Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan menurut UUD RI 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pada Bab 1

pasal 1 pengertian kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, dan

sosial, yang memungkinkan seseorang hidup produktif secara sosial dan

ekonomi. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang, seperti faktor

penyakit lain, lingkungan, genetik atau keturunan dan penyakit generatif, salah

satunya penyakit hipertensi.

Hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah diatas normal yang ditunjukan oleh angka systolic diatas 140

mmHg dan diastolic diatas 90mmHg pada pemeriksaan tekanan darah dengan

alat pengukuran tekanan darah berupa air raksa (sphygmomanometer) ataupun

menggunakan alat digital lainnya (Herlambang, 2013).

Menurut Rikesdas pada tahun 2013 Hipertensi atau tekanan darah tinggi

merupakan keadaan dimana tekanan darah yang ada dipembuluh darah

meningkat secara kronis. Keadaan ini diakibatkan karena jantung memompa

lebih keras atau untuk menyuplai oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh.

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan

selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI,

2013). Menurut World Health Organization WHO (2013), batas normal tekanan

darah adalah tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah

diastolik kurang dari 80 mmHg.

Lima provinsi di Indonesia dengan prevalensi Hipertensi tertinggi yaitu

Bangka Belitung jumlah penduduk 1.380.762 jiwa dengan persentase 30,9%

426,655 jiwa, Kalimantan Selatan jumlah penduduk 3.913.908 jiwa dengan

persentase 30,8% 1.205.483 jiwa, Kalimantan Timur jumlah penduduk

4.115.741 dengan persentase 29,6% 1.218.259 jiwa, Jawa Barat jumlah

penduduk 46.300.543 dengan persentase 29,4% 13.612.359 jiwa, Gorontalo

jumlah penduduk 1.134.498 dengan persentase 29,4% 33.542 jiwa. Menurut

Rikesdas tahun (2013) Prevalensi Hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada

penduuduk umur lebih dari 18 tahun di provinsi jawabarat menduduki kedua

tertinggi menderita hipertensi di negera Indonesia setelah Kalimantan selatan.

Gejala hipertensi dapat berupa sakit kepala, perdarahan dari hidung

(mimisan), migren atau sakit kepala sebelah, wajah kemerahan, mata berkunang-

kunang, dan kelelahan. Dampak hiertensi jika tidak ditangani dalam jangka

waktu panjang berupa stroke, impark miokard, penyakit ginjal, dan ensefalofati

(Manurung,2018)Panatalaksanaan hipertensi terdiri dari dua yaitu farmakologi

dan non farmakologi. Jika pemberianya pengobatan farmakologi berarti perawat

harus berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya biasanya akan diberikan obat
berupa Diuretik, beta bloker, ace inhibitor, angiotensin II dan lain sebagainya.

Dan jika pemberian pengobatan non farmakologi perawat melakukan tindakan

mandiri bisa memonitoring tekanan darahnya terdiri dari Diit rendah garam,

kolesteral dan lemak jenuh, Ciptakan keadaan rileks, hindari stress, Melakukan

olahraga secara teratur dan hindari kelebihan berat badan, tinggalkan gaya hidup

yang tidak sehat seperti merokok, minum-minuman yang beralkohol dan Teknik

Relaksasi yang salah satunya Teknik relaksasi autogenic.

Relaksasi autogenik merupakan relaksasi yang bersumber dari diri sendiri

berupa kata-kata atau kalimat pendek ataupun pikiran yang bisa membuat pikiran

tentram (Setyawati, 2010). Manfaat yang dapat dirasakan setelah pemberian

relaksasi autogenic dinyatakan oleh Kristriani (2013) melalui perubahan

fisiologis tubuh bahwa relaksasi autogenic dapat memberikan sensasi tenang,

ringan dan hangat yang menyebar ke seluruh tubuh merupakan efek yang bisa

dirasakan dari relaksasi autogenik. Tubuh merasakan kehangatan, merupakan

akibat dari arteri perifer yang mengalami vasodilatasi, sedangkan ketegangan

otot tubuh yang menurun mengakibatkan munculnya sensasi ringan.

Autogenik memiliki makna pengaturan sendiri. autogenik merupakan salah

satu contoh dari teknik relaksasi yang berdasarkan konsentrasi pasif dengan

menggunakan persepsi tubuh (misalnya tangan merasa hangat dan berat) yang

difasilitasi oleh sugesti diri sendiri (Kanji, et al, 2006; Saunders, 2007). Pada

relaksasi autogenik pasien tidak lagi tergantung kepada terapisnya tetapi melalui

teknik sugerti diri (Auto suggestive), seseorang dapat melakukan sendiri


perubahan dalam dirinya sendiri, juga dapat mengatur pemunculan emosinya

(Saunders, 2007). Widyastuti (2014) menambahkan bahwa relaksasi autogenik

membantu individu untuk dapat mengendalikan beberapa fungsi tubuh seperti

tekanan darah, frekuensi jantung dan aliran darah.

Berdasarkan hasil penelitian Sumarliyah, Nasrullah, Fatin, Afifah (2018)

menunjukan adanya perubahan tekanan darah secara signifikan setelah

dilakukannya teknik terapi autogenik. Hal ini sama dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sasono Mardiono (2015), terdapat penurunan yang signifikan

juga terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi setelah

dilakukannya terapi teknik relaksasi autogenik.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bandung (2018), Hipertensi berada

diurutan 10 penyakit tertinggi yang ada dikota bandung dengan jumlah penderita

mencapai 65.599 orang dari 75 puskesmas yang ada dikota Bandung. UPT

Puskesmas Cipamokolan menduduki peringkat tertinggi dengan jumlah penderita

terbanyak di wilayah Bandung Timur dengan jumlah penderita 4.054 orang.

Berdasarkan data yang didapat dari UPT Puskesmas Cipamokolan, penderita

tekanan darah tinggi semakin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2017

sebanyak 3205 meningkat pada tahun 2018 menjadi 4.054 penderita. Hal ini

menjadi perhatian khusus karena belum terjadi penurunan angka kejadian

hipertensi dan masih banyak yang mengalami kecemasan akibat dari

penyakitnya. Maka dari itu, peneliti mengambil tempat penelitian di UPT

Puskesmas Cipamokolan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang kepala program hipertensi,

program yang dilakukan puskesmas dalam penatalaksanaan hipertensi yaitu

dengan melakukan pengecekan tekanan darah secara rutin baik itu melalui

posbindu atau penderita datang sendiri ke puskesmas, dan memberikan obat-

obatan untuk penurun tekanan darah seperti amlodipine dan captropil sesuai

resep dokter serta diadakannya senam hipertensi untuk program prolanis.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas

Cipamokolan pada tanggal 23 April 2019 didapatkan data ada beberapa orang

yang mengalami hipertensi dengan nilai tekanan darah mencapai lebih dari

140mmhg. Mereka mengeluh pusing, sakit kepala, sakit pada daerah pundak.

Ketika peneliti menanyakan penatalaksanaan apa yang dilakukan ketika

menangani tekanan darah mereka menjawab biasanya mengkonsumsi obat dan

menggunakan air rebusan daun seledri. Dan pada saat ditanya mengenai teknik

relaksasi autogenik, mereka belum pernah mendengar ataupun melakukan teknik

tersebut. Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Tehnik Relaksasi Autogenik Terhadap Kecemasan

Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja UPT Cipamokolan Kota Bandung.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas adakah pengaruh diberikannya teknik relaksasi

autogenik terhadap penurunan tekanan darah di UPT Puskesmas Cipamokolan

Bandung.
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh teknik relaksasi

autogenik terhadap penurunan tekanan darah di UPT Puskesmas

Cipamokolan Bandung.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi tekanan darah sebelum dilakukan tehnik relaksasi

autogenik pada penderita hipertensi di wilayah UPT Puskesmas

Cipamokolan Bandung.

2) Mengidentifikasi tekanan darah setelah dilakukan tehnik relaksasi

autogenik pada penderita hipertensi di wilayah UPT Puskesmas

Cipamokolan Bandung.

3) Menganalisa pengaruh tehnik relaksasi autogenik terhadap penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

1. Perkembangan IPTEK

a. Dapat dijadikan literatur untuk pengembangan ilmu kesehatan tentang

tehnik terapi autogenik dengan hipertensi

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemikiran dan informasi

bagi ilmu keperawatan, serta untuk meningkatkan pelayanan keperawatan.

1.4.2. Manfaat Praktis


1. Bagi Profesi

Hasil dari penelitian pengaruh tehnik terapi autogenik terhadap

penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi dapat digunakan untuk

menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang tehnik terapi

autogenik pada penderita hipertensi.

2. Bagi Tempat Penelitian

Hasil dari penelitian pengaruh tehnik terapi autogenik terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dapat bermanfaat bagi

masyarakat sebagai panduan cara untuk memberikan terapi untuk penderita

hipertensi yang ada di masyarakat.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian

tentang pengaruh tehnik terapi autogenik terhadap penurunan tekanan

darah khususnya untuk terapi penyakit hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai