PENDAHULUAN
Issue legal dalam praktik keperawatan adalah suatu peristiwa atau kejadian yang
dapat di perkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang dan sah, sesuai dengan
Undang-Undang/Hukum mengenai tindakan mandiri perawat profesional melalui
kerjasama dengan klien baik individu, keluarga atau komunitas dan berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
lingkup wewenang dan tanggung jawabnya, baik tanggung jawab medis/kesehatan
maupun tanggung jawab hukum.
5. untuk mengetahui issue legal dalam keperawatan yang berkaitan dengan hak
pasien.
PEMBAHASAN
Issue adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat di perkirakan terjadi atau
tidak terjadi di masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik,
hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, hari kematian ataupun
tentang krisis.
Legal adalah sesuatu yang di anggap sah oleh hukum dan undang-undang (Kamus
Besar Bahasa Indonesia). Aspek legal yang sering pula disebut dasar hukum praktik
keperawatan mengacu pada hukum nasional yang berlaku di suatu negara. Hukum
bermaksud melindungi hak publik, misalnya undang-undang keperawatan bermaksud
melindungi hak publik dan kemudian melindungi hak perawatan.
Issue legal dalam praktik keperawatan adalah suatu peristiwa atau kejadian yang
dapat di perkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang dan sah, sesuai dengan
Undang-Undang/Hukum mengenai tindakan mandiri perawat profesional melalui
kerjasama dengan klien baik individu, keluarga atau komunitas dan berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
lingkup wewenang dan tanggung jawabnya, baik tanggung jawab medis/kesehatan
maupun tanggung jawab hukum.
Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan kerahasiaan
pasien sama seperti telehealth secara keseluruhan. Di banyak negara, dan di beberapa
negara bagian di Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang
online sebagai koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan
pasien yang menerima telecare harus bersifat lokal) guna menghindari malpraktek
perawat antarnegara bagian. Isu legal aspek seperti akuntabilitas dan malprakatek, dan
sebagainya dalam kaitan telenursing masih dalam perdebatan dan sulit pemecahannya.
Aspek legal yang sering pula disebut dasar hukum praktek keperawatan
mengacu pada hukum nasional yang berlaku disuatu Negara. Hukum adalah
aturan tingkah laku yang ditetapkan dan diberlakukan oleh pemerintahan suatu
masyarakat. Hukum dapat diterapkan dengan akses yang tunggal dalam wilayah
hukum sebuah pemerintahan, misalnya kota, kabupaten, provinsi, dan negara
ketika kekuasaan dijalankan oleh pemerintahan.
Pada umumnya ada 4 sumber hukum yang utama yaitu sebagai berikut:
Kontitusi.
Kontitusi adalah suatu aturan yang mengemukakan prinsip dan ketentuan
pembentukan undang-undang tertentu. Walaupun konstitusi relatif tidak banyak
membuat undang-undang, konstitusi merupakan panduan yang konstan bagi
lembaga legislatif. Sebagai contoh, konstitusi federal dan negara bagian di
amerika serikat menunjukkan bagaiman pemerintahan dibentuk dan diberi
wewenang.
Badan legislatif
Menurut konstitusi federal pemerintahan amerikan serikat membentuk
lembaga legislatif yang tanggung jawab atas pembentukan undang-undang.
Lembaga legislatif ini disebut kongres di tingkat federal dan di tingkat negara
bagian. Di Indonesia lembaga legislatif disebut DPR RI, DPRD Tingkat I, DPRD
Tingkat II. Lembaga legislatif tersebut membentuk atau mengesahkan undang-
undang statutori. Misalnya undang-undang keperawatan merupakan undang-
undang statutori (yang di sahkan oleh lembaga legislatif).
Sistem peradilan (yudikatif).
Pemerintah Amerika membentuk sistem peradilan yang bertanggung jawab
menyelesaikan pertikaian dan konflik. Disamping itu, di amerika serikat ada satu
kelompok hukum, yang selama bertahun-tahun melaksanakan hukum tidak
tersurat yang berkembang dari kumpulan keputusan peradilan. Hukum yang tidak
tersurat ini didasarkan pada prinsip staredecisis atau biarkan keputusan itu berlaku
dengan kata lain, sekali keputusan ditetapkan didalam peradilan hukum,
keputusan itu menjadi aturan yang perlu di contoh jika timbul kasusu-kasus
serupa. Kasus pertama yang menetapkan aturan keputusan ini disebut presiden.
Keputusan peradilan ini dapat di ubah jika ada alasan yang kuat. misalnya,
mahasiswa keperawatan yang dikendalikan Rumah Sakit diperlakukan sebagai
pegawai Rumah Sakit.
Peraturan administratif
Seperti diketahui bahwa dalam suatu negara ada 3 kekuasaan, yakni
kekuasaan legislatif, kekuasaan yudikatif, kekuasaan eksekutif (trias politica).
Ketiga kekuasaan tersebut merupakan sumber hukum pada suatu negara
(termasuk Indonesia) kekuasaan legislatif dan yudikatif telah kita bicarakan pada
bagian terdahulu. Uraian berikut ini menjelaskan secara singkat tentang eksekutif
sebagai sumber hukum.
Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab dalam hal penegakan hukum
negara, yang berwenang membuat peraturan perundang-undangan dan mengatur
tugas-tugas eksekutif sejalan dengan undang-undang yang lebih tiinggi.
Kumpulan dari peraturan perundang-undangan disebut undang-undang
administratif. Kekuasaan eksekutif ini berada ditangan presiden dibantu menteri-
menterinya, gubernur, dan bupati atau walikota beserta aparatnya. Dalam hal
keperawatan,
Klien mempunyai hak legal yang diakui secara hukun untuk mendapatkan
pelayanan yang aman dan kompeten. Perhatian terhadap legal dan etik yang
dimunculkan oleh konsumen telah mengubah sistem pelayanan kesehatan. Kebijakan
yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk mendapatkan
persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang dilaksanakan. Institusi telah
membentuk berbagai komite etik untuk meninjau praktik profesional dan memberi
pedoman bila hak-hak klien terancam. Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi
klien sehingga pemberi pelayanan kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap
memberikan informasi kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab terhadap
tindakan yang dilakukan.
2.5.1 Tipe Tindakan Legal
Terdapat dua macam tindakan legal: tindakan sipil/pribadi, dan tindakan kriminal.
Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh warga negara.
Setiap orang yang tidak mematuhi hukun akan terikat secara hukum untuk menanggung
denda atau hukuman penjara. Beberapa situasi yang perlu dihindari seorang perawat:
4. Pelanggaran penghinaan, yaitu suatu perkataan atau tulisan yang tidak benar
mengenai seseorang sehingga orang tersebut merasa terhina dan dicemooh. Jika
pernyataan tersebut dalam bentuk lisan, disebut slander dan jika berbentuk
tulisan, disebut libel. Contoh :
a. Pernyataan palsu
b. Menuduh orang secara keliru
c. Memberi keterangan palsu kepada klien.
Orang yang di dakwa dengan tuduhan slander atau libel tidak dapat diancam
hukuman jika ia dapat membuktikan kebenaran pernyataan (lisan/tulisan).
Tuduhan ini dapat dibela dengan komunikasi yang didasarkan pada anggapan
bahwa petugas profesional tidak dapat memberi pelayanan yang baik tanpa
pembeberan fakta secara lengkap mengenai masalah yang di hadapinya.Jadi,
informasi berprivilese merupakan informasi rahasia antar petugas profesional
dengan kliennya, misalnya antara perawat/dokter dengan kliennya, antara
pengacara dengan kliennya, antara kyai dengan pemeluk agamanya.
5. Penahanan yang keliru adalah penahanan klien tanpa alasan yang tepat atau
pencegahan gerak seseorang tanpa persetujuannya, misalnya menahan klien
pulang dari rumah sakit guna mendapat perawatan tambahan tanpa persetujuan
klien yang bersangkutan, kecuali jika klien tersebut mengalami gangguan jiwa
atau penyakit menular yang apabila di pulangkan dari rumah sakit akan
membahayakan masyarakat. Untuk itu, rumah sakit mempunyai formulir khusus
yang ditandatangani klien/keluarga, yang menyatakan bahwa rumah sakit yang
bersangkutan tidak bertanggung jawab apabila klien cedera karena
meninggalkan rumah sakit tersebut.
6. Pelanggaran privasi, yaitu tindakan mengekspos/memamerkan/menyampaikan
seseorang (klien) kepada publik, baik orangnya langsung, gambar ataupun
rekaman, tanpa persetujuan orang/klien yang bersangkutan, kecuali ekspos klien
tersebut memang diperlukan menurut prosedur perawatannya. Contoh:
a. Menyebar gosip atau memberi informasi klien kepada orang yang tidak
berhak memperoleh informasi itu.
b. Memberi perawatan tanpa memerhatikan kerahasiaan klien, yaitu klien di
lihat/didengar orang lain sehingga klien merasa malu.
7. Ancaman dan pemukulan. Ancaman (assault) adalah suatu percobaan/ancaman,
melakukan kontak badan dengan orang lain tanpa persetujuannya. Pemukulan
(batter) adalah ancaman yang dilaksanakan. Setiap orang diberi kebebasan dari
kontak badan dari orang lain, keculi jika ia telah menyatakan perseujuannya.
Contoh: jika klien dioperasi tanpa persetujuan yang bersangkutan/keluarganya,
dokter/rumah sakit tersebut dapat dituntut secara hukum.
8. Penipuan adalah pemberian gambaran salah secara sengaja yang dapat
mengakibatkan atau telah mengakibatkan kerugian atau cedera pada seseorang
atau hartanya. Contoh : memberi data yang keliru guna mendapat lisensi
keperawatan.
Sampai saat ini masih terdapat kerancuan dalam sistem pendidikan kesehatan di
Indonesia khususnya bagi sistem pendidikan keperawatan, ketika dibutuhkan lulusan-
lulusan instiutusi keperawatan yang berkualitas, yang ada adalah semakin menjamurnya
institusi kesehatan (sekolah tinggi ilmu kesehatan/ STIKES) yang dengan mudahnya
mendirikan institusi kesehatan tanpa mengindahkan dan memperhatikan aspek-aspek
tersebut di atas.Di berbagai wilayah di Indonesia misalnya, karena tidak ada tempat
yang memadai, ruko atau komplek persewaan dagang bahkan dijadikan sebagai tempat
perkuliahan bagi beberapa sekolah tinggi yang mengaku akan mencetak tenaga-tenaga
kesehatan professional. Tidak mempedulikan kualitas pengajaran, tenaga pengajar
maupun aspek lain yang seharusnya menjadi pertimbangan utama mendirikan sekolah
tinggi kesehatan. Sepertinya, fokus utama pendirian sekolah tinggi kesehatan seperti ini
adalah sebagai pusat bisnis atau sekedar money oriented. Yang patut dipertanyakan
dalam hal ini justru adalah pihak yang mempemudah perizinan pendirian sekolah-
sekolah tinggi kesehatan tersebut. Sebagai perbandingan sistem pendidikan di negara
maju bahwa untuk memenuhi segala tuntutan masyarakat dan kesetaraan profesi dengan
tenaga medis lain, dokter misalnya, maka pendidikan keperawatan menuangkan dalam
isi kurikulum yang tentu saja dikaitkan dengan tingkat pendidikan/jenis pendidikan
yang ditempuh oleh calon perawat professional tersebut. ANA (American Nurse
Assosiation) telah menetapkan bahwa persyaratan perawat professional minimalnya
Bachelor in Nursing atau Sarjana Keperawatan, sedangkan Diploma (III/IV) adalah staf
vokasional yang bertugas secara teknis, serta di bawah supervisi dari registered nurse/
perawat professional dan dalam posisi mereka adalah LPN/Licence Pratical Nurse atau
di Australia dan Inggris disebut Enroll Nurse. Oleh karena itu, seluruh organisasi
keperawatan di dunia mengacu kepada pernyataan ANA tersebut.Melihat kondisi
tersebut, maka sistem pendidikan tinggi keperawatan di Indonesia seharusnya
melakukan berbagai persiapan dalam penerapan kurikulum pada proses belajar
mengajar yaitu dengan cara melakukan kolaborasi dengan organisasi profesi
keperawatan di Indonesia untuk menetapkan standard kompetensi pendidikan,
melakukan perbaikan dalam sistem pembelajaran yang berfokus pada pelajar (student
learning centered) sehingga mahasiswa keperawatan dilatih untuk belajar mengambil
keputusan dan berfikir kritis, menggunakan kurikulum yang berdasarkan kompetensi,
berorientasi pada perkembangan kebutuhan pelayanan keperawatan secara global,
mengikuti perkembangan dan pelayanan keperawatan dunia, serta mempersiapkan
lulusan untuk bisa bekerja secara nasional dan global misalkan dengan peningkatan
kemampuan berbahasa inggris. Melihat begitu berat untuk mencetak tenaga
keperawatan yang professional, maka tidak hanya dibutuhkan modal untuk membangun
gedung megah dan membangun sekolah tinggi keperawatan, atau bahkan hanya sekedar
ajang bisnis. Tidak masalah jika institusi-institusi pendidikan kesehatan yang menjamur
bisa memenuhi kompetensi tersebut. Jika tidak? Jangan pernah berharap ada
keprofesionalan dan perbaikan dalam bidang keperawatan dan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Karena bisa jadi, masyarakat sebagai pasien juga dipandang sebagai
pusat bisnis.
Salah satu tantangan terberat adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) tenaga keperawatan yang walaupun secara kuantitas merupakan jumlah tenaga
kesehatan terbanyak dan terlama kontak dengan pasien, namun secara kualitas masih
jauh dari harapan masyarakat. Indikator makronya adalah rata-rata tingkat pendidikan
formal perawat yang bekerja di unit pelayanan kesehatan (rumah sakit/puskesmas)
hanyalah tamatan SPK (sederajat SMA/SMU). Berangkat dari kondisi tersebut, maka
dalam kurun waktu 1990-2000 dengan bantuan dana dari World Bank, melalui program
“health project” (HP V) dibukalah kelas khusus D III keperawatan hampir di setiap
kabupaten. Selain itu bank dunia juga memberikan bantuan untu peningkatan kualitas
guru dan dosen melalui program “GUDOSEN”. Program tersebut merupakan suatu
percepatan untuk meng-upgrade tingkat pendidikan perawat dari rata-rata hanya berlatar
belakang pendidikan SPK menjadi Diploma III (Institusi keperawatan). Tujuan lain dari
program ini diharapkan bisa memperkecil gap antara perawat dan dokter sehingga
perawat tidak lagi menjadi perpanjangan tangan dokter (Prolonged physicians arms) tapi
sudah bisa menjadi mitra kerja dalam pemberian pelayanan kesehatan(Yusuf,
2006).Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan sisitem pendidikan keperawatan di
Indonesia adalah UU no. 2 tahun 1989 tentang pendidikan nasional, Peraturan
pemerintah no. 60 tahun 1999 tentang pendidikan tinggi dan keputusan Mendiknas no.
0686 tahun 1991 tentang Pedoman Pendirian Pendidikan Tinggi (Munadi, 2006).
Pengembangan sistem pendidikan tinggi keperawatan yang bemutu merupakan cara
untuk menghasilkan tenaga keperawatan yang profesional dan memenuhi standar
global.Hal-hal lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu lulusan pendidikan
keperawatan menurut Yusuf (2006) dan Muhammad (2005) adalah :
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi, Issue legal dalam praktik keperawatan adalah suatu peristiwa atau kejadian
yang dapat di perkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang dan sah, sesuai
dengan Undang-Undang/Hukum mengenai tindakan mandiri perawat profesional
melalui kerjasama dengan klien baik individu, keluarga atau komunitas dan
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya, baik tanggung jawab
medis/kesehatan maupun tanggung jawab hukum.
Dalam memberikan praktik keperawatan, memiliki karakteristik praktik
keperawatan profesional diantaranya: Otoritas (authority, Akuntabilitas (accountability),
Pengambilan keputusan yang mandiri (independent decision, making), kolaborasi,
Pembelaan atau dukungan (advokasi), Fasilitasi (fasilitation).
3.2 Saran
Sebaiknya, praktik keperawatan Isu Legal Dalam Keperawatan memiliki
kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan dan
tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya pemberi
pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan ramah terhadap
mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur
hukum untuk membela hak-haknya. Karena klien mempunyai hak legal yang diakui
secara hukum untuk mendapatkan pelayanan yang aman dan kompeten. Perhatian
terhadap legal dan etik yang dimunculkan oleh konsumen telah mengubah sistem
pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A., dan Anne G. Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.