I. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang
lain. Sering di sebut juga gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah
berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol
(Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
kekerasan yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan (Stuart, 2007).
Perilaku kekerasan merupakan suau bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Budi Ana Keliat, 2005).
Perilaku asertif yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa
menyalahkan atau meyakiti orang lain, hal ini dapat menimbulkan kelegaan
pada individu
Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena
yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.
Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk engungkapkan
perasaan marah yang sekarang dialami, dilakukan dengan tujuan
menghindari suatu tuntunan nyata.
Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau ketakutan
/ panik. Agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan mengamuk,
mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa
niat melukai. Umumnya klien dapat mengontrol perilaku untuk tidak
melukai orang lain.
Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan
ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-
kata ancaman, melukai pada tingkat ringan sampa pada yang paling berat.
Klien tidak mampu mengendalikan diri.
Perilaku kekerasan
PPS:
halusinasi Regimen terapeutik
inefektif
Data Objektif :
Mata melotot/pandangan tajam
Tangan mengepal
Rahang mengatup
Wajah memerah dan tegang
Postur tubuh kaku
Suara keras
Kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus.
Baik, yang mana mau dicoba? “Nah, kalau bapak sedang marah coba
bapak langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga
marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air
wudhu kemudian sholat”.“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur
untuk meredakan kemarahan.”“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu?
Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan caranya”
Terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
yang ketiga ini?”“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita
pelajari? Bagus”.“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual
kegiatan bapak. Mau berapa kali bapak sholat. Baik kita masukkan
sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)“Coba bapak sebutkan
lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa
marah”“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang
telah kita buat tadi”“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan
cara keempat mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat..
Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?” “Nanti kita
akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah bapak, setuju pak?”
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk, (2003) Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang :RSJD Dr. Amino
Gonohutomo
Keliat Budi Ana, (1999) Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC
Keliat Budi Ana, (1999) Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC
Stuart GW, Sundeen, (1995) Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).
St.Louis Mosby Year Book
Tim Direktorat Keswa, (2000) Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung:
RSJP Bandung