Anda di halaman 1dari 44

FISIKA BANGUNAN

Buku-buku yang digunakan :


 Prasasto Satwiko. 2004(a). Fisika Bangunan I. Yogyakarta : Penerbit Andi
 Prasasto Satwiko. 2004(b). Fisika Bangunan II. Yogyakarta : Penerbit Andi
 J. Pamudji Suptandar. 2004. Faktor Akustik. Jakarta : Djambatan
 Leslie L. Doelle. 1993. Akustik Lingkungan. Jakarta : Penerbit Erlangga
 Peter Lord & Duncan Templeton. 2001. Detail Akustik. Jakarta : Penerbit Erlangga

(AKUSTIKA)

A. PENGERTIAN AKUSTIK
Akustik adalah ilmu tentang bunyi.
Penataan bunyi pada bangunan mempunyai dua tujuan : untuk kesehatan (mutlak) dan untuk kenikmatan (diusahakan).
Problem akustik dianalisa dengan mendasarkan pada 5 faktor :
a. sumber suara
b. perambatan suara
c. penerimaan suara
d. intensitas suara
e. frekuensi suara
B. GEJALA AKUSTIK DALAM RUANG TERTUTUP
Perambatan dari gelombang bunyi didalam ruangan lebih sulit dari pada di luar ruangan.
Kelakuan bunyi :
1. Bunyi datang / bunyi langsung
2. Bunyi pantul
3. Bunyi yang diserap oleh permukaan
4. Bunyi difus
5. Bunyi difraksi / dibelokkan
6. Bunyi transmisi
7. Bunyi hilang dalam struktur
8. Bunyi dirambatkan struktur bangunan
a. Pemantulan Bunyi

1) Permukaan yang keras dan rata memantulkan hampir semua energi bunyi yang jatuh padanya.
Gejala pemantulan bunyi  pemantulan sinar
2) Pantulan pada bidang cekung menyebabkan energi yang memusat.
3) Pantulan pada bidang cembung menyebabkan menyebarkan gelombang bunyi.

b. Penyerapan Bunyi
Adalah perubahan energi bunyi menjadi menjadi bentuk lain
 Bahan berpori dan manusia menyerap sebagian besar gelombang bunyi yang menumbuknya.
 Unsur – unsur pokok yang menunjang penyerapan bunyi adalah :
1. Lapisan permukaan dinding, lantai, atap / plafon.
2. Isi ruangan seperti penonton, bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan lunak dan karpet.
3. Udara dalan ruangan.
 Efisiensi penyerapan bunyi pada suatu bahan pada frekuensi tertentu yaitu semakin besar koefisien dari suatu bahan maka bunyi
diserap semakin banyak.
 Penyerapan bunyi suatu permukaan di ukur dengan SABINE yaitu orang yang pertama mengetahui hubungan kuantitatif antara
waktu dengung, volume ruang dan jumlah penyerapan total yang digunakan pada dinding ruang.

c. Difusi Bunyi
Yaitu bila tekanan bunyi di setiap bagian ruangan sama dan gelombang bunyi dapat merambat dalam semua arah.
- Difus diperlukan pada jenis ruang tertentu seperti ruang konser, studio radio dan rekaman dan ruang – ruang musik.
- Difus dapat diciptakan dengan cara :
1. Ketidak beraturan permukaan.
2. Selang seling antara bidang penyerap dan pemantul.
3. Lapisan akustik dengan penyerapan berbeda.
d. Difraksi Bunyi
Adalah gejala akustik yang menyebabkan gelombang bunyi di belokkan / dihamburkan sekitar penghalang seperti sudut, kolom, tembok
dan balok.
Hal ini lebih nyata pada frekuensi rendah daripada frekruensi tinggi.

e. Resonansi Bunyi
Adalah ikut bergetarnya suatu benda akibat getaran benda lain.
1. Dipantulkan kembali sebagai gelombang getaran resonansi yang dikembalikan oleh bahan dinding.
2. Dipantulkan kembali sebagai pantulan permukaan.
C. ISTILAH DALAM AKUSTIK
- BUNYI adalah gelombang getaran mekanis dalam udara atau benda padat yang masih bisa ditangkap oleh telinga normal manusia,
dengan rentang 20 – 20.000 Hz.
- KECEPATAN BUNYI adalah kecepatan rambat bunyi pada suatu media, diukur dengan m/dtk. Kecepatan bunyi tetap pada media
tertentu, tidak tergantung pada medianya tetapi tergantung pada frekuensinya. Kecepatan rambat bunyi di udara 340m/dtk.

- FREKUENSI BUNYI adalah jumlah getaran perdetik dan diukur dengan Herzt. Makin tinggi frekuensi, maka semakin tinggi bunyi.
63 – 250 Hz  bunyi rendah
250 – 2000 Hz  bunyi tengah
2000 Hz – 16.000 Hz  bunyi tinggi
- KEBISINGAN adalah suara yang tidak dikehendaki atau mengganggu.
Ambang bunyi adalah intensitas bunyi yang sangat lemah yang masih dapat didengar telinga manusia, berenergi 10-12 W/m2 atau 0 dB.
Ambang sakit adalah kekuatan bunyi yang menyebabkan rasa sakit pada telinga manusia , berenergi 1W/m2.
- KRITERIA KEBISINGAN (NOISE CRITERION=NC) atau bunyi latar yang diperkenankan agar aktivitas tak terganggu adalah
tingkat kebisingan terendah yang dipersyaratkan untuk ruang tertentu menurut fungsi utamanya.

- PENGURANGAN KEBISINGAN (NOISE REDUCTION=NR) adalah pengurangan kekuatan bunyi (dalam dB).
- TINGKAT KEBISINGAN YANG DIPERBOLEHKAN (ACCEPTABLE NOISE LEVEL) adalah tingkat kebisingan yang
diperkenanankan terjadi disuatu ruangan agar aktivitas tak terganggu.

- KEHILANGAN TRANSMISI (TRANSMITION LOSS = TL) adalah daya media untuk menghambat bunyi (diukur dlm dB).
- KEKERASAN (LOUDNESS) adalah kekuatan bunyi yang dirasakan oleh telinga manusia, diukur dg. foon atau dBA (weighted
decibel). Kekerasan bunyi dibedakan dengan tingkat bunyi (sound level). Dengan kesepakatan, grafik kekerasan bunyi bertemu dengan
grafik tingkat bunyi pada frekuensi 1000Hz.
- BUNYI AMBIEN (AMBIENT SOUND) adalah bunyi total di suatu ruangan (diukur dlm dB).
- WAKTU DENGUNG (REVERBERATION TIME = RT) adalah waktu yang diperlukan oleh bunyi untuk berkurang 60 dB, dihitung
dalam detik. Waktu dengung yang terlalu pendek akan menyebabkan ruangan ‘mati’, sebaliknya waktu dengung panjang akan
memberikan suasana ‘hidup’ pada ruangan.
- SERAPAN (ABSORPTION) adalah perbandingan antara energi yang tidak dipantulkan kembali dan energi bunyi keseluruhan yang
datang , diukur dalam Sabine. Serapan bahan akan menentukan lama waktu dengung.
- PENYERAPAN BUNYI (SOUND-ABSORBING) adalah kemampuan suatu bahan untuk meredam bunyi yang datang, dihitung dalam
persen atau pecahan bernilai 0    1. 0 berarti seluruh bunyi datang dipantulkan sempurna dan sebaliknya.
- INTENSITAS BUNYI adalah banyaknya energi bunyi per unit luasan diukur dalam Watt/m2.
- TINGKAT BUNYI adalah perbandingan logaritmis energi suatu sumber bunyi dengan sumber bunyi acuan, diukur dalam decibel
(dB).
- WARNA BUNYI adalah efek yang ditimbulkan oleh perpaduan antara beberapa bunyi yang ditimbulkan oleh satu sumber bunyi.
C. ASPEK MATEMATIS

1. Intensitas bunyi
Pengertian : banyaknya energi perunit luasan, diukur dengan Watt/m2.
Rumus : I = w/4D2 (W/m2)
I = intensitas bunyi (W/m2)
W = energi yang dikeluarkan bunyi (Watt)
D = jarak (m)
2. Tingkat bunyi
Pengertian : perbandingan logaritmis energi suatu sumber bunyi dengan sumber bunyi acuan, diukur dalam decibel (dB).
Rumus : L1 = 10 log I/Io (dB)
L1 = tingkat intensitas bunyi (dB)
I = intensitas bunyi (W/m2)
Io = intensitas bunyi acuan, diambil 10-12W/m2
3. Kehilangan transmisi (Transmission Loss, TL)
Pengertian : daya media untuk menghambat bunyi, diukur dg. DB.
Rumus :
Transmission Loss (TL) dinding homogen tak berpori, dihitung rata-rata untuk 50-5000 Hz TLrata-rata=18 log M + 8 dB
Sedangkan, untuk menghitung TL pada frekuensi tertentu : TLf=18 log M + 12 log f – 25 dB
M = massa dinding (kg/m2)
f = frekuensi (Hz)
4. Waktu dengung (Reverberation Time, TR)
Pengertian : waktu yang diperlukan oleh bunyi untuk berkurang 60 dB, dihitung dalam detik.
Rumus Sabine : TR=0,16(V/S) (detik)
V = volume ruang (m3)
S = penyerapan total pada frekuensi bunyi bersangkutan, Sabin. Biasanya dihitung pd. Frekuensi 125, 250, 500, 1000 &
2000Hz.
Untuk ruangan studio rekaman atau ruang tanpa gema karena perbandingan antara serapan dan volume ruang sangat ekstrim dipakai
rumus Eyring.
Rumus Eyring : TR=0,16[V-/S(2,3 log(1-))]
V = volume ruang (m3)
S = jumlah luas permukaan (m2)
 = koefisien serapan bunyi rata-rata, (=S/S)
5. Tingkat tekanan bunyi dalam ruangan (Lp)
Rumus : Lp=Lw-10logS + 16 dB (dB)
Lp = tingkat tekanan bunyi (ruangan), (dB)
Lw = tingkat daya (sumber) bunyi, (dB)
S = penyerapan total pada frekuensi bunyi bersangkutan (Sabin)
6. Pengurangan kebisingan (Noise Reduction, NR), dengan penambahan peredaman
Pengertian : perbandingan logaritmis antara sebelum & sesudah penambahan bahan peredam kebisingan pada ruangan..
Rumus : NR = 10log(a2/a1) (dB)
a1 = total penyerapan bunyi ruangan pada kondisi awal peredaman awal (Sabin)
a2 = total penyerapan bunyi ruangan pada kondisi setelah diperbaiki (Sabin)
7. Pengurangan kebisingan (Noise Reduction, NR), antara dua ruang
Rumus : NR = TL – log(S/a) (dB)
TL = pengurangan bunyi oleh dinding yang membatasi (dB)
S = luas dinding yang membatasi (dB)
a = peredaman di ruang penerima (Sabin)
8. Pengurangan kebisingan (Noise Reduction, NR), oleh penghalang eksterior
Rumus : NR = 20 log [(2N)0,5/tan(2N)0,5] + 5 dB
N = 0,006f.(A+B-d) dalam (dB)
f = frekuensi (Hz)
A+B = jarak terdekat melewati penghalang (melalui atas atau samping penghalang (m)
d = jarak lurus antara sumber bunyi dan penerima bunyi (m)
9. Kriteria kebisingan (Noise Criterion, NC)
Pengertian : tingkat kebisingan terendah yang dipersyaratkan untuk ruang tertentu agar aktivitas tidak terganggu menurut fungsi
utamanya, satuannya dalam dB.
10. Tingkat bunyi gabungan beberapa sumber bunyi
Sumber-sumber bunyi yang secara bersama-sama mengeluarkan suara pada suatu area akan membentuk tingkat bunyi gabungan.
Jika masing-masing sumber bunyi diketahui tingkat bunyinya maka penjumlahan tingkat bunyi tersebut mengikuti aturan sbb :
Perbedaan tingkat bunyi antara Bilangan penambah pada sumber
dua sumber (dB) bunyi yg. tingkatnya lebih tinggi
(dB)
0-1 3
2-3 2
4-8 1
9- 0
D. ASPEK PERANCANGAN
1. Aspek perancangan secara umum
 Mengenali fungsi utama ruangan
 Untuk memudahkan menentukan Waktu Dengung (TR) dan Kriteria Kebisingan (NC).
 Untuk memudahkan karakter audiens.
 Mengenali lingkungan sekitar ruangan
 Dengan mengenali karakter lingkungan dapat menentukan seberapa jauh ruangan harus kedap suara.
 Menentukan Transmission Loss (TL) penutup ruangan.
 Mengatur pengelompokan ruangan (zonning) untuk menempatkan ruangan yg. membutuhkan penanganan akustik pada
area yang paling terlindungi.
 Merancang detail
 Untuk menyerap frekuensi tinggi diperlukan bahan yg. mempunyai koefisien penyerapan bunyi yg. lebih besar.
 Pemilihan bahan penyerap untuk ruangan harus dapat memberikan nilai estetis arsitektural ruangan.
2. Strategi umum penanganan kebisingan
 Sumber bunyi
 Sumber bunyi diatur sedemikian rupa sehingga mengeluarkan intensitas bunyi yg. minimal.
 Membungkam sumber bunyi dengan dengan cara memberikan penutup yg. melingkupi sumber dengan bunyi dari bahan
yang memiliki hambatan suara tinggi (TL besar).
 Media rambatan bunyi
 Mengurangi rambatan bunyi dari getaran mesin dg. pemakaian pegas atau peredam getaran.
 Jika tidak memungkinkan, penerima bunyi menggunakan penutup telinga.
3. Strategi umum penanganan kebisingan ruang luar
 Memanfaatkan jarak karena tingkat bunyi semakin berkurang bila jarak semakin besar. Untuk bangunan kritis, cari lokasi
bangunan dg. gangguan bunyi minimal.
 Mengelompokkan aktivitas memiliki potensi bising dan memerlukan ketenangan. Atau memisahkan ruangan-ruangan tersebut
dg. ruangan yg. tidak mensyaratkan ketenangan sbg. barier.
 Menjauhkan bukaan (pintu atau jendela) dari sumber kebisingan.
4. Strategi umum penanganan kebisingan ruang dalam
 Memberi peredaman pd. sumber bising.
 Mengisolasi sumber bising atau memakai penghalang bunyi.
 Mengelompokkan aktivitas memiliki potensi bising dan memerlukan ketenangan. Atau memisahkan ruangan-ruangan tersebut
dg. ruangan yg. tidak mensyaratkan ketenangan sbg. barier.
 Meletakkan sumber-sumber bising pada bagian bangunan yg.masif (misalnya : basement, core)
 Mengurangi kebisingan akibat bunyi injak dg. bahan-bahan yg. lentur.
 Mengurangi kebisingan pd. ruangan bising dg. bahan-bahan peredam.
 Menempatkan sumber bising pd. bangunan lain atau terpisah strukturnya dg. bangunan lainnya.
5. Strategi ventilasi buatan (AC)
 Bangunan auditorim
 Agar angin merata dan pelan pd. auditorium, dg. lubang difuser yg. lebar akan mengurangi kecepatan angin sehingga
mengurangi desis.
 Menggunakan AC central untuk mencapai penghuni dengan merata.
 Bagian dalam ducting dilapisi peredam dan dibelokkan.
 Bangunan atau ruangan biasa.(kantor pribadi, ruang tidur)
 Menggunakan AC split yang mempunyai tingkat kebisingan rendah karena difuser (indoor) dan kompresornya (outdoor)
terpisah.
6. Penanganan resonansi dari getaran mesin
 Memberi bantalan pegas lembek untuk meredam getaran rendah mesin &
 Memberi bantalan pegas keras untuk meredam getaran tinggi mesin.
 Massa yang masif, berat dan mengapung pada bahan yang lembek (pegas) akan meredam rentang frekuensi lebih lebar.
7. Pemilihan bahan
 Gunakanlah bahan akustik dg. koefisien serap () sesuai kebutuhan penyerapan.
 Penampilan bahan tersebut sesuai dg. karakter estetik ruangan.
 Tahan terhadap api, pemasangan mudah dan biaya pemasangan memadai.
 Awet, dapat menahan kondisi kerja tertentu (suhu, kelembaban dll), tahan terhadap uap air dan kondensasi serta jamur.
 Memiliki bilangan pantul cahaya sesuai dg. rancangan pencahayaan ruangan.
8. Auditorium
 Tingkat bunyi pembicara harus lebih besar dari 15 dB dari kriteria kebisingan ruangan (NC).
 Volume kursi, antara 2,25 – 4,25 m3.
 Waktu dengung (TR) < 1.2 dtk bila digunakan untuk teater (diutamakan frekuensi 250-400 Hz) atau < 0.8 dtk bila digunakan
sbg. ruang kelas.
 Penyerapan bunyi disesuaian dengan frekuensi bicara., panil-panil diletakkan di dinding bukan langit-langit karena langit-langit
dimanfaatkan sebagai pemantul suara.
 Perbedaan jarak antara bunyi langsung dan tak langsung <11m.
 Kemiringan penonton >7o.
 Bunyi latar belakang 34 dB, NC 25.
 Bila kapasitasnya lebih dari 500 kursi, sebaiknya memakai pengeras suara.
 Ekspresi wajah dapat dikenali dari jarak 12m, gerak tubuh <20m, gerakan besar <30m.
 Sudut area kursi sebaiknya 140o.
9. Ruang musik
 Tidak ada ruang khusus untuk musik tertentu, pemilihan RT-nya ditetapkan dg. teliti.
 Balkon tidak boleh terlalu menonjol. Tonjolan balkon (D)  tinggi balkon (H) untuk ruang konser atau D  2H untuk ruang
opera.
 Frekuensi bunyi dari instrumen musik antara 30 s/d 12.000 Hz.
 Untuk panggung, tiap pemusik membutuhkan luas lantai 1,1 s/d 1,4 m2 dan tiap anggota paduan suara membutuhkan luas lantai
0,3s/d0,4 m2.
 Panjang, lebar & tinggi panggung paling tidak 18 x 9 x 0.5 m.
10. Bioskop
 RT bioskop antara 0,8 s/d 1,2 dtk. Untuk bunyi monofonik harus sedekat mungkin dengan nilai optimum. Sedangkan untuk
bunyi stereofonik, RT harus lebih kecil.
 Nilai volume tempat duduk 2,8 m3 s/d 4,3 m3.
 Pemantul bunyi diatas, harus digunakan diatas layar. Seluruh langit-langit atau paling sedikit sebagian besar daerah tengah harus
dibuat reflektif.
 Kesenjangan waktu antara sumber bunyi dan bunyi pantul pertama < 40dtk atau jarak 13,7 m.
 Permukaan vertikal kecuali yg. dekat layar, diberi lapisan penyerap.
 Panjang ruang yang berlebihan diatas 46 m harus dihindari.
11. Teater terbuka & panggung konser
 Lokasi dipilih ditinjau dari topografi, kondisi atmosfir (angin, temperatur dll) dan sumber bising luar terhadap perambatan dan
penerimaan.
 Menyediakan jumlah permukaan pantul maksimum dekat dengan sumber bunyi.
 Panggung harus dinaikkan dg. baik dan area penonton dibuat bertangga dengan curam.
12. Studio
 Ukuran dan bentuk studio optimum harus diterapkan.
Jenis studio Tinggi Lebar Panjang
Kecil 1 1,25 1,6
Sedang 1 1,5 2,5
Dg. langit-langit relatif panjang 1 2,5 3,2
Dg. panjang yg. luar biasa relatif thd. lebar 1 1,25 3,2
Tabel Ratio dimensi ruang studio.
 Derajat difusi (penyebaran) bunyi yg. tinggi harus dijamin. Seperti permukaan tak teratur harus banyak digunakan dan harus
cukup besar.
 Karakteristik dengung ideal harus diadakan. RT optimum untuk studio sangat penting untuk kualitas akhir bunyi, tetapi RT yang
nyata dalam studio, seperti yg. didengar oleh pendengar, akan tergantung juga pd. teknik penangkapan mikrofon (posisi
mikrofon, jarak antara sumber bunyi dan mikrofon, jumlah mikrofon yg. digunakan secara serentak dll) dan pada kualitas
mikrofon terutama keterarahannya.
 Cacat akustik harus dicegah sama sekali. Permukaan sejajar harus dihindari (terutama studio medium & besar) atau diatur
dengan bahan-bahan akustik yg. sangat menyerap meliputi jangkauan frekuensi antara 63 – 8000 Hz.
 Bising dan getaran harus dihilang sama sekali.
 Bising dari luar dan dalam studio dikurangi serendah mungkin.
 Memberi zona penahan/penghalang sekitar kawasan studio.
 Pemasangan peralatan ventilasi atau pengkondisian udara yang bising dalam jarak sekitar 30 m harus dicegah.

D. CONTOH PERHITUNGAN
1. Penggandaan bunyi
Soal : Tingkat bunyi sebuah genderang adalah 80 dB. Berapakah tingkat bunyi 100 genderang yang dibunyikan bersama-sama?
Jawab :
LI 2 = 10 log(I1/I0)
80 = 10 log(I1/10-12)
8 = log(I1/10-12)
1,0 x 108 = (I1/10-12)
I1 = 1,0 x 108 x 10-12
= 10-4 W/m2  1 bh. gendang
L1 2 = 10 log(I1/I0)
= 10 log(100 x I1/I0)
= 10 log(100 x 10-4/10-12)
= 10 log1010
= 100 dB  100 bh. gendang
2. Menjumlahkan bunyi
Soal : Hitunglah tingkat bunyi 7 sumber bunyi yang mempunyai tingkat bunyi masing-masing 40 dB, 47 dB, 51 dB, 52 dB, 57 dB,
60 dB dan 61 dB dengan menggunakan tabel.
Jawab :
40
48
47
56
51
55

52
65
57
62
60
65

61 Jadi tingkat bunyi gabungan 7 sumber bunyi adalah 65 dB.


3. Penurunan tingkat bunyi oleh jarak
Soal : Sebuah sumber bunyi tercatat mempunyai intensitas bunyi = 10 -2 W/m2 pada jarak 10 m. Hitunglah tingkat bunyi, L1, bila
jarak digandakan menjadi 20 m.
Jawab : I
ntensitas bunyi pada jarak 10 m = I1= 10-2 W/m2. Menurut teori penggandaan jarak berarti pengurangan intensitas bunyi menjadi =
1/(L1/L0)2 = 1/(20/10)2=1/4 –nya. Jadi pada jarak 20 m = I2=0,25 x 10-2 W/m2.
Tingkat bunyi pada jarak 10 m,
LI 1 = 10 log (I1/I0)
= 10 log (10-2/10-12)
= 10 log 1010
= 100 dB
Tingkat bunyi pada jarak 20 m,
LI 2 = 10 log (I2/I0)
= 10 log (0,25 x 10-2/10-12)
= 10 log (25 x 108)
= 10 (log 25 + log 108)
= 10 (1,4 + 8)
= 94 dB.
4. Menghitung waktu dengung
Soal : Sebuah ruang kuliah berukuran 10x10x4 m. Hitung waktu dengung (RT) untuk frekuensi bila bahan dinding batu bata tak
diglasir, lantai teraso dan langit-langit gipsum ½”!
Jawab :
a. Menghitung volume ruang
V = 10x8x4
= 320 m3
b. Menghitung serapan total permukaan ruangan a (a= S.)
Elemen Bahan Koefisien serapan Luas, S (m2) S.
 1000
Langit-langit Gipsum 1/2 “ 0,04 (10x8) = 80 3,2
Dinding  Batu bata tak 0,04 2(10x4)=80 3,2
diglasir
 Batu bata tak 0,04 2(8x4)=80 2,56
diglasir
Lantai Teraso 0,02 (10x8)=80 1,6
Total 10,56

c. Menghitung waktu dengung (TR)


TR = 0,16 V/a
= 0,16 (320/10,56)
= 4,8 dtk
Waktu dengung yg. dipersyaratkan untuk ruang kuliah yaitu antara 0,7 s/d 1,1 dtk, jadi dengan bahan bangunan diatas, waktu
dengungnya tidak memenuhi persyaratan 4,8 dtk > 0,7-1,1 dtk sehingga perlu perbaikan lapisan penutup ruang kuliah.
5. Menghitung pengurang kebisingan oleh perubahan bahan bangunan
Soal : Pada soal diatas ditemukan bahwa a = 10,56 sabin, setelah diperbaiki bahan bangunannya didapatkan ruang kuliah tersebut a
= 143,34 sabin. Hitunglah pengurangan kebisingan (NR) dari kondisi awal dan setelah diperbaiki !
Jawab :
NR = 10 log (a2/a1)
NR = 10 log (143,34/10,56)
NR = 10 log 14,67
NR = 11,4 dB
Jadi, penerapan bahan-bahan penyerap bunyi mengurangi tingkat bunyi 11,4 dB.
6. Menghitung pengurangan tingkat bunyi oleh penghalang
Soal : sebuah kendaraan melintas dekat dinding (berlaku sebagai penghalang bunyi). Tingkat bunyi yang dikeluarkan oleh knalpot
kendaraan tersebut 80 dB. Tinggi dinding 3 m dan tinggi knalpot dari jalan 0,5m. Setelah dihitung ternyata A=3,2m, B=10m.dan
d=11,8m. Hitunglah untuk frekuensi 1000Hz saja.
Jawab :
a. A=3,2m; B=10m; d=11,8m; f(frekuensi)=1000Hz
N = 0,006f(A+B-d)
= 0,006(1000)(3,2+10-11,8)
= 8,4 dB
NR = 20 log [(2N)0,5/tan(2N)0,5] + 5 dB
= 20 log [(2x3,14x8,4)0,5/tan(2x3,14x8,4)0,5]+5
= 20 log 55,85 + 5
= 20 (1,747) + 5
= 34,94 + 5
= 39,94 dB
Jadi, orang tersebut akan mendengar bunyi kendaraan dengan tingkat bunyi 80 – 39,94 dB = 40,06 dB.
7. Menghitung tingkat bunyi di suatu ruang oleh sumber bunyi di ruang lain
Soal : Diketahui tingkat bunyi sumber suara di ruang A = 75 dB. Ruang B mempunyai peredaman total (a) = 200 sabin. Sedangkan
kehilangan transmisi (TL) dinding antara ruang A dan B = 42 dB. Luas dinding batas antara A dan B yaitu S = 30m 2. Hitunglah
pengurangan bunyi, NR, oleh dinding dan berapa tingkat bunyi sumber tadi yang terdengar oleh di ruang B.
Jawab :
NR = TL – log(S/a)
= 42 – log(30/200)
= 42 – (-0,82)
= 42,82 dB
Jadi, tingkat bunyi sumber suara di A dapat terdengar di B dengan tingkat bunyi = 75 – 42,82 = 32,18 dB
B. TATA SUARA BUATAN
a. Aspek istilah
1. Microphone, Amplifier, Loudspeaker
Berfungsi sebagai memperkuat bunyi asli. Terdiri dari 3 komponen :
o Mikrofon (Microphone) : berfungsi mengubah gelombang bunyi menjadi sinyal listrik.
o Penguat (Amplifier) : berfungsi memperkuat sinyal listrik dari mikrofon.
o Pengeras suara (Loudspeaker) : berfungsi mengubah sinyal listrik yang telah diperkuat menjadi gelombang bunyi.
2. Crossover
Untuk mendapatkan kualitas bunyi yang baik, rentang gelombang bunyi dari 20 Hz – 20 kHz dibagi menjadi 3 bagian oleh alat
bernama cross-over, kemudian didistribusikan ke loudspeaker yg. berbeda-beda. 3 bagian tersebut yakni :
o Nada tinggi (treble) 2000 – 20.000 Hz akan di keluarkan hi range speaker (High-frequency horn loudspeaker/tweeter).
o Nada tengah (500-2000 Hz) akan dikeluarkan oleh mid-range speaker (medium-frequency loudspeaker).
o Nada rendah (150-500 Hz /bass) akan dikeluarkan oleh low-range speaker (low-frequency loudspeaker/woofer).
Kadangkala nada rendah lebih disukai kalau keluar dg. mantap bertenaga melalui low-range speaker terpisah yg. dikenal dg.
sub-woofer.
3. Mono & stereo
o Bunyi mono : seluruh bunyi yg. masuk melalui mikrofon direproduksi campur menjadi satu, sehingga bunyi aslinya yang datang
dari banyak titik menjadi seolah-olah menjadi satu titik saja.
o Bunyi sterero : efek bunyi yg. diterima dari segala arah oleh kedua telinga manusia yg. membentuk kesan ruang oleh otak
manusia diolah membentuk kesan ruang untuk menentukan orientasi.
Sistem bunyi stereo (stereo sound system) memiliki saluran loudspeaker kiri dan kanan, yg. mengeluarkan bunyi agak berbeda
sehingga menimbulkan efek meruang.
4. Sorround effect
Bunyi elektronik yang dapat memproduksi bunyi dari segala arah, yg. dikenal dg. efek mengelilingi atau sorround effect.
Biasanya terdiri dari atas 7 speaker ; 2 speaker didepan, 2 speakar disamping, 2 speaker di belakang & 1 sub woofer. Fasiltas lain
yg,. biasanya menyertai sistem bunyi elektronik yaitu :
o Radio (tunner)
o Pemutar kaset (cassette player)
o Pemutar VCD/DVD
o Equalizer ; fasiltas untuk mengatur kekuatan bunyi berdasarkan frekuensinya.
o Synthesizer ; berguna untuk mengubah warna bunyi atau meniru bunyi-bunyian.
5. Tipe penempatan speaker
o Terpusat (central cluster)
Yaitu sekelompok speaker yg. diletakkan diatas sumber bunyi asli, setinggi 7-13 m dan agak kedepan sedikit. Kelebihan tipe ini,
bunyi dari speaker sama arahnya dg. posisi sumber bunyi asli (misalnya orang menyanyi atau berpidato), sehingga terasa alami.
o Tersebar (distributed)
Yaitu peletakan rangkaian speaker diatas audien (pendengar). Tipe ini digunakan untuk ruangan langit-langitnya relatif pendek
& diutamakan untuk aktivitas yg. tidak mementingkan kejelasan bunyi & arah bunyi misalnya di ruang kelas atau bandar udara.
Tipe lainnya adalah speaker yg. diletakkan dikolom secara merata.
o Terpadu dg. kursi (seat-integrated)
Yaitu meletakkan speaker secara terpadu di belakang kursi. Tipe ini biasanya diterapkan di gereja., ketika bunyi yg. pelan tetapi
jelas dan merata diperlukan.
o Kombinasi
Untuk kombinasi tipe terpusat dan tersebar diperlukan alat penunda bunyi (initialed time delay) agar bunyi dari speaker
dideretan belakang menunggu datangnya bunyi dari speaker terpusat didepan.
b. Aspek perancangan
1. Sistem tata suara elektronik yg. efektif
o Sistem penguat bunyi yg. dirancang dg. baik harus terintegrasi dg. akustik bangunan sehingga akan mendukung transmisi alami
bunyi dari sumber ke pendengarnya dan terdistribusi dg. baik dan kekerasan yg. cukup.
Tidak boleh sama sekali ada anggapan bahwa sistem penguat bunyi dapat menggantikan akustik bangunan yg. baik.
o Auditorium
 Untuk auditorium berkapasitas < 500 tempat duduk, jarang memerlukan sistem penguat bunyi.
 Untuk auditorium berkapasitas antara 500 – 1000 tempat duduk, mungkin mulai memerlukan sistem penguat bunyi.
 Untuk auditorium berkapasitas > 1000 tempat duduk memerlukan sistem penguat bunyi meskipun tidak selalu dipakai.
Untuk pembicara yg. tidak berpengalaman, tanpa tergantung ukuran ruangnya, selalu memerlukan sistem penguat bunyi.
o Pilihan sistem penguat bunyi
 Pilihan pertama adalah tipe sentral. Tipe ini paling alami karena bunyi datang dari sumber bunyi.
 Pilihan kedua adalah tipe tersebar. Setiap loudspeaker mengeluarkan bunyi yg. tidak terlalu kuat untuk melayani area yg.
tidak terlalu luas dibawahnya.
o Letakkan mikrofon diluar cakupan bunyi loudspeaker untuk menghindari feedback (kecuali pembicara dekat dengan mik & mik
tersebut tidak terlalu peka).
2. Penempatan loudspeaker
o Pertimbangan pada tipe terpusat
 Tidak boleh ada penghalang antara speaker & audien, seolah-olah pendengar bisa melihat speaker. Ingat bahwa frekuensi
tinggi sangat fokus (mengarah).
 Perbandingan antara jarak dari masing-masing speaker nada tinggi ke pendengar terjauh dan terdekat (d2/d1) harus kurang
dari 2.
 Speaker nada tinggi harus diarahkan langsung ke audien sehingga bunyinya tidak dipantulkan oleh permukaan ruangan.
 Lokasi operator harus sedemikian rupa sehingga apa yang didengar oleh audien.
o Pertimbangan pada tipe tersebar
 Ketinggian langit-langit (H) < 7 m.
 Loudspeaker harus disusun sedemikian rupa sehingga setiap pendengar dapat mendengar langsung dari speaker terdekat.
 Mungkin diperlukan alat penunda sinyal (signal delay) untuk menghindari gema buatan akibat bunyi dari speaker terdekat
lebih dulu terdengar daripada bunyi dari sumber bunyi asli apabila perbedaan jarak tempuhnya > 10m dan tingkat intensitas
bunyi sumber asli 5-10 dB lebih besar dari speaker terdekat tadi.
 Sistem tersebar dengan penunda sinyal harus digunakan di ruangan yg. memanjang atau untuk mendukung sistem terpusat
terutama dibawah balkon.

3. Bangunan Gereja
o Peletakan speaker digereja dpt. menggunakan rumus sweetspot sbg. pedoman perletakan speaker digereja. Inti rumus ini yakni
perletakan speaker terpusat pada jarak (L-W)/2 + W dihitung dari dinding belakang gereja (L=panjang ruangan, W=lebar
bangunan). Secara sederhana kumpulan speaker akan berada diposisi antara 1/3 & ¼ panjang ruangan dihitung dari depan
(mimbar) dan tepat ditengah antara dinding kanan & kiri.
o Untuk musik :
 Gereja berdenah sempit dg. volume ruang besar lebih dianjurkan.
 Gereja dg. denah melebar dg. jemaat mengelilingi mimbar kurang baik karena kurangnya bunyi lateral yg. dibutuhkan agar
musik terasa mengisi penuh gereja.
 Jika gereja banyak digunakan untuk musik, maka volume ruang perorang antara 6-12 m 3.dan jika khotbah lebih penting &
mendominasi acara, maka volume ruang sebaiknya antara 5-8m3.
 Hindari ceruk yg. terlalu dalam karena jemaat yg. duduk disitu tidak akan mendengar bunyi gema yg. bagus.
o Mimbar hrs. diangkat & dekat dg. dinding. Jika langit-langit terlalu tinggi, buatlah kanopi mimbar diarahkan ke jemaat untuk
memperoleh suara langsung yg. lebih baik & menghindari pantulan yg. terlalu lama.
o Hindarilah bentuk-bentuk kubah atau cekungan yg. menciptakan titik api bunyi.
o Atur sedemikian rupa sehingga seluruh jemaat dapat melihat mimbar dan jarak jemaat ke mimbar sekecil-kecilnya agar ucapan
dari mimbar terdengar lebih baik.
o Permukaan dinding & langit-langit sebaiknya dari bahan pemantul bunyi, dg. bentuk cembung atau berceruk-ceruk utk.
menciptakan dengung, difusi dan pantulan lateral bunyi yg. diperlukan (agar jemaat dikelilingi bunyi). Hindarilah bahan yg.
terlalu banyak meredam frekuensi rendah.
o Sisi bawah balkon perlu diberi peredaman untuk menghidari echo atau permukaannya dibentuk berlekuk-lekuk.
o Tempatkan organ dan paduan suara berdekatan (<13m) agar diperoleh keseimbangan antara bunyi organ dan paduan suara.
Kelilingi keduanya dengan bahan pemantul bunyi (tetapi bukan ceruk yg. terlalu dalam) utk. mengarahkan bunyi ke jemaat.
Langit-langit diatas paduan suara jangan terlalu tinggi (<7m). hindarilah penggunaan karpet pada area paduan suara karena pada
daerah ini harus dapat memantulkan suara.
o Untuk mendukung kegiatan meditasi, kebisingan harus ditekan serendah mungkin. Tingkat kebisingan ruang yg. disebabkan
oleh peralatan mekanik (seperti lubang AC) harus memenuhi NC-25 (Noise Criteria 25 dB). Maksudnya, bunyi latar belakang
yg. ada diruang tersebut jangan lebih dari 25 dB.
o Untuk meningkatkan kejelasan ucapan pemimpin ibadah di ruangan yg. berdengung, pakailah speaker sistem terpusat yg.
terarah ke area jemaat. Dapat juga dg. sistem tersebar dg. penunda sinyal.
4. Gedung Konser
o Waktu dengung :
 Waktu dengung pd. frekuensi tengah (rata-rata 500 & 1000 Hz) disaat ruangan penuh antara 1,6-2,4 dtk untuk opera,
simponi, organ & paduan suara.
 Bunyi musik di ruangan yg. memiliki waktu dengung tepat akan sangat hidup, memenuhi ruangan dan memadu dengan
baik.
 Jika waktu dengung berlebihan, akan menyebabkan bunyi musik akan campur aduk, kisruh, tidak dapat dibeda-bedakan.
o Untuk pertunjukan musik :
 Rasio bass harus lebih besar dari 1,2.
 Rasio bas adalah perbandingan antara waktu dengung frekuensi rendah (rata-rata untuk 125 & 250 Hz) dan frekuensi tengah
(rata-rata untuk 500 & 1000 Hz). Rasio bass yg. tinggi memberi akan memberikan kesan kehangatan.
 Hindarilah pemakaian panil-panil tipis (misalnya papan kayu ¾”) yang akan meredam bunyi frekuensi rendah.
o Celah tunda waktu awal
 Keintiman dapat diperoleh dengan mengusahakan celah tunda waktu awal (intial-time delay gap) kurang dari 20 ms
(milisecond/milidetik/seperseribu detik) untuk bunyi pantulan.
 Intial-time delay gap adalah waktu selang antara kedatangan bunyi langsung dan bunyi pantulan pertama yg. harus kurang
dari 30 ms, yaitu setara dengan perbedaan jarak tempuh 34ft atau 10,36m.
 Ruangan musik berbentuk persegi empat sebaiknya mempunyai perbandingan panjang & lebar (L/W) kurang dari 2.
 Terbukti secara empiris bahwa gedung konser yg. baik di eropa mempunyai perbandingan tinggi & lebar (H/W) lebih besar
dari 0,7.
o Kekerasan bunyi
 Kekerasan suara ditentukan oleh volume ruangan, peredaman bunyi dan bentuk sisi depan ruangan.
 Untuk ruangan berbentuk empat persegi panjang dengan panggung di depan, volume ruang perorang adalah 8m3.
 Untuk panggung ditengah, volume ruang perorang adalah 13m3.
o Kepadatan tempat duduk 0,6-0,8 m3.
o Permukaan dinding samping, langit-langit, dinding balkon dan dinding panggung harus dapat memantulkan bunyi secara
difus(baur). Hindarilah permukaan-permukaan yang rata.
o Hindarilah permukaan-permukaan yang menyebabkan gema(echo), lecutan(flutter, bunyi seperti lecutan akibat pantulan yang
cepat), rayapan (creep, bunyi yg. merambat dipermukaan kubah).
o Tingkat kebisingan latar belakang (background noise level) harus mendekati ambang pendengaran, yaitu NC-15. jadi, boleh
dikatakan di dalam gedung konser yang baik, suasana akan sangat senyap sehingga pemusik memiliki banyak kebebasan untuk
bermain dengan pelan & keras bunyi.
c. Aspek matematis
1. Jarak loudspeaker ke pendengar (untuk T<2dtk)
Rumus : d = 0,18.(QV/T)0,5
d = jarak maksimum louspeaker – pendengar (m)]
Q = direktivitas loudspeaker (antara 2-15, semakin besar nilainya berarti semakin teraarah atau fokus,
untuk suara orang direktivitasnya adalah 2 pada 500 Hx)
V = volume ruang (m3)
T = waktu dengung (dtk)
2. Jarak distribusi antar loudspeaker
Rumus : s = 1,4.(h-1,2)
s = jarak antar louspeaker (m)
h = ketinggian langit-langit dari lantai (m)
1,2 = rata-rata ketinggian terlinga manusia duduk (m)
(gantilah dengan angka 1,7 bila ruangan tersebut untuk pendengar berdiri)
3. Loudspeaker bunyi latar (Backgorund masking)
Rumus : s = 1,4.(2d+h-1,2)
s = jarak antar loudspeaker 9m)
d = ketinggian rongga langit-langit (m)
h = ketinggian langit-langit dari lantai (m)
1,2 = rata-rata ketinggian terlinga manusia duduk (m)
(gantilah dengan angka 1,7 bila ruangan tersebut untuk pendengar berdiri)
4. Ketinggian langit-langit auditorium
Rumus : h = 6,1.Tr
h = rata-rata ketinggian langit-langit dari lantai, dengan kursi terbungkus dan dinding belakang meredam bunyi (m).
Tr = waktu dengung untuk frekuensi tengah (dtk)
5. Resonansi
Panil resonan (resonant panel) adalah panel peredam bunyi frekuensi rendah  250 Hz.
Rumus : Fr = 207,4/ (w.d)0,5
Fr = frekuensi resonansi panil (Hz)
w = berat panil (kg/m2)
d = kedalaman udara dibelakang panil (m)
6. Sound Pressure Level (SPL)
Agar tingkat suara/informasi dari sumber suara (loudspeaker) dapat jelas didengar oleh manusia normal, maka diperoleh
persyaratan yang dirumuskan sbb:
Rumus : N+M = 10 log P + SPL1 – 20 log R
N = kebisingan ruangan (dB)
M = margin (dB)  biasanya 15 dB
P = adalah daya dari sumber suara/speaker (Watt)
SPL1 = Sound pressure level untuk daya 1 watt pada jarak 1 m (dB)
R = jarak sumber suara dari pendengar (m)
d. Contoh perhitungan
1. Hitunglah jarak maksimum loudspeaker ke pendengar bila diketahui ukuran ruang 10 x 20 x 4 m. Direktivitas loudspeaker yang
digunakan dengan direktivitas 6 dan waktu dengung ruang Tr=1,2dtk!
Jawab : Rumus : d = 0,18.(QV/T)0,5
V ruang = 10 x 20 x 4 m3 = 800 m3
Tr = 1,2 dtk
d = 0,18.(QV/T)0,5
d = 0,18.(6.800/1,2)0,5
d = 11,38 m.
2. Hitunglah jarak antar speaker (sistem terdistribusi) pada ruang kuliah bila ketinggian langit-langit 3, 6 m!
Jawab:
Rumus : s = 1,4.(h-1,2)
s = 1,4.(3,6-1,2)
s = 3,36 m
3. Hitunglah jarak antar speaker (sistem terdistribusi) untuk bunyi latar pada ruang kantor bila tinggi langit-langit 3,6m dan rongga
(jarak antar speaker & permukaan diatasnya) 0,8 m!
Jawab :
Rumus : s = 1,4.(2d+h-1,2)
s = 1,4.(2.0,8+3,64-1,2)
s = 5,6 m
4. Hitunglah rata-rata ketinggian langit-langit sebuah auditorium bila waktu dengung nada tengah 2,2 dtk!
Jawab :
Rumus : h = 6,1.Tr
h = 6,1.2,2
h = 13,42 m
5. a. Hitunglah frekuensi resonansi sebuah panil seberat 50 kg/m2 yang diletakkan sejauh 0,4 m dari dinding!
Jawab :
Rumus : Fr = 207,4/ (w.d)0,5
Fr = 207,4/(50.0,4) 0,5
= 46,38 Hz
b. Hitunglah frekuensi resonansi bila panil diganti dengan material seberat 10 kg/m2!
Jawab :
Rumus : Fr = 207,4/ (w.d)0,5
Fr = 207,4/(10.0,4) 0,5
= 103,7 Hz

6. Hitunglah jarak speaker terjauh (sistem terpusat) pada suatu auditorium, jika ketahui data speaker memiliki sensivitas 95 dB untuk 1
m/watt dan Powernya 300 watt!
Jawab : N+M = 10 log P + SPL1 – 20 log R

N = 78 dB
M = 15 dB
P = 300 watt
SPL1 = 95 dB
Log R = 10 Log P + SPL1 – (N+M)
20
Log R = 10 Log 300 + 95 – (78+15)
20
R = 21,81 m ~ 22 m

Anda mungkin juga menyukai