Pengawasan Dan Supervisi Pendidikan
Pengawasan Dan Supervisi Pendidikan
MAKALAH PEMBANDING
SUGIYANTO/S3-PTK/NIM.12702261009
DOSEN: PROF. DR. SUGIYONO
Tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran (Neagly & Evans, 1980;
Oliva, 1984; Hoy & Forsyth, 1986; Wiles dan Bondi, 1986; Glickman, 1990). Tujuan
umum Supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru
dan staf agar personil tersebut mampu meningkatkan kwalitas kinerjanya, dalam
melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar mengajar. Secara
operasional dapat dikemukakan beberapa tujuan konkrit dari supervisi pendidikan
yaitu:
A. Meningkatkan mutu kinerja guru: (1) membantu guru dalam memahami tujuan
pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut, (2) membantu
guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan
siswanya, (3) membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru
dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat serta saling
4
MAKALAH PEMBANDING
SUGIYANTO/S3-PTK/NIM.12702261009
DOSEN: PROF. DR. SUGIYONO
baik sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan. Misalnya: ruang UKS (Unit
Kesehatan Sekolah), perpustakaan dan lain-lain.
A. Kompetensi Kepribadian
1. Menyadari akan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pengawas satuan
pendidikan yang professional
2. Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah baik yang berkaitan dengan
kehidupan pribadinya maupun tugas-tugas profesinya
3. Memiliki rasa ingin tahu akan hal-hal baru tentang pendidikan dan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang menunjang profesinya.
B. Kompetensi Manajerial
1. Menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan.
2. Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi-misi-tujuan dan program
sekolah-sekolah binaannya.
3. Menyusun metode kerja dan berbagai instrumen yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan.
6
MAKALAH PEMBANDING
SUGIYANTO/S3-PTK/NIM.12702261009
DOSEN: PROF. DR. SUGIYONO
C. Kompetensi Akademik
1. Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan
perkembangan bidang ilmu yang menjadi isi tiap bidang
pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang
termasuk dalam rumpunnya.
2. Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik, dan kecenderungan
perkembangan proses pembelajaran tiap bidang pengembangan/mata
pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam
rumpunnya.
7
MAKALAH PEMBANDING
SUGIYANTO/S3-PTK/NIM.12702261009
DOSEN: PROF. DR. SUGIYONO
F. Kompetensi Sosial
1. Menyadari akan pentingnya bekerja sama dengan berbagai pihak dalam
rangka meningkatkan kualitas diri dan profesinya.
2. Menangani berbagai kasus yang terjadi di sekolah atau di masyarakat .
3. Aktif dalam kegiatan organisasi profesi seperti APSI, PGRI, ISPI dan
organisasi kemasyarakatan lainnya.
LINGKUP PENGAWASAN
Secara teoritis objek supervisi adalah: (1) aspek manusia, seperti sikap terhadap
tugas, disiplin kerja, moral kerja, kejujuran, ketaatan terhadap peraturan organisasi,
kerajinan, kecakapan kerja, kemampuan dalam bekerja sama, watak, dan (2) Aspek
kegiatan, seperti cara bekerja (cara mengajar), metoda pendekatan terhadap siswa,
efisiensi kerja, dan hasil kerja.
Menurut Harahap, Ruang lingkup supervisi pendidikan terdiri atas dua bagian, yaitu:
(1) supervisi tidak langsung atau supervisi makro atau supervisi pembelajaran. (2)
Supervisi yang bersifat langsung atau supervisi mikro yang sekarang dikenal dengan
supervisi klinis.
apakah pengeluaran sesuai dengan aturan, ketepatan pembayaran gaji atau honor
lainnya kepada pegawai dan guru.(5) Supervisi dalam pengelolaan kafetaria, yaitu
soal kebersihan tempat dan makanan, serta soal ketertiban siswa yang jangan
sampai menjadi tempat bermain, bolos dan merokok. Dan (f) Supervisi dalam
kegiatan ko kurikuler, apakah sampai mengganggu kegiatan belajar siswa,
kesehatan, dan keamanan.
METODE PENGAWASAN
Menurut Sahertian dan Mataheru (1986), teknik supervisi terdiri dari individual
deviation (bersifat individual) dan group devices (bersifat kelompok). Teknik
supervisi yang bersifat individual antara lain; kunjungan kelas, observasi kelas,
percakapan pribadi, saling mengunjungi kelas, dan menilai diri sendiri. Sedangkan
teknik yang bersifat kelompok diantaramya adalah; panel of forum
discussion,curriculum laboratry, directed reading, demonstration teaching,
professional libraries, supervisory bulletin, teacher meeting, professional
oraganization, workshop of group work.
Evan dan Neagly (1980), menyebutkan teknik supervisi terdiri dari; individual
techniques (teknik perorangan) dan group techniques (teknik kelompok). Individual
techniques terdiri atas; assignment of teachers, classroom visitation and
observation, classroom experimentation, colleges course, conference (individual),
demonstration teaching, evaluation, proffesional reading, professional writing,
supervisory bulletins, informal contacts. Sedangkan yang termasuk teknik kelompok
(group techniques) diantaranya adalah; orientation of new teacher, development of
professional libraries, visiting other teachers, coordinating of student teaching.
Pelaporan merupakan tahap akhir dari program supervisi pendidikan. Dalam laporan
digambarkan kondisi sekolah yang menjadi binaannya. Sehingga, melalui laporan
dapat diketahui bagaimana proses supervisi dilaksanakan dan bagaimana kondisi
kemajuan sekolah setelah dilakukan treatment supervisi. Secara umum, laporan
supervisi bertujuan untuk memberikan gambaran tentang mutu sekolah setelah
disupervisi. Ormston dan Shaw (1994: 104) menyatakan: The purpose of the reports
is to communicate clearly to largely non-profesional audience the strengths and
weakness of a school, it is overall quality, the standards pupils are achieving, and
what should be done if improve are needed. Tujuan pelaporan supervisi adalah
untuk mengkomunikasikan secara jelas kepada masyarakat non-profesional yang
lebih luas mengenai kekuatan dan kelemahan sekolah, meliputi keseluruhan
kualitasnya, standar pencapaian prestasi siswa, dan apa yang harus dilakukan untuk
memperbaiki hal yang dibutuhkan.
Tujuan pelaporan supervisi terdiri dari dua hal pokok, yaitu sasaran (user) laporan
dan isi laporan. Laporan supervisi selain diberikan kepada largely non-profesional
audience (khalayak non-profesional yang lebih luas). Secara spesifik, laporan
idealnya diberikan kepada orang tua siswa, kepala sekolah, atasan supervisor, dan
pihak-pihak lain yang terkait atau yang memiliki concern dengan dunia pendidikan,
khususnya dengan sekolah yang dibinanya. Isi laporan, setidaknya mencakup empat
hal, pertama, mengenai the strengths and weakness of a school (kekuatan dan
kelemahan sekolah). Supervisi merupakan proses kegiatan yang terdiri dari
penelitian, penilaian, perbaikan dan peningkatan (Ametembun, 1993: 42-45). Kedua,
laporan supervisi harus mengandung informasi tentang it is overall quality (kualitas
sekolah secara keseluruhan). Ketiga, laporan supervisi harus mencakup the
standards pupils are achieving (standar pencapaian prestasi siswa). Keempat, hal
yang harus terkandung dalam laporan supervisi ialah ’what should be done if
improve are needed’ (apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki hal yang perlu
15
MAKALAH PEMBANDING
SUGIYANTO/S3-PTK/NIM.12702261009
DOSEN: PROF. DR. SUGIYONO
Teknik dan instrumen yang dapat digunakan untuk pengumpulan data dalam
supervisi pendidikan ialah: (1) teknik observasi, instrumen yang dapat digunakan
dalam teknik observasi ialah: catatan anekdot (anecdotal record), catatan berkala
(insidental record), daftar cek (check list), skala nilai (rating scale), peralatan
Mekanis (mechanical device). (2) Teknik komunikasi, meliputi interviu, (3) angket,
baik angket berstruktur/tertutup, angket tak berstruktur/terbuka, angket kombinasi
berstruktur dan tak berstruktur, angket semi terbuka. (3) Teknik pengukuran, alat-
alat atau instrumen pengumpulan data yang tergolong ke dalam teknik pengukuran
antara lain: tes, daftar inventori kekpribadian, teknik proyektif, dan skala. (4) Teknik
sosiometri, dipakai untuk mempelajari organisasi organisasi kelompok-kelompok
kecil. Dan (5) teknik dokumenter, merupakan cara pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
16
MAKALAH PEMBANDING
SUGIYANTO/S3-PTK/NIM.12702261009
DOSEN: PROF. DR. SUGIYONO
17171717171717171717171717171717171717171717171717171717171717171717
17171717171717171717171717171717171717171717171717171717171717171717
17171717171717171717171717171717171717171717171717171717171717171717
17171717171717171717171717171717171717171717171717171717171717171717
1717171717171717171717171717
Kinerja pengawas sekolah belum memenuhi standar sesuai dengan kompetensi
yang harus mereka miliki yaitu kompetensi kepribadian, manajerial, akademik,
evaluasi pendidikan, penelitian dan pengembangan dan kompetensi sosial. Hal ini
sebabkan karena:
1. Hasil Uji Kompetensi (UK) pengawas tahun 2010 masih rendah. Rata-rata
nilai ujian pengawas yang ikut dalam UKA 32,58, sedangkan rata-rata
nasional 42,25. perbandingan dengan UK rata-rata Guru TK 58,9; guru SD
36, guru SMP 46, dan guru SMA 51,35. Nilai UK akan mencerminkan kinerja
seseorang baik secara pribadi dan dalam konteks organisasi/ sekolah. UK
didasarkan pada Jika dalam organisasi sumber daya manusianya tidak
berkualitas (yang salah satunya tercermin dari nilai UKyang rendah), maka
organisasi tersebut juga tidak akan berkualitas.
Sertifikat yang dimiliki oleh tenaga pengawas, menunjukkan bahwa
pengawas mendapatkan pengakuan atas profesi yang ia emban. Martabat
dari sebuah profesi, memerlukan mutu dari semua sumber daya manusia
yang ada pada profesi tersebut. Salah satu program untuk membina dan
mengembangkan profesi adalah UK, sehingga diperoleh maping kompetensi.
Dengan demikian pihak yang berkepentingan akan lebih efektif dalam
melakukan pembinaan karir, karena hal itu didasarkan oleh data empirik yaitu
hasil UK. Dan yang tidak kalah penting adalah, masyarakat luas juga akan
semakin percaya dengan dunia pendidikan, karena pendidikan dimotori oleh
pengawas yang berkualitas. Dengan demikian profesi pengawas semakin
mempunyai nilai tinggi di tengah-tengah masyarakat dan profesi lainnya.
Muara dari UK adalah untuk membangun budaya mutu pengawas.
2. Sistem pembinaan pengawas yang dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan
pengujian belum terencana dan tersistem. Kegiatan pembinaan tidak
komprehensif/ parsial/ sekenanya, dan tidak tertata dengan teratur, sehingga
18
MAKALAH PEMBANDING
SUGIYANTO/S3-PTK/NIM.12702261009
DOSEN: PROF. DR. SUGIYONO
tidak jelas obyek dan subyek pengawasan, karena tidak didasarkan oleh data
empiris.
3. Model sistem rekrutmen yang belum mantap. Proses rekrutmen pengawas
seharusnya melalui tahap yang selektif dan melalui persiapan yang baik.
Pada saat ini rekrutmen pengawas belum melalui proses pemilihan dan
pelatihan sebagaimana mestinya. Pengawas sekolah semestinya diangkat
dari guru-guru dan kepala sekolah berkualitas, namun yang terjadi banyak
pengawas yang diangkat karena ”dipengawaskan” atau mereka belum
pernah menjadi kepala sekolah atau toh kalau mereka pernah menjadi
kepala sekolah yang tidak memiliki kinerja yang baik, dan pada saat menjadi
guru juga bukan guru yang memiliki kinerja yang baik.
4. Jumlah pengawas sekolah di Indonesia pada saat ini sekitar 23.000 orang.
Setiap pengawas seharusnya bertugas paling sedikit mengawasi 10 sekolah
dan/atau 60 guru di TK dan SD, 7 satuan pendidikan dan/atau 40 orang guru
pada sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan kerjuan.
paling sedikit 5 satuan pendidikan dan/atau 40 guru pada SLB, atau 40 guru
bimbingan konseling. Sementara itu, di beberapa daerah jumlah pangawas
terus membengkak sehingga ada kabupaten yang memiliki pengawas sama
dengan jumlah sekolah yang dibina sehingga 1:1. Karena jumlah pengawas
semakin meningkat, maka pelaksanaan tugas menggunakan model
pelaksanaan kelompok kerja, atau beberapa sekolah dikeroyok beberapa
pengawas.
5. Keberadaan pengawas sekolah kurang efektif dalam menjaring data otentik
dari kinerja kepala sekolah dan guru. Validitas data yang dihimpun kurang
sesuai dengan kondisi nyata sekolah. Kemampuan mengolah, menganalisis,
menafsirkan, menyimpulkan, hingga merumuskan rekomendasi belum sesuai
dengan kebutuhan peningkatan mutu pembelajaran maupun manajerial
sehingga belum menghasilkan laporan yang bernilai sehingga dapat
dijadikan sebagai dasar pengambilan kebijakan pendidikan. Dengan
demikian pengembangan ide-ide kreatif atau inprovisasi dalam
pengembangan urikulum terhambat.
19
MAKALAH PEMBANDING
SUGIYANTO/S3-PTK/NIM.12702261009
DOSEN: PROF. DR. SUGIYONO
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa, E., 2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Ormston, M dan Shaw, M. 1994. Inspection: Preparation Guide for School. London:
Logman Group.
Sahertian, Piet A., 1981. Prinsip dan Tehnik Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
MAKALAH PEMBANDING
21
MAKALAH PEMBANDING
SUGIYANTO/S3-PTK/NIM.12702261009
DOSEN: PROF. DR. SUGIYONO