Latar Belakang 1 Korintus
Latar Belakang 1 Korintus
sendiri, yaitu di kota Efesus (16:8-9). Selain itu hubungan yang lancar antara penulis
dengan jemaat Korintus menuntut dua tempat yang berdekatan, seperti Efesus. Kota
Efesus juga menjadi tempat persinggahan Paulus pada perjalanan misinya yang ketiga
sekitar tahun 55 M, Surat 1 Korintus ditulis. Surat 1 Korintus ditulis, setelah ia mengutus
Timotius untuk mengunjungi jemaat di Korintus (1 Kor. 4:17). Paulus menulis tentang
niatnya menetap di Efesus sampai hari Pentakosta (1 Kor. 16:8). Hal ini diperkirakan
karena dua kali Paulus mengacu pada kebenaran-kebenaran Paskah (1 Kor. 5:6-8 dan ps.
15). Ada pendapat bahwa Paulus mengharapkan suratnya tiba di Korintus pada waktu
perayaan Paskah.2
seharusnya.
3. Jemaat Korintus suka mencari-cari perkara dan saling mengadu di hadapan
1
M. E. Duyverman, Op.Cit., hlm. 103.
2
V. C. Pfitzner, Ulasan atas 1 Korintus: Kesatuan dalam Kepelbagaian, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006, hlm.
10.
1
2. Mereka membiarkan diri mereka dikelilingi dengan penyembahan berhala. Hal ini
kepada berhala?”
3. Pakaian dan peranan wanita dalam kebaktian.
4. Karunia-karunia Roh.
5. Arti kebangkitan tubuh.
Sementara surat pertama Korintus di perjalanan, Paulus juga mengutus Timotius ke
Korintus (1 Kor. 4:17). Paulus sudah membuat rencana secara pribadi untuk pergi ke
Korintus setelah melintasi Makedonia (1 Kor. 16:5-9). Akan tetapi di Korintus muncul
menyebrang dari Efesus ke Korintus, namun kedatangannya tidak diterima dengan baik
oleh jemaat. Mereka malah menghina rasul Paulus (2 Kor. 2:5; 7:12).
Sekembalinya dari Efesus, Paulus menyusun surat ketiga yang bernada keras dan
tegas. Surat itu disinggung dalam 2 Kor. 2:3-4. Sekali lagi, Paulus ingin pergi ke Korintus
(2 Kor. 1:16) tetapi perjalanan itu ditunda. Kemudian barulah ia berangkat ke Makedonia
dan menunggu Titus di sana (2 Kor. 2:12-13; 7:5). Berita yang dibawa oleh Titus
menyenangkan hati Paulus (2 Kor. 7:6-7). Di Makedonia, Paulus menulis surat yang
keempat. Lalu ia sendiri pergi ke Korintus dan tinggal di situ kurang lebih dua tahun
lamanya. Surat keempat itulah yang tercantum dalam Perjanjian Baru sebagai surat kedua
kepada jemaat di Korintus. Paulus menulis paling sedikit empat surat kepada jemaat di
Korintus. Dari keempat surat itu, dua suratlah yang masih kita miliki saat ini.3
C. Gambaran Kota Korintus dan Jemaat Kristen Korintus Sebagai Penerima Surat 1
Korintus
Dalam keadaan perekonomian Korintus yang begitu maju dan berkembang, Paulus
menjalankan tugasnya sebagai seorang rasul Yesus. Keadaan kota Korintus yang begitu
makmur, tidak membuat Paulus hanya hidup dari bantuan Gereja atau dari siapa pun juga.
Paulus bersikeras untuk membiayai sendiri segala keperluannya, dengan bekerja sebagai
3
C. Groenen OMF, Op. Cit., hlm. 230-231.
2
seorang pembuat tenda.4 Pekerjaan yang dilakukan Paulus sebagai seorang tukang tenda,
ternyata merupakan pekerjaan tangan yang hina bagi orang Yunani. Pekerjaan itu
dipandang sebagai pekerjaannya para budak. Dalam 1 Korintus 9:6, Paulus menyatakan
bahwa ia juga memiliki hak seperti rasul-rasul lain. Ia mempunyai hak untuk dibebaskan
dari pekerjaan tangan, tetapi ia tidak menggunakan hak itu. Paulus yang adalah seorang
warga negara Roma dan pekerjaan seorang budak bagi Paulus tidaklah terbiasa. Ia orang
bebas dan bukanlah budak, tetapi ia memilih menjadikan diri budak, supaya dapat
hamba yang telah melarikan diri juga datang mencari untung di Korintus. Di kota
Korintus terdapatlah kehidupan mewah yang tak terkendali, di samping kemiskinan yang
dahsyat. Kota itu menjadi terkenal juga karena kehidupan susilanya yang buruk. 6
Masyarakat Korintus memiliki reputasi sebagai masyarakat yang paling rendah moralnya,
penduduknya. Jumlah penduduk di Korintus pada zaman Perjanjian Baru sekitar 600.000
jiwa. Penduduk Korintus terdiri dari bermacam-macam campuran bangsa dan suku.
Sebagian besar penduduknya terdiri dari para budak, yang berkisar 400.000 jiwa. Selain
itu juga terdiri dari para buruh, tukang, pedagang kecil, dan hanya segelintir orang
merdeka yang menjadi warga kota penuh yang kaya dan berkuasa.8
4
William Barclay, Op. Cit., hlm. 140.
5
Tom Jacobs, Paulus: Hidup, Karya dan Teologinya, Yogyakarta: Kanisius dan Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008,
hlm, 72.
6
M. E. Duyverman, Op. Cit., hlm. 98.
7
J. I. Packer, Merrill C. Tenney, William White Jr, Op. Cit.,
8
C. Groenen OMF, Op. Cit.,
3
Penduduk kota Korintus berwatak keras kepala dan rewel. Di
kota ini pelacuran dianggap sebagai hal yang biasa saja,
sebab oleh orang Yunani, hal ini tidak dilihat sebagai
sesuatu yang buruk. Perbuatan-perbuatan mesum
terbuka dan berkembang dengan subur di Korintus. Hal
ini tentu saja didukung oleh suasana kota pelabuhan dan
perdangangan yang ramai seperti Korintus.9 Para pelaut
dan pedangang asing yang berdatangan dari berbagai
tempat juga membawa bersama mereka rupa-rupa
kejahatan, sehingga kota Korintus menjadi kota yang
penuh dengan kemewahan dan sekaligus kenajisan.
Agama-agama yang berasal dari Roma dan Yunani, serta agama-agama yang berasal
dari kawasan timur, khususnya dari Mesir. Ada juga pengaruh budaya Helenis yang
membuat kota Korintus tidak terlepas dari penyembahan kepada para dewi.
Di Korintus terdapat kuil kecil sebagai tempat penyembahan terhadap dewi-dewi. Di
Akropolis terdapat kuil dewi Afrodite. Akropolis adalah sebuah gunung batu dengan
ketinggian 2000 kaki. Gunung itu merupakan benteng yang kuat, sebab barang siapa
memilikinya dan menguasai genting tanah itu, ia dapat berbuat sekehendaknya terhadap
semua rute perdagangan. Gunung itu juga merupakan tempat pemujaan terhadap dewi
Afrodite. Kuil Afrodite mempunyai seribu imam wanita yang sebenarnya adalah pelacur-
pelacur yang dianggap suci. Demi kepentingan sang dewi, imam-imam wanita itu setiap
malam turun ke jalan untuk menjalankan perdagangan mereka yang tak berakhlak.10
Dalam suasana Korintus yang dipenuhi dengan berbagai aliran agama-agama itulah
yang didatangi oleh Paulus. Paulus mendirikan jemaat Kristen yang pertama di Korintus.
Jemaat di Korintus mendengar Injil Kristus melalui pelayanan rasul Paulus. Paulus datang
ke Korintus pada perjalanan misi kedua setelah ke Athena. Paulus tinggal bersama
9
M. E. Duyverman, Op. Cit., hlm. 228.
10
William Barclay, Op. Cit., hlm. 140.
4
dengan orang Yahudi yang terusir dari Roma, bernama Akuwila dan isterinya Priskila. Ia
Pada waktu Paulus di Korintus, gubernur yang bertugas bernama Gallio. Gallio adalah
seorang Gubernur yang belum lama bertugas ketika Paulus berada di Korintus. Hal inilah
yang dimanfaatkan oleh orang-orang Yahudi dengan membawa Paulus untuk diadili.
Paulus dituduh telah mengajarkan kepada rakyat supaya menyembah Allah dengan cara
yang berlawanan dengan Hukum Taurat. Tetapi Gallio adalah seorang Gubernur yang
sangat ramah dan adil, sehingga ia memilih untuk tidak memihak dan dijadikan alat bagi
siasat jahat orang-orang Yahudi.12 Galio tidak mau menghakimi Paulus menurut hukum
Yahudi, sedangkan dalam hukum Roma Paulus tidak membuat suatu kejahatan. Dari
peristiwa ini mulai timbullah perselisihan di Korintus di kalangan orang Yahudi, hal ini
membuat Paulus beralih menginjili orang non-Yahudi. Paulus mulai tinggal dan bekerja
di Korintus, dibawah pengamanan tidak langsung dari pemerintah Romawi pada waktu
itu.13
11
Donald Guthrie, Op. Cit., hlm. 27-28.
12
William Barclay, Op. Cit., hlm. 141.
13
Donald Guthrie, Op. Cit., hlm. 28.
5
Dalam perjalanan misinya, Paulus menumpang di rumah Titus Yustus
yang berdampingan dengan rumah ibadah. Hal inilah yang
membuat Paulus seringkali bertemu dengan Krispus, kepala
rumah ibadah. Lama-kelamaan Krispus semakin mengerti akan
kebenaran berita Injil, ia kemudian menjadi percaya beserta
dengan seisi rumahnya. Hal ini berpengaruh besar kepada
pertumbuhan iman jemaat di Korintus selanjutnya. Paulus
memakai rumah Titus Yustus dan membuat banyak orang
percaya.
selama delapan belas bulan. Paulus berada di Korintus antara tahun 49 M dan 52 M, pada
masa pemerintahan Gubernur Galio. Paulus memberitakan Injil dan mendirikan jemaat
14
Tom Jacobs, Op.Cit.,hlm. 145.
15
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis terhadap Masalah-Masalahnya, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2010, hlm. 82.
6
Kristen di Korintus. Ia bekerja dan tinggal bersama dengan seorang Yahudi bernama
Akuwila dan isterinya Priskila. Paulus memulai karya penginjilannya di rumah ibadah
Yustus dan membuat banyak orang percaya. Selanjutnya Paulus melanjutkan perjalanan
ke Efesus, dalam perjalanan misinya yang ketiga dan menetap di sana selama tiga tahun.
Surat 1 Korintus diperkirakan ditulis menjelang akhir persinggahan Paulus, sekitar tahun
55 M atau 56 M.
Surat Paulus yang pertama kepada jemaat di Korintus merupakan bagian dari sebuah
diragukan lagi surat itu ditulis oleh rasul Paulus, yang ditujukan kepada jemaat Allah di
Korintus (1 Kor. 1:1; 16:21). Paulus menulis paling sedikit empat surat kepada jemaat di
Korintus. Dari keempat surat itu, dua suratlah yang masih kita miliki saat ini. Surat
pertama Korintus, sesungguhnya adalah surat Paulus yang kedua kepada jemaat di
Korintus.
Maksud Paulus menulis surat kepada jemaat di Korintus, untuk memberikan
penjelasan tentang rupa-rupa kesalahpahaman, dan berbagai dosa yang timbul dalam
jemaat Korintus. Hal ini diketahui Paulus karena laporan yang diterimanya dari orang-
orang keluarga Kloe (1:11;5:1), di samping itu Paulus juga membalas surat yang dikirim
Gubernur Romawi. Letak kota Korintus sangatlah strategis. Semua lalu lintas dan
perdagangan yang tidak melewati laut harus melalui Korintus, baik dari utara ke selatan
maupun dari timur ke barat. Korintus menjadi sangat maju dalam segala bidang, baik
kebudayaan, ekonomi, politik maupun keagamaan. Berbagai macam agama, aliran, dan
pengaruh budaya Helenis, yang juga membuat kota itu tidak terlepas dari penyembahan
7
kepada para dewi. Kota yang megah itu juga menyimpan banyak kejahatan. Banyak
pengaruh asing, sebab mereka tidak mempunyai pegangan asli dan tradisional. Macam-
macam aliran tersebar di sana dan kota itu terbuka bagi berbagai perkembangan,
pembaharuan, dan masa depan. Penduduk kota Korintus berwatak keras kepala dan rewel.
Hal ini menjadi penyebab seringkali terjadi perselisihan di dalam tubuh jemaat Korintus.
Mereka sangat menghargai kebebasan pribadi dan karunia rohani yang mencolok, serta
sesuai dengan iman Kristen. Tetapi dalam keadaan yang terjepit, Paulus memilih untuk
tetap bersaksi bagi Kristus dan melayani di Korintus. Sebagai seorang hamba Kristus,
rasul Paulus benar-benar menjalankan tugas yang dipercayakan oleh Allah kepadanya.
Berhadapan dengan perselisihan dan berbagai penilaian terhadap para rasul, Paulus tetap