Anda di halaman 1dari 6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Analisis Struktur Geologi


Struktur-struktur geologi yang terdapat di bumi dapat berguna juga
merugikan bagi kehidupan manuasia, untuk itu perlu dikaji dengan berbagai
metode yang nantinya dapat digunakan untuk berbagai keperluan dalam
pertambangan seperti untuk menganalis bencana yang memungkinkan terjadi
dalam suatu penambangan, mencari cebakan-cebakan bahan galian, menentukan
kemenerusan dari suatu lapisan batuan yang akan ditambang, dan lain-lain.

Analisis struktur geologi ini dapat mencangkup sifat-sifat dari suatu batuan
yang menyusun suatu lapisan juga. Dalam hal ini dapat berupa sifat fisik dan
mekanik atau sifat-sifat yang diuji dalam kegeoteknikan. Karena struktur-struktur
yang ada akan sangat berpengaruh terhadap kondisi batuan atau daerah yang
akan diteliti khususnya daerah untuk proses penambangan. Sehingga dari analisis
struktur geologi ini dapat ditentukan juga klasifikasi masa batuannya dan ananlisis
untuk bencana yang mungkin terjadi seperti longsor.

2.2 Klasifikasi Massa Batuan


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, analisis struktur geologi dapat
mencangkup pembelajaran mengenai klasifikasi massa batuan. Klasifikasi massa
batuan ini dimaksudkan untuk :
1. Mengidentifikasi sifat massa batuan berdasarkan parameter-parameter
yang ada.
2. Membagi massa batuan ke dalam kelompok-kelompok.
3. Mengetahui karakteristik dasar sifat batuan.
4. Dapat menghubungkan sifat-sifat batuan terhadap kondisi disekitarnya.
5. Dapat memperoleh data-data yang diperlukan untuk desain teknik.
6. Sebagai komunikasi geologist dan engineer.
Klasifikasi massa batuan yang dikenal saat ini adalah:
1. Metode klasifikasi beban batuan (rock load)

2
3

Klasifikasi ini dikemukakan oleh Karl von Terzaghi pada tahun 1946.
Metode klasifikasi ini digunakan pertama kali di Amerika untuk mendesain
terowongan yakni untuk penyangg baja, namun sudah tidak digunakan lagi
karena saat ini penyangga berasal dari beton.

Sumber: Ernest Hemingway, 2014


Gambar 1
Klasifikasi Beban Batuan
2. Klasifikasi stand-up time
Klasifikasi ini dikemukakan oleh Laufer pada tahun 1958 untuk
menentukan lama waktu terowongan dapat bertahan terhadap
bertambahnya span jika tanpa penyangga. Biasanya data yang digunakan
untuk klasisikasi ini adalah berasal dari RMR.

Sumber: Amalia Kamila Indah, 2015


Gambar 2
Chart Penentuan Stand Up Time
3. Rock Quality Designation (RQD)
Klasifikasi ini dikemukakan oleh Deere pada tahun 1964. Dapat disebut
juga persenan yang menunjukan kualitas massa batuan.
4

Sumber: Amalia Kamila Indah, 2015


Gambar 3
Nilai RQD Terhadap Kalsifikasi Massa Batuan
4. Rock Structure Rating (RSR)
Klasifikasi ini dikemukakan oleh Wickam, Tiedemann dan Skinner pada
tahun 1972 di AS. Metode klasifikasi ini berhubungan dengan klasifikasi
beban batuan oleh Terzaghi untuk menentukan jenis penyangga.

Sumber: Anonim, 2011


Gambar 4
Kalsifikasi Rock Structure Rating
5. Rock Mass Rating (RMR)
Klasifikasi ini sangat umum dan sering digunakan untuk pembelajaran
geomekanika yang dikemukakan oleh Bieniawski pada tahun 1976. Pada
klasifikasi ini dapat menentukan batas struktur yang disesuaikan dengan
kenampakan perubahan struktur geologi seperti patahan, perubahan
kerapatan kekar, dan perubahan jenis batuan. RMR ini dapat digunakan
untuk terowongan. lereng, dan pondasi.
5

Sumber: Jacob Milan, 2016


Gambar 5
Kalsifikasi Rock Mass Rating
6. Q-system
Klasifikasi ini dikemukakan oleh Barton et al pada tahun 1974. Dalam hal
ini Q adalah sebagai variabel yang haus dihitung dengan persamaan:

Keterangan:
RQD = Rock Quality Designation
Jn = jumlah set kekar
Jr = nilai kekasaran kekar
Ja = nilai alterasi kekar
Jw = faktor air tanah
6

SRF = faktor berkurangnya tegangan


Dalam hal ini juga tiap formula dalam rumus tersebut mempresentasikan
hal-hal berikut ini:
1. RQD/Jn merepresentasikan struktur massa batuan
2. Jr/Ja merepresentasikan kekasaran dan karakteritik gesekan antara
bidang kekar material pengisi.
3. Jw/SRF merepresentasikan tegangan aktif yang bekerja.
4. Nilai Q dapat digunakan untuk penentuan ditentukan jenis penyanggaan
yang dibutuhkan untuk terowongan.

2.3 Longsoran berdasarkan Analisis Struktur Geologi


Dengan mengetahui kondisi batuan yang ada pada suatu daerah
penelitian, terutama keadaan strukturnya dapat diketahui geometri, arah dan tipe
longsoran atau dapat diketahui bencana kemungkinan daerah tersebut. Sehingga
analisis geologi struktur sangat penting terkait adanya analisis longsoran untuk
menjaga desain tambang yang stabil dan pertambangan yang akan dilakukan
berjalan lancar.
Untuk mengetahu jenis longsorannya terdapat berapa klasifikasi jenis
longsoran yang dilakukan, yaitu:
1. Longsoran bidang, terjadi sepanjang bidang luncur dan terdapat sesar,
kekar juga bidang perlapisan batuan.

Sumber: Purnomo, 2009


Gambar 6
Longsoran Bidang
2. Longsoran baji, terjadi jika ada bidang lemah saling berpotongan dengan
syarat sudut perpotongan lebih besar dari sudut geser batuannya, dan
lebih kecil dari sudut kemiringannya.
7

Sumber: Purnomo, 2009


Gambar 7
Longsoran Baji
3. Longsoran guling, terjadi pada kemiringan lereng batuan berlawanan
kemiringan bidang lemahnya.

Sumber: Purnomo, 2009


Gambar 8
Longsoran Guling
4. Longsoran busur, terjadi jika material tanah lunak, yakni pelapukannya
tinggi dan adanya kekar yang rapat.

Sumber: Purnomo, 2009


Gambar 9
Longsoran Busur

Anda mungkin juga menyukai