1, Maret 2018: 14 - 28
ABSTRAK
Tulisan ini mengkaji tentang pentingnya pengawasan partisipatif dalam mengawal penyelenggaraan
pemilu, yang bertujuan untuk menciptakan pemilu yang demokratis. Saat ini terdapat berbagai lembaga
pengawas pemilu, antara lain Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) di tingkat pusat, Panitia Pengawas
Pemiluu (Panwaslu) di tingkat Daerah, dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) yang khusus
menangani pelanggaran etik oleh penyelenggara pemilu. Namun dalam kenyataannya masih ditemui berbagai
pelanggaran oleh berbagai pihak, sehingga pemilu dinilai kurang berintegritas dan kurang demokratis. Dengan
dilibatkannya stakeholder dan masyarakat secara independen dalam mengawasi penyelenggaraan pemilu,
diharapkan proses pemilu yang demokratis akan terwujud. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif
melalui studi literatur, tulisan ini membahas persoalan yang muncul dalam konteks pengawasan partisipatif,
pengawasan partisipatif yang sudah dilakukan selama ini oleh lembaga pemantau pemilu maupun organisasi
masyarakat sipil lainnya serta upaya yang dilakukan dalam pengawasan partisipatif untuk mengawal pemilu
yang demokratis sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
dari semua negara yang diukur. Pada Tahun Pada saat sekarang, yaitu era reformasi,
2007 Indonesia menempati ranking 65, turun tuntutan untuk pemilu yang jujur dan adil
menjadi peringkat 69 pada tahun 2008 dan semakin tinggi, dibuktikan dengan semakin
naik menjadi peringkat 60 pada tahun 2010 dan kuatnya legal formal pembentukan Badan
menempati posisi 58 pada Tahun 2012 (Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) di tingkat Pusat, di
Pusat Statistik, 2016: 147). tingkat Provinsi sampai Pembentukan Panitia
Ciri paling mendasar dari sebuah negara Pengawasan Pemilu di tingkat Kabupaten/
demokrasi adalah keberadaan pemilihan umum Kota yang awalnya adhoc saja maka diusulkan
(Pemilu). Sekalipun bukan satu-satunya aspek agar menjadi permanen (Suswantoro, 2016:
dalam demokrasi, namun Pemilu merupakan 62).
satu bagian yang sangat penting, karena Pemilu Namun demikian, Bawaslu sebagai badan
berperan sebagai mekanisme perubahan politik formal yang bertugas untuk mengawasi seluruh
mengenai pola dan arah kebijakan publik dan/ tahapan penyelenggaraan pemilu, masih
atau mengenai sirkulasi elit secara periodik mengalami berbagai kendala pengawasan.
dan tertib (Surbakti dkk, 2008: 12). Salah satu contoh masalah yang terkait
Begitu juga dengan Indonesia, Pemilu dengan kendala pengawasan adalah adanya
dilaksanakan sebagai wujud dari demokrasi pelanggaran pilkada serentak 2015 sebagaimana
yang merupakan sarana dalam mengagregasi dikemukakan oleh Peneliti Perkumpulan untuk
aspirasi yang ada di masyarakat yang sebelum- Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Khairunisa
nya diartikulasikan oleh partai politik sesuai Nur Agustiyati, bahwa dari keseluruhan tahap-
dengan fungsinya. an pilkada serentak 2015 ditemukan 140
Dengan berjalannya waktu, pemilu pelanggaran yang terbagi ke dalam lima kategori
di Indonesia yang dimulai dari tahun 1955 diantaranya kekerasan pelaksanaan pilkada,
sudah mengalami perkembangan yang cukup logistik pilkada, pelanggaran pidana dalam
signifikan apabila kita melihatnya dari aspek pelaksanaan pilkada, pelanggaran administrasi
pengawasan dalam pemilu. Pada Pemilu dan sengketa pencalonan. Pelanggaran pidana
pertama Tahun 1955, belum dikenal istilah merupakan pelanggaran terbanyak dengan
pengawasan pemilu. Karena pada masa itu ditemukannya 54 temuan. Urutan kedua adalah
telah ada kepercayaan (trust) antara seluruh logistik dengan 36 temuan, salah satu bentuk
peserta pemilu dengan warga negara terhadap pelanggarannya adalah tidak disebarkannya
penyelenggaraan pemilu yang pada saat itu undangan pemilihan formulir C6 untuk pemilih.
dimaksudkan untuk membentuk lembaga Urutan ketiga adalah pelanggaran administrasi
parlemen yang disebut dengan Dewan dengan 25 temuan, sedangkan pelanggaran
Konstituante. kekerasan di urutan keempat dengan 13 temuan,
Pengawasan pemilu baru muncul dalam dan sengketa pencalonan berada di urutan
pelaksanaan pemilu tahun 1982, namanya terakhir dengan 12 temuan. (Pasaribu, 2015).
adalah Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilihan Adanya kecenderungan pelanggaran di
Umum (Panwaslak Pemilu), yang terbentuknya setiap pemilu salah satunya karena keterbatasan
dilatarbelakangi oleh ketidakpercayaan ter- jumlah pengawas jika dilihat dari banyaknya
hadap pemilu yang dianggap telah disetting Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang ada.
oleh kekuatan rezim penguasa (Bawaslu RI, Pada pilpres 2014, dalam rangka pemberian
2017). Kemudian pada Pemilu tahun 1987, dukungan administratif dan teknis operasional
protes terhadap pelanggaran dan kecurangan pengawasan Pemilu, Bawaslu, Bawaslu Pro-
pemilih lebih banyak lagi, sehingga pemerintah vinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu
dan DPR yang ketika itu didominasi oleh Kecamatan, dan Pengawas Pemilu Luar Negeri
Golkar dan Angkatan Bersenjata Republik telah membentuk sekretariat, dengan dukungan
Indonesia merespon hal ini dengan gagasan personil sebanyak 248 orang sekretariat Bawaslu,
untuk memperbaiki undang-undang yang ber- 819 orang sekretariat Bawaslu Provinsi, 5.947
tujuan untuk meningkatkan kualitas pemilu orang sekretariat Panwaslu Kabupaten Kota,
berikutnya. Pemerintah juga mengenalkan 30.399 orang sekretariat Panwaslu Kecamatan,
adanya badan baru yang akan terlibat dalam dan 29 orang sekretariat Pengawas Pemilu Luar
urusan pemilu sebagai pendamping Lembaga Negeri (Bawaslu RI, 2014: 16). Sementara itu,
Pemilihan Umum (LPU). saat pileg dan pilpres 2014 terdapat sebanyak
16 Ratnia Solihah, Arry Bainus, dan Iding Rosyidin
yang dilakukan dalam pengawasan partisipatif memastikan bahwa parameter pemilu yang
untuk mengawal pemilu yang demokratis demokratis baik dalam proses maupun hasil
sesuai dengan peraturan perundang-undangan pemilu, serta asas-asas pemilu tersebut dapat
yang berlaku. berjalan dengan baik.
Dugaan Pelanggaran terdiri dari 1.136 dugaan Tabel 3. Jenis Masalah yang Paling Sering
pelanggaran administrasi. Dugaan pelanggaran Muncul dalam Pemilu 2014
administrasi tersebut kemudian diteruskan
Jumlah dalam
kepada KPU untuk ditindaklanjuti. Sisanya, Jenis Masalah Persentasi
81 dugaan pelanggaran pidana dan 21 dugaan Informasi mengenai prosedur 24%
pelanggaran kode etik. Dugaan pelanggaran Pemilu
terbanyak menyangkut pelanggaran Pemasang- Proses pendaftaran pemilih 15%
an Alat Peraga Kampanye (APK), Permasalahan validitas hasil pemungutan
Daftar Pemilih Tetap (DPT), politik uang dam suara selama proses rekapitulasi 9%
bertingkat
kampanye hitam. Untuk lebih jelasnya dapat
kelayakan fasilitas TPS 8%
dilihat dalam tabel berikut ini.
kompetensi KPPS, dan informasi
mengenai waktu dan tempat 5%
Tabel 1. Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilu mencoblos
Pemilu Presiden 2015 Sumber: Rumah Pemilu, 2014, hlm.12
Jenis Dugaan Pelanggaran Jumlah Selain berbagai kasus pelanggaran dalam
Pelanggaran Administrasi 1.136 pemilu 2014, terdapat masalah pelanggaran
Pelanggaran Pidana 81 pilkada serentak 2015 dari keseluruhan tahapan,
Pelanggaran Kode Etik 21 sebagaimana dikemukakan oleh Peneliti Per-
Jumlah 1.238 kumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi
Sumber: Laporan Bawaslu (Perludem), sebagaimana dalam tabel di bawah
ini.
Sementara itu, terkait dengan pemilu
Legis-atif 2014, kajian ICW mengutip laporan Tabel 4. Jenis Pelanggaran dalam Pilkada
Bawaslu (dalam Perludem, 2016: 89-90) tentang Serentak 2015
adanya 4.410 kasus dugaan pelanggaran admi- Jenis Pelanggaran Jumlah
nistrasi. Sebanyak 3.455 merupakan temuan
Kekerasan pelaksanaan pilkada 13
dan 655 laporan. Seluruh dugaan pelanggaran
tersebut ditindaklanjuti oleh Bawaslu dan Logistik pilkada 36
diteruskan ke KPU. Oleh KPU, 3740 (91%) Pelanggaran pidana dalam
54
dugaan pelanggaran ditindaklanjuti. Dugaan pelaksanaan pilkada,
pelanggaran pidana sebanyak 137 kasus (66 Pelanggaraan administrasi 25
laporan dan 71 temuan). Semua dugaan pelang-
garan pidana yang diterima Bawaslu tersebut sengketa pencalonan 12
Tabel 2. Kasus Dugaan Pelanggaran Administrasi Beberapa kasus di atas merupakan salah
dan Tindak Lanjutnya dalam Pemilu satu potret bagi integritas pemilu dimana
Presiden 2014 praktek tersebut masih saja berlangsung yang
nota bene pengawas dan penegak hukum terkait
Jenis Kasus Dugaan Tindak Lanjut dari KPU pemilu juga telah diperkuat. Dan bisa jadi kasus
Pelanggaraan ke pihak kepolisian
Administrasi dari
Jumlah
Sebagai Dugaan di atas merupakan puncak gunung es dimana
Bawaslu ke KPU Pelanggaran Pidana masih banyak terdapat mal praktek pemilu di
Berupa Temuan 3.455 71 temuan akar rumput bangsa ini. Tentu akan menjadi
pembahasan menarik ketika kita berfikir
Berupa Laporan 655 66 laporan bagaimana mengawal agar proses pemilihan
Jumlah 4.410 3.740 ditindaklanjuti
yang sudah baik saat ini tidak dinodai semakin
besar.
Sumber: Laporan Bawaslu, 2014
Pengawalan Menuju Pemilu yang Demokratis
Sementara itu, berdasarkan laporan hasil Menurut Kamus Bahasa Indonesia, arti
survey Rumah Pemilu 2014, masalah-masalah kata “kawal” yaitu penjagaan. Mengawal
yang paling sering muncul terkait dengan artinya menjaga; mengiring untuk menjaga
pemilu adalah sebagaimana tabel berikut ini:
Pentingnya Pengawasan Partisipatif dalam Mengawal Pemilihan Umum yang Demokratis 21
dikemukakan Junaidi (2013: 47-50), yakni: 4. Tidak berjalannya prinsip pelayanan. Ke-
1. Ketertutupan jajaran pengawas pemilu. luhan pemantau jika harus berhadapan
Beberapa pemantau pemilu menemui ken- dengan pengawas pemilu dalam pelaporan
dala, ketika harus berhadapan dan bahkan dugaan pelanggaran adalah ada beban lebih
bekerjasama dengan pengawas pemilu, khu- besar yang harus dijalankan pelapor. Ketika
susnya di daerah. Masih ditemui lembaga pemilih atau pemantau menemukan dugaan
pengawas yang tertutup terhadap keberadaan pelanggaran, maka harus melengkapi syarat-
pemantau pemilu, seperti Sekretaris syarat laporan seperti bukti dan saksi. Beban
Jenderal KIPP Indonesia). Meskipun cukup ini sesungguhnya sangat berat, tetapi justru
menguntungkan bekerjasama dengan Bawaslu diserahkan kepada pelapor. Belum lagi beban
dalam pengawasan, masih ditemui beberapa ancaman dan intimidasi, jika melaporkan
persoalan di lapangan, dimana tingkat dugaan pelanggaran tertentu.
penerimaan Bawaslu Provinsi dan jajarannya 5. Tidak adanya perlindungan terhadap pela-
terhadap pelibatan publik/pemantau masih por. Pemantau atau pemilih berhadapan
kurang baik. Kecenderungannya beberapa dengan komunitas atau warga sekitar tempat
daerah justru tidak membuka diri. tinggalnya, jika harus melaporkan kerabat
2. Kecurigaan pengawas terhadap pemantau atau bahkan tetangganya. Hal ini menjadi
pemilu. Praktik di lapangan masih ditemui pilihan sulit antara aktif berpartisipasi dengan
relasi yang kurang baik antara pengawas masyarakat dan menjaga hubungan baik
pemilu dengan pemantau. Hal ini seperti dengan sesama rukun tetangga (RT) ataupun
yang disampaikan Ketua KIPP Jakarta, rukun warga (RW).
bahwa “Pemantau yang mestinya difasilitasi
6. Minimnya informasi soal pengawasan.
atau menjadi partner dalam pengawasan
Bawaslu belum menyediakan informasi
justru menjadi pihak yang dicurigai oleh
yang cukup terkait mekanisme dan prosedur
pengawas tingkat desa. Padahal, pengawas
pengawasan, sehingga bisa mudah diakses
tingkat desa sendiri memiliki keterbatasan
dan dipahami oleh pemilih.
yang harusnya bisa dilengkapi dengan kerja
partisipasi masyarakat atau pemantau”.
3. Kekhawatiran terjadinya persaingan dan Persoalan ini yang kemudian mengganggu
benturan antara pengawas dengan peman- relasi antara pengawas pemilu dan pemantau
tau. Persoalan yang hampir sama berupa atau pemilih, khususnya untuk berpartisipasi
kekhawatiran persaingan antara pengawas dalam pengawasan dan penegakkan hukum
dengan pemantau. Sangat mungkin kekha- Pemilu.
watiran ini terjadi, mengingat keduanya Terkait dengan pemantauan pemilu 2014,
memiliki ruang lingkup kerja yang hampir mayoritas keberagaman aktivitas dalam peman-
sama yakni mengawasi setiap tahapan pemilu. tauan pemilu 2014 khususnya yang telah
Perbedaannya, hanya soal kewenangan ter- dilakukan organisasi masyarakat sipil, masih
hadap tindaklanjutnya saja. Hal ini seperti berfokus untuk mengawal proses dan tahapan
yang disampaikan oleh Koordinator Nasional pemilu. Selain aktivitas di dalam pemantauan
JPPR, bahwa pengawas di daerah masih proses tahapan pemilu, beragamnya aktivitas
membuat jarak antara pengawas pemilu masyarakat sipil fokus kepada pemberian
dengan pemantau. Pengawas pemilu cenderung informasi kepada masyarakat terhadap kriteria
menilai partisipasi adalah bagaimana pengawas calon yang baik. Inisiatif ini sempat dilakukan
pemilu itu mengajak masyarakat untuk oleh ICW, Kontras, Walhi, dan beberapa lembaga
memantau. Mereka mengalami ketakutan, lain dengan membentuk website bersih2014.
kekuatan dan pengaruhnya akan diambil net. Beberapa aktivitas masyarakat untuk
alih oleh pemantau. Selain itu, benturan pemantauan pemilu, misalnya pembentukan
itu juga muncul, mengingat Bawaslu dan Matamassa oleh Aliansi Jurnalis Independen
jajarannya merupakan bagian dari objek dan iLab. Akan tetapi, dari aktivitas pemantauan
pantauan pemantau. Pemantau pemilu juga pemilu tersebut, sosialisasi kepada masyarakat
berkepentingan untuk memastikan proses mengenai tahapan pemilu berjalan dan tentang
pengawasan yang dilakukan Bawaslu ber- apa yang akan dipantau belum maksimal
jalan dengan baik atau dijalankan sesuai kepada masyarakat. Selain itu, pendidikan
mandat undang-undang. politik dalam bentuk pemahaman terkait dengan
Pentingnya Pengawasan Partisipatif dalam Mengawal Pemilihan Umum yang Demokratis 23
tahapan kepemiluan juga belum tersosialisasi dalam pengawasan, yakni Rencana Strategis
dengan baik. Lembaga pemantau lain semisal Bawaslu Tahun 2010–2014 dan Peraturan
JPPR dan KIPP, juga tidak terlalu fokus untuk Bawaslu Nomor 13 Tahun 2012 tentang Tata
melaksanakan sosialisasi, pendidikan politik, Cara Pengawasan Pemilu yang di dalamnya
dan tahapan pemilu berjalan kepada masyarakat mengatur tentang bentuk-bentuk partisipasi
(Ramadhanil, 2015: 35-36) . masyarakat. Kedua kebijakan ini mencantumkan
Hasil Kajian JPPR (Ramadhanil, 2015: sejumlah upaya Bawaslu dalam melibatkan
36-37), menyebutkan tiga hal tujuan pelibatan dan mendorong partisipasi masyarakat dalam
dan keterlibatan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pemilu (Junaidi, 2013: 27).
melakukan pemantauan proses penyelenggaraan Bawaslu dalam rencana strategisnya
pemilu, yakni: (1) Usaha partisipasi masyarakat menyadari sejumlah kelemahan dalam men-
dalam mewujudkan pemilu yang dapat berlang- dorong pelibatan dan partisipasi masyarakat.
sung secara demokratis, sehingga hasilnya Kelemahan itu terlihat dalam poin kesepuluh
dapat diterima dan dihormati oleh semua pihak, bagian kelemahan menyebutkan bahwa
baik yang menang maupun yang kalah, terlebih permasalahan yang dihadapi Bawaslu dalam
oleh mayoritas warga negara yang memiliki pengembangan konsep partisipasi masyarakat,
hak pilih; (2) Pemantauan juga termasuk usaha masih pada tataran “uji coba” atau trial and
untuk menghindari terjadinya proses pemilu error. Hal ini disebabkan karena belum adanya
dari kecurangan, manipulasi, permainan serta model partisipasi pengawasan Pemilu yang bisa
rekayasa yang dapat menguntungkan pihak- menjadi acuan. Kelemahan lainnya juga terlihat
pihak tertentu dan merugikan kepentingan dari kesiapan sumberdaya manusia, sebagaimana
rakyat banyak; (3) Usaha untuk menghormati ditemukan dalam poin ke-12. Kelemahan yang
serta meningkatkan kepercayaan terhadap hak- dihadapi Bawaslu adalah kurangnya kemam-
hak asasi manusia, khususnya hak-hak sipil dan puan dan kapasitas internal Bawaslu dalam
politik dari warga negara. menanggapi dan mengembangkan model
Namun dalam pelaksanaannya, hal terse- pengawasan partisipatif. Utamanya, berkenaan
but kemudian yang menjadi tantangan berat. dengan penyiapan pedoman dan pengaturan
Komisioner KPU Periode 2012-2017 Hadar yang akan menjadi acuan pelaksanaan peng-
Nafis Gumay (dalam Ramadhanil, 2015: 37) awasan partisipatif. Berdasarkan kekuatan dan
mengungkapkan kurangnya pemahaman bahwa kelemahan tersebut, rencana strategis yang
pemantauan pasca proses TPS itu penting, dan disusun kemudian menetapkan misi Bawaslu
juga minimnya pengetahuan mengenai “tata yang salah satunya adalah “mendorong peng-
cara” dan “apa saja” yang harus dipantau. Menu- awasan partisipatif berbasis masyarakat sipil.”
rutnya, Pemantauan pasca-pemungutan dan Dikatakan bahwa keterlibatan masyarakat sipil
penghitungan suara merupakan bagian kecil dari dalam pengawasan tidak saja akan memperkuat
proses panjang tahapan pemilu. Tidak banyak kapasitas pengawasan Pemilu, tetapi juga
pemilih, ataupun pemantau yang paham akan mendorong perluasan wilayah pengawasan.
pentingnya melakukan pemantauan terhadap Bahkan akan memperkuat posisi pengawasan
proses setelah pemungutan dan penghitungan Pemilu sebagai lembaga pengawasan yang
suara. Perjalanan suara pasca penghitungan berkembang kuat, karena ada representasi dari
di TPS, adalah hal yang sangat krusial. Proses lembaga negara dan masyarakat sipil. Sekaligus
rekapitulasi di PPS, kemudian bergeser ke akan menjadi media komunikasi pendidikan
PPK, diteruskan ke KPU Kabupaten/Kota, dan politik bagi masyarakat tentang partisipasi
kemudian di KPU Provinsi, adalah titik penting dalam Pemilu, terutama berkenaan dengan
yang tidak boleh luput dari pengawasan dan peran strategis pengawasan dalam mendorong
pemantauan publik. Pada proses perjalanan terwujudnya Pemilu yang luber dan jurdil
suara tersebut, potensi kecurangan sangat besar. (Junaidi, 2013: 28-29).
Setidaknya, hal ini terkonfirmasi ketika melihat Rencana Strategis Bawaslu cukup meng-
permohonan sengketa hasil pemilu di pemilihan gambarkan bahwa partisipasi diperlukan untuk
legislatif 2014. keberhasilan pengawasan, yang kemudian ditin-
Terkait dengan pengawasan partisipatif, daklanjuti dalam peraturan Bawaslu.
Paling tidak ada dua kebijakan Bawaslu terkait Selain itu, kebijakan yang terkait dengan
dengan pelibatan dan partisipasi masyarakat pengawasan partisipatif juga diperkuat dengan
24 Ratnia Solihah, Arry Bainus, dan Iding Rosyidin
adanya Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 pendekatan hirarki melalui perpanjangan tangan
tentang Pemilihan Umum, yang membuat tero- Bawaslu yang berada di tingkat kabupaten/
bosan baru dalam hal pemantauan Pemilu. kota, kecamatan dan juga desa/kelurahan, serta
Pemantauan Pemilu di tahun 2016 harus diakre- pendekatan kultural dengan merekrut maha-
ditasi dan terdaftar oleh Komisi Pemilihan siswa, LSM dan juga pelajar. Kemudian mereka
Umum, pada tahun 2017 Pemantau pemilu harus diberikan pelatihan/sosialisasi untuk melakukan
memperoleh izin dan terdaftar dari Bawaslu pengawasan seperti bentuk laporan yang
RI. Perubahan Pengaturan terkait Pemantauan harus disusun jika dianggap adanya indikasi
Pemilu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 pelanggaran dan tahapan penyelenggaraan
tentang Pemilihan anggota Legislatif (pileg) pemilu. yang kemudian akan dilaporkan secara
pasal 234 ayat 1, Undang-Undang Nomor berjenjang.
42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Presiden Adapun bentuk kegiatan pengawasan
(Pilpres) pasal 174 ayat 1 dan Undang-Undang partisipatif yang dilakukan masyarakat dalam
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pemilihan proses penyelenggaraan Pemilu, sebagaimana
Kepala Daerah (pilkada) pasal 123 ayat 3, dikemukakan Surbakti (2015 50-51), yaitu
terkait dengan persyaratan Pemantau secara meliputi: Pertama, melakukan pendidikan
duplikasi berbunyi; (1) bersifat independen, pemilih. Kedua, melakukan sosialisasi tata
(2) mempunyai sumber dana yang jelas dan (3) cara setiap tahapan Pemilu. Ketiga, melakukan
terdaftar dan memperoleh akreditasi dari KPU, pemantauan atas setiap tahapan Pemilu
KPU Provinsi atau KPU kabupaten/kota sesuai dan menyampaikan penilaian atas Pemilu
cakupan wilayah pemantauannya. Sementara berdasarkan hasil pemantauan. Keempat,
itu dalam Undang-Undang Pemilu No. 7 Tahun melaporkan dugaan pelanggaran Pemilu baik
2017 pasal 436 ayat 1, Pemantau Pemilu harus pelanggaran Kode Etik Penyelenggara pemilu
memenuhi persyaratan (1) bersifat independen, maupun pelanggaran ketentuan administrasi
(2) mempunyai sumber dana yang jelas Pemilu dan pelanggaran ketentuan Pidana
dan (3) teregristrasi dan memperoleh izin Pemilu. Kelima, mendaftarkan diri sebagai
dari Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu pemilih dan mengajak pihak lain untuk
kabupaten/kota sesuai dengan cakupan wilayah mendaftarkan diri sebagai pemilih (termasuk
pemantauannya. mengecek nama sendiri dan anggota keluarga
Dengan ketatnya syarat membentuk lain dalam Daftar Pemilih Sementara). Keenam,
lembaga pemantau ini, maka diharapkan mampu menjadi peserta kampanye Pemilu. Ketujuh,
menjadi motor penggerak pengawal proses memberikan suara pada hari pemungutan suara,
pemilihan oleh penyelenggara pemilu dan menyaksikan proses penghitungan suara di
peserta pemilu. diharapkan dapat mendorong TPS, menjadi Saksi yang mewakili Peserta
peran aktif masyarakat dalam mengamati, Pemilu, dan/atau menjadi anggota KPPS/
mengawasi dan memantau berbagai persoalan PPS/ PPK. Kedelapan, ikut berperan dalam
yang rentan terjadi dalam Pemilu/Pemilihan, proses pemberitaan tentang Pemilu di media
baik itu pelanggaran administratif, pelanggaran cetak atau proses penyiaran tentang Pemilu di
tindak pidana pemilu/pemilihan, maupun media elektronik. Kesembilan, ikut berperan
pelanggaran kode etik yang rentan dilakukan dalam Lembaga Survey yang melaksanakan
oleh penyelenggara dan peserta pemilu. proses penelitian tentang Pemilu dan penyebar
Dalam menindaklanjuti ketentuan tentang luasan hasil penelitian kepada masyarakat
pemantau pemilu tersebut, Bawaslu mengem- umum. Kesepuluh, ikut serta dalam proses
bangkan pengawasan partisipatif dimana peng- Penghitungan Cepat (Quick Count) atas hasil
awasan seluruh tahapan penyelenggaraan pemilu Pemilu di TPS dan menyebar-luaskan hasilnya
melibatkan masyarakat. Bawaslu merekrut kepada masyarakat. Kesebelas, menjadi relawan
masyarakat, bisa dari LSM, mahasiswa dan untuk memastikan integritas hasil Pemilu
juga pelajar untuk terlibat dalam pengawasan dengan merekam dan menyebar-luaskan hasil
pemilu. perhitungan suara di TPS kepada masyarakat
Dalam hal ini Bawaslu melibatkan civil melalui berbagai media yang tersedia.
society sebagai salah satu kontingen dalam Kegiatan pemantauan atas setiap tahapan
pelaksanaan pengawasan yang berintegritas. Pemilu, menyampaikan pengaduan tentang
Pengawasan partisipatif ini direkrut mulai dari dugaan pelanggaran Pemilu, kegiatan Peng-
Pentingnya Pengawasan Partisipatif dalam Mengawal Pemilihan Umum yang Demokratis 25
tanpa diskriminasi. Seluruh calon dan partai pemilu dan masyarakat yang dilibatkan
politik peserta pemilu diperlakukan secara adil dalam pengawasan tahapan penyelenggaraan
dan sama dari segi pengawasan. pemilu harus bersifat independen dan tidak
Selain pengawasan partisipatif dari publik memihak (imparsial) salah satu satu calon /
(masyarakat), partai politik selaku peserta partai politik peserta pemilu sehingga tidak
pemilu harus menjadi komponen yang ikut adanya diskriminasi terhadap siapa pun;
mengawasi jalannya pemilu juga bukan hanya 2. Adanya sosialisasi secara masif yang
sebagai peserta saja, artinya mereka juga harus dilakukan oleh Bawaslu untuk membangun
memiliki kesadaran untuk menjadi peserta kesadaran masyarakat bahwa mereka
pemilu yang berintegritas dimana tidak mela- mempunyai kewajiban untuk mengawal
kukan pelanggaran pemilu dengan alasan hanya hak pilihnya dalam pemilu dengan cara
untuk menang. Menjaga dan mengawasi kader- berpartisipasi dalam pengawasan tahapan
kadernya agar menjadi kader yang memiliki penyelenggaraan pemilu dan juga terhadap
kesadaran politik bahwa mereka juga sebagai lembaga-lembaga terkait pemantauan pemilu
bagian dari masyarakat yang harus ikut serta agar mereka ikut mengawasi tahapan penye-
dalam mengawal integritas proses dan hasil lenggaraan pemilu bukan hanya pada hari
pemilu tersebut, terkait juga dengan saksi di pemungutan suara saja;
Tempat Pemungutan Suara (TPS) agar saksi- 3. Adanya persepsi yang sama antara Bawaslu
saksi tersebut tidak hanya menunggu menerima dan pihak-pihak yang tergabung dalam sentra
hasil dari KPPS saja tetapi ikut berperan aktif Gakkumdu (Penegakkan Hukum Terpadu)
dalam melakukan rekapitulasi/ penghitungan terkait jenis-jenis pelanggaran pemilu dan
suara artinya ikut mengoreksi yang salah dan mekanisme penindakannya;
bersinergi dengan KPPS dan juga Pengawas 4. Partai politik juga harus memberdayakan
Pemilu Lapangan (PPL). saksi-saksi mereka di Tempat Pemungutan
Partai politik juga harus menyadari Suara (TPS) terkait pengawasan pada saat
fungsinya sebagai alat sosialisasi politik yang rekapitulasi penghitungan suara agar tidak
harusnya ikut berperan serta untuk membangun terjadi salah penghitungan suara seperti
asas Luber dan Jurdil di masyarakat sebagai kesalahan dalam menuliskan jumlah suara
tanggung jawab politiknya terhadap masyarakat. pada form Model C1;
Selain partai-partai politik, Komisi Pemi- 5. Partai politik juga aktif mengingatkan
lihan Umum sebagai lembaga penyelenggara kader-kadernya untuk menjalankan hak-hak
Pemilu dengan Divisi Hukum dan Peng- politiknya secara jujur dan adil;
awasannya ikut berperan serta dalam 6. Sinergitas antara Bawaslu dengan Komisi
pengawasan tahapan penyelenggaraan pemilu. Pemilihan Umum dan pihak terkait dalam Hal
Hal ini diakomodir dengan diadakannya sosiali- Pengawasan Seperti Penertiban kampanye
sasi terhadap semua ketentuan dalam setiap dan alat-alat peraga kampanye.
tahapan penyelenggaran pemilu terutama yang
sering bermasalah adalah terkait kampanye Dengan adanya peranan aktif dari Bawaslu,
yaitu jadwal dan juga zona kampanye. Lembaga-lembaga pemantau pemilu dan juga
Koordinasi dengan Bawaslu terkait masyarakat dalam mengawasi pemilu, akan
perlunya penekanan terkait kampanye agar memberikan kesadaran bagi para pelaku politik,
dilaksanakan oleh parpol peserta pemilu sesuai penyelenggara pemilu dan stakeholder terkait
dengan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa untuk menjaga diri, menjaga marwah partainya
melanggar jadwal dan zona kampanye yang sehingga akan tetap berada pada relnya sesuai
telah ditetapkan. dengan porsinya masing-masing, yang pada
akhirnya akan melahirkan suatu pemilu yang
SIMPULAN demokratis.
Dengan adanya partisipasi seluruh pemangku
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disim- kepentingan dalam pengawasan tahapan
pulkan pentingnya pengawasan partisipatif penyelenggaraan pemilu maka diharapkan akan
dalam mengawal pemilu yang demokratis, yang dapat menghasilkan pemilu yang demokratis
dapat tercapai apabila : baik dari prosesnya maupun hasilnya.
1. Badan pengawasan pemilu, pemantau
Pentingnya Pengawasan Partisipatif dalam Mengawal Pemilihan Umum yang Demokratis 27
2014. Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaru- Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang
an TataPemerintahan. Pemilihan Umum Anggota Dewan Per-
Surbakti, R. dkk. (2008). Perekayasaan Sistem wakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Pemilihan Umum: untuk Pembangunan Daerah dan Dewa Perwakilan Rakyat
tata Politik Demokratis. Jakarta: Kemit- Daerah.
raan Bagi Tata Pemerintahan di Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Pene-
Suswantoro, G. (2016). Pengawasan Pemilu tapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Partisipatif. Penerbit : Erlangga. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Walikota Menjadi Undang- Undang
tentang Pemilihan Umum Presiden dan
Wakil Presiden. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum.