Anda di halaman 1dari 10

DALIL-DALIL ILMU KALAM

KINANTI PUTRI
Bimbingan Konseling Islam (BKI)
Fakultas Ushuluddin Adab Dan Dakwah (FUAD)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak
Email: beno.sulpriyatni@gmail.com

ABSTRACT
Every science has its own object of discussion. In the knowledge of the object discussed
is about the oneness of God, ways of establishing religious aqidah by using convincing
arguments, both aqli and naqli propositions. Therefore, it is important for us to know
the history of the science of kalam and the arguments of quran which are contained in
the discussion of kalam science itself. Therefore, the method used is by searching the
literature. Based on the results of the search the author can look for understanding
and how to apply the aqli argument and naqli theorem in depth.

Setiap ilmu memiliki objek pembahasannya masing-masing. Didalam ilmu kalam


objek yang dibahas adalah tentang keesaan Tuhan, cara-cara menetapkan akidah
agama dengan mempergunakan dalil-dalil yang meyakinkan, baik itu merupakan dalil
aqli maupun dalil naqli. Maka dari itu, Pentingnya bagi kita untuk mengetahui sejarah
dari ilmu kalam beserta dalil-dalil qur’ani yang terdapat dalam pembahasan ilmu
kalam itu sendiri. Oleh karena itu, metode yang dipakai adalah dengan penelusuran
kepustakaan. Berdasarkan hasil penelusuran penulis dapat mencari pengertian dan cara
penerapan dalil aqli dan dalil naqli secara mendalam.

Kata Kunci: Dalil-dalil, Ilmu, Kalam.

PENDAHULUAN
Dalam perkembangan agama islac m banyak dipelajari berbagai ilmu-ilmu
keagamaan, salah satunya ilmu tauhid yang mempelajari tentang keesaan Tuhan. Ilmu
tauhid disebut juga dengan ilmu kalam. Ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan
tentang wujudnya Tuhan (Allah), sifat-sifat yang mesti ada padaNya, dan sifat-sifat
yang mungkin ada padaNya dan membicarakan tentang rasul-rasul Tuhan, untuk
menetapkan kerasulannya dan sifat-sifat yang ada padanya, sifat-sifat yang mungkin
ada padanya dan sifat-sifat yang tidak mungkin terdapat pada dirinya.
Ilmu tauhid disebut juga ilmu kalam ada pula yang menyebutnya ilmu sifat dua
puluh karena di dalamnya dibicarakan (dibahas) 20 sifat yang wajib bagi Allah SWT.
Apapun namanya, maksud dan tujuannya tetaplah sama, yaitu membicarakan serta
menerangkan soal-soal keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan dalil-

Jurnal Ad-Dirasah |1
Dalil-dalil Ilmu Kalam

dalil Al-Quran, As-Sunnah, dan perkataan-perkataan para ulama dalam kitab-kitabnya


yang muktamad. Berbicara tentang dalil, dalam literatur keislaman hanya ada dua,
yaitu dalil Aqli dan Naqli. Dalil Aqli adalah dalil yang bersumber dari hasil pemikiran
dari hasil pemikiran manusia, yang logis, empiris dan sistematis. Selanjutnya dalil
Naqli adalah dalil yang diambil dari firman Allah atau Al-Quran, dan sabda Nabi SAW
dalam hadits-haditsnya.1
Kalimat tauhid berasal dari bahasa Arab yang artinya “mengesakan” atau
“menunggalkan”. Jadi, berdasarkan isim masdar, maksud dari kalimat Tauhiidan,
yaitu mengesakan Allah SWT. Dengan seyakin-yakinnya, sesuai dengan firman Allah
SWT di dalam ayat (Q.S Al-Baqarah: 163).2

PEMBAHASAN
1. Pengertian Ilmu Kalam
Ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan tentang wujud Tuhan (Allah)
sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak ada pada-Nya dan sifat-sifat
yang mungkin ada pada-Nya dan membicarakan tentang rasul-rasul Tuhan, untuk
menetapkan keRasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-
sifat yang tidak mungkin ada padanya dan sifat-sifat yang mungkin ada padanya dan
sifat-sifat yang mungkin terdapat padanya.3 Jadi, ilmu kalam bukan hanya
mempelajari tentang wujud Tuhan dan tentang rasul-Nya tetapi juga mempelajari sifat-
sifat Tuhan yang mesti ada, tidak ada, dan mungkin ada pada-Nya
Pada awalnya ilmu kalam sebagai ilmu yang berdiri sendiri belum dikenal pada
masa Nabi Muhammad SAW., maupun pada masa-masa sahabatnya akan tetapi ilmu
kalam baru dikenal pada masa-masa berikutnya, setelah ilmu-ilmu keislaman yang lain
muncul dan orang pun banyak membicarakan tentang kepercayaan alam ghaib.4 Oleh
karena itu, ilmu kalam dipergunakan untuk seseorang untuk dapat mempertebal
keyakinan kepada Allah SWT., sehinnga keyakinannya menjadi bersih dan tidak
bercampur baur dengan berbagai bentuk takhayul yang akan merusak jasamaniah dan

1
Abdullah Zakiy Al-Kaaf dan Maman Abd Djaliel., Mutiara Ilmu Tauhid, (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 1999), hlm. 11.
2
Abdullah Zakiy Al-Kaaf dan Maman Abd Djaliel., Mutiara…hlm 12.
3
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2001), hlm. 3.
4
Ahmad Hanafi, Teologi…, hlm. 7.

2|Kinanti Putri
Volume 2, No. 1, Tahun 2019
(P. 1-10)

rohaniah.5 Mempelajari Ilmu Tauhid sebagai ilmu yang mempelajari pokok-pokok


agama yang sangat penting itu hukumnya wajib. Sebab dengan mempelajari Ilmu
Tauhid kita akan mengetahui yang baik dan yang buruk, maka yang baik itu harus
dijadikan pedoman dalam keyakinan dan beri`tikad dan yangburuk ditinggalkan.6
Pada masa Rasulullah SAW untuk mengetahui dasar-dasar agama dan hukum
syariah mereka disinari oleh nur wahyu dan petunjuk-petunjuk Al-Quran. Rasulullah
SAW menjauhkan para umat dari segala hal yang menimbulkan perpecahan dan
perbedaan pendapat, seperti perbedaan dalam masalah aqidah yang menjadi sebab
utama perpecahan dan perbedaan pendapat pada masa itu.7
Pada suatu hari Nabi Muhammad SAW menemui para sahabat sedang
memperdebatkan tentang hal qadar. Maka Rasulullah SAW bersabbda “apakah dengan
ini kamu di perintahkan? Apakah dengan ini kamu di utus? Aku tugaskan dirimu
supaya kamu jangan berbantah-bantahan pada qadar itu.” Kemudian Nabi Muhammad
SAW menyuruh para sahabat supaya bersikap imbang saja terhadap alhlul kitab, tidak
membenarkan apa-apa yang mereka beritakan dan tidak pula membantah mereka.8
Oleh karena masa itu sering terjadi perbedaan pendapat maka turunlah ayat yang
mengharuskan para mukmim diharuskan menaati Allah dan menaati Rasul-Nya dan
dilarang mereka berselisih paham,diterangkan pula akibat-akibat yang ditimbulkan
oleh perbedaan peaham itu. Allah swt. Berfirman:
َ ‫شلُوا َوت َذ ه‬
َّ ‫َب ِري ُح ُكم َواصبِ ُروا إِ َّن اللهَ َم َع ال‬
}64{ َ‫صبِ ِرين‬ َ َ ‫عوا فَت‬ ُ ‫َوأ َ ِطيعُوا اللهَ َو َر‬
ُ َ‫سو لَهُ تَنَز‬
Artinya:
“Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu saling berbantah yang
menyebabkan kamu gagal dan hilanglah kekuatanmu serta bersabarlah;
sesungguhnya Allah berada bersama-sama orang yang sabar.”(QS.Al-Anfal: [8]:46).

Berikut pembagian dalil dari segi asalnya yaitu, dalil aqli dan dan dalil naqli.

5Abdullah Zakiy Al-Kaaf dan Maman Abd Djaliel., Mutiara…, hlm. 11.
6Syafi’I, “Dari Ilmu Kalam/Tauhid ke Teologi: Analisis Epistemologis”, Jurnal Teologia,
Volume 23, No. 1, (2012), hlm. 3.
7 Muhammad Teungku dan Ash-Shiddieqy Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid,

(Semarang: PT Pustaka Rizky Putra, 2009), hlm. 4.


8
Muhammad Teungku dan Ash-Shiddieqy Hasbi..., hlm.4

Jurnal Ad-Diraasah | 3
Dalil-dalil Ilmu Kalam

a. Dalil Aqli
Dalil aqli adalah dalil yang bersumber dari akal (aqli dalam bahasa Arab =
akal). Akal merupakan syarat yang harus ada dalam diri manusia untuk dapat
menerima taklif (beban kewajiban) dari Allah SWT., Hukum-hukum syari’at tidak
berlaku bagi mereka yang tidak menerima taklif. Dan di antara yang tidak menerima
taklif itu adalah orang gila kerana kehilangan akalnya. Penggunaan akal dalam islam
bisa dikatakan wajib karena banyak sekali ayat yang menyinggung persoalan tersebut
ini menandakan bahwa penggunaan akal lebih bersifat futuristic (pandangan yang
prediktif jauh kedepan).9 Dalil aqli adalah dalil yang membahas tentang hal-hal
rasional (masuk akal), contohnya: dalil aqli tentang sifat Allah (baqa’), sekiranya Allah
tidak bersifat baqa’ artinya Allah akan binasa, Allah akan berkesudahan, Allah akan
berakhir. Dan jika Allah berkesudahan atau berakhir maka tentu Allah tidak bersifat
wajibul wujud.10 Maka dari itu, untuk dasar ilmu kalam adalah dalil-dalil pikiran dan
pengaruh dalil ini tampak jelas dalam pembicaraan-pembicaraan para Mutakalim.
Mereka jarang-jarang kembali kepada dalil naqli, kecuali sudah menetapkan benarnya
pokok persoalan terlebih dahulu. Selanjutnya dalil-dalil pikiran yaitu dalil aqli.
Pengaruh dalil pikiran ini tampak jelas dalam pembicaraan para Mutakalim (ahli
kitab). Malah terkesan bahwa topangan dalil-dalil akal itu lebih dominan (berperan)
ketimbang dari dalil-dalil naqli itu sendiri. Jadi para Mutakalim lebih dominan
menggunakan dalil aqli dari pada dalil naqli.11 Selain itu, dalil ini juga dipergunakan
oleh para teolog Islam untuk mempertahankan dan memperkuat argumentasinya dalam
mengajukan dalil radikal.12

1. Pemikiran manusia

9
Elmansyah, Ilmu Kalam: Formula Meluruskan Keyakinan Umat Di era Digital, (Pontianak:
IAIN Pontianak Press,2017), hlm.20.
10
Muhammad. Rais, Tauhid dan Aqidah, (Singapore: Pustaka Nasional Singapura, 2004),
hlm. 69.
11
Yusuf Yunan, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam, (Jakarta: Prenadamedia Geoup,
2014), hlm. 190.
12
Tsuroya Kiswati, Ilmu Kalam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2013), hlm.3.

4|Kinanti Putri
Volume 2, No. 1, Tahun 2019
(P. 1-10)

Sebelum filsafat Yunani masuk dan berkembang didunia Islam, umat islam
sendiri telah menggunakan pemikiran rasionalnya untuk menjelaskan hal-hal yang
berkaitan dengan ayat-ayat Al-Quran terutama yang belum jelas maksudnya (al-
mutasyabihat) keharusan untuk menggunakan rasio ternyata mendapat pijakan dari
beberapa ayat Al-Quran diantaranya, Q.S Muhammad ayat 24:
}46{ ‫ب أ َ قفَا لُ َها‬ َ ‫أَفَ ََل َيتَدَب ََّرونَ القُر َءا نَ أَم‬
ٍ ‫علَى قُلُو‬
Artinya:
“Maka,apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka
terkunci?”.

Ayat ini menjelaskan bahwa setiap manusia harus memperhatikan Al-Qur’an


sebagai pembimbing manusia dan menunjukan kepada jalan yang lurus.
Adapun sumber ilmu kalam berupa pemikiran yang berasal dari luar Islam
dapat diklasifikasikan dalam dua kategori:
a. Pemikiran non-muslim yanng telah menjadi paradaban lalu ditransfer dan
diasimilasikan dengan pemikiran Islam.
b. Berupa pemikiran – pemikiran non-muslim yang bersifat akademis, seperti filsafat
(terutama dari Yunani) sejarah dan sains.
2. Insting
Kepercayaan adanya Tuhan secara instingtif telah berkembang sejak
keberadaan manusia pertama. Oleh karena itu sangat wajar kalau William L. Resee
mengatakan bahwa ilmu yang berhubungan dengan ketuhanan yang dikenal dengan
istilah theologia, telah berkembang sejak lama, ia bahkan mengatakan bahwa teologi
muncul dari sebuah mitos (theologia was origining viewed as concerned with myth).
Selanjutnya teologi itu berkembang menjadi (Theologi natural/teologi alam) dan
reeled the theologi ( teologi wahyu ).13
b. Dalil Naqli
Dalil Naqli adalah dalil yang bersumber dari Al qur'an, As Sunnah dan Ijma'
para ulama yang diambil dari intisari Al-qur'an dan As-sunnah. Selain itu, dalil naqli
juga dipergunakan untuk memperkuat argumentasinya dengan mengajukan dalil-dalil

13
Sumarto, Ilmu Kalam: Aliran-Aliran dan Pemikiran, (Jambi: Pustaka Ma’arif Press, 2017), hlm 6.

Jurnal Ad-Diraasah | 5
Dalil-dalil Ilmu Kalam

dari petunjuk ayat suci Al-Qur’an dan As-Sunnah.14 Bagian naqli terbagun dari topik-
topik yang berkaitan dengan doktrin-doktrin agama atau akidah dan mengimaninya
merupakan suatu keharusan namun karena topik ini statusnya berada dibawah topik
kenabian, maka cukup mengutip dari Al-Qur’an atau As-sunah.15
1) Al-Qur’an
Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang ditulis dalam mushaf, berbahasa Arab, dinukilkan kepada kita dengan jalan-jalan
mutawatir,diawali dengan surah Al-Fatihah, diakhiri dengan surah An-Nas dan
membacanya merupakan ibadah. Alquran menjelaskan rambu-rambu masalah aqidah
secara rinci namun masalah ibadah dan hak-hak antar sesama dengan cara garis besar.
Dalam syariat islam Alquran adalah undang – undang dalam menetapkan hukum
sosial. Ia sebagai tuntunan Nabi dan pengikutnya, karenanya ia sebagai sumber utama
dan pertama. Sebagai sumber ilmu kalam, Al-Quran banyak menyinggung hal yang
berkaitan dengan masalah ketuhanan, diantaranya adalah:
a. Q.S Al-Ikhlas: 3-4
}6{ ُ‫} َولَم يَ ُكن لَهُ ُكفُ ًوا أ َحد‬3{‫لَم يَ ِلد َولَم يُولَد‬
Artinya:
“Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang
setara dengan dia.”( Q.S Al-Ikhlas [112]: 3-4).

Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan, serta tidak ada sesuatupun didunia ini yang tampak sekutu dan sejajar
dengan-Nya.
b. Q.S Asy-Syura: 7
‫ع َر ِبيا ِلتُنذ َِر أ ُ َّم القُ َرى َو َمن َو َمن َحولَ َها َوتُنذ َِر‬
َ ً ‫َو َكذَا لِكَ أ َ و َحينَا ِإلَيكَ قُر َءا نَا‬
}7{‫س ِعير‬ ّ ‫ب فِي ِه فَ ِري ٌق فِي ال َجنَّ ِة َوفَ ِري ٌق فِي ال‬ َ ‫يَو َم ال َجمعِ الَ َري‬
Artinya:
“Demikianlah kami wahyukan kepadamu Al-Qur’an dalam Bahasa Arab, supaya
kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk
(negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul

14
Tsuroya Kiswati, Ilmu Kalam..., hlm.3.
15
Murthadha Muthahhari, Mengenal Ilmu Kalam: Cara Menembus Kebuntuan Berfikir, (Jakarta,
Pustaka Zahra, 2002), hlm 24.

6|Kinanti Putri
Volume 2, No. 1, Tahun 2019
(P. 1-10)

(kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga, dan segolongan
masuk Jahannam.”
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyerupai apapun didunia ini, ia
Maha mendengar dan Maha mengetahui.
c. Q.S Al-Furqan: 59

َ ‫ض َو َما بَينَ ُه َما فِي ِس ِت ّ ِة أَي ٍَّام ث ُ َّم است ََوى‬


‫علَى العَر ِش‬ َ ‫ت َو االَر‬ َّ ‫الذِى َخلَقَ ال‬
ِ ‫س َم َوا‬
}95{ ‫الرح َم ُن فَسئ َل ِب ِه َخ ِبي ًرا‬
َّ
Artinya:
“Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam
masa, kemudian dia bersemayam diatas ‘Arsy, (dialah) yang maha pemurah, maka
tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang
Dia”.

Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan yang Maha penyayang bertahta diatas “
Arsy “ Ia pencipta langit, bumi dan semua yang ada diantara keduanya.
d. Q.S Al-Fath: 10
َ ‫إ َ َّن الَّذِينَ يُبَأ يِعُو نَكَ ِإنَّ َما يُبَا يِعُونَ الل ِه يُدَ الل ِه فَوقَ أَيدِي ِهم فَ َمن نَ َك‬
ُ ‫ث فَإ ِ نَّ َما يَن ُك‬
‫ث‬
}01{ ‫ع ِظي ًما‬ َ ‫سيُؤ تِي ِه أَج ًرا‬ َ َ‫علَيهُ اللهَ ف‬ َ ‫علَى نَف ِس ِه َو َمن أَوفَى بِ َما‬
َ َ‫ع َهد‬ َ
Artinya:
“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka
berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah diatas tangan mereka, maka barang siapa
yang melanggar janjinya niscaya akibat dia melanggar janji itu akan menimpa dirinya
sendiri dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan
memberinya pahala yang besar.”

Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai “ tangan “ yang selalu berada
diatas tangan orang-orang yang melakukan sesuatu selama mereka berpegang teguh
dengan jalan Allah.
e. Q.S An-Nisa: 125
َ‫ِن َواتَّبَ َع ِملَّةَ إِب َراهِي َم َحنِيفًا َوات َّ َخذ‬
ٌ ‫س ُن دِينًا ِ ّم َّمن أَسلَ َم َوج َههُ ِلل ِه َو ُه َو ُمحس‬
َ ‫َو َمن أَح‬
}049{ ‫اللهُ إِب َرا هِي َم َخ ِلي ًَل‬
Artinya:
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama
Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (Q.S
An-Nisa [4]: 125).

Jurnal Ad-Diraasah | 7
Dalil-dalil Ilmu Kalam

Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan menurunkan aturan berupa agama,


seseorang dikatakan telah melaksanakan agama apabila melaksanakannya dengan
ikhlas karena Allah.
c. Penerapan Dalil Aqli dan Dalil Naqli
Penerapan dalil-dalil ilmu kalam ialah dengan mengkaji dan memahami secara
mendalam tentang ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist, kajian tersebut kemudian diikuti
agar pengkolaborasiannya dengan memberikan fakta-fakta empiris dari segala
16
perspektif sebagai argument rasional. Dan salah satu contoh penerapan Dalil Aqli
dan Dalil Naqli secara berurutan adalah sebagaimana yang terdapat didalam surah Al-
Fath ayat 10:
‫علَى نَف ِس ِه َو َمن‬ َ ‫إ َ َّن الَّذِينَ يُ َبأ ِيعُو نَكَ ِإنَّ َما يُبَا يِععُونَ اللهَ يُدَ الل ِه فَوقَ أَيدِي ِهم فَ َمن نَ َك‬
ُ ‫ث فَإ ِ نَّ َما يَن ُك‬
َ ‫ث‬
}01{ ‫ع ِظي ًما‬ َ ‫سيُؤ تِي ِه أَج ًرا‬
َ ‫علَيهُ اللهَ فَس‬ َ ‫أَوفَى ِب َما‬
َ َ‫ع َهد‬
Artinya:
“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka
berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa
yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya
sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan
memberinya pahala yang besar.”17

Berdasarkan ayat diatas, dapat kami simpulkan bahwa Allah Subhanahu wa


ta'ala. menyaksikan perjanjian mereka, maka Dia kelak akan memberikan balasan
pahala-Nya kepada mereka (maka barang siapa yang melanggar janjinya) yakni
merusak baiatnya (maka sesungguhnya ia hanya melanggar) karena itu akibat dari
pelanggarannya akan menimpa (dirinya sendiri dan barang siapa menepati janjinya
kepada Allah maka Allah akan memberinya) dapat dibaca Fasaya`tiihi atau
Fasanu`tiihi, kalau dibaca Fasanu`tihi artinya, Kami akan memberinya (pahala yang
besar.
Dalam dunia Ilmu Kalam, perdebatan yang muncul adalah persoalan kalimat,
“tangan Allah diatas tangan-tangan mereka”.18 Dari kalimat tersebut seolah-olah Allah

16
Teungku Muhammad Hasbi Ashiddieqy, ILmu Tauhid/Kalam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2001), hlm. 30.
17 Elmansyah, Ilmu Kalam: Formula Meluruskan Keyakinan Umat Di Era Digital, (Pontianak: IAIN

Press, 2017), hlm. 17.


18
Elmansyah, Ilmu…, hlm. 27.

8|Kinanti Putri
Volume 2, No. 1, Tahun 2019
(P. 1-10)

mempunyai tangan sama seperti manusia, namun hal itu mustahil. Sebab sejatinya
Allah tidak menyerupai makhluknya jadi hal ini masih diperdebatkan para ulama
mutakalimin.
Kaum salafiyah menumpuh jalan itsbat (penetapan secara langsung
berdasarkan teks yang ada), mereka meyakini bahwa yang dimaksud dengan “Tangan
Allah” adalah benar-benar tangan. Allah memiliki tangan, sebagaimana yang
dijelaskan oleh Allah sendiri dalam kitab-Nya. Bahkan yang di sebutkan dalam kitab
َ ‫سو‬
lain disebutkan dengan jelas, “‫طت َا ِن‬ ُ ‫( ”يَدَاهُ َمب‬kedua Tangan-Nya terbuka lebar),
dalam Q.S. Al-Ma’idah [5] ayat 64.
Dengan demikian Tuhan tidak mungkin menciptakan makhluk yang sama sifat
dan fungsi yang sama dengan diri-Nya. Manusia dan Tuhan tentu berbeda. Jadi, yang
di maksud “Tangan Allah” bisa jadi ialah kekuasaan Allah yang menciptakan alam
semesta ini dan mustahil bagi Allah menciptakan makhluk yang sama sifat sepertinya.

KESIMPULAN
Ilmu Kalam adalah ilmu yang mempelajari tentang keEsaan Tuhan, tidak
hanya sifat-sifat yang terdapat pada tuhan tapi juga sifat yang tidak ada dan mungkin
ada pada-Nya. Pada awalnya ilmu kalam sebagai ilmu yang berdiri sendiri belum
dikenal pada masa Nabi Muhammad SAW., maupun pada masa-masa sahabatnya akan
tetapi ilmu kalam baru dikenal pada masa-masa berikutnya, setelah ilmu-ilmu
keislaman yang lain muncul dan orang pun banyak membicarakan tentang
kepercayaan alam ghaib. Oleh karena itu Ilmu kalam juga mempelajari tentang fungsi
yang sama dengan diri-Nya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Kaaf, Abdullah Zakiy dan Djaliel, Maman Abd. 1999. Mutiara Ilmu tauhid,
Bandung: CV. Pustaka Setia.
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2001. Ilmu Tauhid/Kalam. Semarang:
Pustaka Rizki Putra.
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2009. Sejarah dan Pengantar Ilmu
Tauhid. Semarang: PT Pustaka Rizky Putra.

Jurnal Ad-Diraasah | 9
Dalil-dalil Ilmu Kalam

Elmansyah. 2017. Ilmu Kalam: Formula Meluruskan Keyakinan Umat Di Era Digital.
Pontianak: IAIN Pontianak Press.
Hanafi, Ahmad. 2001. Teologi Islam (Ilmu Kalam). Jakarta: PT. Bulan Bintang.
Irfani, Fahmi. 2018. Handbook Metodelogi Studi Islam. Jakarta: Prenadamedia Group.
Kiswati, Tsuroya. 2013. Ilmu Kalam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel.
Muthahhari, Murthadha. 2002. Mengenal Ilmu Kalam: Cara Menembus Kebuntuan
Berfikir. Jakarta, Pustaka Zahra.
Rais, Muhammad. 2004. Tauhid dan Aqidah. Singapore: Pustaka Nasional Singapura.
Sumarto. 2017.Ilmu Kalam: Aliran-Aliran dan Pemikiran. Jambi: Pustaka Ma’arif
Press.
Syafi’I, Dari Ilmu Kalam/Tauhid ke Teologi: Analisis Epistemologis, dalam Jurnal
Teologia, Volume 23, no. 1, (2012).
Yusuf, Yunan. 2014. Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam. Jakarta: Prenadamedia
Group.

10 | K i n a n t i P u t r i

Anda mungkin juga menyukai