Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KOMUNIKASI

KOMUNIKASI PADA PASIEN DEWASA

OLEH :

NAMA : HATRIALING DWI YUNIAR

NIM : P00341017070

TINGKAT : IlIB

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa karena atas
izin,rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul KOMUNIKASI PADA PASIEN DEWASA

Saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak terutama kepada


IBU ANITA ROSANTY, S.ST., M.Kes selaku dosen pembimbing matakuliah
komunikasi.

melalui makalah ini saya berharap agar para pembeca mengetahui cara
berkomunikasi kepada pasien dewasa dengan baik dan benar., saya menyadari
bahwa makalah ini belum sempurnah atau masih jauh dari kata sempurna.
maka dari itu saya mengharap saran dari para pembaca yang bersifat
membangun bagi makalah ini

Kendari, 29 agustus 2019

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian komunikasi
2.2 Tujuan komunikasi
2.3 Suasana kominikasi
2.4 Model-model komunikasi
2.5 Teknik komunikasi
2.6 Tahap komunikasi
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Sebagai mahluk social, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan
orang lain. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin
mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Rasa ingin tahu inilah yang
memaksa manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi merupakan bagian
kekal bagi manusia sepertihalnya bernafas. Sepanjan manusia ingin hidup,
makaia perlu komunikasi. Komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat
fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat karena tanpa adanya
komunikasi masyarakat tidak akan terbentuk. Adanya komunikasi disebabkan
oleh adanya kebutuhan akan mempertahankan kelangsungan hidup dan
kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan lingkunngannya. Dalam
berkomunikasi keberhasilan komunikator atau komunik
ansangatditentuka.nolehbeberapa factor yaitu :cakap, pengetahuan, sikap,
system social, kondisilahiriah.
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah
laku manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus-
menerus. Komunikasi bertujuan untuk memudahkan, melaksanakan, kegiatan-
kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi
dalam lingkup pekerjaan maupun hunbungan antar manusia Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi Bidang tenaga kesehatanserta perubahan konsep
petugas kesehatan dari perawatan orang sakit secara individual kepada
perawatan paripurna serta peralihan dari pendekatan yang berorientasi medis
penyakit kemodel penyakit yang berfokus pada orang yang bersifat pribadi
menyebabkan komunikasi menjadi lebih penting dalam memberikan asuhan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komunikasi ?
2. Apa tujuan Komunikasih dewasa ?
3. Apa suasana komunikasi pada klien dewasa?
4. Apa penerapan model-model komunikasi pada klien dewasa ?
5. Tehnik komunikasih dewasa.?
6. Tahap komunikasi dewasa ?
1.3Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi dewasa.
2. Untuk Mengetahui Tujuan Komunikasih Dewasa
3. Untuk mengetahui bagaimana suasana komunikasi pada klien dewasa.
4. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model-model komunikasi
pada klien dewasa
5. Untuk Mengetahui Tehnik Komunikasih Dewasa.
6. Untuk mengetahui tahap komuniksi dewasa
BAB II
PEMBAHASAN

2.1Pengertian Komunikasi

Komunikasih secara umum adalah alat yang efektif mempengaruh


tingkah laku manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara
secara terus menerus. Komunikasi bertujuan untuk memudahkan,
melancarkan, melaksanakan kegiatan-ke giatan tertentu dalam rangka
mencapai tujuan optimal, baik komunikasi dalam lingkup pekerjaan maupun
hubungan antar manusia.
Dari segi psikologis, orang dewasa dalarn situasi. Komunikasi
mempunyai sikap-sikap tertentu yairu :
1. Komunikasi adalah suatu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa
itu sendiri, maka orang dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk
mencari pengetahuan yang lebih mutakhir.
2. Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus,
manusia punya perasaan dan pikiran.
3. komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling memberi
dan menerima, akan belajar banyak, karena pertukaran pengalaman, saling
mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah.
2.2 Tujuan Komunikasih
Secara khusus komunikasi bertujuan untuk :
1. Menetapkan dan menyebarluaskan tujuan perusahaan
2. Menyusun rencana untuk menyelesaiakan
3. Mengorganisasi SDM serta sumber daya lainnya secara efekti dan efisisen
4. Menyeleksi , mengembangkan dan menilai anggota organisasi.

Menurut Hewitt ( 1981 ) , tujuan komunikasi dijabarkan sebagai berikut :

a. Mendalami atau mengajarkan sesuatu


b. Mempengaruhi perilaku seseorang Mengungkapkan perasaa
c. Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain.
d. Berhubungan dengan orang lain
e. Menyelesaian suatu permasalahan atau persoalan
f. Mencapai suatu tujuan
g. Menurunkan ketegangan dan menyelesaikan konflik.

2.3 Suasana Komunikasi Pada Klien Dewasa


Dengan adanya faktor tersebut yang mempengaruhi efektifitas komunik
orandewasa, maka perhatian dicurahkan pada penciptaan suasana komunikasi
yang diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam
berkomunikasi dengan orang dewasa adalah :
1. Suasana hormat menghormati
Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan apabila pendapat
dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir dan
mengemukakanpikirannya
2. Suasana saling menghargai
Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, sistem nilai yang dan
mengesampingkan harga kendala dalam jalannya dianut perlu dihargai.
Meremehkan diri mereka akan dapat menjadi komunikasi.
3. Suasana saling percaya
Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya
akan dapat membawa hasil yang diharapka.
4. Suasana saling terbuka
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan
orang lain. Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.
Komunikasi verbal dan non verbal adalah saling mendukung satu
sama lain. seperti pada anak-anak, perilaku non verbal sanna pentingnya pada
orang dewasa. Ekspresi wajah, gerakan tubuh dan nada suara. memberi tanda
tentang status emosional dari orang dewasa. Tetapi harus ditekankan bahwa
orang dewasa mempunyai kendala pada hal-hal ini.Orang dewasa yang
dirawat di rumah sakit bisa merasa tidak berdaya, tidak aman dan tidak
mampu ketika dikeiilingi oleh tokoh-tokoh yang berwenang.Status
kemandirian mereka telah berubah menjadi status dimana orang lain yang
memutuskan kapan mereka makan dan kapan mereka tidur. Ini merupakan
pegalaman yang mengancam dirinya, dirnana orang dewasa tidak berdaya dan
cemas, dan ini dapat terungkap dalam bentuk kemarahan dan agresi.Dengan
dilakukan komunikasi yang sesuai dengan konteks pasiensebagai orang
dewasa oleh para profesional, pasien dewasa akan mampu bergerak lebih jauh
dari immobilitas biopsikososialnya untuk mencapai penerimaan terhadap
masalahnya.

2.4 Model-model Komunikasi pada Klien Dewasa


1. Model Shanon & Weaver
Suatu model yang menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan
tingkat kecermatan nya. Model ini melukiskan suatu sumber yang berupa
sandi atau menciptakan pesan dan menyampaikan melalui suatu saluran
kepada penerima. Dengan kata lain model shannon & weaver mengasumsikan
bahwa sumber informasi menghasilkan suatu pesan untuk di komunikasikan
dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (Transmitter)
mengubah pesan menjadi suatu signal yang sesuai dengan saluran yang
digunakan.
Suatu konsep penting dalam model ini adalah adanya gangguan
(Noise) yang dapat menganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Model
Shannon-Weaver dapat diterapkan kepada konsep komunikasi interpersonal.
Model ini memberikan keuntungan bahwa sumber informasi jelas dan
berkompeten, pesan langsung kepada penerima tanpa perantara. Tetapi model
ini juga mempunyai keterbatasan yaitu tidak terlihat nya hubungan
tansaksional diantara sumber pesan dan penerima.
Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasaBila komunikasi ini
diterapkan pada klien dewasa, klien akan lebih mudah untuk menerima
penjelasan yang disampaikan karena tanpa adanya perantara yang dapat
mengurangi kejelasan informasi. Tetapi tidak ada hubungan transaksional
antara klien dan perawat, juga tidak ada feedback untuk mengevaluasi tujuan
komunikasi.
2. Model Komunikasi Leary
Refleksi dari model komunikasi interaksi dari Leary ( 1950 ) ini
menggabungkamultidimensional yang ditekankan pada hubungan
interaksional antara 2 (dua) orang, dimana antara individu saling
mempengaruhi dan dipengaruhi Leary mengamati tingkah laku klien, dimana
didapatkan tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dari
gambaran model leary ; pesan komunikasi dapat terjadi dalam 2 dimensi: 1)
Dominan -Submission, dan 2) Hate – love.
Model Leary dapat diterapkan di bidang kesehatan karena dalam bidang
kesehatan ada keseimbangan kekuatan antara professional dengan klien.
Selama beberapa tahun pasien akut ditempatkan pada peran submission dan
profesi kesehatan selalu mondominasi peran dan klien ditempatkan dalam
keadaan yang selalu patuh. Seharusnya dalam berkomunikasi ada
keseimbangan asertif dalam menerima dan memberi antara pasien dan
profesional.
Enerapan Pada Klien DewasaBila model konsep ini diterapkan pada
klien dewasa, peran dominan oleh perawat hanya mungkin dilakukan dalam
keadaan darurat/akut untuk menyelamatkan kehidupan klien, sehingga klien
harus patuh terhadap segala yang dilakukan perawat. Kita tidak dapat
menerapkan posisi dominan ini pada klien dewasa yang dalarn keadaan
kronik karena klien dewasa mempunyai komitmen yang kuat terhadap sikap
dan pengetahuan yang kuat dan sukar untuk dirubah dalam waktu yang
singkat. Feran Love yang berlebihan juga tidak boleh diterapkan terhadap
klien dewasa, karena dapat mengubah konsep hubungan profesional yang
dilakukan lebih kearah hubungan pribadi.
Model ini menekankan pentingnya "Relationship" dalam membantu
klien pada pelayanan kesehatan secara langsung. Komunikasi therapeutik
adalah ketrampilan untuk mengatasi stress yang menghambat psikologikal
dan belajar bagaimana berhubungan efektif dengan orang lain.Pada
komunikasi ini perlu diterapkan kondisi empati, congruen (sesuai dengan
situasi dan kondisi), dan penghargaan yang positif (positive regard).
Sedangkan hasil yang diharapkan dari klien melalui model kornunikasi ini
adalah adanya saling pengertian dan koping yang lebih efektif.
Bila diterapkan pada klien dewasa dikondisikan untuk lebih mengarah
pada kondisi dimana individu dewasa berada di dalam keadaan stress
psikologis.
3. Model lnteraksi King
Model King memberikan penekanan pada proses komunikasi antara
perawat - klien. King menggunakan sistem perspektif untuk menggambarkan
bagaimana profesional kesehatan (perawat) untuk memberi bantuan kepada
klien. Pada dasarnya model ini meyakinkan bahwa interaksi perawat - klien
Secara simultan membuat keputusan tentang keadaan mereka dan tentang
orang lain dan berdasarkan persepsi mereka terhadap situasi.
Keputusan berperan penting yang merangsang terjadi reaksi. Interaksi
merupakan proses dinamis yang meliputi hubungan timbal balik antara
persepsi, keputusan dan tindakan perawat - klien. Transaksi adalah hubungan
relationship yang timbal balik antaraperawar-klien seiama berpartisipasi.
Feedback dalam model ini menunjukkan pentingnya arti hubungan perawat-
klien.
Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasaModel ini sesuai
untuk klien dewasa karena mempertimbangkan faktor-faktor intrinsik dan
ekstrinsik klien dewasa yang pada akhirnya bertujuan untuk menjalin
transaksi. Adanya feedback menguntungkan untuk mengetahui sejauh mana
informasi yang disampaikan dapat diterima jelas oleh klien atau untuk.
4. Model Komunikasi Kesehatan
Komunikasi ini difokuskan pada transaksi professiona kesehatan klien
3 (tiga) faktor utama dalam proses komunikasi kesehatan yaitu : 1)
Relationship, 2) Transaksi, dar 3) Konteks.Hubungan Relationship
dikondisikan untuk hubungan interpersonal, bagaimana seorang profesional
dapat meyakinkan orang tersebut. Profesional kesehatan adalah seorang yang
memiliki latar belakang pendidikan kesehatan, training dan pengalaman
dibidang kesehatan. Klien adalah individu yang diberikan pelayanan. orang
lain (significant order) penting untuk mendukung terjadinya interaksi
khususnya mendukung klien untuk mempertahankan kesehatan.
Transaksi merupakan kesepakatan interaksi antar partisipan di dalarn
proses komunikasi tersebut.Konteks yaitu kornunikasi kesehatan yang
memiliki topik utama tentang kesehatan klien dan biasanya disesuaikan
dengan tempat dan situasiterhadap komunikasi klien dewasa Penerapannya
Model komunikasi ini juga dapat diterapkan pada klien dewasa ,karena
profesional kesehatan ( perawat ) memperhatikan karakteristik dari klien yang
akan mempengaruhi interaksinya dengan orang lain. Transaksi yang
dilakukan terjadi secara berkesinambungan, tidak statis dan umpan balik.
Komunikasi ini juga melibatkan orang lain yang berpengaruh terhadap
kesehatan klien. Konteks komunikasi disesuaikan dengan tujuan, jenis
pelayanan yang diberikan.
Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa memerlukan suatu aturan
tertentu seperti; sopan santun, bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan,
usia, faktor budaya, nilai yang dianut, faktor psikologi, sehingga perawat
harus memperhatikan hal-hal tersebut agar ttdak terjadi kesalahpahaman.
Pada komunikasi orang dewasa diupayakan agar perawat menerima pasien
sebagaimana manusia seutuhnya dan perawat harus dapat menerima setiap
orang berbeda satu dengan yang lain
Berdasarkan pada hal tersebut diatas, model konsep komunikasi yang
tepat dan dapat diterapkan pada klien dewasa adalah model komunikasi
interaksi King dan model komunikasi kesehatan. Karena pada kedua model
komunikasi ini menunjukkan hubungan relationship yang rnemperhatikan
karakteristik dari klien dan melibatkan pengirim dan penerirna, serta adanya
umpan balik untuk mengevaluasi tujuan komunikasi.
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah
laku manusia ke arah yang lebih baik sehingga perawat perlu untuk
menguasai tehnik dan model konsep komunitasi yang tepat untuk setiap
karakteristik klienOrang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan
ketrampilan yang menetap dalam dirinya yang
a. Contoh Komunikasi Modil King
Perawat : Permisi, Selamat Siang Bu
Pasien : Selamat Siang Sus
Perawat : Bagaimana bu, sebaiknya ibu harus banyak Menjaga kesehatan ibu
Pasien : Baik sus, akhir-akhir ini saya memang sayaKurang istirahat, saya
akan jaga kesehatan saya.PERAWAT :Baiklah bu,jika anda sudah
mengerti kalau begitu Saya permisi dulu,jika ibu belum mengerti
silahkan datang ke Ruangan say bu.
Pasien :Iya sus. Terima kasih sus.
Perawat :Sama-sama bu. Permisi
b. Contoh komunikasi model shanon dan weaver
Perawat : Permisi, selamat siang bu
Pasien : Selamat siang sus
Perawat : Bagaimana keadaannya bu?
Pasien : Baik sus, say:a rasa keadaan saya sekarang sudah
Lebih baik, tidak seperti dulu lagi.
Perawat : Baguslah bu,baiklah saya akan menjelaskan bu.kepada
ibu,sebaiknya ibu mencegah agar penyakit maag ibutidak kambuh lagi
sebaiknya ibu menjaga pola makan ibu agar teatur serta hindarimakanan
yang pedas dan asam karna makanantersebut dapat mengakibatkan
iritasi lambung dan meningkatkan kadar asam lambung.
Pasien : Baik sus.
Perawat: Apakah ibu sudah mengerti atau perlu saya Jelaskan lagi ?
Pasien: Saya rasa saya sudah mengerti sus, terima kasih Sus
Perawat: Kalau begitu saya permisi dulu bu.
Pasien : Iya sus.
c. Contoh Komunikasi Model Komunikasi Leary
Perawat : Selamat Siang!Keluarga
Pasien :Selamat Siang Sus!
Perawat : Maaf sebelumnya,saya dewi yang ditugaskan untuk menangani
pasien ini Keluarga
pasien : Iya sus,tolong cepat ditangani
Perawat : Baiklah, ibu tarik nafasnya bu, lalu hembuskan
Pasien : (pasien menarik nafas dan menghembuskan

2.5 Teknik Komunikasih


1. Berbicaralah dengan antusias
Saat komunikasi sedang berlangsung agar lawan bicara kamu merasakan
bahwa kamu peduli dan mendengarkan setiap perkataan mereka. Akibatnya,
mereka akan lebih terbuka kepada kamu, karena percaya diri mereka akan
meningkat. Sehingga komunikasi akan berjalan dengan baik dan penuh dalam
canda tawa. (baca juga: Model Komunikasi Transaksional)
2. Berikan pertanyaan yang bersifat terbuka
Kepada lawan bicara kamu seperti hobby mereka, apa yang mereka
sukai, bagaimana kehidupan mereka dan lainnya. Usahakan untuk
mengetahui kehidupan dari lawan bicara secara detail, agar kamu mungkin
dapat memberikan perspektif baru tentang diri dan tujuan hidup mereka.
(baca juga: Model Komunikasi Gudykunst)
3. Gunakan bahasa tubuh
Kamu ketika sedang berbicara, misalnya dengan menggerakkan
tangan, mengeluarkan ekspresi wajah dan lain sebagainya. Sebisa mungkin
cobalah untuk mengetahui perasaan mereka ketika berkomunikasi dengan
cara mengamati gerak tubuh dan intonasi suara mereka. Teknik ini akan
memberikan kamu kesempatan yang lebih besar untuk menyesuaikan kata-
kata, bahasa tubuh, dan nada suara serta respon yang kamu berikan akan
bermakna lebih positif. (baca juga: Perkembangan Media Massa di Indonesia)
4. Sanjung dan pujilah mereka
Serta tunjukkan rasa kagum kamu akan kepribadian mereka, adat
budaya mereka dengan jujur. Berikan juga alasannya kenapa kamu menyukai
atau mengagumi mereka. Jika kondisi komunikasi tidak tepat untuk
menyatakannya secara langsung, cobaah untuk menyatakan pujian kamu
secara tidak langsung.
5. Dengarkan semua yang mereka katakan
Dengan baik dan penuh perhatian serta usahakan selalu fokus terhadap
apa yang dibicarakan dan responlah pertanyaan mereka dengan baik. Hal ini
menunjukkan bahwa kamu memang mendengarkan apa saja hal yang mereka
bicarakan sehingga mereka merasa kamu adalah bagian dari komunikasi itu
juga
6. Beri tatapan mata
Yang kuat kepada mereka untuk menunjukkan bahwa kamu bukan
hanya sebagai pendengar saja, melainkan kamu juga mengerti dan paham apa
yang dibicarakan. Ketika dilakukan dengan baik, mereka juga secara alami
akan lebih memperhatikan apa yang kamu katakan.
7. Bukalah diri kamu seterbuka mungkin
Agar kamu mendapatkan kepercayaan dari mereka. Ceritakan kejadian
menarik yang kamu alami, bagaimana kehidupan kamu dan lain sebagainya.
Tapi, jangan terlalu berlebihan sehingga menganggap mereka cerita mereka
tidak penting. Biarkan mereka mengetahui lebih jauh tentang diri kamu
seiiring berjalannya komunikasi.
8. Jangan gunakan kata Aku atau Saya
Karena hal itu hanya akan memberikan kesan bahwa hanya kamulah
yang harus didengarkan. Sebaiknya, ketika berkomunikasi gunakanlah kata
“kita” atau “kami” untuk menciptakan hubungan layaknya keluarga dan
berada pada pihak atau sisi yang sama dengan lawan bicara
9. Tersenyumlah kepada mereka
Agar ketika komunikasi sedang berlangsung tidak terjadi ketegangan
antara kamu dengan mereka. Pada saat tersenyum, kamu sebenarnya telah
menunjukkan bahwa kamu telah siap untuk berkomunikasi dengan mereka,
serta mengganggap berkomunikasi dengan mereka adalah sebuah
kebahagiaan.
10. Berikan saran yang bermanfaat
Kepada lawan bicara kamu seperti tempat yang enak untuk berkomunikasi,
makanan apa yang enak pada tempat tersebut, acara apa yang berlangsung
pada hari itu, peluang karir yang mungkin bisa mereka dapatkan, dan lain
sebagainya. Ketika kamu memberikan saran atau ide yang menarik perhatian
mereka, maka secara tidak langsung kamu telah memberikan kesan kepada
mereka bahwa kamu memiliki banyak pengetahuan. Jadi, ketika mereka
membutuhkan sesuatu, maka mereka akan menghubungi kamu. (baca
juga:Contoh Komunikasi Langsung)
11. Berikan mereka motivasi
jika kamu sedang berkomunikasi dengan orang yang lebih muda dari
kamu, atau kehidupannya lebih sulit dari kamu karena biasanya mereka akan
menganggap kamu lebih baik dari mereka. Untuk itu, motivasi yang kamu
berikan mungkin saja akan menggugah semangat mereka agar bekerja lebih
giat dan menjalani hidup dengan lebih semangatKet. Yakinkan mereka bahwa
mereka pasti mampu menghadapi setiap masalah yang mereka hadapi,
sehingga mereka akan menjadikan kamu sebagai teman. (baca juga: Teori
Kepribadian Kelompok)
12. Percaya dirilah
Kamu ketika sedang berkomunikasi dengan orang lain dengan cara
menunjukkan suara dan bahasa tubuh yang lebih bersemangat dan lebih
berenergi positif. Tapi jangan pula kamu terlalu berlebihan sehingga peran
mereka sebagai lawan bicara menjadi tidak terlihat. Apapun yang terlalu
berlebihan, efek atau akibatnya akan kembali kepada diri kamu sendiri. (baca
juga: Tujuan Komunikasi Pemasaran)
13. Panggilah mereka dengan sopan
eperti menyebutkan nama mereka dengan baik, atau misalnya dengan
memanggil mereka dengan sebutan ” Bro “, ” Guys”, ” Boss “, ” Sobat” dan
panggilan lainnya yang membuat mereka senang. Ketika kamu memanggil
mereka dengan baik, mereka akan menganggap bahwa kamu sudah menjadi
teman mereka. Jangan pernah memanggil lawan bicara dengan kata-kata yang
kurang sopan dan tidak enak didengar.
14. Ajak mereka menjalin hubungan yang lebih erat
Dengan cara misalnya mengajak mereka makan atau bersama,
mengajak mereka pergi berwisata, mengajak mereka untuk mampir kerumah
kamu, dan ajakan lainnya. Meskipun mereka menolak tawaran kamu, mereka
akan merasa tersanjung dengan apa yang kamu tawarkan serta disisi lain,
mereka akan menganggap kamu memiliki keberanian menjalin persahabatan
dengan baik kepada siapa saja.
15. Jangan pernah terlambat datang
Ketika ingin melakukan komunikasi atau pembicaraan dengan mereka
pada lokasi yagn telah ditentukan. Ketika kamu datang lebih awal atau tepat
waktu, maka hal ini akan memberikan mereka kesan bahwa, ketika
berkomunikasi kamu sangat menghargai mereka dan mendengarkan mereka.
2.6 Tahap komunikasi
1. Prainteraksi
Prainteraksi di mulai sebelum kontak pertama dengan klien.Dalam
tahap ini perawat. Mengeksplorasi perasaan,fantasi dan ketakutnya, menilik
dirinya dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan,sehingga
kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan komunikasi dengan klien
dapat di pertanggung jawabkan.Perawat yang sudah berpengalaman dapat
menganalisa diri sendiri serta nilai tambahan pengalamnya berguna agar lebih
efektif dalam memberikan asuhan keperawatan. Ia seharusnya Fmempunyai
konsep diri yang stabil dan harga diri yang adekuat,mempunyai hubungan
konstruktif dengan orang lain,dengan berpegang pada kenyataan dalam
menolong klien.
Pada tahap ini juga perawat mencari informasi tentang klien sebagai
lawan bicaranya.Setelah hal ini di lakukan perawat merancang strategi untuk
pertemuan pertama denga klien.Tahapan ini di lakukan oleh perawat dengan
tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mugkin di rasakan oleh
perawat sebelum melekukan komunikasi dengan klien.kecemasaan yang di
alami seseorang dapat sangat mempengaruhi interaksinya dengan orang lain
(EIIis, Gates dan kenworthy, 2000 dalam suryani, 2005).
Strategi komunikasi yang harus dilakukan perawat dalam tapan ini adalah:
a. Mengeksplorasi perasaan, mengidentifikasikan harapan dan
mengidentifikasi kecemasaan
b. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
c. Mengmpulkan data dan informasidari keluarga terdekatnya.
d. Merencanakan pertemuan pertama dan dengan bersikap positif dan
menghindari prasangka buruk terhadap klien di pertemuan pertam
2. Fase Orintasi/Perkenalan
Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien.Hal utama yang perlu
di kaji adalah alasan klien minta pertolongan yang akan mempengaruhi
terbinanya hubungan perawat dan klien.Tahap perkenalan dilaksanakan setiap
kali pertemuan dengan klien dilakukan.Tujuan dalam tahap ini adalah
memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan
keadaan klien saat ini,serta mengavaluasi hasil tindakan yang telah lalu
(Stuart.G.W, 1998).
Dalam memulai hubungan, tugas utama adalah membina rasa
percaya,penerimaan dan pengertian,komunikasi yang terbuka dan perumusan
kontak dengan klien.Elemen-elemen kontakperlu di uraikan dengan jelas pada
klien sehingga kerja sama perawat dan klien dapat optimal.Diharapkan klien
berperan serta secara penuh dalam kontrak,namun pada kondisi tertentu
misalnya klien dengan gangguan realita,maka kontrak di lakukan sepihak dan
perawat perlu mengulangkontrak jika kontak realitas klien meningkat.
Strategi yang dapat dilakukan perawat dalam tahapan ini adalah :
a) Membina rasa saling percaya dengan menunjukan penerimaan dan
komunikasi terbuka terhadap klien dengan tidak membebani diri
dengan sikap klien yang melakukan penolakan di awal pertemuan.
b) Merumuskan kontrak (waktu,tempat pertemuan, dan topik
pembicaraan ) bersama –sama dengan klien dan menjelaskan atau
mengklarifikasi kembali kontrak yang telah di sepakati bersama.
Perawat dapat menayakan kepada keluarga klien mengenai topik
pembicaraan yang mungkin akan menarik bagi klien.
c) Mengeksplorasi pikiran,perasaan dan perbuatan serta mengidentifikasi
masalah klien yang umumnya dilkukan dengan menggunakan
komunikasi terbuka. Ketika klien diam saja atau memalingkan muka,
perawat bisa menanyakan apakah klien merasakan sakit dan apa yang
membuat klien merasa tidak nyaman.
d) Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.Pda pertemuan awal
dengan klien,perawat memiliki tujuan untuk menumbuhkan rasa
saling percaya dengan klienya.Maka,perawat harus berusaha agar
tujuan awal tersebut dapat tercapai.
3. Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi (Stuart
,1998). Fase kerja merupakan inti dari hubungan komunikasi perawat dan
klien yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan
yang akan di laksanakan sesuai dengan tujuan yang di capai. Pada fase kerja
ini perawat perlu meningkatkan interaksi yang mengembangkan faktor
fungsional dari komunikasi yang di lakukan.Meningkatkan interaksi sosial
dengan cara meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain untuk mengatasi
kecemasaan.
Tugas perawat dalam fase ini adalah mengespolarasi stressor yang
terjadi pada klien denga tepat. Perawat juga perlu mendorong perkembangan
kesadaraan klien dan pemakaian mekanisme koping yang konstruktif, dan
mengarahkan atau mengatasi penolakan perilaku adaptif.Tahap kerja
merupakan tahap yang terpanjang komunikasi karna di dalamnya perawat
dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan
perasaan dan pikiranya dan kemudian menganalisis respons ataupun pesan
komunikasi verbal dan non verbal yang di sampaikan oleh klien.Dalam tahap
ini pula perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian
sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yanfg
sedang di hadapi klien dan mencari penyelesaian masalah dan
mengavaluasinya.

4. Fase Treminasi
Terminasi adalah ahkir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap
terminasi dibagidua yaitu terminasi sementara dan terminasi ahkir
(stuart,G,W,1998). Terminasi merupakan fase yang sanga sulit dan penting
dai hubungan-hubungan rasa percaya dan hubungan intim yang sudah terbina
dan beberapa pada tingkat optimal.Terminasi dapat terjadi pada saat perawat
mengahkiri tugas pada unit tertentuatau klien pulang.adapun alasan terminasi
tugas perawat paa fase ini adalah menghadapi realiatas perpisahan yang tidak
dapat di ingkari.klien dan perawat bersama-sama meninjau kembali proses
perawatan yang telah di lalui dan pencampaian tujuan.
a. Pra interaksi
Pra interaksi di mulai sebelum kontak pertama dengan klien.Dalam tahap
ini perawat. Mengeksplorasi perasaan,fantasi dan ketakutnya, menilik dirinya
dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan,sehingga kesadaran
dan kesiapan perawat untuk melakukan komunikasi dengan klien dapat di
pertanggung jawabkan.Perawat yang sudah berpengalaman dapat
menganalisa diri sendiri serta nilai tambahan pengalamnya berguna agar lebih
efektif dalam memberikan asuhan keperawat
b.Tahap fase orientasi
Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien.Hal utama yang perlu
di kaji adalah alasan klien minta pertolongan yang akan mempengaruhi
terbinanya hubungan perawat dan klien dan perkenalan pada pasien

Analis kesehatan :”Selamat pagi Bu...(sambil mengulurkan tangan)?”

Pasien :”Selamat pagi, mba


Analis kesehatan :”Sebelumnya perkenalkan nama saya Hastrialing dwi
yuniar,saya petugas laboratorium nama ibu sartika, umur 28
tahun, alamat Andunouh.Benar tidak saya sampaikan tadi.

Pasien :”Iya betul mba

Analis kesehatan :”Baikalah bu di sini kedatangan saya ingin meminta darah


ibu untuk pemeriksaan di laboratorium,apakah ibu bersedia

Pasien :”Oh,iya saya bersedia

Analis kesehatan :”Baikalah bu saya akan mempersiapkan alat suntik saya dan
tabung untuk menyimpan darah ibu.

c.Fase kerja
Fase kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi (Stuart
,1998). Fase kerja merupakan inti dari hubungan komunikasi perawat dan klien
yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan
di laksanakan sesuai dengan tujuan yang di capai.
Analis kesehatan : “Apakah ibu siap untuk pengambilan darah ibu
Pasien :”Iya saya siap mba.
Analis kesehatan :”Baiklah bu kalau begitu silahkan ibu mengulurkan tangan
ibu lalu dikepal agar saya mudah mendapatkan vena ibu

Pasien :”Iya mba.

Analis kesehatan :”Baiklah ibu saya sudah mengambil darah ibu,ini saya akan
periksa dilaboratorium,jika sudah keluar hasilnya saya akan
memberitah ibu.

Pasien :”Oh iya mba


d.Tahap terminasi

Terminasi adalah ahkir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap


terminasi dibagidua yaitu terminasi sementara dan terminasi ahkir
(stuart,G,W,1998). Terminasi merupakan fase yang sanga sulit dan penting
dai hubungan-hubungan rasa percaya dan hubungan intim yang sudah
terbina dan beberapa pada tingkat optimal.Terminasi dapat terjadi pada saat
perawat mengahkiri tugas pada unit tertentuatau klien pulang :

Analis kesehatan : “Baiklah bu, apakah ibu mengerti dengan apa yang saya
sampaikan

Pasien :”Iya mba saya mengerti

Analis kesehatan :”Baiklah jika ibu sudah mengerti,saya minta izin dulu untuk
keluar ya bu, terimakasi atas bantuanya bu.

Pasien :’’Iya ka sama sama


BAB III
PENUTUP
3.1 Ksimpulan
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah
laku manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara
terus menerus. Komunikasi bertujuan untuk memudahkan, melancarkan,
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan
optimal, baik komunikasi dalam lingkup pekerjaan maupun hubungan antar
manusia
Suasana komunikasi pada klien dewasa antara lain : suasana hormat
menghormati, suasana saling menghargai, suasana saling percaya, dan
suasana saling terbuka.
Model-model komunikasi pada klien dewasa yaitu : model komunikasi
shanon dan weaver, model komunikasi leary, model komunikasi king, dan
model komunikasi kesehatan.
3.2. Saran
a. Diharapkan kepada mahasiswa/mahasiswi agar dapat mengerti dan
memahami apa
yang dimaksud dengan konikasi.
b. Diharapkan kedapa mahasiswa/mahasiswi agar dapat mengetahui
suasana dalam komunikasi pada klien dewasa.
c. Diharapkan kepada mahasiswa/mahasiswi adar dapat mengetahui
model-model komunikasi pada klien dewasa
DAFTAR PUSTAKA

Mundakir. (2006). Komunikasi Keperawatan: aplikasi dalam pelayanan.


Yogyakarta : Graha Ilmu.

Nasir, Abdul. 2009. Komunikasi dalam keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Ellis, R., Gates, R.,dan Kenworthy, N. 2000. Komunikasi Interpersonal dalam


Keperawatan: Teori dan Praktik. Penerjemah: Susi Purwoko. Jakarta: EGC.

Dalami, Ernawati. 2009. Komunikasi Keperawatan. Jakarta-Timur : TIM.

Amsar Jambia di 08.26

Anda mungkin juga menyukai