk terpapar sumber infeksi serta


22

kerentanan dan resistensi manusia terhadap suatu penyakit atau infeksi. Pejamu

memiliki karakteristik tersendiri dalam menghadapi ancaman penyakit, antara

lain:

1. Imunitas

Kesanggupan pejamu untuk mengembangkan suatu respon imunologis,

dapat secara alamiah maupun non alamiah, sehingga tubuh kebal terhadap suatu

penyakit tertentu. Selain mempertahankan diri, pada jenis-jenis penyakit tertentu

mekanisme pertahanan tubuh dapat menciptakan kekebalan tersendiri.

2. Resistensi

Kemampuan dari pejamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi. Terhadap

suatu infeksi kuman tertentu, manusia mempunyai mekanisme pertahanan

tersendiri dalam menghadapinya.

3. Infectiousness

Potensi pejamu yang terinfeksi untuk menularkan penyakit kepada orang

lain. Pada keadaan sakit maupun sehat, kuman yang berbeda dalam tubuh manusia

dapat berpindah kepada manusia dan sekitarnya.

2.4.7 Nyamuk Penular DBD

Vektor utama penularan DBD adalah nyamuk Aedes aegypti, yang

biasanya aktif pada pagi dan sore hari dan lebih suka menghisap darah manusia

daripada darah hewan. Nyamuk ini berkembang biak dalam air bersih pada

tempat-tempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah. Sampai saat ini

penyebaran DBD masih terpusat di daerah tropis disebabkan oleh rata-rata suhu

optimum pertumbuhan nyamuk adalah 25-270C. Namun, dengan adanya


23

pemanasan global, DBD diperkirakan akan meluas sampai ke daerah-daerah

beriklim dingin (Sembel, 2009). Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika

dibandingkan dengan ukuran nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus),

mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih terutama pada kakinya.

Morfologinya khas yaitu mempunyai lira yang putih pada punggungnya. Telur

Aedes aegypti mempunyai dinding yang bergaris-garis dan menyerupai gambaran

kain kasa. Larvanya mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir yang berduri

lateral.

Nyamuk betina meletakkan telurnya di dinding tempat perindukannya 1-2

cm di atas permukaan air.setelah kira-kira 2 hari telur menetas menjadi larva lalu

mengadakan pengelupasan kulit sebanyak 4 kali, tumbuh menjadi pupa dan

akhirnya menjadi dewasa memerlukan waktu kira-kira 9 hari. Tempat perindukan

utama Aedes aegypti adalah tempat-tempat berisi air bersih yang berdekatan

letaknya dengan rumah penduduk, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari

rumah. Tempat perindukan tersebut berupa tempat perindukan buatan manusia,

seperti tempayan atau gentong tempat penyimpanan air minum, bak mandi, pot

bunga, kaleng, botol, drum, dan lain sebaginya (Sungkar, 2008).

Tempat perindukan utama tersebut dapat dikelompokkan menjadi Tempat

Penampungan Air (TPA) untuk keperluan sehari-hari seperti drum, tempayan, bak

mandi, bak WC, ember, dan sejenisnya, TPA bukan untuk keperluan sehari-hari

seperti tempat minuman hewan, ban bekas, kaleng bekas, vas bunga, perangkap

semut, dan sebagainya, dan TPA alamiah yang terdiri dari lubang pohon, lubang
24

batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang, dan

lain-lain (Soegijanto, 2006).

Nyamuk betina membutuhkan protein untuk memproduksi telurnya. Oleh

karena itu, setelah kawin nyamuk betina memerlukan darah untuk pemenuhan

kebutuhan proteinnya. Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2-3 hari

sekali. Nyamuk betina menghisap darah pada pagi dan sore hari dan biasanya

pada jam 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 WIB. Untuk mendapatkan darah yang

cukup, nyamuk betina sering menggigit lebih dari satu orang. Posisi menghisap

darah nyamuk Aedes aegypti sejajar dengan permukaan kulit manusia. Jarak

terbang nyamuk Aedes aegypti sekitar 100 meter (Depkes RI, 2014).

2.4.8 Pencegahan DBD

Hingga saat ini pemberantasan nyamuk Aedes aegypti merupakan cara

utama yang dilakukan untuk pemberantasan DBD, karena vaksin untuk mencegah

dan obat untuk membasmi virusnya belum tersedia (Depkes RI, 2005).

Pemberantasan nyamuk atau pengendalian vektor adalah upaya menurunkan

faktor risiko penularan oleh vektor dengan meminimalkan habitat

perkembangbiakan vektor, menurunkan kepadatan dan umur vektor, mengurangi

kontak antara vektor dengan manusia serta memutus rantai penularan penyakit

(Ditjen PP dan PL, 2011).

Berbagai metode pengendalian vektor DBD, yaitu:

a) Kimiawi

Pengendalian vektor cara kimiawi dengan menggunakan insektisida

merupakan salah satu metode pengendalian yang lebih populer di masyarakat


25

dibanding dengan cara pengendalian lain. Sasaran insektisida adalah stadium

dewasa dan pra-dewasa. Karena insektisida adalah racun, maka penggunaannya

harus mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan dan organisme bukan

sasaran termasuk mamalia. Disamping itu penentuan jenis insektisida, dosis, dan

metode aplikasi merupakan syarat yang penting untuk dipahami dalam kebijakan

pengendalian vektor. Aplikasi insektisida yang berulang di satuan ekosistem akan

menimbulkan terjadinya resistensi serangga sasaran.

b) Biologi

Pengendalian vektor biologi menggunakan agent biologi seperti

predator/pemangsa, parasit, bakteri, sebagai musuh alami stadium pra dewasa

vektor DBD. Jenis predator yang digunakan adalah Ikan pemakan jentik (cupang,

tampalo, gabus, guppy, dll), sedangkan larva Capung, Toxorrhyncites,

Mesocyclops dapat juga berperan sebagai predator walau bukan sebagai metode

yang lazim untuk pengendalian vektor DBD.

c) Manajemen Lingkungan

Lingkungan fisik seperti tipe pemukiman, sarana-prasarana penyediaan air,

vegetasi dan musim sangat berpengaruh terhadap tersedianya habitat

perkembangbiakan dan pertumbuhan vektor DBD. Nyamuk Aedes aegypti sebagai

nyamuk pemukiman mempunyai habitat utama di kontainer buatan yang berada di

daerah pemukiman. Manajemen lingkungan adalah upaya pengelolaan lingkungan

sehingga tidak kondusif sebagai habitat perkembangbiakan atau dikenal sebagai

source reduction seperti 3M plus (menguras, menutup dan memanfaatkan barang

bekas, dan plus: menyemprot, memelihara ikan predator, menabur larvasida dll);
26

dan menghambat pertumbuhan vektor (menjaga kebersihan lingkungan rumah,

mengurangi tempat-tempat yang gelap dan lembab di lingkungan rumah dll).

d) Pemberantasan Sarang Nyamuk / PSN-DBD

Pengendalian Vektor DBD yang paling efisien dan efektif adalah dengan

memutus rantai penularan melalui pemberantasan jentik. Pelaksanaannya di

masyarakat dilakukan melalui upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam

Berdarah Dengue (PSN-DBD) dalam bentuk kegiatan 3 M plus. Untuk

mendapatkan hasil yang diharapkan, kegiatan 3 M Plus ini harus dilakukan secara

luas/serempak dan terus menerus/berkesinambungan. Tujuan PSN-DBD adalah

mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga penularan DBD dapat

dicegah atau dikurangi. Sasarannya adalah semua tempat perkembiakan nyamuk,

seperti tempat penampungan air untuk kebutuhan sehari-hari atau tempat

penampungan air alamiah. Keberhasilan kegiatan PSN DBD antara lain dapat

diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ lebih atau sama dengan

95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi.

PSN DBD dilakukan dengan cara „3M-Plus‟, 3M yang dimaksud yaitu:

1. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak

mandi/wc, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1).

2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan,

dan lain-lain (M2).

3. Memanfaatkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat

menampung air hujan (M3).

Selain itu ditambah (plus) dengan cara lainnya, seperti:


27

1. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya

yang sejenis seminggu sekali.

2. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.

3. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain (dengan

tanah, dan lain-lain).

4. Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras

atau di daerah yang sulit air.

5. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan air.

6. Memasang kawat kasa.

7. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar

8. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai

9. Menggunakan kelambu

10. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk

11. Cara-cara spesifik lainnya di masing-masing daerah.

Pemberantasan sarang nyamuk juga bisa dilakukan dengan larvasidasi.

Larvasidasi adalah pengendalian larva (jentik) nyamuk dengan pemberian

larvasida yang bertujuan untuk membunuh larva. Jenis larvasida ada bermacam-

macam, diantaranya adalah temephos, piriproksifen, metopren dan bacillus

thuringensis. Temephos atau abate terbuat dari pasir yang dilapisi dengan zat

kimia yang dapat membunuh jentik nyamuk. Dosis penggunaan temephos adalah

10 gram untuk 100 liter air. Bila tidak ada alat untuk menakar, gunakan sendok

makan peres yang diratakan diatasnya. Pemberian temephos ini sebaiknya diulang

penggunaannya setiap 2 bulan (Kemenkes RI, 2013).


28

Nyamuk dewasa dapat diberantas dengan pengasapan menggunakan

insektisida atau racun serangga. Melakukan pengasapan saja tidak cukup, karena

dengan pengasapan itu yang mati hanya nyamuk dewasa saja. Jentik nyamuk tidak

mati dengan pengasapan. Cara paling tepat memberantas nyamuk adalah

memberantas jentiknya dengan kegiatan PSN 3M Plus.

e) Pengendalian Vektor Terpadu (IVM)

IVM merupakan konsep pengendalian vektor yang diusulkan oleh WHO

untuk mengefektifkan berbagai kegiatan pemberantasan vektor oleh berbagai

institusi. IVM dalam pengendalian vektor DBD saat ini lebih difokuskan pada

peningkatan peran serta sektor lain melalui kegiatan Pokjanal DBD, Kegiatan

PSN anak sekolah dll.

Pencegahan dan pengendalian vektor bertujuan untuk mengurangi

transmisi dari penularan demam berdarah dengue, sehingga akan menurunkan

kejadian infeksi dan mencegah terjadinya kejadian luar biasa (WHO, 2012).

2.5 Kerangka Teoritis

Kerangka teori merupakan kerangka teoritis yang digunakan sebagai

landasan dalam sebuah penelitian. Kerangka ini disusun dengan mengembangkan

dan menggabungkan teori-teori yang telah ditemukan di bab 2 tentang hubungan

antara pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan DBD di Lingkungan

III Kelurahan Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2018.

Gambar dibawah ini menjelaskan tetang kerangka teoritis hubungan antara

pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan DBD.


30

Demam Berdarah (DBD)

1. Pengertian DBD
2. Penyebab DBD
3. Siklus penularan DBD
4. Pencegahan DBD

Pengetahuan

4 Tahu
5 Memahami Tindakan
6 Aplikasi
7 Analisis 1. Persepsi
8 Sintesis 2. Respon terpimpin
9 Evaluasi 3. Mekanisme
4. Adaptasi

Sikap

5 Menerima
6 Merespon
7 Memahami
8 Bertanggung jawab

Skema 1.
Kerangka Teoritis

2.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan antara konsep-konsep yang ingin

diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2010).
31

Adapun kerangka konsep di bawah ini yang akan diteliti hubungan antara

pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan DBD di Lingkungan III

Kelurahan Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2018.

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Tindakan Pencegahan
Demam Berdarah Dengue
(DBD)
Sikap

Skema 2. Kerangka Konsep Penelitian

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah hubungan antara pengetahuan dan

sikap dengan tindakan pencegahan DBD di Lingkungan III Kelurahan Batang

Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2018.

1. Ha1 : Ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan DBD di

Lingkungan III Kelurahan Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan.

2. H02 : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan

DBD di Lingkungan III Kelurahan Batang Ayumi Julu Kota

Padangsidimpuan.
32

3. Ha2 : Ada hubungan antara sikap dengan tindakan pencegahan DBD di

Lingkungan III Kelurahan Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan.

4. H02 : Tidak ada hubungan antara sikap dengan tindakan pencegahan DBD di

Lingkungan III Kelurahan Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan desain

penelitian cross sectional yang dilakukan pada waktu yang bersamaan. Desain ini

digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan

tindakan pencegahan DBD di Lingkungan III Kelurahan Batang Ayumi Julu Kota

Padangsidimpuan Tahun 2018.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lingkungan III Kelurahan Batang Ayumi Julu

Kota Padangsidimpuan, karena masih terdapat kasus DBD sebanyak 6 orang.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksananakan mulai bulan April sampai dengan Agustus

2018.

Tabel 1. Waktu Penelitian

No Kegiatan Waktu Penelitian


Apr Mei Jun Juli Agt
1. Pengajuan Judul
2. Perumusan Maslah
3. Perumusan Proposal
4. Seminar Proposal
5. Pelaksanaan Penelitian
6. Pengolahan Data
7. Seminar

3330
34

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan subjek dalam

pengamatan yang dilakukan (Arikunto, 2010). Adapun yang menjadi populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Keluarga di Lingkungan III Kelurahan

Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan bulan Januari – Juni 2018 sebanyak

304 KK.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

mewakili seluruh populasi (Arikunto, 2010). Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah Perposive Sampling yaitu yaitu pengambilan sampel dengan

cara khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sampel dalam penelitian ini

mengggunakan rumus Slovin, karena jumlah populasi yang amat besar, cakupan

wilayah penelitian yang cukup luas (Sevilla, 2012). Rumus Slovin yaitu ;

N
n = ─────
1 + Ne2

304
n = ─────
1 + 304 (0,1)2

304
n = ─────
1 + 3,04

304
n = ─────
4,04

n = 75,2 atau 75
35

Keterangan

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

e : batas toleransi kesalahan

3.4 Alat Pengumpulan Data

3.4.1 Instrumen

Instrument atau alat ukur pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuesioner yang telah diadopsi oleh peneliti dan mengacu

pada kepustakaan yang terdiri atas beberapa pertanyaan yang harus dijawab

responden. Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan

lembar kuesioner yang terdiri dari 3 bagian yaitu :

1. Bagian A merupakan pertanyaan tentang identitas atau data demografi

responden, bagian B mengenai pengetahuan responden berisi 10 pernyataan,

bagian C untuk sikap responden berisi 10 pertanyaan dan bagian D untuk

tindakan pencegahan DBD berisi 10 pertanyaan..

2. Responden dapat menjawab benar 56-100% dari pertanyaan maka

pengetahuan baik, dan < 55 dari pertanyaan maka pengetahuan kurang. Total

penilaian pengetahuan dikali 10.

3. Pernyataan sikap menggunakan skala Likert positif dan negative. Positive nilai

1, dan negative nilai 2

4. Pernyataan tindakan menggunakan skala guttmat benar diberi nilai 1, dan jika

salah diberi nilai 0.


36

5. Kuesioner di adopsi dari penelitian Rahmaditia, T (2011) tentang Hubungan

Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Tindakan Pencegahan Demam Berdarah

Dengue Pada Anak (Di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Wetan Kota

Semarang. Nilai validasi pengetahuan 0,847, sikap 0,839, tindakan 0,897.

Nilai realibitas dengan menggunakan formula Cronbach Alpha terhadap

kuesioner pengetahuan adalah 0,768, sikap 0,770, dan tindakan 0,70.

3.4.2 Sumber Data

1. Data Primer

Data yang dikumpulkan secara langsung dari jawaban responden melalui

kuesioner.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari rekam medis di Wilayah Kerja Puskesmas

Sadabuan Kota Padangsidimpuan, berupa data jumlah kejadian DBD, dengan

memakai lembar kuesioner yang mencakup umur, pendidikan, dan sumber

informasi.

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek

penelitian dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam

suatu penelitian (Nursalam, 2010).

Dalam melakukan penelitian, prosedur yang dijalankan oleh peneliti

adalah sebelum proposal penelitian mendapat persetujuan dari pembimbing,

peneliti mengurus surat permohonan izin penelitian dari Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Aufa Royhan Padangsidimpuan, mengirim permohonan izin penelitian


37

yang diperoleh dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aufa Royhan

Padangsidimpuan kepada Kepala Puskesmas Sadabuan, kemudian peneliti

mengambil beberapa responden yang telah ditentukan untuk pengisian kuesioner

dan menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat, dan cara pengisian

kuesioner.

Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat

persetujuan, kemudian responden diminta untuk mengisi kuesioner selama 20

menit. Selama pengisian kuesioner responden diberi kesempatan untuk bertanya

pada peneliti bila ada pertanyaan yang kurang dipahami. Setelah kuesioner di isi

oleh responden, kemudian peneliti mengumpulkannya untuk diperiksa

kelengkapannya. Kuesioner yang belum terisi lengkap, peneliti langsung meminta

responden untuk melengkapinya. Setelah pengumpulan data selesai, peneliti

melakukan analisa dengan menggunakan metode statistik.

3.6 Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur

Independent Segala sesuatu Kuesioner Ordinal 1 Baik


Pengetahuann yang diketahui 2 Kurang
oleh responden
terhadap
pencegahan
demam berdarah
dengue (DBD)
meliputi
penyebab DBD,
tanda gejala
penyakit DBD
Sikap Tanggapan Kuesioner Ordinal 1. Positif
responden 2. Negatif
38

terhadap
pencegahan
demam berdarah
dengue
Dependent
Tindakan Suatu Kuesioner Ordinal 1. Baik
Pencegahan kecenderungan 2. Tidak Baik
Demam responden untuk
Berdarah bertindak
Dengue (DBD) (praktik) dalam
pencegahan DBD

3.7 Pengolahan dan Analisa Data

3.7.1 Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul diperoleh dengan langkah sebagai berikut:

1. Pengeditan Data (data editing)

Dilakukan dengan memeriksa observasi yang telah terisi. Bisa terdapat

kesalahan atau kekurang dalam pengumpulan data akan dilakukan pengecekan

ulang dengan tujuan agar data yang masuk dapat diolah secara benar, sehingga

dapat memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang diteliti, kemudian

data di kelompokkan dengan aspek pengukuran.

2. Coding

Pemberian kode pada setiap data yang telah dikumpulkan untuk

memperoleh memasukkan data ke dalam tabel.

3. Skoring

Memberikan skor pada setiap jawaban yang diberikan pada responden.

Jawaban yang benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0,

selanjutnya menghitung skor jawaban dari pertanyaan yang diberikan.


39

4. Tabulating

Untuk mempermudah analisa data pengolahan data serta pengambilan

kesimpulan, data dimasukkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

memberikan skor terhadap pernyataan yang diberikan kepada responden

(Notoatmodjo, 2010).

3.7.2 Analisa Data

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan

pencegahan DBD antara variabel independen dengan variabel dependen.

Digunakan uji Chi Square yaitu uji statistik dengan menggunakan program SPSS.

1. Analisa Univariat

Melihat hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan

DBD meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan.

2. Analisa Bivariat

Uji statistik yang digunakan adalah Chi-square untuk menguji hubungan

antara variable yang satu dengan variable lainnya. Dengan tingkat signifikasinya

p=0,05. Jika (p <0,05) maka H0 ditolak berarti Ha diterima (ada hubungan

pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan DBD. Sebaliknya jika (p

>0,05) maka H0 diterima dan Ha ditolak (tidak ada hubungan pengetahuan dan

sikap dengan tindakan pencegahan DBD (Notoatmodjo, 2010). Apabila uji yang

dilakukan tidak memenuhi syarat atau data tidak normal maka akan dilakukan

uji Fisher yaitu uji yang digunakan untuk melakukan analisis pada dua sampel

independen yang jumlah sampelnya relatif kecil (biasanya kurang dari 20)

dengan skala data nominal atau ordinal. Hasil uji nilai PR diperoleh :
40

6. PR > 1

7. PR < 1

8. PR= 0
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Data Demografi dan Geografi

Kelurahan Batang Ayumi Julu beralamat di Jl. STN.M.ARIF Gg. Lurah

No. 4Padangsidimpuan. dengan luas wilayah 124,24 Km2.

Gambar 4.1 kelurahan Batang Ayumi Padangsidimpuan

4.2 Analisa Univariat


Tabel 4.1Gambaran karekteristik responden berdasarkan jenis kelamin,
Umur, Pendidikan dan Pekerjaan di Lingkungan III Batang
Ayumi Julu Padangsidimpuan.

Variabel Frekuensi Presentase (%)


Jenis Kelamin
Laki-laki 29 38,7 %
Perempuan 46 61,3 %
Umur
17-25 Tahun 6 8,0 %
26-35 Tahun 32 73,3 %
36-48 Tahun 37 13,3 %
Pendidikan
SLTP 12 16,0 %
SLTA 53 73,3 %
DIII/SARJANA 10 13,3 %

41
42

Pekerjaan
Tidak Bekerja 9 12 %
Wiraswasta 60 80 %
PNS 6 8%
Total 75 100 %

Hasil tabel 4.1 mayoritas jenis kelamin responden yaitu perempuan 46

orang ( 61,3 %), minoritas laki-laki 29 orang ( 38,7 %). Ditinjau dari segi umur

responden mayoritas berumur 36- 48 sebanyak 37 orang ( 49,3 %), dan minoritas

umur 17-25 tahun sebanyak 6 orang (8 %). Sedangkan dari pendidikan responden

mayoritas berpendidikan SLTA yaitu 53 orang (73,3%), minoritas

DIII/SARJANA yaitu 10 orang (13,3 %). Dan dari segi pekerjaan responden

mayoritas wiraswasta yaitu 60 orang ( 80 %), minoritas PNS yaitu 6 orang ( 8 %).

4.2.2 Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan DBD


Tabel 4.2.Distribusi frekuensi responden tentang pengetahuan pencegahan
DBD di Lingkungan III Kelurahan Batang Ayumi Julu
Padangsidimpuan
Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)
Kurang 38 50,7%
Baik 37 49,3%
Total 75 100%

Hasil tabel 4.2 pengetahuan responden mayoritas kurang yaitu sebanyak

38 orang (50,7 %) dan minoritas pengetahuan baik yaitu sebanyak 37 orang ( 49,3

%).

4.2.3 Sikap Responden Terhadap Pencegahan DBD


Tabel 4.3Distribusi frekuensi responden tentang sikap pencegahan DBD di
Lingkungan III Kelurahan Batang Ayumi Julu
Padangsidimpuan
Sikap Frekuensi Presentase (%)
Negatif 48 64,0%
Positif 27 36,0%
Total 75 100%
43

Hasil tabel 4.3sikap responden mayoritas negatif yaitu sebanyak 48 orang

( 64 %) dan minoritas positif yaitu sebanyak 27 orang ( 36 %).

4.2.4 Tindakan Responden Terhadap Pencegahan DBD


Tabel 4.4Distribusi frekuensi responden tentang tindakan pencegahan DBD
di Lingkungan III Kelurahan Btang Ayumi Julu
Padangsidimpuan
Tindakan Frekuensi Presentase (%)

Tidak Baik 46 61,3%

Baik 29 38,7%

Total 75 100%

Hasil tabel 4.4 tindakan responden mayoritas tidak baik yaitu 46 orang

(61,3 %) dan minoritas tindakan baik yaitu sebanyak 29 orang (38,7 %).

4.3 Analisa Bivariat


Tabel 4.5Hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan DBD
di Lingkungan III Kecamatan Batang Ayumi Julu
Padangsidimpuan.

Pengetahuan Tindakan Pencegahan DBD P PR


Tidak Baik Baik Jumlah value
n % n % n %
Kurang 34 89,5 % 4 10,5 % 38 100
0,009 17.708
Baik 12 32,4 % 25 67,6 % 37 100

Total 46 61,3 % 29 38,7 % 75 100

Hasil tabel 4.5dari 38 reponden berpengetahuan kurang, responden

melakukan tindakan pencegahan DBD dengan tidak baik yaitu sebanyak 34 orang

(89,5 %), sedangkan responden yang berpengetahuan baik melakukan tindakan

baik sebanyak 25 (67,6%).


44

Responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang DBD dan memiliki

tindakan tidak baik dalam pencegahan DBD 18 kali lebih beresiko dibandingkan

responden yang memiliki pengetahuan baik tentang DBD dan memiliki tindakan

baik dalam pencegahan BDB.

Hasil uji p value =0,009, Ho ditolak. Artinya ada hubungan antara

pengetahuan dengan tindakan pencegahan DBD di Lingkungan III Batang Ayumi

Julu padangsidimpuan utara tahun 2018.

Tabel 4.6 Hubungan antara Sikap dengan tindakan pencegahan BDB di


Lingkungan III Kecamatan Batang Ayumi Julu
Padangsidimpuan.

Sikap Tindakan Pencegahan DBD P PR


Tidak Baik Baik Jumlah value
n % N % n %
Negatif 36 75,0 % 12 25,0 % 48 100
0,003 5.10
positif 10 37,0 % 17 63,0 % 27 100

Total 46 61,3 % 29 38,7 % 75 100

Hasil tabel 4.6 dari 48reponden mempunyai sikap yang negatif,responden

melakukan tindakan pencegahan DBD tidak baik yaitu sebanyak 36 orang (75,0

%), sedangkan responden melakukan tindakan baik yaitu sebanyak 17 (63,0 %).

Responden yang memiliki sikap yang negatif tentang DBD 5 kali lebih

beresiko untuk memiliki tindakan buruk dalam pencegahan DBD dibandingkan

responden yang memiliki sikap positif tentang DBD.


45

Hasil uji p value = 0,003. Ho ditolak. ada hubungan antara sikap dengan

tindakan pencegahan DBD di Lingkungan III Batang Ayumi Julu

padangsidimpuan utara tahun 2018.


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan DBD

Sebagian besar responden berpengetahuan kurang yaitu 38 orang (50,7 %).

Dimana mayoritas responden kurang mengetahui bagaimana cara pencegahan

DBD yaitu, menyabur bubuk abate ke dalam sumur, pengasapan ( fogging),

menggunakan kelambu, 3M (mengubur sampah, menguras bak mandi dan

menutup penampungan air). Pengetahuan atau rana kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012).

Sehingga semakin baik pengetahuan seseorang dapat melakukan tindakan

pencegahan yang lebih efektif. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang DBD

memberikan kontribusi signifikan terhadap terbentuknya prilaku masyarakat

untuk mencegah DBD di lingkungan III kelurahan Batang Ayumi Julu

Padangsidimpuan.

5.2 Sikap Responden Tentang Pencegahan DBD

Sikap responden terbanyak berada di kategori negatif yaitu sebanyak 48

orang (64 %). Dimana responden tidak menyakini bahwa pakaian yang

bergantungan di belakang pintu bisa menjadi tempat sarang nyamuk, sehingga

menyebabkan penyakit DBD. Berdasarkan teori dari Chalhoun dan Accocella

(2011)yang menyatakan sikap adalah suatu yang melekat pada keyakinan-

keyakinan dan perasaaan-perasaan terhadap suatu objek dan predisposisi untuk

berbuat terhadap objek dengan cara-cara tertentu. Dari tiori tersebut maka

keluarga perlu mempunyai keyakinan terhadap cara pencegahan yang akan

46
47

dilakukan demi menurunkan angka kejadian demam berdarah di lingkungan III

Batang Ayumi Julu Padangsidimpuan.

5.3 Tindakan Responden Tentang Pencegahan DBD

Sebagian besar responden melakukan tindakan pencegahan DBD dalam

kategori tidak baik yaitu 46 orang ( 61,3 %). Dimana responden masih banyak

yang melakukan kebiasaan menggantungkan pakaian di belakang pintu atau

tidak menyimpan pakaian yang telah dipakai di tempat baju kotor. Selain itu

responden tidak mengikuti kegiatan pencegahan/penanggulangan demam

berdarah yang dilakukan di lingkungan tempat tinggal. Teori dari Proverawati &

Rahmawati (2012), pencegahan atau prilaku kesehatan merupakan kemampuan

dan kesadaran sehingga anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri di

bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di

masyarakat. Dapat dikatakan bahwa keluarga di Batang Ayumi Julu perlu

melakukan pencegahan Demam Berdarah Dengue lebih efektif untuk menurunkan

angka kejadian DBD dan dapat mempertahankan status kesehatan keluarga.

5.4 Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Pencegahan DBD

Responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang DBD dan memiliki

tindakan tidak baik dalam pencegahan DBD 18 kali lebih beresiko dibandingkan

responden yang memiliki pengetahuan baik tentang DBD dan memiliki tindakan

baik dalam pencegahan BDB.

Hal yang menunjukkan bahwa meskipun pengetahuan bukan merupakan

faktor langsung yang mempengaruhi tindakan pencegahan DBD, namun

pengetahuan ini memiliki peran yang penting. karena dengan memiliki


48

pengetahuan yang baik khususnya tentang kesehatan, seseorang dapat mengetahui

berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin akan timbul sehingga dapat

dicari pemecahannya (Soetjiningsih, 2012).

Kurangnya pengetahuan atau pengetahuan yang salah di kelompok

masyarakat akan berpengaruh terhadap persepsi dan kepercayaan masyarakat

yang salah untuk melakukan pencegahan DBD. Peran petugas kesehatan serta

pihak-pihak terkait, sangat penting untuk menggiatkan kegiatan konsultasi

informasi dan edukasi (KIE) antara lain dengan cara penyuluhan guna

meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan DBD. (Soetjiningsih, 2012).

Tingkat pengetahuan tentang program pencegahan DBD, sangat berkaitan

dengan tingkat pendidikan, artinya masyarakat dengan pendidikan menengah dan

tinggi kemungkinan pengetahuan tentang pencegahan DBD semakin baik

dibandingkan masyarakat yang berpendidikan rendah. Demikian juga dengan

tingkat pendidikan masyarakat umumnya adalah yang berpendidikan rendah (SD

dan SLTP), hal ini menunjukkan masyarakat berpendidikan rendah kurang

memahami tentang pencegahan DBD.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lathu

(2011), menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan

masyarakat tentang penyakit DBD dengan prilaku pencegahan penyakit di

wilayah kelurahan Demangan. Hasil analisis korelasinya 0,397 dengan nilai

signifikan 0,000 (P<0,05). Dapat diartikan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat

tentang DBD memberikan kontribusi signifikan terhadap terbentuknya perilaku

masyarakat untuk mencegah DBD.


49

5.5 Hubungan Sikap Dengan Tindakan Pencegahan DBD

Sebagian besar sikap responden tentang pencegahan DBD adalah negatif

sebanyak 48 orang (64 %), sebanyak 10 orang (37,0 %). Responden yang

memiliki sikap yang negatif tentang DBD 5 kali lebih beresiko untuk memiliki

tindakan buruk dalam pencegahan DBD dibandingkan responden yang memiliki

sikap positif tentang DBD.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Respati dengan hasil

penelitian menunjukkan adanya hubungan antara sikap dari responden dengan

keberadaan jentik Aedes Aegepty.

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Budi (2015),

juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan warga tentang

demam berdarah dengan upaya pencegahan demam berdarah di Dukuh Gunung

RT 01 RW 12 desa Pucangan dengan hasil PValue = 0,004.

Sikap negatif ini mencerminkan beberapa masyarakat cenderung kurang

peduli tentang tindakan pencegahan DBD dan pelaksanaannya. Kecenderungan

sikap negatif masyarakat terhadap pencegahan DBD menjadi salah satu faktor

yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit DBD. Kemauan masyarakat dalam

melakukan pencegahan DBD sesuai dengan uraian yang menyatakan dalam

menurunkan angka kejadian penyakit DBD, sangat dibutuhkan partisipasi

masyarakat untuk mendukung program yang dilaksanakan pemerintah. Partisipasi

masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan individu, keluarga maupun


50

masyarakat umum ikut bertanggungjawab terhadap kesehatan sendiri, keluarga

maupun masyarakat dan lingkungan.

Kurangnya penyuluhan dari tenaga medis kepada masyarakat dapat

menyebabkan ketidaktahuan masyarakat tentang pencegahan DBD, sehingg sikap

dan tindakan masyarakat tetap buruk dalam mencegah terjadinya DBD.

Penyuluhan adalah faktor terpenting dalam pencegahan penyakit DBD.

Penyuluhan perlu diberikan terutama kepada masyarakat yang berpeendidikan

rendah agar lebih memahami tentang pencegahan penyakit DBD.

Menurut Notoatmodjo (2012), bahwa tindakan terdiri dari beberapa aspek

yaitu sikap, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan

yang diambil , dalam hal ini masyarakat memilih tindakan yang sesuai untuk

pencegahan penyakit DBD.melakukan sesuai urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh. Dalam hal ini masyarakat mampu melakukan upaya pencegahan

DBD sesuai pedoman yang ada, melakukan sesuatu secara otomatis dan akan

menjadi kebiasaan untuk pencegahan DBD.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Lingkungan III Batang Ayumi

Padangsidimpuan dan pembahasan yang sudah diuraikan sebelumnya, maka

peneliti dapat menarik kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan responden tentang pencegahan DBD di lingkungan III

Batang Ayumi Padangsidimpuan mayoritas kurang yaitu 38 orang (50,7%).

2. Tingkat sikap responden tentang pencegahan DBD di lingkungan III Batang

Ayumi Padangsidimpuan mayoritas negatif yaitu 48 orang (64 %).

3. Tingkat tindakan responden dalam pencegahan DBD di lingkungan III

Padangsidimpuan mayoritas tidak baik yaitu 46 orang (61,3 %)

4. Terdapat hubungan yang kuat antara pengetahuan dengan tindakan

pencegahan DBD di lingkungan IIII Batang Ayumi Padangsidimpuan,

dengan nilai P 0,009. Hasil uji PR = 18

5. Terdapat hubungan yang kuat antara sikap dengan tindakan pencegahan

DBD di lingkungan IIII Batang Ayumi Padangsidimpuan, dengan nilai P

0,003. Hasil uji PR = 5

6.2 Saran

1. Bagi Responden/ masyarakat

Perlu adanya upaya- upaya peningkatan pengetahuan dengan mengikuti

penyuluhan kesehatan ataupun mengadakan kegiatan rutin khusus

51
52

membahas tentang permasalahan kesehatan yang sedang terjadi, secara

rutin mengadakan kebersihan lingkungan bersama guna memberantas

nyamuk . Serta membentuk kelompok kerja yang terdiri dari kader-kader

kesehatan beserta juru pemantau jentik untuk penanggulangan penyakit

DBD dengan cara melakukan gerakan 3M.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Perlu dilakukan peningkatan pembelajaran tentang kesehatan masyarakat

khususnya pendidikan kesehatan sebagai upaya preventif terhadap

kejadian DBD.

3. Bagi Peneliti Lainnya

Peneliti lain diharapkan untuk dapat melakukan penelitian yang lebih

spesifik tentang faktor- faktor yang mempengaruhi tindakan pencegahan

DBD, serta melakukan observasi langsung.


DAFTAR PUSTAKA

Agustama. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Medan: Kepala


Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara

Arikunto S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.


Rineka Cipta

Ayudhya, Putri, Roald I. Ottay, Wulan P.J.Kaunang, Grace D. Kondou,


A.J.Pandelaki. (2014). Hubungan pengetahuan da sikap masyarakat tentang
penyakit demam berdarah dengue dengan pencegahan vector di kelurahan
malalayang 1 Barat Kota Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas Tropik:
Volume II Nomor 1 Februari 2014

Bestari, R.S. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Mahasiswa


Tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Demam Berdarah Dengue
(DBD) Terhadap Keberadaan Jentik Aedes Aegepti. Jurnal Biomedika,
Volume 10 November 1, Februari 2018.

Budi, H. (2015) Hubungan Tingkat Pengetahuan Warga Tentang Demam


Berdarah Dengan Upaya Pencegahan Demam Berdarah Di Dukuh Gunung
RT 01 RW 12 Desa Puncangan Kecamatan Kartasurya,JIK. Vol.3 No.2 p.63

Depkes RI. (2011). Informasi Umum Demam Berdarah Dengue. Ditjen PP dan
PL. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Depkes RI. (2014). Indikator Indonesia Sehat 2010 Dan Pedoman Penetapan
Indicator Provinsi Sehat Dan Kabupaten/Kota Sehat

Ditjen PP dan PI. (2011). Tata Laksana Demam Berdarah Dengue Di Indonesia.
Ditjen PP dan PI

Erfandi. (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan. Diperoleh


tanggal 10 Juni 2018, dikutip dari http://forbetterhealthwordpress.com

Hafizah. (2012). Pengaruh Pengetahuan Dan Kepercayaan Ibu Terhadap Tindakan


Mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Tualang
Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba


Medika
Kemenkes RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta:
Kemenkes RI

Lathu, F. (2012). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Prilaku Pencegahan
Penyakit DBD Di Wilayah Kelurahan Demangan Yogyakarta.

Lontoh, R.Y., A,J,M,Rattu., & Wulan P.J.Kaunang. (2016). Hubungan Antara


Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan Pencegahan Demam Berdarah
Dengue (DBD) Di Kelurahan Malalayang 2 Lingkungan III. Jurnal Ilmiah
Farmasi – UNSRAT Vol.5 No. 1 Februari 2016 ISSN 2302 - 2493

Mubarak, WI. (2012). Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba


Medika

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. (2012).Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. (2013). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:


Rineka Cipta

Nursalam. (2010). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan: Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Prohealth. (2009). Pengetahuan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Diperoleh


10 Juni 2018, dikutip dari http://forbetterhealth.wordpress.com

Properawati, A, & Rahmawati, E. (2012). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


(PHBS). Yogyakarta : Nuha Medika, hlm. 28-83.

Puskesmas Sadabuan. (2018). Profil Puskesmas Sadabuan. Padangsidimpuan

Rahmaditia, T. (2011). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Tindakan


Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada Anak Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tlogosari Wetan Kota Semarang. Jurnal Kedokteran FK Undip

Soedarmono, Sumarmo S.P. (2012). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi Dan
Penyakit Tropis. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia

Soegijanto, Soegeng. (2006). Demam Berdarah Dengue, Cetakan Pertama.


Surabaya: Airlangga University Press

Soetjningsih, (2012). Tumbuh Kembang Anak . Jakarta. EGC.


Suhendro. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing

Sungkar. (2008). Panduan Lengkap Kesehatan: Mengenal, Mencegah Dan


Mengobati Penularan Penyakit Dari Infeksi. Yogyakarta: Cita Pustaka
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Calon Responden Penelitian
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sadabuan
Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa STIKes Aufa
Royhan Padangsidimpuan program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Nama : Nindy

NIM : 16030024P

Dengan ini menyampaikan bahwa saya akan mengadakan penelitian


dengan judul: “Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan
Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Lingkungan III Kelurahan
Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2018”.
Keberhasilan penelitian ini tergantung dari kemurahan bapak atau ibu
untuk meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner. Perlu saya sampaikan bahwa
data peneliti yang di peroleh hanya digunakan untuk keperluan peneliti,
kerahasiaan data, identitas dan jawaban kuisioner tidak akan disebar luaskan dan
semata-mata hanya untuk menyelesaikan studi.
Saya sangat menghargai kesediaan saudara/i untuk meluangkan waktu
menandatangani lembaran persetujuan yang disediakan ini. Atas kesediaan dan
kerja samanya saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

( Nindy )
PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan untuk turut


berpartisipasi sebagai responden penelitian yang di lakukan oleh mahasiswa
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Aufa Royhan
Padangsidimpuan yang bernama NINDY dengan judul “Hubungan Antara
Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan Pencegahan Demam Berdarah Dengue
(DBD) Di Lingkungan III Kelurahan Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan
Tahun 2018”.

Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian


ini atas kesadaran saya sendiri.

Padangsidimpuan, Juli 2018

Responden,

…………………………..
KUESIONER

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN


TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD) DI LINGKUNGAN III KELURAHAN BATANG
AYUMI JULU KOTA PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2018

I. Petunjuk Pengisian

1. Bacalah petunjuk pengisian dan pertanyaan sebelum menjawab

2. Menjawab pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√)

di kolom yang telah di sediakan

3. Semua pertanyaan diisi dengan satu jawaban.

A. Kuesioner Data demografi

II. Identitas Responden

Kode Kuesioner :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :
B. Kuesioner Pengetahuan

No PERNYATAAN Benar Salah

1. DBD merupakan penyakit menukar yang berakibat


kematian
2. DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan
lewat perantara gigitan nyamuk aedes aegypti
3. Vector DBD adalah nyamuk yang dapat menularkan,
memindahkan dan atau menjadi sumber penular DBD
4. Gejala DBD pada umumnya mengalami demam selama
2-7 hari yang diikuti oleh fase kritis 2-3 hari
5. Cara penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti betina yang membawa virus dengue dar
penderita lainnya
6. Cara mencegah DBD yaitu degan menyabur bubuk
abate ke dalam sumur
7. Pengasapan (fogging) dapat dilakukan untuk
pencegahan DBD
8. Menguras BAK mandi sekali seminggu mencegah
terjadinya DBD
9. Menggunakan kelambu saat tidur dapat menghindari
gigitan nyamuk dan dapat menecegha terjadinya DBD

10. 3M yaitu mengubur sampah, menguras bak mandi,


menutup penampungan air merupakan cara mencegah
terjadinya DBD
C. Kuesioner Sikap
Petunjuk Pengisian
Pilihlah salah satu jawaban “ Setuju,Sangat, Setuju, Tidak Setuju atau Sangat
Tidak Setuju ” dengan memberikan tanda checklist (√), apabila ibu merasa
pertanyaan tersebut sesuai dengan sikap ibu

Jawaban

Pertanyaan
No
SS S TS STS

1. Membersihkan bak air minimal sekali seminggu

2. Tidak mengubur kaleng-kaleng bekas

Melakukan kegiatan 3M (mengubur sampah,


3. menutup rapat penampugan air, membersihkan bak
mandi)

4. Mebersihkan saluran air tidak lancer

Tidak boleh pakaian bergantungan dibelakang


5.
pintu

6. Melakukan gotong royong kebersihan

7. Tidak membersihkan lingkungan rumah

Perlunya dilakukan pengasapan terhadap jentik


8.
nyamuk

9. Menggunakaan kelambu saat tidur

Memakai obat yang dapat mencegah gigitan


10.
nyamuk
D. Kuesioner Tindakan Pencegahan Demam Berdarah
No PERTANYAAN Ya Tidak

1. Apakah keluarga ibu menguras dan membersihkan bak


mandi/tempat penampungan air yang berada dirumah
satu minggu sekali?
2. Apakah keluarga ibu menggunakan tempat
penyimpanan/penampungan air untuk keperluan sehari-
hari di rumah keadaan tertutup?
3. Apakah keluarga ibu secara teratur
membersihkan/mengubur/membakar barang bekas yang
dapat menjadi tempat bersarangnya nyamuk secara
teratur?
4. Apakah keluarga ibu menggunakan bubuk abate pada
tempat penampungan air di rumah kurang dari satu
bulan sekali?
5. Apakah keluarga ibu menutup jendela/lubang
angin/pintu dengan kawat anti nyamuk?
6. Apakah keluarga ibu pernah melakukan pengawasan
terhadap jentik nyamuk rumah?
7. Apakah kebiasaan keluarga ibu dalam menyimpan
pakaian yang telah dipakai disimpan di tempat baju
kotor?
8. Apakah keluarga ibu menggunakan perlindungan
terhadap gigitan nyamuk pada saat beristirahat di pagi
dan sore hari?
9. Pernakah keluarga ibu mengikuti kegiatan
pencegahan/penanggulangan demam berdarah yang
dilakukan di lingkungan tempat tinggal ibu?

10. Apakah cara pembuangan sampah yang selama ini


dilakukan oleh keluarga ibu dibakar/dikubur secara rutin
di lingkungan sekitar rumah?
MASTER TABEL KAREKTERISTIK

No Jenis Kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan


1 1 2 1 1
2 1 2 2 2
3 1 2 3 2
4 2 1 2 2
5 2 2 2 3
6 2 2 2 2
7 2 1 2 2
8 1 3 3 3
9 2 3 3 3
10 1 3 2 1
11 2 1 3 3
12 1 3 2 2
13 2 1 2 2
14 1 2 3 3
15 1 2 2 2
16 2 2 2 2
17 2 3 3 3
18 2 3 3 2
19 2 3 3 2
20 1 2 3 2
21 1 1 3 2
22 2 3 2 2
23 1 3 2 2
24 2 3 2 2
25 1 3 2 2
26 2 2 2 2
27 1 2 2 2
28 1 2 2 2
29 2 2 2 2
30 1 2 2 2
31 2 3 2 2
32 1 3 2 2
33 2 3 2 2
34 2 3 2 2
35 1 3 2 2
36 1 3 2 2
37 2 3 2 2
38 2 3 2 2
39 2 2 2 1
40 1 2 2 2
41 1 2 2 2
42 2 3 2 1
43 1 3 2 2
44 1 3 2 2
45 2 3 2 2
46 2 2 1 1
47 2 3 1 2
48 2 2 2 1
49 2 3 2 2
50 2 2 2 1
51 2 3 2 2
52 2 2 2 2
53 2 1 2 2
54 2 3 2 2
55 2 2 1 2
56 2 3 1 2
57 2 2 1 2
58 2 3 1 2
59 2 2 1 2
60 2 3 1 2
61 2 2 1 1
62 2 3 2 2
63 2 3 2 2
64 2 3 2 2
65 1 3 2 2
66 2 3 2 1
67 1 3 2 2
68 2 2 2 2
69 1 2 2 2
70 2 2 2 2
71 1 2 2 1
72 2 2 2 2
73 1 3 2 1
74 2 2 2 2
75 1 2 1 2

Ket:

JK Umur

1. :Laki-laki 1. : 17-25 tahun 3. : 36 -48 tahun


2. : Perempuan 2. : 36- 35 tahun

Pendidikan Pekerjaan

1. SLTP 1. : Tidak Bekerja


2. SMU 2. : Wiraswasta
3. DIII/SARJANA 3. : PNS
Frequency Table

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-LAKI 29 38.7 38.7 38.7

Perempuan 46 61.3 61.3 100.0

Total 75 100.0 100.0

Umur Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 17-25 tahun 6 8.0 8.0 8.0

26-35 tahun 32 42.7 42.7 50.7

36-48 tahun 37 49.3 49.3 100.0

Total 75 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SLTP 12 16.0 16.0 16.0

SLTA 53 70.7 70.7 86.7


DIII/SARJANA 10 13.3 13.3 100.0

Total 75 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK BEKERJA 9 12.0 12.0 12.0

WIRASWASTA 60 80.0 80.0 92.0

PNS 6 8.0 8.0 100.0

Total 75 100.0 100.0


Frequency Table

Pengetahuan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 38 50.7 50.7 50.7

baik 37 49.3 49.3 100.0

Total 75 100.0 100.0

Sikap Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid negatif 48 64.0 64.0 64.0

positif 27 36.0 36.0 100.0

Total 75 100.0 100.0

Tindakan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak baik 46 61.3 61.3 61.3

baik 29 38.7 38.7 100.0


Tindakan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak baik 46 61.3 61.3 61.3

baik 29 38.7 38.7 100.0

Total 75 100.0 100.0

Pengetahuan Responden * Tindakan Responden Crosstabulation

Tindakan Responden

tidak baik baik Total

Pengetahuan Responden Kurang Count 34 4 38

% within Pengetahuan
89.5% 10.5% 100.0%
Responden

baik Count 12 25 37

% within Pengetahuan
32.4% 67.6% 100.0%
Responden

Total Count 46 29 75

% within Pengetahuan
61.3% 38.7% 100.0%
Responden
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 25.720a 1 .002

Continuity Correctionb 23.371 1 .009

Likelihood Ratio 27.885 1 .002

Fisher's Exact Test .009 .002

Linear-by-Linear Association 25.377 1 .002

N of Valid Casesb 75

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,31.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R .586 .090 6.172 .000c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .586 .090 6.172 .000c

N of Valid Cases 75

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Pengetahuan


17.708 5.105 61.428
Responden (Kurang / baik)

For cohort Tindakan


2.759 1.711 4.448
Responden = tidak baik

For cohort Tindakan


.156 .060 .404
Responden = baik

N of Valid Cases 75

Sikap Responden * Tindakan Responden Crosstabulation

Tindakan Responden

tidak baik baik Total

Sikap Responden negatif Count 36 12 48

% within Sikap Responden 75.0% 25.0% 100.0%

positif Count 10 17 27

% within Sikap Responden 37.0% 63.0% 100.0%

Total Count 46 29 75

% within Sikap Responden 61.3% 38.7% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 10.501a 1 .001

Continuity Correctionb 8.961 1 .003

Likelihood Ratio 10.507 1 .001

Fisher's Exact Test .003 .001

Linear-by-Linear Association 10.361 1 .001

N of Valid Casesb 75

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,44.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R .574 .110 3.447 .001c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .574 .110 3.447 .001c

N of Valid Cases 75

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Sikap


5.100 1.842 14.119
Responden (negatif / positif)

For cohort Tindakan


2.025 1.206 3.400
Responden = tidak baik

For cohort Tindakan


.397 .225 .701
Responden = baik

N of Valid Cases 75
xiii

Anda mungkin juga menyukai