Makalah Asuhan Kebidanan
Makalah Asuhan Kebidanan
Perdarahan pasca persalinan (Postpartum Hemorrhage = PPH) sampai saat ini masih
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal baik di Negara maju maupun
di Negara berkembang.Mekanisme penghentian perdarahan pasca persalinan berbeda dengan
tempat lain dimana faktor vasospasme dan pembekuan darah sangat penting, pada perdarahan
pasca persalinan penghentian perdarahan pada bekas implantasi plasenta terutama karena
adanya kontraksi dan retraksi miometrium sehingga menyempitkan dan membuntu lumen
pembuluh darah. Oleh karena penyebab PPH terbanyak adalah karena atonia uteri, maka
langkah pertama dari penanganannya adalah dengan pemijatan uterus, kompresi bimanual,
tampon utero-vaginal, sementara obat uterotonika tetap diberikan. Pemberian tampon
(packing) uterovagina dengan kassa gulung dapat merugikan karena memerlukan waktu
untuk pemasangannya, dapat menyebabkan perdarahan yang tersembunyi atau bila ada
perembesan, Pada tahun 2003 Sayeba Akhter dkk mengajukan alternatif baru dengan
pemasangan kondom yang diikatkan pada kateter. Dari penelitiannya disebutkan angka
keberhasilannya 100% (23 berhasil dari 23 PPH), kondom dilepas 24 – 48 jam kemudian dan
tidak didapatkan komplikasi yang berat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1
BAB II
PEMBAHASAN
Saat ini, tamponade intrakaviter uterus menggunakan bahan yang tak menyerap cairan
tetapi dapat menghentikan perdarahan yang keluar melalui bekas tempat implantasi plasenta.
Bahan tampon tersebut adalah karet yang berupa balon panjang yag salah satu ujungnya
tertutup , yang dikenal sebagai kondom. Untuk memasukan cairan , digunakan kateter yang
dimasukkan hingga ke ujung kondom kemudian ujung bawah kondom diikat dengan benang
yang dilakukan hingga 2 kali. Tahap pertama, ujung kondom diikat dengan tali (untuk
pengikat tali pusat) secara erat dan disimpul agar tidak bocor. Tahap kedua, sisa benang
dililitkan pada simpul dan ujung kondom agar kondom tidak bocor dan cairan yang
dimasukkan ke dalam kondom, mampu mencakup volume kavum uteri dan menahan
keluarnya darah dari bekas implantasi plasenta.
Pegang bagian ujung kondom dan bentuk tangan obstetrik yang kemudian masukkan
tangan hingga mencapai fundus kemudian isi kondom dengan 350 ml cairan (air DTT atau
cairan infus) kemudian tahan suprasimfisis untuk memastikan tampon tidak berubah
posisinya dan perdarahan dapat dikendalikan. Jika perdarahan masih mengalir sedikit maka
cairan dapat ditambah 100 ml lagi hingga perdarahan berhenti. Untuk menahan kateter , dapat
dilakukan pemasangan tampon intravaginal yang harus dikeluarkan jika kontraksi sudah
membaik dan kuat. Kateter juga dapat direkatkan kepaha ibu dengan plester dan pastikan
tidak tergeser oleh gerakan kaki ibu.
Jika pada saat memasukkan cairan ternyata sudah melampaui 500 ml dan belum ada
tanda-tanda bahwa perdarahan berkurang maka periksa kembali apakah kondom pecah akibat
terlampauinya kapasitas volume maksimalnya adalah 500 ml atau terjadi kebocoran dari sela-
2
sela ikatan di dasar atau diujung bawah kondom sehingga harus diperbaikkan kembali
ikatannya. Tampon kondom harus dilepaskan jika kontraksi uterus telah membaik dan ini
dapat diakselerasi dengan tetesan oksitosin 10-20 IU dengan tetesan pemeliharan (gtt xxx per
menit).
Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta.
Teknik operasi manual plasenta tidaklah sukar, tetapi harus dipikirkan bagaimana persiapan
agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita. (Manuaba, IBG)
Plasenta adhesive yaitu kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta.
Plasenta akreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian
lapisan miometrium.
Plasenta inkreta, yaitu implantasi jonjot korion plaSenta hingga mencapai/memasuki
miometrium.
Plasenta perkreta, yaitu implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan
otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
Plasenta inkarserata, yaitu tertahannya plasenta didalam kavum uteri yang
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
2. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi perdarahan
3. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
4. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan
3
Darah penderita terlalu banyak hilang,
Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi,
Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.
Patologis
Manual plasenta dapat segera dilakukan apabila :
Terjadinya infeksi : terdapat sisa plasenta atau membrane dan bakteria terdorong ke
dalam rongga rahim
4
Terjadi perdarahan karena atonia uteri.
5
Jika plasenta tidak dapat dilepaskan dari permukaan uterus, kemungkinan plasenta
akreta. Siapkan laparotomi untuk histerektomi supravaginal.
Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta.
Pindahkan tangan luar ke suprasimfisis untuk menahan uterus saat plasenta
dikeluarkan.
Eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada
dinding uterus.
Periksa plasenta lengkap atau tidak, bila tidak lengkap, lakukan eksplorasi ke dalam
kavum uteri.
Masalah:
Jika plasenta tertinggal karena cincin konstriksi atau apabila beberapa jam atau hari
telah berlalu setelah persalinan, tidak memungkinkan untuk seluruh tangan dapat
masuk ke dalam uterus. Keluarkan fragmen plasenta menggunakan 2 jari, forsep
ovum, atau kuret.
Dalam hal perdarahan dan sulit menentukan batas antara desidua dan plasenta, segera
rujuk Komplikasi: refleks vagal, infeksi, perforasi
6
Pasca Manual Plasenta
Berikan oksitosin 10 unit dalam 500 mL cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) 60
tetes/menit + masase fundus uteri untuk perangsangan kontraksi.
Bila masih perdarahan banyak:
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kondom kateter adalah alat drainase urine eksternal yang mudah untuk digunakan dan aman
untuk mengalirkan urine pada klien pria.kondom kateter ini lunak,berupa selaput karet yang
lembut yang disarungkan ke penis,dan cocok untuk klien inkontinensia atau koma yang
masih mampunyai kemampuan mengosongkan kandung kemih spontan dan komplit.