Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Radiologi Lanjut
dengan judul “Ruangan Fluoroscopy”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, 27 Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
2.1 Fluoroskopi ........................................................................................................ 3
2.1.1 Sejarah Fluoroscopy ................................................................................. 3
2.1.2 Pengertian Fluoroscopy ............................................................................ 4
2.1.3 Bagian fluoroskopi .................................................................................... 5
2.1.4 Jenis Fluoroskopi ...................................................................................... 6
2.2 Prinsip Kerja......................................................................................................... 7
2.3 Desain Ruangan Fluoroskopi ........................................................................... 8
2.4 Data tabel dinding ruangan Fluoroskopi ........................................................ 9
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fluoroskopi yang ditemukan pada tahun 1896 oleh Thomas A. Edison telah
digunakan sebagai alat kedokteran yang praktis. Di dalam dunia kedokteran
peranan fluoroskopi dalam menegakkan diagnosa sangatlah besar. Setidaknya
sampai saat ini pemeriksaan dengan menggunakan media kontra masih sangat
cenderung meggunakan bantuan fluroskopi untuk pelaksanaannya. Selain itu
fluoroskopi juga mempunyai akurasi yang baik, pemakaian fluoroskopi bagi
radiolog bisa langsung untuk mengamati objek yang dikehendaki dan sekaligus
dapat mengambil radiograf sesuai dengan kebutuhan secara efektif dan efisien.
Adanya peralatan - peralatan yang menggunakan sinar-X maka akan
membantu dalam mendiagnosis dan pengobatan (terapi) suatu penyakit, sehingga
dapat meningkatkan mutu dalam kesehatan masyarakat. Ada juga perkembangan
tentang sinar-X fluoroscopy yang akan membantu dalam mendiagnosis secara jelas
struktur anatomi tubuh manusia.
Alat radiologi yang satu ini memiliki keunggulan yang luar biasa dalam
beberapa hal. Dengan menggunakan alat ini, letak benda atau objek yang ingin
diperiksa di dalam tubuh dapat dengan mudah dideteksi dan dilihat langsung. Yang
lebih canggihnya lagi, teknologi C-Arm juga mampu menampilkan objek secara
tiga dimensi, sehingga dapat dilihat dengan lebih jelas dan utuh dari berbagai sisi
dan posisi.
Salah satu keunggulan alat ini adalah mampu meminimalkan kesalahan dalam
memprediksi letak objek, diagnosis, dan tindakan medis lainnya. Alat ini juga
sering digunakan dalam proses operasi karena dapat memperlihatkan proses
pelaksanaan tindakan medis atau bagian dalam organ tubuh manusia lainnya secara
real time, sehingga proses operasi dan tindakan medis lainnya yang dilakukan dapat
berjalan dengan mudah, akurat, aman, dan nyaman.
Dibalik keunggulannya, yang namanya alat radiologi pasti semuanya
menghasikan sinar x-ray yang jika diterima oleh manusia secara berlebihan akan
menyebabkan bahaya yang sangat serius. Karena disetiap alat radiologi itu pasti
memancarkan radiasi yang berbahaya bagi tubuh manusia, maka dari itu harus di

1
tempatkan pada ruangan khusus yang sudah di perhitungkan keamanannya supaya
paparan radiasi tersebut tidak menyebar keluar.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan tentang fluoroskopi dan bahaya
radiasi yang dipancarkan, maka penulis menyusun makalah dengan judul
“RUANGAN FLUOROSKOPI” untuk menambah wawasan pembaca tentang
bagaimana desain ruangan fluoroskopi yang benar supaya tidak menimbulkan
bahaya dari radiasi yang dipancarkannya..

1.2 Rumusan Masalah


a) Apakah yang dimaksud dengan fluoroskopi?
b) Bagaimana prinsip kerja fluoroskopi?
c) Bagaimana desain ruangan fluoroskopi yang tepat?
d) Bagaimana standart ruangan fluoroskopi?

1.3 Tujuan Penulisan


a) Mahasiswa mampu memahami apa itu fluoroskopi.
b) Mahasiswa mengerti bagaimana prinsip kerja fluoroskopi.
c) Mahasiswa bisa tau desain ruangan flouroskopi.
d) Mahasiswa tau standart ruangan fluoroskopi.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Fluoroskopi
2.1.1 Sejarah Fluoroscopy
Awal fluoroskopi dapat ditelusuri kembali ke 8 November 1895 ketika
Wilhelm Röntgen melihat barium platinosianida layar fluorescing akibat terkena
apa yang ia kemudian akan memanggil x-ray . Dalam beberapa bulan dari
penemuan ini, para fluoroscopes pertama diciptakan. Fluoroscopy awalnyal
hanyalah saluran karton, terbuka pada ujung sempit untuk mata pengamat,
sedangkan ujung lebar ditutup dengan sepotong karton tipis yang telah dilapisi di
dalam dengan lapisan garam logam neon. Gambar fluoroscopic diperoleh dengan
cara ini agak samar. Thomas Edison dengan cepat menemukan bahwa kalsium
tungsten layar menghasilkan gambar lebih terang dan dikreditkan dengan
merancang dan memproduksi fluoroskop komersial pertama yang tersedia. Dalam
masa pertumbuhan, banyak salah memperkirakan bahwa gambar bergerak dari
fluoroskopi sepenuhnya akan menggantikan masih x-ray radiografi , tetapi kualitas
diagnostik unggul dari radiografi sebelumnya dicegah ini terjadi. Ketidaktahuan
dari efek berbahaya dari x-rays mengakibatkan tidak adanya prosedur keselamatan
radiasi standar yang digunakan saat ini. Para ilmuwan dan dokter seringkali akan
menempatkan tangan mereka langsung di sinar x-ray yang mengakibatkan luka
bakar radiasi . Edison asisten Clarence Dally Madison (1865-1904) meninggal
sebagai akibat dari paparan radiasi dari fluoroscopes, dan pada tahun 1903, Edison
meninggalkan karyanya pada fluoroscopes, mengatakan "Jangan bicara dengan
saya tentang X-ray, saya takut mereka menggunakan Trivial untuk teknologi juga
mengakibatkan, termasuk fluoroskop sepatu pas digunakan oleh toko sepatu di
tahun 1930-1950-an.
Perkembangan intensifier gambar X-ray oleh Westinghouse pada tahun 1940-
an dalam kombinasi dengan sirkuit tertutup kamera TV pada 1950-an merevolusi
fluoroskopi. Para kacamata adaptasi merah menjadi usang sebagai penguat citra
memungkinkan cahaya yang dihasilkan oleh layar neon yang akan diperkuat, yang
memungkinkan untuk dilihat bahkan di ruang terang. Penambahan kamera

3
memungkinkan tampilan gambar pada monitor, memungkinkan ahli radiologi
untuk melihat gambar dalam ruang yang terpisah jauh dari risiko paparan radiasi.
Perbaikan yang lebih modern di layar fosfor , penguat gambar dan bahkan
detektor panel datar telah memungkinkan untuk kualitas gambar meningkat dan
meminimalkan dosis radiasi kepada pasien. Fluoroscopes modern menggunakan
CsI layar dan menghasilkan noise-terbatas gambar, memastikan bahwa hasil dosis
radiasi minimal sementara masih mendapatkan gambar dari kualitas yang dapat
diterima.

2.1.2 Pengertian Fluoroscopy


Fluoroskopi adalah cara pemeriksaan yang menggunakan sifat tembus sinar
rontgen dan suatu tabir yang bersifat luminisensi bila terkena sinar tersebut.
Fluoroskopi adalah aplikasi khusus pencitraan sinar-X, di mana layar fluoresen dan
tabung penegas gambar dihubungkan ke sistem televisi sirkuit tertutup. Hal ini
memungkinkan pencitraan real-time dari gerakan dalam struktur atau pengumpulan
agen radiokontras (Kamus Kesehatan). Fluoroskopi adalah alat yang dilengkapi
dengan sebuah layar yang dapat berfluoresensi (Kamus Bahasa Indonesia).
Fungsi utama fluoroskopi adalah untuk menyelidiki fungsi serta pergerakan
suatuorgan atau sistem tubuh seperti dinamika alat peredaran darah, misalnya
jantung, dan pembuluh darah besar, serta pernafasan berupa pergerakan diafragma
dan aerasi paru- paru.

Gambar 1: Fluoroskopi

4
2.1.3 Bagian fluoroskopi

Gambar 2: Bagian Fluoroskopi

a) X-ray tube dan generator.


Tube sinar-X fluoroskopi sangat mirip desainnya dengan tube sinar-X
diagnostik konvesional kecuali bahwa tube sinar-X fluoroskopi dirancang untuk
dapat mengeluarkan sinar-X lebih lama dari pada tube diagnostik konvensional
dengan mA yang jauh lebih kecil.
b) Image Intisifier.
Semua sistem fluoroskopi menggunakan Image Intisifier yang menghasilkan
gambar selama fluoroskopi dengan mengkonversi low intensity full size
image ke high-intensity minified image. Image Intisifier adalah alat yang berupa
detektor dan PMT (di dalamnya terdapat photocatoda, focusing electroda, dinode,
dan output phospor). Sehingga memungkinkan untuk melakukan fluoroskopi dalam
kamar dengan keadaan terang dan tanpa perlu adaptasi gelap (Sjahriar Rasad,
1998). Image Intisifier terdiri dari:
1. Detektor
Terbuat dari crystals iodide (CsI) yang mempunyai sifat memendarkan
cahaya apabila terkena radiasi sinar-X.
2. PMT (Photo Multiplier Tube).
Terdiri Dari :
 Photokatoda.

5
Terletak setelah input phospor. Memiliki fungsi untuk merubah cahaya
tampak yang diserap dari input phospor menjadi berkas elektron.
 Focusing Electroda.
Elektroda dalam focus Image Intensifier meneruskan elektron-elektron
negatif dari photochatode ke output phospor.
 Anode dan Output Phospor.
Elektron dari photochatode diakselerasikan secara cepat ke anoda karena
adanya beda tegangan seta merubah berkas elektron tadi menjadi sinyal
listrik.
Komponen-komponen tabung yang terdapat pada kaca atau pembungkus
dari logam berfungsi untuk melindungi komponen-komponen tersebut,
tetapi fungsi yang lebih penting yaitu agar tabung tetap hampa udara.
Saat diinstall, tabung dimasukkan ke dalam peti logam untuk
melindunginya dari penanganan yang kasar.
Sinar-X yang keluar dari pasien dan terjadi pada tabung penguat gambar
ditransmisikan ke kaca pelindung (glass Envelope) dan berinteraksi
dengan input phosphor yaitu Cesium Iodide (CsI). Ketika sinar-X
berinteraksi dengan input phosphor, energinya diubah menjadi cahaya
tampak sama dengan efek Intensifying Screen (IS) radiografi.
c) Sistem Monitoring dan Video.
Umumnya penempatan monitor berada di luar ruang pemeriksaan. Monitor
televisi juga digunakan untuk menyimpan gambar dalam bentuk elektronik untuk
ditampilkan kembali dan menipulasi gambar. Monitor televisi merupakan bagian
penting dari pesawat fluroskopi digital.

2.1.4 Jenis Fluoroskopi


a. Fluoroskopi Konvensional
Dilengkapi dengan scatter grid dan spot film device. Fluoroscopy
konvensionalmasih divisualisasikan dalam ruang yang kedap terhadap cahaya dan
tingkatkecerahan terbatas.

6
Gambar 3: fluoroskopi konvensional

b. Fluoroskopi Modern
Fluoroskopi ini divisualisasikan dalam ruang bercahaya dan tingkat
kecerahan tinggi. Dengan menggunakan kamera dan fiber optic maka pemeriksaan
dengan fluoroskopiini dapat dipantau melalui monitor.

Gambar 4: Fluoroskopi Modern

2.2 Prinsip Kerja


Pada saat pemeriksaan fluoroskopi berlangsung, berkas cahaya sinar-x primer menembus
tubuh pasien menuju input screen yang berada dalam Image Intensifier Tube yaitu sebuah tabung
hampa udara yang terdiri dari sebuah katoda dan anoda. Input screen yang berada pada Image

7
Intensifier adalah layar yang menyerap foton sinar-x dan mengubahnya menjadi berkas cahaya
tampak, yang kemudian akan ditangkap oleh PMT (Photo Multiplier Tube). PMT terdiri dari
photokatoda, focusing elektroda, dan anoda dan output phospor. Cahaya tampak yang diserap
oleh photokatoda pada PMT akan dirubah menjadi elektron, kemudian dengan adanya
focusing Elektroda elektron-elektron negatif dari photokatoda difokouskan dan dipercepat menuju
dinoda pertama.
Kemudian elektron akan menumbuk dinoda pertama dan dalam proses tumbukan akan
menghasilkan elektron-elektron lain. Elektron-elektron yang telah diperbanyak jumlahnya yang
keluar dari dinoda pertama akan dipercepat menuju dinoda kedua sehingga akan menghasilkan
elektron yang lebih banyak lagi, demikian seterusnya sampai dinoda yang terakhir. Setelah itu
elektron-elektron tersebut diakselerasikan secara cepat ke anoda karena adanya beda potensial
yang kemudian nantinya elektron tersebut dirubah menjadi sinyal listrik.

2.3 Desain Ruangan Fluoroskopi

Gambar 5: Desain Ruangan Fluoroskopi

Keterangan:
a. Ruang tunggu perawat dan keluarga pasien, digunakan untuk keluarga dan
kerabat pasien menunggu hasil. Selain itu juga digunakan untuk pasien
yang lain mengantri.
b. Ruang operator digital radiografi, digunakan untuk radiografer mengolah
hasil gambar. Selain itu juga digunakan untuk mengamati hasil dari
pemeriksaannya.

8
c. Ruang digital radiologi, digunakan untuk pemeriksaan pasien. Tempat
berlangsungnya penyinaran x-ray.
d.
2.4 Data tabel dinding ruangan Fluoroskopi

TEBAL
Dinding
NO
Ruangan
Tembok Pb Plasteran Semen Tripleks
(cm) (mm) (cm) (cm)
1 A 16 2 ─ ─
2 B 27 2 ─ ─
3 C 30 ─ ─
4 D 16 2 ─ ─
5 E 16 2 ─ ─
6 F 16 2 7cm ─
7 Jendela ─ 2 ─ ─
8 Pintu B ─ 2 ─ 3,5
9 Pintu C ─ ─ 4
10 Pintu E ─ ─ 4

9
BAB III PENUTUP

10
DAFTAR PUSTAKA

11

Anda mungkin juga menyukai