Anda di halaman 1dari 8

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perdarahan pasca persalinan (Postpartum Hemorrhage = PPH) sampai saat ini masih
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal baik di Negara maju maupun
di Negara berkembang.Mekanisme penghentian perdarahan pasca persalinan berbeda dengan
tempat lain dimana faktor vasospasme dan pembekuan darah sangat penting, pada perdarahan
pasca persalinan penghentian perdarahan pada bekas implantasi plasenta terutama karena
adanya kontraksi dan retraksi miometrium sehingga menyempitkan dan membuntu lumen
pembuluh darah. Oleh karena penyebab PPH terbanyak adalah karena atonia uteri, maka
langkah pertama dari penanganannya adalah dengan pemijatan uterus, kompresi bimanual,
tampon utero-vaginal, sementara obat uterotonika tetap diberikan. Pemberian tampon
(packing) uterovagina dengan kassa gulung dapat merugikan karena memerlukan waktu
untuk pemasangannya, dapat menyebabkan perdarahan yang tersembunyi atau bila ada
perembesan, Pada tahun 2003 Sayeba Akhter dkk mengajukan alternatif baru dengan
pemasangan kondom yang diikatkan pada kateter. Dari penelitiannya disebutkan angka
keberhasilannya 100% (23 berhasil dari 23 PPH), kondom dilepas 24 – 48 jam kemudian dan
tidak didapatkan komplikasi yang berat.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Pemasangan Tampon Kondom Kateter ?

2. Apa pengertian dari manual plasenta?

3. Apa indikasi manual plasenta?

4. bagaimana tindakan manual plasenta ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. untuk mengetahui pengertian pemasangan tampon kondom kateter

2. untuk mengetahui pengertian manual plasenta

3. untuk mengetahui indikasi manual plasenta

4. untuk mengetahui tindakan manual plasenta

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemasangan Tampon Kondom Kateter

Pemasangan tampon untuk menghentikan perdarahan telah dilakuakan sejak beberapa


dekade yang lalu. Sebelumnya, pemasangan tampon menggunakan kasa padat yang untuk
sesaat, terlihat seperti menghentikan perdarahan tapi ternyata darah terhisap dan mengisi
gulungan kasa yang padat dan kemudian terdorong keluar disertainya dengan terjadinya
gangguan hemodinamika (ibu mengalami syok) dan terjadi kondisi gawat-darurat
pascapersalinan. Hal ini menyebabkan tampon padat utero vaginal tidak di gunakan lagi
untuk penanganan perdarahan yang di sebabkan oleh antonia uter.

Saat ini, tamponade intrakaviter uterus menggunakan bahan yang tak menyerap cairan
tetapi dapat menghentikan perdarahan yang keluar melalui bekas tempat implantasi plasenta.
Bahan tampon tersebut adalah karet yang berupa balon panjang yag salah satu ujungnya
tertutup , yang dikenal sebagai kondom. Untuk memasukan cairan , digunakan kateter yang
dimasukkan hingga ke ujung kondom kemudian ujung bawah kondom diikat dengan benang
yang dilakukan hingga 2 kali. Tahap pertama, ujung kondom diikat dengan tali (untuk
pengikat tali pusat) secara erat dan disimpul agar tidak bocor. Tahap kedua, sisa benang
dililitkan pada simpul dan ujung kondom agar kondom tidak bocor dan cairan yang
dimasukkan ke dalam kondom, mampu mencakup volume kavum uteri dan menahan
keluarnya darah dari bekas implantasi plasenta.

Pegang bagian ujung kondom dan bentuk tangan obstetrik yang kemudian masukkan
tangan hingga mencapai fundus kemudian isi kondom dengan 350 ml cairan (air DTT atau
cairan infus) kemudian tahan suprasimfisis untuk memastikan tampon tidak berubah
posisinya dan perdarahan dapat dikendalikan. Jika perdarahan masih mengalir sedikit maka
cairan dapat ditambah 100 ml lagi hingga perdarahan berhenti. Untuk menahan kateter , dapat
dilakukan pemasangan tampon intravaginal yang harus dikeluarkan jika kontraksi sudah
membaik dan kuat. Kateter juga dapat direkatkan kepaha ibu dengan plester dan pastikan
tidak tergeser oleh gerakan kaki ibu.

Jika pada saat memasukkan cairan ternyata sudah melampaui 500 ml dan belum ada
tanda-tanda bahwa perdarahan berkurang maka periksa kembali apakah kondom pecah akibat
terlampauinya kapasitas volume maksimalnya adalah 500 ml atau terjadi kebocoran dari sela-

2
sela ikatan di dasar atau diujung bawah kondom sehingga harus diperbaikkan kembali
ikatannya. Tampon kondom harus dilepaskan jika kontraksi uterus telah membaik dan ini
dapat diakselerasi dengan tetesan oksitosin 10-20 IU dengan tetesan pemeliharan (gtt xxx per
menit).

2.2 Definisi Manual Plasenta


Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada dinding
uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan melakukan
tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung
kedalam kavum uteri. Bila setelah 30 menit plasenta belum lepas sehingga belum dapat
dilahirkan atau jika dalam waktu menunggu terjadi perdarahan yang banyak, plasenta
sebaiknya dikeluarkan dengan segera.

Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta.
Teknik operasi manual plasenta tidaklah sukar, tetapi harus dipikirkan bagaimana persiapan
agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita. (Manuaba, IBG)

2.3 Indikasi Manual Plasenta


Manual plasenta dilakukan karena indikasi retensio plasenta yang berkaitan dengan :
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus dikarenakan:

 Plasenta adhesive yaitu kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta.
 Plasenta akreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian
lapisan miometrium.
 Plasenta inkreta, yaitu implantasi jonjot korion plaSenta hingga mencapai/memasuki
miometrium.
 Plasenta perkreta, yaitu implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan
otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
 Plasenta inkarserata, yaitu tertahannya plasenta didalam kavum uteri yang
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.

2. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi perdarahan
3. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
4. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan

3
 Darah penderita terlalu banyak hilang,
 Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi,
 Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.

Patologis
Manual plasenta dapat segera dilakukan apabila :

 Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang.


 Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc
 Pada pertolongan persalinan dengan narkosa.
 Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam.

Tanda dan Gejala Manual Plasenta


Tanda dan gejala manual plasenta antara lain :

 Adanya riwayat multiple fetus dan polihidramnion


 Plasenta tidak dapat lahir spontan setelah bayi lahir (lebih dari 30 menit)
 Timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan
 Plasenta tidak ditemukan didalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap
menempel didalam uterus.
 Perdarahan yang lama lebih dari 400 cc setelah bayi lahir Setelah mengetahui tanda
dan gejala manual plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi perdarahan lebih
dari 400 cc jika masih terdapat kesempatan penderita untuk dapat dikirim ke
puskesmas atau rumah sakit sehingga mendapat pertolongan yang adekuat. Dalam
melakukan rujukan penderita dilakukan persiapan dengan memasang infus dan
memberikan cairan serta dalam merujuk didampingi oleh tenaga kesehatan sehingga
dapat memberikan pertolongan darurat.

2.4 Komplikasi Tindakan Manual Plasenta


Tindakan plasenta manual dapat menimbulkan komplikasi, terjadinya perforasi uterus
misalnya :

 Terjadinya infeksi : terdapat sisa plasenta atau membrane dan bakteria terdorong ke
dalam rongga rahim

4
 Terjadi perdarahan karena atonia uteri.

Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan tindakan profilaksis dengan


memberikan uterotonika intravena dan intamuskular misalnya dengan :

 Memasang tamponade uterovaginal


 Memberikan antibiotika
 Memasang infus dan persiapan transfusi darah

Prosedur Manual Plasenta

 Pasang set dan cairan infus RL/NaCl


 Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
 Lakukan anestesia verbal atau analgesia per rektal
 Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
 Pastikan kandung kemih kosong karena kandung kemih yang penuh dapat menggeser
letak uterus.
 Lakukan bila plasenta tidak lahir setelah 30 menit bayi lahir dan telah disertai
manajeman aktif kala III.
 Dan atau tidak lengkap keluarnya plasenta dan perdarahan berlanjut.
 Lakukan persetujuan tindakan medis (informed consent).
 Berikan sedatif diazepam 10 mg IM/IV.
 Antibiotika dosis tunggal (profilaksis): Ampisilin 2 g IV + metronidazol 500 mg IV,
ATAU Cefazolin 1 g IV + metronidazol 500 mg IV
 Cuci tangan dan pasang sarung tangan panjang steril.
 Jepit tali pusat dengan klem dan tegangkan sejajar dengan lantai.
 Masukkan tangan dalam posisi obstetri dengan menelusuri bagian bawah tali pusat.
 Tangan sebelah dalam menyusuri tali pusat hingga masuk ke dalam kavum uteri,
sedangkan tangan di luar menahan fundus uteri, untuk mencegah inversio uteri.
Menggunakan lateral jari tangan, disusuri dan dicari pinggir perlekatan (insersi)
plasenta.
 Tangan obstetri dibuka menjadi seperti memberi salam, lalu jari-jari dirapatkan.
 Tentukan tempat implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah.
 Gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke arah kranial hingga
seluruh permukaan plasenta dilepaskan.

5
 Jika plasenta tidak dapat dilepaskan dari permukaan uterus, kemungkinan plasenta
akreta. Siapkan laparotomi untuk histerektomi supravaginal.
 Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta.
 Pindahkan tangan luar ke suprasimfisis untuk menahan uterus saat plasenta
dikeluarkan.
 Eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada
dinding uterus.
 Periksa plasenta lengkap atau tidak, bila tidak lengkap, lakukan eksplorasi ke dalam
kavum uteri.

Masalah:

 Jika plasenta tertinggal karena cincin konstriksi atau apabila beberapa jam atau hari
telah berlalu setelah persalinan, tidak memungkinkan untuk seluruh tangan dapat
masuk ke dalam uterus. Keluarkan fragmen plasenta menggunakan 2 jari, forsep
ovum, atau kuret.
 Dalam hal perdarahan dan sulit menentukan batas antara desidua dan plasenta, segera
rujuk Komplikasi: refleks vagal, infeksi, perforasi

6
Pasca Manual Plasenta

 Berikan oksitosin 10 unit dalam 500 mL cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) 60
tetes/menit + masase fundus uteri untuk perangsangan kontraksi.
 Bila masih perdarahan banyak:

1. Berikan ergometrin 0,2 mg IM.


2. Rujuk ibu ke rumah sakit.
3. Selama transportasi, rasakan apakah uterus berkontraksi baik.
4. Bila tidak, tetap lakukan masase ``dan beri ulang oksitosin 10 unitIM/IV.
5. Lakukan kompresi bimanual atau kompresi aorta bila perdarahan lebih hebat
berlangsung

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kondom kateter adalah alat drainase urine eksternal yang mudah untuk digunakan dan aman
untuk mengalirkan urine pada klien pria.kondom kateter ini lunak,berupa selaput karet yang
lembut yang disarungkan ke penis,dan cocok untuk klien inkontinensia atau koma yang
masih mampunyai kemampuan mengosongkan kandung kemih spontan dan komplit.

Anda mungkin juga menyukai