Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL

DENGAN STROKE

Disusun oleh

Kelompok 3

Wahyuni mokoagow

Nurmala Datuela

Fadlun Tontoli

STIKES GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU

T.P 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan
rahmat beserta hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu tanpa ada alangan sedikitpun ucapan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah memberikan tugas makalah. Kami menyadari penulisan tugas
makalah masi jauh dari kata sempurna maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Karena kesalahan adalah milik semua orang
dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga makalah ini dapat berguna dan
membantu proses pembelajaran.

Kotamobagu ,22 september 2019

2
3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat,
berupa defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau
lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata–mata disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak non traumatik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi stroke?
2. Apa etiologi stroke?
3. Apa tanda dan gejala stroke?
4. Apa fisiologi stroke?
5. Apa pathway stroke?
6. Bagaimana pelaksanaan medis dan keperawatan stroke?
7. Bagaimana asuhan keperawatan stroke?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi stroke.
2. Untuk mengetahui etiologi stroke.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala stroke.
4. Untuk mengetahui fisiologi stroke.
5. Untuk mengetahui pathway stroke.
6. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan medis dan keperawatan stroke.
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan stroke.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi
Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare,
2002). Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat,
berupa defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih
atau langsung menimbulkan kematian, dan semata–mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000). Menurut Price & Wilson
(2006) pengertian dari stroke adalah setiap gangguan neurologik mendadak yang
terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri
otak. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian stroke adalah
gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan
pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan serebral sehingga
terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara mendadak.
Stroke diklasifikasikan menjadi dua :
a. Stroke Non Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang ditandai
dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau hemiparese, nyeri
kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia (kesulitan menelan). Stroke
non haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke embolik dan stroke
trombotik (Wanhari, 2008).
b. Stroke Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya perdarahan
intra serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi adalah penurunan
kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, gejala fokal berupa hemiplegi, pupil
mengecil, kaku kuduk (Wanhari, 2008).
2. Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat
kejadian yaitu:
a. Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
b. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain.

5
c. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak
d. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.
Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke
otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir,
memori, bicara, atau sensasi.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006), tanda dan gejala
penyakit stroke :
a. Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
b. Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
c. Penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata
d. Pusing dan pingsan
e. Nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas
f. Bicara tidak jelas (pelo)
g. Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
h. Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh
i. Ketidakseimbangan dan terjatuh
j. Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
4. Patofisiologi
Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi pada
stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan kerusakan permanen
yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total). Pembuluh darah yang
paling sering terkena ialah arteri serebral dan arteri karotis Interna.
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada
otak melalui empat mekanisme, yaitu :
a. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan sehingga aliran
darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan
mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak.
b. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke kejaringan
(hemorrhage).
c. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan
otak.

6
d. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan
otak.
Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan pada aliran
darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis terjadi
pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak akan
menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya yang masih
mempunyai pendarahan yang baik berusaha membantu suplai darah melalui jalur-jalur
anastomosis yang ada. Perubahan awal yang terjadi pada korteks akibat oklusi
pembuluh darah adalah gelapnya warna darah vena, penurunan kecepatan aliran darah
dan sedikit dilatasi arteri serta arteriole. Selanjutnya akan terjadi edema pada daerah
ini. Selama berlangsungnya perisriwa ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi sehingga
aliran darah mengikuti secara pasif segala perubahan tekanan darah arteri.
Berkurangnya aliran darah serebral sampai ambang tertentu akan memulai
serangkaian gangguan fungsi neural dan terjadi kerusakan jaringan secara permanen.

7
Pathway

Thrombosis

Anoksia

Gangguanperedarandarahke
otak

Penebalandind Pecahnyadindi Pembesaranse Edema serebri


ingarteri ngarteriserebra kelompokpem
l buluhdarah

8
Perubahanmetabol
ik
Kematiansel

Kerusakanperman
en

5. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:
a. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3
sampai 5 hari setelah infark serebral.
b. Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat
lain dalam sistem kardiovaskuler.
c.
d. Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam
pembentukan thrombus dan embolisasi.
6. PenatalaksanaanKeperawatan
a. Pemasanganjalurintravenadengancairan normal salin 0,9%
dengankecepatan 20 ml/jam. Cairanhipotonissepertidekstrosa 5%
sebaiknyatidakdigunakankarenadapatmemperhebat edema serebri.
b. Pemberianoksigenmelalui nasal kanul.
c. Janganmemberikanapapunmelaluimulut.
d. Pemeriksaan EKG
e. Pemeriksaanrontgentoraks.
f. Pemeriksaandarah: Darahperiferlengkapdanhitungtrombosit, Kimia
darah (glukosa, ureum, kreatinindanelektrolit), PT (Prothrombin
Time)/PTT (Partial Thromboplastin time)

9
g. Jikaadaindikasilakukanpemeriksaanberikut:

1) Kadar alcohol
2) Fungsihepar
3) Analisa gas darah
4) Skriningtoksikologi

7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Doenges dkk, 1999) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada
penyakit stroke adalah:
a. Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
seperti perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.
b. CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
c. Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada
thrombosis, emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan
iskemia otak sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra kranial.
Kadar protein total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan adanya
proses inflamasi.
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang mengalami
infark, hemoragik, dan malformasi arteriovena.
e. Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena.
f. EEG (Electroencephalography): mengidentifikasi penyakit didasarkan pada
gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
g. Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada
thrombosis serebral.

10
=>Pendampingan pasien paliatif stroke dengan setting komunitas

Stroke adalah penyakit kronis yang umumnya menyerang pada usis dewasa ke atas.
Stroke tidak hanya berpengaruh pada gangguan fisik, namun juga berpengaruh pada
psikologi pasien stroke. Selain itu, proses berduka juga akan terjadi pada keluarga pasien
yang akan mempengaruhi spiritualitas keluarga ( A’la, 2017)
Masalah utama yang dihadapi pasien stroke yaitu bagaimana keluarga, lingkungan
dan tenaga kesehatan mampu meberikan dan memenuhi kebutuhan perawatan pasien
stroke dalam perawatan paliatif homecare, karena membutuhkan pendampingan untuk
meningkatkan kemampuan dirinya walaupun dalam keadaan terbatas sehingga dapat
menjadikan kualitas hidup pasien lebih bermakna ( Karim & Lubis, 2017)
Upaya pendampingan yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan adalah dengan
upaya pendampinga holistic meliputi fisik, psikologis, dan spiritual dari pasien itu sendiri
maupun keluarga.

a). Pendampingan fisik ( Putranto, 2015):

1. Pasien dengan stroke terkadang diikuti dengan gangguan mental lain seperti demensia
atau delirium. Oleh karena itu, pendampingan yang dapat dilakukan oleh perawat
antara lain:
a. Pastikan pasien tetap berada di lingkungan keluarga
b. Letakkan benda yang dibutuhkan dekat dengan pasien
c. Jaga pola aktivitas kehidupan sehari-hari keluarga agar pasien tidak kesulitan
untuk berorientasi kembali
d. Jauhkan dari benda berbahaya
e. Bicara dengan kalimat yang jelas
f. Latih dengan ROM aktif dan pasif
b). Pendampingan psikologis ( Putranto, 2015):
a. Jaga lingkungan dari kebisingan dengan mematikan telvisi dan radio
b. Pastikan anggota keluarga selalu mengawasi dan memantau pasien.
c. Berikan support pada pasien maupun keluarga
d. Jangan tinggalkan pasien sendirian untuk menghindari depresi
e. Dengarkan apa yang dibicarakan oleh pasien maupun keluarga
c).Pendampingan spiritual :

11
a. Melakukan pendampingan dengan Berevement life review yang merupakan intervensi
untuk menggali makna kehidupan individu sehingga makna spiritualitas pasien atau
keluarga dapat meningkat ( A’la, 2017)
Untuk pendampingan stroke end-of-life perawat dapat (Putranto, 2015):
1. Dukungan spiritual dengan cara:
- Dengarkan dengan penuh empati
- Pahami reaksi dari kehilangan yang mereka alami
- Beribadah bersama jika agama sama untyk meminta jalan yang terbaik
- Gali makna kehidupan pasien dan keluarga
2. Kuatkan kemampuan merawat pasien pada keluarga dengan cara:
- Yakinkan bahwa manusia saling mebutuhkan sehingga pasien stroke sangat
membutuhkan keluarga disampingnya
- Beri informasi dan ketrampilan merawat pasien dengan stroke

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau
penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan serebral
sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara mendadak.

Menurut WHO Palliative care (perawatan paliatif) merupakan suatu cara


pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarganya dalam
menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam
kehidupan, melalui pencegahan dan mengurangi penderitaan dengan identifikasi awal,
penanganan yang benar, pengobatan rasa sakit dan masalah yang lain,yaitu fisik,
psikososial dan spiritual. Pelayanan paliatif yang diberikan oleh perawat akan
memiliki kualitas yang baik apabila asuhan keperawatan yang diberikan dapat
memenuhi kebutuhan pasien. Pelayanan tersebut dapat dicapai dengan
memperhatikan pendidikan dan pelatihan yang dimiliki oleh perawat. Pendidikan dan
pelatihan tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang.

B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan harus memahami dengan benar bagaimana cara-cara
menghadapi atau merawat klien menjelang ajal. Setiap individu pastinya memiliki
respon yang berbeda-beda atas apa yang terjadi pada dirinya maka dari itu seorang
tenaga kesehatan sangat berperan penting didalamnya. Terutama pasien dengan
diagnosa stroke, seorang perawat harus mampu menemukan cara perawatan yang
tepat dalam memberikan perawatan paliatif bagi klien dengan diabetes baik dari segi
sosial, psikososial maupun dari segi rohani. Tenaga kesehatan juga harus mampu
meyakinkan keluarga untuk membantu memberikan perawatan bagi pasien karena
dukungan keluarga juga merupakan hal yang sangat pe ting dalam perawatan paliatif

13
DAFTAR PUSTAKA

A’la, Muhamad Z., dkk. 2017. Pengaruh Bereavement Life Review Terhadap Kesejahteraan
Spiritual pada Keluarga Pasien Stroke. JKP: Vol 2 Nomor 2 Agustus 2017

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset
Kesehatan Dasar RISKESDAS 2013.
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013 [12
Sept 2017]

Cancer Center. 2015. Hospice Care, Bentuk Lain Pelayanan Paliatif bagi Pasien Penyakit
Parah. China: Modern Cancer Hospital Guangzhou. Diambil dari:
http://www.cancercenter.co.id/perawatan-kanker/perawatan-psikologis/4419.html
[Online]. Diakses pada tanggal 13 September 2017.

Dewanto G & Riyanto B. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf.
Jakarta: EGC
Fatimah, Detty N. 2009. Mencegah dan Mengatasi Stoke. Yogyakarta: Kujang Press.
Ginsberg L. 2008. Lecture Notes: Neurologi Ed. 8. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Karim, Ulfah N., & Lubis, Erika. 2017. Kualitas Hidup Pasien Stroke dalam Perawatan
Palliative Homecare. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia Vol 5, No. 1, 42-50
Marrelli, T.M. 2000. Nursing Documentation Handbook. 3th Ed. Mosby, Inc. Terjemahan
oleh Egi Komara Yudha. 2008. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3.
Cetakan I. Jakarta: EGC.
Pinson R. 2016. ‘Setiap 6 Detik’; Catatan Kecil Menyambut Stroke Sedunia [article online]
https://health.detik.com/read/2016/10/31/073249/3333031/763/setiap-6-detik-catatan-
kecil-menyambut-hari-stroke-sedunia [12 Sept 2017]
Putranto, Rudi. 2015. Modul Paliatif RSCM. Jakarta: Tim Paliatif RSCM
Syahar, Muh., dkk. 2014. Konsep Dying dan Hospice Care. Makassar: Program Studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin.
Utami, P 2009, Solusi Sehat Mengatasi Hipertensi, Argomedia Pustaka, Jakarta
Yatim, F.Waspadai Jantung Koroner, Stroke, Meninggal Mendadak : Atasi Pola Hidup
Sehat. Jakarta : Pustaka Populer Obor ; 2005.

14
15

Anda mungkin juga menyukai