Julius
102013540
1. Glaukoma Akut
Riwayat Klinis :
Tekanan intraokular meningkat secara mendadak
Nyeri pada mata selama beberapa jam dan hilang setelah tidur sebentar
Melihat pelangi (halo) sekitar lampu
Gejala gastrointestinal seperti mual, muntah
Sakit hebat pada mata dan kepala
Brakikardia (akibat refleks okulokardiak)
Tanda-tanda peradangan seperti kelopak mata bengkak dan mata merah
Pupil melebar, kornea suram dan edem, iris sembab meradang, papil saraf optik
hiperemis, lapang pandang menciut berat (akibat tekanan bola mata yang tinggi)
Tajam penglihatan sangat menurun
Pemeriksaan Mata :
Working Diagnosis :
Glaukoma akut / glaukoma sudut tertutup akut. Ditandai dengan tekanan intraokular yang
meningkat secara mendadak dan biasanya terjadi pada usia diatas 40 tahun dengan sudut bilik
mata sempit.
Diagnosis Banding :
Glaukoma sudut terbuka meradang, glaukoma hemolitik, iritis akut, konjungtivitis akut
Terapi :
Non farmakologis :
− Pembedahan (iridektomi atau pembedahan filtrasi). Dilakukan setelah tekanan
bola mata sudah terkontrol dan mata tenang
Farmakologis :
− Pilokarpin 2% secara topikal setiap 5 menit yang disusul setiap 1 jam selama
satu hari (menurunkan tekanan bola mata)
− Manitol 1,5-2 mg/kgBB dalam larutan 20% secara intavena (menurunkan
tekanan bola mata)
− Asetazolamid 500 mg secara intravena yang disusul dengan 250 mg tablet
setiap 4 jam sesudah mual hilang (menghilangkan rasa mual)
− Anestesi retrobulbar xilokain 2% (mengurangi rasa sakit dan produksi akuos
humor)
− Morfin 50 mg secara subkutis (mengurangi rasa sakit yang hebat)
2. Ulkus kornea
Riwayat Klinis :
Mata merah ringan – berat
Fotofobia
Penglihatan menurun
Terdapat sekret
Kornea keruh berwarna putih
Edema dan infiltrasi sel radang pada kornea
Penipisan kornea
Lipatan descemet
Tanda-tanda gangguan vaskularisasi iris seperti adanya suar, hipopion, hifema dan
sinekia posterior
Pemeriksaan Mata :
Ketajaman penglihatan
Tes refraksi
Tes air mata
Pemeriksaan slit-lamp
Keratometri (pengukuran kornea)
Respon reflek pupil
Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi
Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)
Working Diagnosis :
Ulkus kornea/ tukak kornea. Merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea. Penyebabnya antara lain : reaksi toksis, alergi, autoimun, radang,
infeksi, bakteri, jamur, dll.
Diagnosis Banding :
Keratomalasia, infiltrat sisa karat benda asing, keratitis
Terapi :
Non farmakologis :
− Sekret dibersihkan 4 kali per hari
− Debridement sangat membantu penyembuhan
Farmakologis :
− Siklopegik
− Antibiotika secara topikal dan subkonjungtiva
− Steroid (untuk menghilangkan peradangan)
3. Endoftalmitis
Riwayat Klinis :
Rasa sakit yang hebat
Kelopak mata merah dan bengkak
Kelopak sukar dibuka
Konjungtiva kemotik
Kornea keruh
Bilik mata depan keruh kadang disertai hipopion
Refleks pupil berwarna putih
Pemeriksaan Mata :
Laboratorium:
− Endoftalmitis eksogen: sampel vitreous (vitreous tap) diambil untuk diteliti
mikroorganisme penyebab dari endoftalmitis
− Endoftalmitis endogen: darah lengkap dan kimia darah mengetahui sumber
infeksi
Studi Imaging
− B-scan (USG): tentukan apakah ada keterlibatan peradangan vitreous. Hal ini
juga penting untuk mengetahui dari ablasi retina dan Choroidal, yang nantinya
penting dalam pengelolaan dan prognosis
− Chest x-ray – Mengevaluasi untuk sumber infeksi
− USG Jantung – Mengevaluasi untuk endokarditis sebagai sumber infeksi
Periksa visus
Slit lamp
Tekanan intraocular (tonometri)
Melebar funduscopy
Working Diagnosis :
Endoftalmitis. Peradangan berat dalam bola mata eksogen akibat infeksi setelah trauma atau
bedah, atau endogen akibat sepsis.
Diagnosis Banding :
Panoftalmitis, uveitis, keratomikosis
Terapi :
Non farmakologis :
− Istirahat cukup
− Menggunanakan obat teratur
− Tidak menggosok mata
− Mencucitangan setelah memegang mata yang sakit
− Menggunakan kain lap, handuk, sapu tangan baru
− Sementara waktu hindari asap, cahaya atau sinar secara langsung
Farmakologis :
− Ampisilin 2 gram/hari secara topikal atau sistemik
− Kloramfenikol 3 gram/hari secara topikal atau sistemik
− Siklopegik diberikan 3 kali sehari tetes mata
− Basitrasin secara topikal dan Metisilin secara subconjungtiva dan IV (kuman
Staphylococcus)
− Penisilin G secara topikal, subkonjungtiva, dan IV (kuman Pneumococcus,
Streptococcus, Staphylococcus, Neiseria)
− Gentamisin, Tobramisin, dan Karbesilin secara topikal, subkonjungtiva, dan IV
(kuman Pseudomonas)
− Amfoterisin B150 mikro gram secara subkonjungtiva (jamur)
Farmakologis :
− Bila dicurigai adanya perforasi bola mata maka secepatnya dilakukan
pemberian antibiotika topikal dan mata ditutup lalu segera kirim ke dokter mata
untuk dilakukan pembedahan
− Pasien juga diberikan anti tetanus profilaktik, analgetik, dan kalau perlu
penenang
Diagnosis Banding :
Trauma tembus bola mata, trauma tumpul saraf optik, trauma tumpul retina dan koroid
Terapi :
Non farmakologis :
− Trauma asam lakukan irigasi dengan larutan natrium bikarbonat 3%
jaringan yang terkena secepat-cepatnya dan selama mungkin untuk
menghilangkan dan melarutkan bahan yang mengakibatkan trauma
− Trauma basa/alkali lakukan irigasi dengan garam fisiologik atau asam
asetat 0,5% secepat-cepatnya dan dilakukan selama mungkin (60 menit)
Farmakologis :
− Trauma basa/alkali Berikan siklopegia, antibiotika, EDTA untuk mengikat
basa. EDTA diberiksn setelah 1 minggu trauma alkali diperlukan untuk
mentralisir kolagenase yang terbentuk pada hari ke 7
− Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan pemberian obat-
obatan seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7
hari. Sedangkan pada trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan
untuk mengurangi inflamasi, membantu regenerasi epitel dan mencegah
terjadinya ulkus kornea
− Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun
pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan
menurunkan sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas. Untuk itu
steroid hanya diberikan secara inisial dan di tappering off setelah 7-10
hari. Dexametason 0,1% ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam.
Bila diperlukan dapat diberikan Prednisolon IV 50-200 mg
− Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior.
Atropin 1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari
− Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan
penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh
fibroblas kornea. Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2 jam. Untuk
dosis sitemik dapat diberikan sampai dosis 2 gr
− Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan intra
okular dan mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara
oral asetazolamid (diamox) 500 mg
− Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin
efektif untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan
mengurangi pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan antara topikal
dan sistemik (doksisiklin 100 mg)
− Asam hyaluronik untuk membantu proses re-epitelisasi kornea dan
menstabilkan barier fisiologis. Asam Sitrat menghambat aktivitas netrofil dan
mengurangi respon inflamasi. Natrium sitrat 10% topikal diberikan setiap 2 jam
selama 10 hari. Tujuannya untuk mengeliminasi fagosit fase kedua yang
terjadi 7 hari setelah trauma
6. Hifema
Riwayat Klinis :
Pandangan mata kabur
Penglihatan sangat menurun
Kadang – kadang terlihat iridoplegia & iridodialisis
Pasien mengeluh sakit atau nyeri
Nyeri disertai dengan efipora & blefarospasme
Pembengkakan dan perubahan warna pada palpebra
Retina menjadi edema & terjadi perubahan pigmen
Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan
Pupil tetap dilatasi (midriasis)
Tidak bereaksi terhadap cahaya beberapa minggu setelah trauma.
Pewarnaan darah (blood staining) pada kornea
Kenaikan TIO (glukoma sekunder )
Sukar melihat dekat
Silau akibat gangguan masuknya sinar pada pupil
Anisokor pupil
Penglihatan ganda (iridodialisis)
Pemeriksaan Mata :
Kartu mata snellen (tes ketajaman pengelihatan) : mungkin terganggu akibat
kerusakan kornea, aqueus humor, iris dan retina
Lapang pengelihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh patologi vaskuler
okuler,glukoma
Pengukuran tonografi : mengkaji tekanan intra okuler ( TIO ) normal 12-25mmHg
Tes provokatif : digunakan untuk menentukan adanya glukoma bila TIO normal atau
meningkat ringan
Pemerikasaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, edema retine, bentuk
pupil dan kornea.
Darah lengkap, laju sedimentasi LED : menunjukkan anemia sistemik/infeksi
Tes toleransi glokosa : menentukan adanya /kontrol diabetes
Working Diagnosis :
Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek
pembuluh darah iris atau badan siliar.
Diagnosis Banding :
Iridoplegia, iridodialisis, herpes simpleks keratitis
Terapi :
Non farmakologis :
− Tidur ditempat tidur yang ditinggikan 300 pada kepala
− Pemberian koagulasi dan mata ditutup
− Parasentesis atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan pada
pasien dengan hifema dengan tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma
sekunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau bila setelah 5 hari hifema
tidak berkurang
Farmakologis :
− Pada iridosiklitis atau radang uvea anterior diberikan tetes mata midriatik dan
steroid topikal. Pada radang berat berikan steroid sistemik
− Kenaikan TIO diobati dengan penghambat anhidrase karbonat
(asetasolamida)
− Di beri tetes mata steroid dan siklopegik selama 5 hari
Working Diagnosis :
Korpus allienum. Terjadi akibat masuknya benda asing ke dalam bola mata. Bulu mata, debu,
kuku, dan partikal lewat udara dapat kontak dengan konjungtiva atau kornea dan
menyebabkan iritasi atau abrasi.
Diagnosis Banding :
Trauma tembus bola mata, trauma kimia, trauma koroid
Terapi :
Non farmakologis :
− Benda asing yang tidak menembus dibawah kelopak mata atas dapat diambil
dengan mengangkat kelopak mata atas keatas kelopak mata bawah
sehingga memungkinkan bulu mata kelopak mata bawah menyapu benda
asing tersebut keluar dari kelopak mata atas
−Benda asing dapat dikeluarkan dengan irigasi, hati-hati jangan sampai
menyentuh kornea. Bila benda asing tidak dapat diambil dengan cara ini,
mata harus ditutup dan dibalut dan pasien dirujuk ke ahli oftalmologi
Farmakologis :
− Ekstrasi corpus alienum dengan spuit 1 cc
− Midriatyl eye drop 1 tetes
− Eye patch ~ 6 jam
− Cendo polygran eye drop 6x1
− Na diklofenak 2x50 mg
− Becom C 1x1 tab
Riwayat Klinis :
Keluhan terasa 4-10jam setelah trauma
Gangguan tajam penglihatan yang tidak menetap
Mata terasa sangat sakit
Mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir
Fotofobia
Blefarospasme
Konjungtiva kemotik
Adanya infiltrat pada permukaan kornea
Kadang kornea keruh
Pupil terlihat miosis
Pemeriksaan Mata :
Pemeriksaan visus
Pemeriksaan sensibilitas kornea
Uji fluoresein positif
Working Diagnosis :
Keratitis akibat trauma sinar las (sinar ultra violet). Dapat sembuh tanpa cacat akan tetapi bila
radiasi berjalan lama kerusakan dapat permanen sehingga akan memberikan kekeruhan pada
kornea.
Diagnosis Banding :
Trauma sinar infra merah, trauma sinar X dan sinar terionisasi
Terapi :
Non farmakologis :
− Mata ditutup selama 2-3 hari
Farmakologis :
− Pemberian siklopegia, antibiotika lokal, analgetik
9. Ablatio Retina
Riwayat Klinis :
Adanya selaput seperti tabir yang mengganggu lapang pandangnya
Tajam penglihatan menurun bila terkena atau tertutp daerah makula
Pemeriksaan Mata :
Pemeriksaan visus
Pemeriksaan funduskopi retina yang berwarna abu-abu dengan pembuluh darah
yang terlihat terangkat dan berkelok-kelok
Working Diagnosis :
Ablatio retina. Akibat trauma yang mengakibatkan terlepasnya retina dari koroid.
Diagnosis Banding :
Edema retina dan koroid, ruptur koroid, retiniskisis
Non farmakologis :
− Penderita tirah baring sempurna
− Mata yang sakit ditutup dengan bebat mata
− Pada penderita dengan ablatio retina non rhegmatogenous, jika penyakit
primernya sudah diobati tetapi masih terdapat ablatio retina, dapat dilakukan
operasi cerclage
− Pada ablatio retina rhegmatogenous :
Foto kogulasi retinal : Bila terjadi robekan retina tetapi belum terjadi
separasi retina
Plobage lokal : dengan silocone sponge dijahitkan pada episklera
pada daerah robekan retina
Membuat radang steril pada khoroid dan epithel pigmen pada daerah
robekan retinal dengan jalan : Pendinginan, Diatermi
Operasi cerlage : Operasi dikerjakan untuk mengurangi tarikan badan
kaca. Pada keadaan cairan sub retina yang cukup banyak, dapat
dilakukan punksi lewat sklera
Farmakologis :
− Bila perlu kedua mata ditetesi midriatik sikloplegik seperti Atropin tetes 1 %