Anda di halaman 1dari 2

A.

Latar Belakang
Organisasi merupakan suatu pola kerja sama antara orang-orang yang terlibat dalam
kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu, Wexlwy and
Yulk (dalam Kasim, 1993 : 1). Anggota adalah salah satu unsur utama dalam suatu
organisasi, organisasi tidak akan terbentuk bila di dalam organisasi tersebut tidak ada
anggota. Pengurus organisasi termasuk sebagai anggota, hanya saja mereka diberi tugas dan
tanggung jawab lebih. Banyak kegiatan dan program kerja yang dilaksanakan membutuhkan
partisipasi dari anggota bahkan hampir semua. Anggota yang aktif dalam suatu kegiatan akan
mendapatkan manfaat dari kegiatan yang diikutinya, misalnya bertambahnya wawasan dan
kemampuan untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Namun, apa jadinya jika seorang
anggota yang memiliki potensi luar biasa itu yang seharusnya diberdayakan untuk
berkontribusi tapi mereka lebih memilih untuk tidak aktif lagi dalam suatu organisasi karena
suatu situasi dan kondisi tertentu? Maka dari itu keaktifan anggota sangat mempengaruhi
kinerja suatu kepengurusan dalam organisasi.
Penyebab dari ketidakaktifan anggota dalam suatu organisasi yaitu:
1. Skala Prioritas, Dengan melibatkan diri dalam organisasi sudah pasti konsekuensinya
banyak pula kegiatan yang harus dilakukan. Banyaknya kegiatan yang harus
dilakukan maka semakin berkurang waktunya untuk akademik maupun
beristirahat. Sehingga anggota memilih untuk mendahulukan urusan akademik
seperti tugas, skripsi dan ujian dan menurunkan tingkat keaktifannya di KSR.
2. Rasa bosan yang sering terjadi karena rutinitas, baik itu program kerja, kepantiaan,
individu tertentu dan suasana yang ada di Markas yang dirasakan tidak ada inovasi.
3. Malu, kebanyakan anggota yang jarang ke Markas merasa sungkan dan malu untuk
datang kembali setelah beberapa lama tidak datang ke Markas.
4. Perkataan atau perbuatan yang disengaja maupun tidak sengaja dari beberapa anggota
lainnya yang menyakitkan hati sehingga urung untuk datang ke Markas lagi.
Walaupun hal itu dalam kapasitas bercanda.

B. Metode Penyelesaian

Ada tiga metode penyelesaian yang dapat digunakan yaitu dominasi atau penekanan,
kompromi, dan pemecahan masalah integratif.

C. Arahan Penyelesaian
1. Dominasi : seseorang yang memiliki kekuatan dalam mengambil tindakan atau
keputusan. Dalam hal ini komandan KSR memiliki hak untuk mengambil tujuan
yang tepat dalam memecahkan permasalahan anggota.
2. Kompromi : dalam sistem komando terkadang anggota yang tidak menjalankan
tugasnya dengan baik maka cenderung akan menghindar dan lari dari tanggung
jawab yang di emban serta menjadi anggota yang pasif. Kompromi dapat di
terapkan ketika kasus ini sering terjadi. Dalam KSR salah satu pengurus yaitu
DPP dapat bertindak sebagai pihak ketiga yang berfungsi untuk mengetahui
permasalahan dari anggota yang menghilang dan setelah mengetahui
permasalahan yang terjadi maka dapat di cari jalan tengah yang terbaik untuk
menyelesaikannya.
3. Pemecahan masalah integratif : pemecahan ini dilakukan ketika dua belah pihak
saling bertengkar dan mengakibatkan salah satu pihak menghilang. Pihak yang
menghilang cenderung menjadi tidak aktif dalam organisasi. Pemecahan masalah
integratif adalah melakukan pertemuan dua pihak secara langsung, kemudian
kedua belah pihak menceritakan masalah masing masing dengan mengesampikan
rasa dengki dan saling memahami, setelah mengetahui dari masing masing pihak
maka dapat di cari jalan tengah yang tepat untuk menyelesaikan masalah
keanggotaan.

Anda mungkin juga menyukai