Anda di halaman 1dari 4

LO 12

12. Tatalaksana Gizi Buruk


1. Fase Stabilisasi
Bertujuan untuk mengidentifikasi dan menatalaksana masalah yang mengancam
nyawa di rumah sakit sehingga defisiensi spesifik dan abnormalitas metabolic dapat
dikembalikan dan pemberian makanan dimulai. Pada fase ini, peningkatan jumlah formula
diberikan secara bertahap dengan tujuan memberikan makanan awal supaya anak dalam
kondisi stabil. Formula hendaknya hipoosmolar rendah laktosa, porsi kecil dan sering.
Setiap 100 ml mengandung 75 kal dan protein 0,9 gram. Diberikan makanan formula 75
(F 75). Resomal dapat diberikan apabila anak diare/muntah /dehidrasi, 2 jam pertama setiap
½ jam selanjutnua 10 jam berikutnya diselang seling dengan F75.
2. Fase Transisi
Pada fase ini anak mulai stabil dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak
(cathup). Diberikan F100, setiap 100 ml F100 mengandung 100 kal dan protein 2,9 gram.

3. Fase Rehabilitasi
Pemberian makanan secara intensif bertujuan untuk mengembalikan berat badan
yang hilang, dan meningkatkan stimulasi emosional dan fisis. Ibu sebagai pelau rawat
dilatih dan dipersiapkan untuk melanjutkan perawatan dirumah dan dilakuka persiapan
keluar RS. Terapi nutrisi fase ini adalah untuk mengejar pertumbuhan anak. Diberikan
setelah anak sudah bisa makan. Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi
berdasarkan BB< 7 kg diberi MP-ASI dan BB ≥ 7 kg diberi makanan balita. Diberikan
makanan formula 135 (F 135) dengan nilai gizi setiap 100 ml F135 mengandung energi
135 kal dan protein 3,3 gram
4. Fase Pemantauan ( Fase Tindak Lanjut dilakukan dirumah)
Setelah anak dinyatakan sembuh, bila BB/TB atau BB/PB ≥ -2 SD, tidak ada gejala
klinis dan memenuhi kriteria selera makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat
dihabiskan, ada perbaikan kondisi mental, anak sudah dapat tersenyum, duduk, merangkak,
berdiri atau berjalan sesuai umurnya, suhu tubuh berkisar antara 36,5 – 37, 7 oC, tidak
muntah atau diare, tidak ada edema, terdapat kenaikan BB sekitar 50g/kg BB/minggu
selama 2 minggu berturutturut8. Mineral Mix dapat diberikan sebagai nutrisi gizi buruk
yang terbuat dari bahan yang terdiri dari KCl, tripotasium citrat, MgCl2.6H2O, Zn asetat
2H2O dan CuSO4.5H2O, bahan ini dijadikan larutan.
Mineral mix ini dikembangkan oleh WHO dan telah diadaptasi menjadi pedoman
Tatalaksana Anak Gizi Buruk di Indonesia. Mineral mix digunakan sebagai bahan
tambahan untuk membuat Rehydration Solution for Malnutrition (ReSoMal) dan Formula
WHO

Tatalaksana pada pasien gizi buruk harus dilakukan dalam 4 fase yaitu stabilisasi (hari 1--
7), transisi (8-14 hari), fase rehabilitasi (minggu ke 3-6), fase tindak lanjut (minggu ke-7-
26).
Empat fase tersebut dicapai dengan 10 langkah seperti dalam tabel berikut :
13. Prognosis Gizi Buruk
Jika pasien yang mengalami gizi buruk diberikan tatalaksana yang baik dan tepat, maka pasien
tersebut akan sembuh dan prognosisnya pun baik. Akan tetapi sebaliknya, jika tatalaksana kurang
baik dan tepat, maka akan segera timbul berbagai macam komplikasi tehadap pasien dan dapat
berujung pada kematian. Prognosis pada penyakit ini buruk karena banyak menyebabkan
kematian dari penderitanya akibat infeksi yang menyertai penyakit tersebut, tetapi
prognosisnya dapat dikatakan baik apabila malnutrisi ditangani secara tepat dan cepat.
Kematian dapat dihindarkan apabila dehidrasi berat dan penyakit infeksi kronis lain seperti
tuberkulosis atau hepatitis yang menyebabkan terjadinya sirosis hepatis dapat dihindari.
15. tujuan pemberian penicillin
?

Daftar Pustaka

 Wibisono, Elita dkk. 2016. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV Jilid I. Media Aesculapis
: Jakarta

 Krisnansari,diah. 2010. Nutrisi dan gizi buruk. Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1

 Pudjiadi Solihin. Penyakit KEP (kurang Energi dan Protein) dari Ilmu Gizi Klinis
pada Anak. Edisi keempat. Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia. Jakarta.
2005 : 95-137.

Anda mungkin juga menyukai