Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PATOLOGI KLINIK

TES FUNGSI GINJAL

Dosen Pembimbing : drh. Zuhrawati NA, MS.

OLEH :

Arindya Andrian 1702101010144


Hadi Mulki Satria 1702101010146
Fuadatusa’adah 1702101010148
Dewi Mayang Sari 1702101010150
Ayu Frameswari 1702101010164
Queen Tisya Justicia 1702101010175
Rizki Ading Anugrah 1702101010176
Reza Perdana Putra 1702101010192

Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Syiah Kuala
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat Karunia-
Nya lah penulis mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Tes Fungsi Ginjal“
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada dosen yang mengajar mata
kuliah Patologi Klinik yang telah memberikan penulis kesempatan dalam membuat tugas
makalah ini.

Penulis begitu sadar bahwasanya dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat berharap saran dan kritik yang bersifat membangun
untuk menyempurnakan makalah ini. Penulis pun berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan juga bagi para pembaca pada umumnya.

Banda Aceh, 24 September 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ginjal merupakan organ berbentuk kacang, dengan ukuran kepalan tangan. Ginjal berada
di dekat bagian tengah punggung, tepat di bawah tulang rusuk, satu di setiap sisi tulang
belakang. Setiap hari, proses ginjal seseorang sekitar 200 liter darah untuk menyaring sekitar
2 liter produk limbah dan air ekstra. Limbah dan air ekstra menjadi urin, yang mengalir ke
kandung kemih melalui tabung yang disebut ureter. Kandung kemih menyimpan urin sampai
melepaskannya melalui air seni (NIDDK, 2009).
Fungsi ginjal yaitu sebagai sistem penyaringan alami tubuh, melakukan banyak fungsi
penting. Fungsi ini termasuk menghilangkan bahan ampas sisa metabolisme dari aliran darah,
mengatur keseimbangan tingkat air dalam tubuh, dan menahan pH (tingkat asam-basa) pada
cairan tubuh. Kurang lebih 1,5 liter darah dialirkan melalui ginjal setiap menit. Dalam ginjal,
senyawa kimia sisa metabolisme disaring dan dihilangkan dari tubuh (bersama dengan air
berlebihan) sebagai air seni. Penyaringan ini dilakukan oleh bagian ginjal yang disebut
sebagai glomeruli. Selain mengeluarkan limbah, ginjal merilis tiga hormon penting yaitu
erythropoietin atau EPO, yang merangsang sumsum tulang untuk membuat sel-sel darah
merah; renin, yang mengatur tekanan darah; calcitriol, bentuk aktif vitamin D, yang
membantu mempertahankan kalsium untuk tulang dan untuk keseimbangan kimia yang
normal dalam tubuh (NIDDK, 2009).
Adanya kerusakan dapat memengaruhi kemampuan ginjal kita dalam melakukan
tugasnya. Beberapa dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara cepat (akut); yang
lain dapat menyebabkan penurunan yang lebih lamban (kronis). Keduanya menghasilkan
penumpukan bahan ampas yang toksik (racun) dalam darah. National Kidney Foundation
merekomendasikan tiga tes sederhana untuk skrining penyakit ginjal: tekanan darah
pengukuran, cek spot untuk protein atau albumin dalam urin, dan perhitungan laju filtrasi
glomerulus (GFR) berdasarkan pengukuran kreatinin serum. Mengukur urea nitrogen dalam
darah memberikan informasi tambahan (NIDDK, 2009).
Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat
dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin
phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine
triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin
dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian
energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi
oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin (Riswanto, 2010).
Banyaknya kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa
otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga
menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera
fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot
(Riswanto, 2010). Ginjal mempertahankan kreatinin darah dalam kisaran normal. Kreatinin
telah ditemukan untuk menjadi indikator yang baik untuk menguji fungsi ginjal (Siamak,
2009).
Pada orang yang mengalami kerusakan ginjal, tingkat kreatinin dalam darah akan naik
karena clearance/ pembersihan kratinin oleh ginjal rendah. Tingginya kreatinin
memperingatkan kemungkinan malfungsi atau kegagalan ginjal. Ini adalah alasan memeriksa
standar tes darah secara rutin untuk melihat jumlah kreatinin dalam darah. Hal ini penting
untuk mengenali apakah proses menuju ke disfungsi ginjal (gagal ginjal, azotemia) akut atau
kronik. Sebuah ukuran yang lebih tepat dari fungsi ginjal dapat diestimasi dengan menghitung
berapa banyak kreatinin dibersihkan dari tubuh oleh ginjal, dan ini disebut kreatinin clearance
(Siamak, 2009).
Dengan pemeriksaan laboratorium pada ginjal sangat penting untuk mengetahui kondisi
fungsi ginjal baik dengan gejala atau tidak dengan gejala.
1.2 Tujuan

Mampu menjelaskan uji klinik yang diterapkan pada Evaluasi fungsi ginjal secara BUN (Blood
Urea Nitrogen), Kreatin, Kreatin Klirens.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Ginjal


Ginjal merupakan organ tubuh yang mempunyai peranan penting dalam mengatur
keseimbangan air dan elektrolit, mengeluarkan sisa hasil metabolism etubuh yang tidak
dibutuhkan serta sebagai tempat pembentukan hormon yangmengatur tekanan darah dan
proses pematangan sel darah merah (eritrosit)
Tes dasar untuk fungsi ginjal adalah nitrogen urea darah (blood urea nitrogen/BUN,
atau kadang disebut sebagai urea) dan kreatinin. Tingkat fosfor, natrium atau asam urat yang
tidak normal juga dapat disebabkan oleh ginjal. BUN mengukur tingkat nitrogen darah.
Nitrogen adalah hasil buangan yang disaring oleh ginjal dan dikeluarkan dalam air seni.
Tingkat BUN yang tinggi dapat disebabkan oleh makanan berprotein tinggi, dehidrasi atau
gagal ginjal atau jantung.
Kreatinin adalah hasil buangan dari pencernaan protein. Tingkatnya dalam darah
menunjukkan fungsi ginjal. Dokter menggunakan tingkat kreatinin sebagai pertanda
langsung mengenai baik-buruknya kerja ginjal dalam mengeluarkan produk buangan dari
tubuh

2.2 Kegunaan Dari Test Fungsi Ginjal

 Mengetahui adanya kerusakan pada ginjal


 Mengetahui derajat kerusakan pada ginjal
 Menghilangkan bahan ampas sisa metabolisme dari aliran darah, mengatur
keseimbangan tingkat air dalam tubuh, dan menahan pH (tingkat asam-basa) pada
cairan tubuh.
2.3 Pemeriksaan Fungsi Ginjal dan interpretasi

1. Blood Urea Nitrogen(BUN)

Urea dihasilkan sebagai produk akhir metabolisme protein dan diekresikan melalui
ginjal. Peningkatan kadar nitrogen urea darah dapat menjadi indikasi terjadinya
dehidrasi, gagal prarenal atau gagal ginjal. Sedikit peningkatan kadar BUN dapat
menandakan terjadinya hipovolemia (kekurangan volume cairan). BUN Meningkat
disebabkan produksi meningkat atau ekskresi menurun.

BUN meningkat
• Glumerulonefritis kronik
• pyelonefritis,
• Penyakit ginjal kronik,
• Gagal ginjal akut,
• Shock (pre renal)
• obstruksi saluran kemih (post renal)
• gagal jantung kongesti yang berat,
• katabolisme protein,
• tetrasiklin dengan diuretik
• Hyperalimentation, ketoacidosis, pada DM
• dehidrasi, kortikosteroid (katabolisme protein)
• Perdarahan saluran cerna
• Obat nefrotoksik
• Intake protein tinggi

BUN menurun
• kehamilan
• intake protein kurang,
• cairan infus dengan antibiotik
• kerusakan hati berat
2. kreatinin
Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu kreatinin
dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal
dibandingkan uji dengan kadar nitrogen urea darah (BUN).

Kreatinin meningkat

• Penyakit ginjal dengan penurunan GFR (Glomerular Filtration Rate)


• Obstruksi saluran kemih (post renal)
• Penurunan aliran darah (pre renal)
• Gagal jantung kongesif yang berat,
• Shock, dehidrasi
• Rhabdomiolisis (kadar kreatinin lebih banyak daripada urea)
• Penurunan fungsi ginjal

Kreatinin Menurun
• Massa otot berkurang
• Kehamilan ( GFR meningkat)
• Kerusakan hati yang berat
• Diet protein kurang

3. Kreatinin Klirens
Kreatinin klirens diukur untuk mengestimasi kecepatan filtrasi glomerulus
(GFR). Asumsi kreatinin difiltrasi di glomerulus,, jumlah kreatinin yang
direabsorbsi relatif sedikit dan produksi kreatinin konstan sepanjang waktu.
Gambar 1. Proses pengeluaran urin

Sedangkan pemeriksaan fungsi ginjal tambahan, di antaranya adalah:

 Tes kandungan albumin dalam darah.


 Tes rasio albumin-kreatinin.
 Tes kandungan elektrolit dalam darah dan urine.
 Bersihan kreatinin (CCT) dan protein dalam urine 24 jam.
 Biopsi ginjal.
 Sistoskopi dan ureteroskopis

2.4 Indikasi Pemeriksaan Fungsi Ginjal

Pemeriksaan fungsi ginjal umumnya disarankan pada pasien yang diduga menderita gagal
ginjal akut maupun gagal ginjal kronis. Gejala-gejala yang dapat menandai adanya kerusakan
ginjal adalah:

 Nyeri pada saat buang urinasi


 Mengalami kesulitan pada saat awal buang urinasi
 Hematuria.
 Meningkatnya frekuensi urinasi atau berkurangnya produksi urine.
 Urine berbusa.
 Pembengkakan pada tangan dan kaki akibat penumpukan cairan (edema).
 Tekanan darah tinggi.
 Aritmia.
 Sesak napas.
 Penurunan kesadaran.

Pasien juga dapat diminta untuk menjalani pemeriksaan fungsi ginjal jika memiliki
kondisi-kondisi seperti:

 Diabetes.
 Penyakit jantung.
 Hipertensi.
 Batu ginjal.
 Infeksi.
 Terdapat anggota keluarga dengan riwayat penyakit ginjal.

2.5 Pemeriksaan fungsi ginjal

1. Peringatan Pemeriksaan Fungsi Ginjal

Tidak ada peringatan khusus bagi pasien yang akan menjalani pemeriksaan fungsi
ginjal, baik pemeriksaan melalui sampel darah atau urine. Akan tetapi, pasien yang sedang
mengonsumsi obat pengencer darah atau memiliki kelainan pembekuan darah harus
memberitahukan kepada dokter tentang kondisi tersebut.

2. Persiapan Pemeriksaan Fungsi Ginjal

Pasien akan diminta untuk menghentikan konsumsi obat-obatan tertentu agar hasil
pemeriksaan fungsi ginjal tidak terpengaruh. Khusus pasien yang akan menjalani pemeriksaan
urine selama 24 jam, akan diminta untuk menghindari aktivitas fisik berat pada hari
pengumpulan urine. Ini disebabkan karena aktivitas fisik berat dapat memengaruhi
konsentrasi kreatinin yang terdapat pada urine.

Pasien yang akan menjalani pemeriksaan fungsi ginjal juga akan diminta mengisi data diri
serta riwayat medis untuk kelengkapan pemeriksaan. Selain kadar kreatinin darah, data diri
seperti usia, ras, jenis kelamin, tinggi badan, dan berat badan penting untuk menghitung laju
filtrasi glomerulus (GFR).

2.6 Prosedur Pengambilan Sampel Pemeriksaan Fungsi Ginjal


Pemeriksaan fungsi ginjal dilakukan melalui pengambilan sampel darah dan sampel
urine. Sampel darah diambil menggunakan jarum khusus untuk dianalisis di laboratorium.
Pertama-tama, dokter akan mengikat lengan bagian atas pasien dengan tali khusus, sehingga
pembuluh darah venanya terlihat dengan jelas. Setelah itu, dokter akan membersihkan kulit di
derah vena dengan menggunakan alkohol. Dokter kemudian akan menusukkan jarum khusus
ke dalam pembuluh vena, dan memasang tabung sampel darah pada jarum. Darah akan
mengalir dari pembuluh vena ke dalam tabung tersebut. Jika dirasa sudah cukup, jarum akan
dicabut dan titik bekas tusukan jarum pada kulit akan ditutup dengan plester khusus.

Sedangkan untuk sampel urine, diambil ketika pasien buang air kecil dan disimpan dalam
wadah khusus. Pada saat buang air kecil, biarkan sejumlah urine pada awal buang air kecil
terbuang tanpa ditampung. Setelah itu, tampung urine secukupnya ke dalam wadah sampel
dan tutup rapat. Jika sudah selesai, urine dapat langsung dibawa ke laboratorium untuk
diperiksa atau disimpan di lemari es terlebih dahulu.

Pasien dapat diminta untuk mengumpulkan sampel urine selama 24 jam. Jika diminta
mengambil sampel urine selama 24 jam, pasien harus menampung urine tiap kali buang air
kecil ke dalam wadah sampel. Selama proses pengambilan sampel, wadah penampungan juga
harus disimpan di dalam lemari es sebelum dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.

2.7 Setelah Pemeriksaan Fungsi Ginjal

Sampel yang sudah diambil dari pasien kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk
diperiksa. Pada jadwal pertemuan selanjutnya, ketika hasil pemeriksaan laboratorium sudah
ada, dokter akan membacakan hasil pemeriksaan tersebut.

Dalam tes urine, hasil dapat menandakan adanya kelainan atau penyakit ginjal dari kandungan
zat abnormal dalam urine, seperti gula (glukosa), protein, dan sel darah merah. Pada ginjal
yang sehat, jumlah zat-zat tersebut sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Meski
demikian, adanya zat-zat tersebut tidak selalu menandakan bahwa menderita penyakit ginjal.
Hasil tes urine hanya menjadi pertanda adanya kondisi yang tidak biasa atau tidak normal
pada ginjal.

Pada penderita gangguan ginjal, konsentrasi ureum dalam darah juga meningkat. Namun,
konsentrasi ureum yang tinggi dalam darah juga dapat ditemukan pada yang menderita
dehidrasi, sedang mengonsumsi obat tertentu, atau sedang rutin mengonsumsi makanan
berprotein tinggi. Oleh karena itu, sebelum menjalani pemeriksaan ureum, pasien harus
memberikan informasi mengenai kondisi kesehatan dan aktivitas yang dijalaninya secara
lengkap.

Hasil tes albumin menunjukkan kandungan albumin di dalam darah. Albumin merupakan
protein yang seharusnya diserap kembali oleh ginjal, tidak seluruhnya dibuang melalui urine.
Bila fungsi penyerapan kembali ginjal menurun, kandungan albumin dalam darah juga akan
menurun. Sebaliknya, kreatinin merupakan zat yang seharusnya dibuang melalui urine,
sehingga bila terdapat penurunan fungsi ginjal, kadar kreatinin dalam darah akan meningkat.
Kandungan albumin dan kreatinin dapat diketahui secara kuantitatif, dan dapat dihitung
rasionya untuk mengetahui kondisi ginjal. Rasio yang tinggi menandakan awal mula bocornya
albumin melalui urine.

Dari berbagai hasil tes yang dilakukan serta mempertimbangkan faktor riwayat medis dan
data diri pasien, kondisi ginjal dapat disimpulkan melalui indikator GFR (glomerulo filtration
rate). GFR pada ginjal normal umumnya di atas nilai 60. GFR yang berada di antara nilai 15-
60 menunjukkan adanya penyakit ginjal atau gagal ginjal. Sedangkan GFR yang berada di
bawah 15 menunjukkan gagal ginjal tahap akhir yang membutuhkan terapi pengganti ginjal.

Setelah hasil pemeriksaan fungsi ginjal diketahui, dokter akan melakukan diagnosis penyakit
yang sedang dialami oleh pasien. Jika diperlukan, dokter ginjal dapat meminta pasien untuk
menjalani tes tambahan agar hasil diagnosis lebih akurat. Pasien yang diduga menderita
hipertensi berdasarkan hasil tes, akan diberikan obat-obatan sesuai dengan kondisi yang
diderita. Pasien hipertensi juga dapat dianjurkan untuk mengubah pola hidup dan pola makan.
Jika diduga menderita diabetes, pasien dapat dirujuk ke dokter endokrinologi untuk diberikan
pengobatan lebih lanjut.

2.8 Risiko Pemeriksaan Fungsi Ginjal

Pengambilan sampel urine pada pemeriksaan fungsi ginjal umumnya aman dan tidak
menimbulkan efek samping. Sedangkan pada pengambilan darah, risiko efek samping ada,
namun jarang terjadi. Di antaranya adalah:

 Perdarahan.
 Infeksi di lokasi pengambilan sampel.
 Ruam.
 Nyeri.

2.9 Pencegahan
Untuk pencegahan gangguan fungsi ginjal, tentu harus menyingkirkan atau
mengurangi faktor risiko yang berbahaya tersebut.

 Diabetes dan Hipertensi harus selalu terkontrol baik


 Kolesterol, LDL, Asam urat harus dibawah normal
 Obesitas harus diturunkan
 Hindari obat, jamu yang mengganggu ginjal
 Minum obat sesuia petunjuk dokter
 Minum air jangan kurang dan berlebihan, cukup 6 – 8 gelas/ hari
 Hati-hati menggunakan pewarna makanan
 Jangan menggunakan kosmetik yang mengandung logam berat (Merkuri)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ginjal merupakan organ tubuh yang mempunyai peranan penting dalam mengatur
keseimbangan air dan elektrolit, mengeluarkan sisa hasil metabolism etubuh yang tidak
dibutuhkan serta sebagai tempat pembentukan hormon yangmengatur tekanan darah dan
proses pematangan sel darah merah (eritrosit).
Tes dasar untuk fungsi ginjal adalah nitrogen urea darah (blood urea nitrogen/BUN,
atau kadang disebut sebagai urea) dan kreatinin. Tingkat fosfor, natrium atau asam urat yang
tidak normal juga dapat disebabkan oleh ginjal. BUN mengukur tingkat nitrogen darah.
Nitrogen adalah hasil buangan yang disaring oleh ginjal dan dikeluarkan dalam air seni.
Tingkat BUN yang tinggi dapat disebabkan oleh makanan berprotein tinggi, dehidrasi atau
gagal ginjal atau jantung.
Untuk pencegahan gangguan fungsi ginjal, tentu harus menyingkirkan atau
mengurangi faktor risiko yang berbahaya tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai