Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Rakimahwati, M.pd
Disusun Oleh :
Nim : 17053109
Penulis
AHMAD SOLIHIN
ii
DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
Tujuan ............................................................................................................................ 2
BAB II................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
PENUTUP ....................................................................................................................... 14
Kesimpulan .................................................................................................................. 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa sekarang ini tindakan kekerasan sangat akrab dengan
kehidupan masyarakat, sekolah maupun keluarga. Dalam menyelesaikan
konflik atau masalah yang timbul, pasti ada saja yang menggunakan
kekerasan. Secara umum tindakan kekerasan ini adalah tindakan yang
sangat dilarang karena dapat merugikan pelaku maupun korban secara
fisik maupun psikis. Kekerasan yang di lakukan dapat menimbulkan efek
yang negatif terhadap korban seperti trauma, bahkan ada saja yang sampai
di bawa ke rumah sakit dan meninggal dunia.
Tindakan kekerasan dalam dunia pendidikan dapat dilakukan oleh
siapa saja, bisa saja teman sekelas, kakak kelas, adik kelas, staff sekolah,
guru ataupun kepala sekolah itu sendiri. Tetap saja tindakan tersebut tidak
dapat dibenarkan meskipun banyak alasan yang melatar belakanginya.
Kekerasan dapat timbul karena rasa emosi, balas dendam, amarah yang
berlebihan, atau masalah pribadi yang di bawa ke sekolah.
Kekerasan dalam dunia pendidikan dapat berupa caci maki,
berkata kasar, berkata kotor, pukulan, tamparan, dan hukuman yang
berlebihan dari para pendidik yang tak wajar. Sehingga pada masa kini
banyak sekali timbul masalah tentang kekerasan dalam dunia pendidikan,
dapat kita lihat di berita, koran, dan lingkungan sekitar. Maka dari itu
pada kesempatan ini penulis akan membahas tentang kekerasan dalam
dunia pendidikan terutama di sekolah.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud kekerasan?
2. Apa hukum atau uu yang mengatur kekerasan dalam dunia
pendidikan?
3. Mengapa terjadi kekerasan dalam dunia pendidikan?
4. Apa dampak yang terjadi akibat kekerasan dalam dunia pendidikan?
5. Bagaimana solusi mengatasi kekerasan dalam dunia pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan kekerasan.
2. Untuk mengetahui apa landasan hukum yang yang mengatur
kekerasan dalam dunia pendidikan.
3. Untuk mengetahui alasan terjadinya kekerasan dalam dunia
pendidikan.
4. Untuk mengetahui dampa apa yang terjadi akibat dari kekerasan
dalam dunia pendidikan.
5. Untuk mengetahui bagaima mengatasi terjadinya kekerasan dalam
dunia pendidikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Hukum yang mengatur kekerasan di dalam pendidikan
a. Kekerasan dalam pendidikan sangat bertentangan dengan:
1) Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “fungsi pendidikan
nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
2) Pasal 4 ayat 1 yang menyatakan bahwa pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan, serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia,
nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukkan bangsa (UU
Sisdiknas).
3) Tentang kekerasan fisik, pada pasal 80 UU Nomor 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak dinyatakan sebagai berikut:
Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau
ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6
(enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp
72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), luka
berat, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
4
Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), apabila
yang melakukan penganiayaan tersebut orang tuanya.
5
d. Secara khusus, undang-undang ini bahkan mengamanatkan bahwa
siswa wajib dilindungi dari tindak kekerasan yang dilakukan oleh
siapapun, termasuk guru di sekolah. Dalam pasal 85 yaitu:
1) “Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi
dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola
sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah yang
bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya.” (UU
Perlindungan Anak).
6
Dari beberapa kasus yang tersebutkan di atas, terdapat beberapa
analisa tentang faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan dalam
dunia pendidikan, antara lain yaitu:
1. Kekerasan dalam dunia pendidikan muncul karena adanya
pelanggaran yang disertai dengan hukuman, terutama fisik. Jadi, ada
pihak yang melanggar dan ada pihak yang memberi sanksi. Bila
sanksi melebihi batas atau tidak sesuai dengan kondisi pelanggaran,
maka terjadilah apa yang disebut dengan tindak kekerasan. Tawuran
antar pelajar atau mahasiswa merupakan contoh kekerasan ini. Selain
itu, kekerasan dalam pendidikan tidak selamanya fisik, melainkan bisa
berbentuk pelanggaran atas kode etik dan tata tertib sekolah.
Misalnya, siswa mbolos sekolah dan pergi jalan-jalan ke tempat
hiburan.
2. Kekerasan dalam dunia pendidikan juga bisa dikarenakan oleh
buruknya sistem dan kebijakan pendidikan yang berlaku. Muatan
kurikukum yang hanya mengandalkan kemampuan aspek kognitif dan
mengabaikan pendidikan afektif menyebabkan berkurangnya proses
humanisasi dalam pendidikan.
3. Kekerasan dalam dunia pendidikan dipengaruhi juga oleh lingkungan
masyarakat dan tayangan media massa yang memang belakangan ini
kian vulgar dalam menampilkan aksi-aksi kekerasan.
4. Kekerasan dalam dunia pendidikan bisa dipengaruhi oleh latar
belakang sosial-ekonomi pelaku. Pelaku kekerasan sering muncul
karena Ia mengalami himpitan sosial-ekonomi.
5. Kekerasan bisa juga terjadi karena balas dendam, karena rasa cemburu
dan hal-hal lain yang memicu kekerasan. Sehingga tidak terhindar hal
seperti penganiayaan dan tawuran.
6. Kekerasan dalam pendidikan dapat di picu karena masalah pribadi
yang masih saja di bahas dan di bawa dalam sistem belajar mengajar,
antara siswa dengan guru atau pun siswa dengan siswa lainnya.
7
Kekerasan dalam pendidikan tidak semata hanya dilakukan oleh
guru kepada siswanya. Tetapi ada juga dari siswa atau orang tua kepada
gurunya, masyarakat kepada sekolah, kepala sekolah kepada guru, dan
antara siswa sendiri. Menurut Jack D. Douglas dan Frances Chalut
Waksler, istilah kekerasan (violence) digunakan untuk menggambarkan
perilaku yang disertai penggunaan kekuatan kepada orang lain, baik
secara terbuka (overt) maupun tertutup (covert) atau bersifat menyerang
(offensive) maupun bertahan (defensive).
8
terhambat. Anak akan sulit menunjukkan sikap inisiatif dalam
memecahkan masalah, bahkan mengalami kesulitan bergaul.
4. Mengalami trauma
Kekerasan yang dialami anak akan menimbulkan luka hati dan
juga trauma pada anak. Dampaknya dalam kehidupan anak
selanjutnya akan sangat besar, salah satunya depresi, stress, dan
gangguan psikologis lainnya yang dapat mengganggu kehidupan
sosial serta aktivitas sehari-hari. Anak juga akan menjadi takut
tehadap segala bentuk kekerasan, bahkan yang terkecil sekalipun,
misalnya suara-suara keras, pembicaraan bernada tinggi, dan lain-lain.
5. Perasaan tidak berguna
Anak-anak yang sering mengalami kekerasan dapat
mengembangkan perasaan tidak berguna di dalam dirinya. Bukan
hanya itu, namun juga adanya perasaan tidak bermanfaaat dan tidak
bisa ditolong akan berkembang dalam kejiwaan anak. Pada akhirnya,
anak akan menjadi pendiam, mengucilkan diri dari lingkungannya,
dan tidak bergaul dengan teman sebayanya karena merasa hal tersebut
lebih nyaman.
6. Bersikap murung
Anak-anak identik dengan keceriaan, namun tindak kekerasan
akan merampas senyum dari wajah seorang anak. Perubahan yang
cukup drastis pada kondisi emosional anak akan langsung terlihat.
Anak akan terlihat menjadi pendiam, pemurung, mudah menangis. Ia
juga sama sekali tidak menunjukkan raut wajah yang ceria dalam
keadaan yang menyenangkan sekalipun. Ketidak mampuan anak
untuk mencari cara menghilangkan beban pikiran dengan efektif lah
yang akan menghilangkan perasaan positif dari dirinya.
7. Sulit mempercayai orang lain
Anak yang mengalami kekerasan merasa kehilangan figur orang
dewasa yang bisa melindunginya, karena itulah sedikit demi sedikit
kepercayaannya kepada orang lain akan mulai terkikis, dan anak akan
9
sulit menaruh kepercayaan dan keyakinan pada orang lain lagi. Ia
akan menganggap tidak ada orang yang bisa diandalkan untuk
memberikan perlindungan kepadanya, karena itulah maka tidak ada
orang yang layak untuk dipercaya oleh anak.
8. Bersikap agresif
Sikap agresif juga dapat ditunjukkan anak korban kekerasan
sebagai hasil peniruan dari apa yang disaksikannya sehari – hari. Anak
akan belajar bahwa sikap yang penuh kekerasan itu adalah sikap yang
membuat seseorang menjadi kuat, karena itu ia juga harus bersikap
agresif agar dapat menjadi orang yang kuat dan tidak lagi menjadi
korban tindak kekerasan.
9. Depresi
Sikap murung anak yang berlanjut lambat laun bisa mengarah
kepada depresi. Kehilangan kemampuan untuk merasa bahagia
perlahan akan meningkatkan perasaan yang buruk dan depresif
sehingga anak akan selalu dipengaruhi oleh perasaan yang negatif,
tanpa adanya keinginan untuk berpikir positif untuk meningkatkan
semangat di dalam dirinya. Anak juga dapat menderita gangguan
kecemasan akut serta depresi kronis. Ketahuilah cara mengatasi
anxiety disorder dan terapi psikologi untuk depresi.
10. Sulit mengendalikan emosi
Kecenderungan anak yang menderita kekerasan untuk merasa
kurang percaya diri dan tidak mempercayai orang dawasa, umumnya
tidak dapat mengungkapkan perasaannya dengan benar. Anak
kesulitan mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya sehingga
mengalami kesulitan dalam mengendalikan atau menunjukkan
emosinya sendiri kepada orang lain.
10
11. Sulit berkonsentrasi
Tekanan akibat kekerasan yang diterima anak juga dapat
merusak kemampuan anak untuk berkonsentrasi dan fokus terhadap
suatu hal. Misalnya, terhadap kegiatan sekolah dan pelajaran
sekolahnya. Bisa saja minat dan bakat anak yang tadinya tampak besar
dan menjanjikan akan menghilang secara drastis seiring dengan
penurunan kemampuannya untuk berkonsentrasi.
12. Luka, cacat fisik atau kematian
Tanda-tanda kekerasan fisik yang dilakukan pada anak bisa
berupa memar, bengkak, keseleo, patah tulang, lukaa bakar,
perdarahan dalam, luka pada area kelamin, kurangnya kebersihan dan
ppenyakit menular seksual serta banyak lagi yang tidak semuanya
dapat langsung dilihat dengan jelas. Sudah pasti anak korban
kekerasan akan enggan untuk memberi tahu orang lain mengenai hal
yang dialaminya.
Biasanya anak takut jika pelaku mengetahuinya, kekerasan yang
terjadi akan berlangsung lebih buruk, serta tidak ada orang yang bisa
dipercaya. Kekerasan fisik yang berlangsung dalam waktu lama bisa
menyebabkan anak mengalami cacat fisik atau bahkan resiko
kematian ketika luka fisiknya telah menjadi sangat parah.
13. Gangguan kesehatan dan pertumbuhan
Anak yang mengalami kekerasan dalam waktu yang lama atau
berkepanjangan biasanya akan menunjukkan gejala fisik seperti
gangguan kesehatan berupa gangguan jantung, kanker, penyakit paru,
penyakit hati, obesitas, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan
juga kadar protein reaktif c yang tinggi. Bahkan mengalami gangguan
penglihatan pendengaran, gangguan berbahasa, mengalami
perkembangan otak yang terbelakang, dan mengalami ketidak
seimbanga.
11
D. Solusi mengatasi kekerasan dalam dunia pendidikan
Selama ini penanganan di lakukan secara tidak terstruktur dan
langsung masuk ke ranah hukum, tidak di pandang sebagai masalah
pendidikan. Mengingat telah pentingnnya masalah kekerasan di
lingkungan pendidikan, maka urutan pendekatan dimulai dari
penanggulangan terlebihdahulu, lalu pemberian sanksi, baru pencegahan.
1. Pencegahan atau penanggulangan oleh pihak sekolah.
Melaporkan kepada orang tua/wali siswa setiap terjadi
kekerasan,serta melapor kepada dinas pendidikan dan aparat penegak
hukum dalam hal yang mengakibatkan luka
fisik/berat/cacat/kematian dengan cara:
Melakukan identifikasi fakta kejadian dan menindaklanjuti kasus
secara proposional sesuai tingkat kekerasan.
Menjamin hak siswa untuk tetap mendapat pendidikan.
Memfasilitasi siswa mendapatkan perlindungan hukum atau
pemulihan.
Wajib memasang PAPAN INFORMASI tindak kekerasan di
serambi sekolah yang mudah di lihat dan memuat informasi untuk
pelaporan serta permintaan bantuan.
Guru/kepsek wajib segera melaporkan kepada orang tua/wali jika
ada dugaan/gejala kekerasan.
Membentuk tim pencegahan kekerasan dari unsur guru siswa dan
orang tua.
Bekerjasama dengan lembaga psikologis, pakar pendidikan dan
organisasi keagamaan untuk kegiatan yang bersifat edukatif.
2. Pencegahan atau penanggulangan oleh pihak pemerintah.
Pemerintah melakukan penanggulangan kekerasan dalam
pendidikan dengan cara menciptakan UU yang dapat mengatur
kekerasan dala pendidikan.Undang-undang yang mengatur kekerasan
dalam pendidikan seperti:
12
Pasal 3-4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pasal 80 UU Nomor 23 Tahun 2002 ayat 1-3 Tentang
Perlindungan Anak.
Pasal 81,82, dan 85 UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak
Bukan hanya iru saja masih bnyak UU yang mengatur
pendidikan di indonesia yang di peruntukan agar minimnya
kekerasan dalam pendidikan di indonesia.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran
(penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan
atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang
lain, dan hingga batas tertentu tindakan menyakiti binatang dapat
dianggap sebagai kekerasan, tergantung pada situasi dan nilai-nilai sosial
yang terkait dengan kekejaman terhadap binatang. Istilah “kekerasan”
juga mengandung kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang
merusak. Kerusakan harta benda biasanya dianggap masalah kecil
dibandingkan dengan kekerasan terhadap orang.
Banyak sekali penyebab dan akibat kekerasan dalam dunia
pendidikan seperti murid yang tidak mengerjakan PR maka akan di
hukum guru. Namun hukuman yang berlebihan dapat mengganggu psikis
dan mental anak. Hal seperti ini dapat di atasi dengan memberi
peringatan kepada guru untuk tidak memberi hukuman yang berlebihan
dan sekolah memberi tindakan atau kebijakan untuk sistem pendidikan
agar mencegah kekerasan dalam dunia pendidikan. Begitu juga
pemerintah dapat menanggulangi dengan UU yang telah di buat.
14
DAFTAR PUSTAKA
15