Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengertian
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan berupa aganglionosis usus yang dimulai
dari sfingter Ani internal ke arah proksimal dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus
sampai rektum. Juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak terdapatnya
sel Ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolom. Keadaan abnormal tersebut yang
dapat menimbulkan tidak adanya peristaltic dan evakuasi usus secara spontan, sfingter
rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses secara spontan,
kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak ada Ganglion
dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan
dilatasi usus proksimal.
B. Pengkajian Keperawatan
Pada pengkajian anak dengan penyakit hisprung dapat ditemukan tanda dan gejala sebagai
berikut. Adanya kegagalan mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-28 jam Setelah lahir,
muntah berwarna hijau, dan konstipasi. Pada pengkajian terhadap faktor penyebab penyakit
hisprung diduga dapat terjadi karena faktor genetis dan faktor lingkungan. Penyakit ini dapat
muncul pada semua Usia akan tetapi paling sering ditemukan pada Neonatus. Pada perkusi
adanya kembung, apabila dilakukan colok anus feses akan menyemprot. Pada pemeriksaan
radiologis didapatkan adanya segmen aganglionosis diantaranya : apabila segmen
aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid, maka termasuk tipe hisprung segmen pendek
dan apabila segmen aganglionosis melebihi sigmoid sampai seluruh kolon maka termasuk tipe
hisprung segmen panjang. Pemeriksaan biopsi rektal digunakan untuk mendeteksi ada
tidaknya sel Ganglion. Pemeriksaan manometri anorektal digunakan untuk mencatat respon
refluks sfingter internal dan eksternal.
C. Diagnosis atau masalah keperawatan
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan penyakit hisprung
(megakolon kongenital) antara lain :
Prapembedahan
1. Konspirasi
2. Kurang volume cairan dan elektrolit
3. Gangguan kebutuhan nutrisi
4. Resiko cedera (injuri)
5. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

Pascapembedaha

1. Nyeri
2. Resiko infeksi
3. Resiko komplikasi pascapembedahan
D. Rencana tindakan keperawatan
Pembedahan
 Konspirasi
Terjadinya masalah konstipasi ini dapat disebabkan oleh obstruksi, tidak adanya Ganglion
pada usus. Rencana tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah mencegah atau
mengatasi konstipasi dengan mempertahankan status hidrasi, dengan harapan feses yang
keluar menjadi lembek dan tanpa adanya retensi.
Tindakan
1. Monitor terhadap fungsi usus dan karakteristik feses
2. Berikan spooling dengan air garam fisiologis bila tidak ada kontraindikasi lain
3. Kalau berasi dengan dokter tentang cara pembedahan :
Ada dua tahap pembedahan pertama dengan kolostomi loop atau double barrd
dimana diharapkan tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan di hipertropi dapat
kembali menjadi normal dalam waktu 3-4 bulan. Terdapat 3 prosedur dalam
pembedahan diantaranya.
 Prosedur duhamel dengan cara penarikan kolon normal ke arah bawah dan
menganastomosisknya dibelakang usus aganglionik, membuat dinding ganda
yaitu selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang telah ditarik
 Prosedur swenson membuang bagian aganglionik kemudian
menganastomosiskan end to end pada koloni yang berganglion dengan saluran
anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter dilakukan pada bagian posterior
 Prosedur soave dengan cara membiarkan dinding otot dari segmen rektum tetap
utuh kemudian kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus tempat
dilakukannya anastomosis antara colon normal dan jaringan otot rectosigmoid
yang tersisa
 Kurang volume cairan dan elektrolit
Kekurangan volume cairan dapat disebabkan asupan yang tidak memadai sehingga dapat
menimbulkan perubahan status hidrasi seperti ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
perubahan membran mukosa, produksi, dan berat jenis urine. Maka upaya yang dapat
dilakukan adalah mempertahankan status cairan tubuh.
Tindakan
1. Lakukan monitor terhadap status hidrasi dengan cara mengukur asupan dan
keluaran cairan tubuh
2. Observasi membran mukosa, tugur kulit, produksi urine, dan status cairan
3. Kolaborasi dengan pemberian cairan sesuai dengan indikasi
 Gangguan kebutuhan nutrisi
Gangguan kebutuhan nutrisi ini dapat timbul dengan adanya perubahan status nutrisi
seperti penurunan berat badan, turgor kulit menurun, serta asupan yang kurang, maka
untuk mengatasi masalah yang dimiliki dapat dilakukan dengan mempertahankan status
nutrisi.
Tindakan
1. Monitor Perubahan status nutrisi antara lain tugur kulit, asupan
2. Lakukan pemberian nutrisi parenteral apabila secara oral tidak memungkinkan
3. Timbang berat badan setiap hari
4. Lakukan pemberian nutrisi dengan tinggi kalori tinggi protein dan tinggi sisa
 Risiko cedera injury
Masalah ini dapat ditimbulkan akibat komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit hisprung
seperti gawat pernapasan akut dan enterokolitis. Untuk mengatasi cedera atau injury
yang dapat disebabkan adanya komplikasi maka dapat dilakukan pemantauan dengan
mempertahankan status kesehatan.
Tindakan
1. Tanda vital setiap 2 jam (kalau perlu)
2. Observasi tanda adanya perforasi usus seperti muntah, meningkatnya nyeri tekan,
distensi abdomen, iritabilitas, gawat pernapasan, tanda adanya enterokolitis
3. Lakukan pengukuran lingkar abdomen setiap 4 jam untuk mengetahui adanya distensi
abdomen

Pascapembedahan
 Nyeri
Masalah nyeri yang dijumpai pada pasca pembedahan ini dapat disebabkan karena na
efek dari insisi, hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya tanda nyeri seperti ekspresi
perasaan nyeri, perubahan tanda vital, pembatasan aktivitas

Tindakan

1. Lakukan observasi atau monitoring tanda skala nyeri


2. Lakukan teknik pengurangan nyeri seperti teknik pijat punggung (back rub), sentuhan
3. Pertahankan posisi yang nyaman bagi pasien
4. Kolaborasi dalam pemberian analgesik apabila dimungkinkan
 Risiko infeksi
Risiko infeksi pasca pembedahan dapat disebabkan oleh adanya mikroorganisme yang
masuk melalui insisi daerah pembedahan, atau kurang pengetahuan pasien dalam
penatalaksanaan terapeutik pasca pembedahan
Tindakan
1. Monitor tempat insisi
2. Ganti popok yang kering untuk menghindari kontaminasi feses
3. Lakukan Perawatan pada kolostomi atau perianal
4. Kolaborasi pemberian antibiotik dalam penatalaksanaan pengobatan terhadap
mikroorganisme
 Risiko komplikasi pasca pembedahan
Risiko komplikasi pasca pembedahan pada penyakit hisprung ini seperti adanya striktur
Ani, adanya perforasi, obstruksi usus, kebocoran dan lain-lain. Rencana yang dapat
dilakukan adalah mempertahankan status pasca pembedahan agar lebih baik dan tidak
terjadi komplikasi lebih lanjut
Tindakan
1. Monitor tanda adanya komplikasi seperti : obstruksi usus karena perlengketan,

Anda mungkin juga menyukai