Anda di halaman 1dari 19

PERILAKU PENYIMPANGAN TERHADAP PANCASILA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Makalah Mata Kuliah

PENDIDIKAN PANCASILA

Dosen Pengampu :

Dr. Ferry Irawan Febriansyah, S.H., M.Hum.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 7

1. Agnis Mila Listanti (12204183264)


2. Muhammad Nurul Hidayanto (12204183270)
3. Aisya Syafa Kamila (12204183273)
4. Zahra Shafa Salsabila (12204183275)
5. Damar Danishwara (12204183304)

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

SEPTEMBER 2018

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya sesuai waktu yang diharapkan. Makalah ini membahas tentang
“Perilaku Penyimpangan Terhadap Sila Pancasila”.

Tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai pemenuhan tugas kelompok


mata kuliah “Pendidikan Pancasila” semester 1 tahun 2018/2019. Kami
berharap makalah kami dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
pembaca.

Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ferry Irawan
Febriansyah, S.H., M.Hum. selaku dosen pengampu mata kuliah “Pendidikan
Pancasila”.

Kami sebagai penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam


penyusunan makalah ini.

Tulungagung, September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1

1.3 Tujuan.................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Nilai-Nilai Pancasila..........................................................................................3

2.2 Perilaku Penyimpangan Terhadap Pancasila......................................................8

2.3 Peraturan Yang Mengatur Kelengkapan Berkendara.......................................11

2.4 Dalil-Dalil Berkaitan Perilaku Penyimpangan Terhadap Pancasila.................13

2.5 Penyelesaian Terhadap Perilaku Penyimpangan Terhadap Pancasila..............15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................................16

3.2 Saran.................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Selain itu,
pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, aktivitas
masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari pengamalan sila pancasila.
Namun, hal ini bertolak belakang dengan keadaan masyarakat saat ini.
Seperti yang sering kita jumpai, terdapat beberapa pengendara sepeda
motor yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas. Pelanggaran-pelanggaran
tersebut seperti tidak memakai helm, melewati batas marka jalan, tidak
memiliki SIM, berkendara di ruas jalan yang salah dan dengan laju
melebihi batas standar, serta masih banyak lagi. Pelanggaran tersebut
sebagian besar dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa. Hal inilah yang
menyebabkan keresahan di kalangan masyarakat. Keresahan ini semakin
diperkuat dengan banyaknya peristiwa kecelakaan lalu lintas yang terjadi.
Hal ini dapat terjadi akibat kesadaran masyarakat yang kurang.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam sila pancasila?
1.2.2 Apa saja perilaku penyimpangan terhadap sila pancasila?
1.2.3 Apa saja dalil yang berkaitan dengan perilaku penyimpangan
terhadap sila pancasila?
1.2.4 Bagaimana penyelesaian terhadap perilaku penyimpangan terhadap
sila pancasila?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui yang nilai-nilai yang terkandung dalam sila
pancasila.
1.3.2 Untuk mengetahui perilaku-perilaku penyimpangan terhadap sila
pancasila.
1.3.3 Untuk mengetahui dalil-dalil yang berkaitan dengan perilaku
penyimpangan terhadap sila pancasila.

1
1.3.4 Untuk mengetahui penyelesaian terhadap perilaku penyimpangan
sila pancasila.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Nilai-Nilai Pancasila

2
Pancasila merupakan ideologi dasar dari negara Indonesia. Pancasila
berasal dari bhs Sanskerta yaitu panca yang berarti lima dan sila yang berarti
asas atau prinsip. Hal ini mencerminkan bahwa Pancasila merupakan
wejangan kehidupan berbangsa dan negara bagi setiap warga negara
Indonesia.

Nilai-nilai yang terdapat dalam pancasila ada 3 yaitu nilai


fundamental, nilai instrumental, dan nilai praktis. Arti dari nilai fundamental
yaitu bahwa setiap sila di dalam pancasila berbentuk penting untuk dilakukan.
Tidak boleh terdapat perubahan dalam sila-sila pancasila. Nilai yang kedua,
yaitu nilai instrumental, merupakan pelaksanaan dari setiap nilai instrumental.
Nilai instrumental ini kebanyakan berbentuk norma-norma di dalam
kehidupan masyarakat. Norma tersebut dapat berbentuk norma sosial, norma
hukum, atau norma lainnya yang nantinya akan diterapkan terhadap instansi
yang sesuai. Nilai ini penting karena menjadikan pancasila relevan di setiap
pertumbuhan zaman yang dihadapi oleh Indonesia. Nilai yang ketiga adalah
nilai praktis. Nilai ini mewajibkan kita untuk memaknai segala apa yang kita
laksanakan di dalam kehidupan sehari-hari. Nilai praktis mengindikasikan
hidup atau tidaknya nilai fundamental dan nilai instrumental pancasila di
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di tengah masyarakat.
Setiap sila pada pancaila mempunyai nilai-nilai sendiri. Namun nilai-
nilai tersebut saling berkaitan. Sila-sila yang tercantum di dalam pancasila satu

3
sama lain merupakan suatu kesatuan yang bulat dan hierarki serta sistematis.
Berikut uraian nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila pancasila.
1. Sila Pertama
Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa
negara yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, segala hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara bahkan moral
negara, moral penyelenggara negara, politik negara, pemerintahan negara,
hukum dan peraturan perundang- undangan negara, kebebasan dan hak
asasi warga negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dengan demikian, nilai-nilai etis yang terkandung dalam sila Ketuhanan
Yang Maha Esa tersebut mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya.
2. Sila Kedua
Dalam sila kemanusian terkandung nilai-nilai bahwa negara harus
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang
berhadap. Oleh karena itu, dalam kehidupan kenegaraan terutama dalam
peraturan perundang-undangan negara harus mewujudkan tercapainya
tujuan ketinggian harkat dan martabat manusia, terutama hak-hak kodrat
manusia sebagai hak dasar (hak asasi) harus dijamin dalam peraturan
perundang-undangan negara.
Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung nilai suatu
kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada
potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan
kebudayaan pada umumnya, baik terhadap diri sendiri, terhadap manusia
maupun terhadap lingkungannya. Nilai kemanusiaan yang beradab adalah
perwujudan nilai kemanusiaan sebagai makhluk yang berbudaya, bermoral
dan beragama.
Nilai kemanusiaan yang adil mengandung makna bahwa hakikat
manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat
adil. Hal ini mengandung pengertian bahwa hakikat manusia harus adil
dalam hubungan dengan diri sendiri, terhadap manusia lain, masyarakat
bangsa dan negara, lingkungannya serta terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

4
Sehingga, nilai yang tekandung dalam sila kedua adalah menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,
menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menghargai atas kesamaan hak
dan derajat tanpa membedakan suku, ras, keturunan, status sosial, maupun
agama. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia,
tenggang rasa, tidak semena-mena terhadap sesama manusia, menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanuisaan (Darmodihardjo, 1996)
3. Sila Ketiga
Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara
adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Negara adalah suatu persekutuan
hidup bersama diantara elemen – elemen yang membentuk Negara berupa
suku, ras, kelompok, golongan maupun kelompok agama. Sehingga,
Negara adalah beraneka ragam tetapi satu, mengikat diri dalam suatu
persatuan yang dilukiskan dalam suatu seloka Bhinneka Tunggal Ika.
Perbedaan bukannya untuk diruncingkan menjadi konflik dan permusuhan
melainkan diarahkan pada suatu hal yang menguntungkan yaitu persatuan
dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama.
Negara mengatasi segala paham golongan etnis, suku, ras, individu
maupun golongan agama. Mengatasi dalam artian memberikan wahana
atas tercapainya harkat dan martabat seluruh warganya. Negara
memberikan kebebasan atasindividu, golongan, suku, ras, maupun
golongan agam untuk merealisasikan seluruh potensinya dalam kehidupan
bersama. Oleh karena itu, tujuan negara ialah untuk melindungi setiap
warganya dan seluruh tumpah darahnya, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan warganya serta dalam kaitannya dengan
pergaulan dengan bangsa-bangsa lain di dunia untuk mewujudkan suatu
ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
4. Sila Keempat
Nilai yang terkandung dalam sila Kerakyatan Yang Dipimin Oleh
Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan didasari oleh
sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab

5
serta Persatuan Indonesia, dan mendasari serta menjiwai sila Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat
negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Hakikat rakyat adalah merupakan
sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang bersatu
dengan tujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu
wilayah negara. Rakyat merupakan subjek pendukung pokok negara.
Negara adalah dari, oleh, dan untuk rakyat. Hal inilah yang merupakan
asal mula kekuasaan negara. Sehingga, dalam sila kerakyatan terkandung
nilai demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup
negara. Nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam sila keempat yaitu
sebagai berikut.
1) Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik
terhadap masyarakat , bangsa maupun secara moral terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
2) Menjunjung tinggi harkat martabat dan martabat kemanusiaan.
3) Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup
bersama.
4) Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku, agama,
karena perbedaan adalah suatu bawaan kodrat manusia.
5) Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap
individu, kelompok, ras, suku maupun agama.
6) Mengarahkan perbedaan dalamsuatu kerja sama kemanusiaanyang
beradab.
7) Menjunjung tinggi asas musyawarah sebagai moral kemanusiaan
yang beradab.
8) Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalamkehidupan
sosial agar tercapainya tujuan bersama.
Demikianlah nilai-nilai yang terkandung dalam sila keempat.
Selanjutnya, nilai-nilai tersebut dikongkritisasikan dalam kehidupan
bersama yaitu kehidupan kenegaraan baik menyangkut aspek moralitas

6
kenegaraan, aspek politik, maupun aspek hukum dan perundang-
undangan.
5. Sila Kelima
Dalam sila Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia terkandung
nilai-nilai yang merupakan tujuan Negara sebagai tujuan dakam hidup
bersama. Maka, di dalam sila kelima ini terkandung nilai keadilan yang
harus terwujud dalam kehidupa bersama. Keadilan tersebut didasari dan
dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, manusia lain, masyarakat, bangsa dan
negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya. Sehingga, nilai
keadilan yang harus terwujud dalam hidup bersama meliputi :
1. Keadilan distributif, yaitu suatu hubungan keadilan antara Negara
terhadap warganya, dalam arti pihak negara yang wajib memenuhi
keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan,
bantuan serta kesempatan dalam hidup bersama yang didasari atas hak
dan kewajiban.
2. Keadilan legal, yaitu hubungan keadilan dengan warg Negara terhadap
Negara dan dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi
keadilan dalam bentuk menaati peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam nrgara.
3. Keadilan komutatif, yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu
dengan lainnya secara timbal balik.
Demikian, nilai keadilan tersebut sebagai dasar dalam pergaulan
antar Negara sesama bangsa di dunia dan prinsip ingin mnciptakan
ketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antar bangsa di dunia
dengan berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan bagi suatu bangsa,
perdamaian abadi, serta keadilan dalam hidup bersama.

2.2 Perilaku Penyimpangan Terhadap Pancasila


Menurut hasil observasi kelompok kami di lingkungan sekitar tempat
perkuliahan, kami menemukan permasalahan – permasalahan yang
bertentangan dengan pancasila. Permasalahn tersebut diantaranyatidak
mematuhi peraturan lalu lintas, seperti tidak memakai helm, melewati batas
marka jalan, tidak memiliki SIM, berkendara di ruas jalan yang salah dan
dengan laju melebihi batas standar, serta masih banyak lagi. Hal tersebut

7
sangat bertentangan dengan nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila.
Berikut adalah penjelasannya.
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak - anak menuju dewasa yang
ditandai dengan berkembangnya fisik seseorang. Masa remaja berlangsung
antara umur 12 hingga umur 21 tahun. Keadaan emosi pada masa remaja
masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormon seperti pada
suatu saat ia bisa sedih, di lain waktu ia bisa marah. Oleh karena itu, masa
remaja bisa dibilang masa yang penuh dengan masalah, karena mereka belum
bisa mengendalikan emosinya. Sering sekali masalah yang ditimbulkan oleh
para remaja adalah dalam berkendara. Akibatnya sering terjadi kecelakaan lalu
lintas. Hal ini, disebabkan oleh para remaja yang tidak mematuhi aturan lalu
lintas seperti kebut - kebutan dijalan, tidak memakai helm dan melintasi jalan
di arah yang salah. Tindakan seperti ini seharusnya perlu ditindak tegas karena
jika tidak akan banyak menimbulkan banyak korban serta semakin bersikap
seenaknya sendiri tanpa memperdulikan hak pengguna jalan lain. Para remaja
menggunakan sepeda motor rata-rata bukan untuk pemanfaatan transportasi
melainkan hanya untuk pamer atau trend saja. Hal ini menyimpang dari nilai-
nilai yang terkandung dalam pancasila. Jika dikaitkan dengan sila pertama
Pancasila bahwa tindakan yang tidak mematuhi aturan lalu lintas termasuk
tindakan yang sangat tercela karena bisa merugikan orang lain. Selain itu,
tindakan ini termasuk tindakan yang tidak menyayangi nyawanya sendiri dan
nyawa orang lain. Tuhan memberikan kita hidup agar kita bisa lebih
menyayangi diri sendiri dan orang lain bukan untuk disia-siakan. Tidakkah
kita berpikir bahwa dengan kita kebut-kebutan dijalan kita bisa
membahayakan orang lain dan itu sama saja dengan membunuhnya.
Membunuh adalah perbuatan yang sangat tidak disukai oleh Tuhan dan kita
bisa mendapatkan dosa besar yang tidak akan pernah terampuni selain itu kita
bisa mendapatkan hukuman dengan minimal 20 tahun penjara bahkan sampai
seumur hidup. Jika dilihat dari segi hilangnya keturunan, kecelakaan bisa
menyebabkan hilangnya kepala keluarga yang menghidupi keluarga, istri
menjanda serta anak-anak menjadi yatim. Apa sulitnya hanya sekedar
mematuhi aturan lalu lintas yang bisa dibilang gratis.

8
Jika dikaitkan dengan sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan Yang Adil
dan Beradab”, perilaku tersebut bertentangan dengan sila pancasila yang
kedua, karena pada sila kedua mengandung nilai yang mengembangkan sikap
saling mencintai sesama manusia, tenggang rasa, tidak semena-mena terhadap
sesama manusia, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Saat ini banyak
pengendara sepeda motor yang berkendara di ruas jalan yang salah, sehingga
tanpa mereka sadari hal ini akan membahayakan diri mereka sendiri dan orang
lain. Kaitannya dengan sila, mereka bersikap semena-mena mengambil hak
orang lain untuk memenuhi kepentingannya sendiri, tanpa memperdulikan
akibat dari perbuatannya serta menganggap apa yang dilakukannya itu benar.
Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Pasal 5 ayat (1)
bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang
baik dan sehat, dalam hal ini terlihat bahwa kurangnya etika/adab yang
diterapkan dalam diri setiap individu.
dari permasalahan diatas, dapat kita lihat bahwa masalah tersebut sangat
bertentangan dengan sila pancasila, khususnya pada sila ketiga pancasila,
yaitu Persatuan Indonesia. Keterkaitan antara masalah tersebut dengan sila
ketiga pancasila ialah, permasalahan itu nantinya dapat menimbulkan
perselisihan antara pelaku dengan korban yang nantinya berujung pada
pertikaian karena kurangnya rasa penyesalan di diri pelaku, hal tersebutlah
yang nantinya bertentangan dengan sila ketiga pancasila karena menyebabkan
kesatuan dan persatuan antara warga Indonesia mengalami perpecahan. Maka
dapat kita katakan bahwa permasalahan tersebut bertentangan dengan sila
ketiga pancasila.
Jika dikaitkan dengan sila keempat yang berbunyi “Kerakyatan Yang
Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan”,
tindakan tersebut sangat menyimpang dari sila keempat. Dalam sila keempat
terdapat nilai demokrasi yang harus dijunjung oleh semua kalangan
masyarakat. Tindakan pelanggaran lalu lintas itu bertentangan dengan nilai
demokrasi yang terkandung dalam sila keempat ini, karena jika melakukan
pelanggaran ini mereka tidak memperdulikan masyarakat yang lainnya.
Seperti yang kita ketahui, demokrasi itu lebih mengutamakan kepentingan
bersama daripada kepentingan individu. Jika melakukan tindakan seperti

9
berkendara pada ruas jalan yang salah, hal ini berarti tidak mencerminkan
demokrasi dikarenakan melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan mereka
sendiri. Tidak hanya itu, perilaku penyimpangan tersebut juga dapat
membahayakan keselamatan orang lain.
Jika dikaitkan dengan sila kelima, “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia”. Keadilan merupakan salah satu tujuan negara republik Indonesia
selaku negara hukum. Penegakan keadilan akan membuat kehidupan manusia
Indonesia, baik selaku pribadi, selaku anggota masyarakat, maupun selaku
warga negara menjadi aman, tenteram, dan sejahtera. Upaya untuk mencapai
ke arah itu memerlukan nilai keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, yang
menyangkut hak dan kewajiban yang dimiliki oleh seluruh warga negara
Indonesia. Maka dari itu, berkendara yang tidak mentaati peraturan lalu lintas
seperti berkendara pada ruas jalan yang salah merupakan tindakan yang
menyimpang dari sila kelima dalam pancasila, karena tindakan tersebut bisa
dikatakan merampas hak pengguna jalan yang lainnya, dan tindakan itu juga
merupakan sikap tidak adil atau bisa disebut juga zalim (tidak menempatkan
sesuatu pada tempatnya). Seharusnya Setiap warga negara Indonesia harus
diperlakukan adil sesuai dengan hak dan kewajibannya sebagai warga negara,
seperti halnya bunyi dari sila kelima itu sendiri. Nilai keadilan sosial
mengamatkan bahwa semua warga negara mempunyai hak yang sama dan
bahwa semua orang sama di hadapan hukum. Keadilan yang dimaksudkan
adalah semangat keadilan sosial bukan keadilan yang berpusat pada semangat
individu. Keadilan tersebut haruslah dapat dirasakan oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia, bukan oleh segelintir golongan tertentu.

2.3 Peraturan Yang Mengatur Kelengkapan Berkendara

1) Memakai Helm Standar Nasional Indonesia (SNI)


Jangan lagi kenakan helm batok, Gunakanlah helm SNI. Selain
karena alasan keselamatan, menggunakan helm jenis ini sudah menjadi
kewajiban seperti diatur dalam Pasal 57 Ayat (2) dan Pasal 106 Ayat (8).
Sanksi bagi pelanggar aturan ini, pidana kurungan paling lama satu bulan
atau denda paling banyak Rp 250.000 (Pasal 291). Sanksi yang sama juga
akan dikenakan bagi penumpang yang dibonceng dan tidak mengenakan
helm SNI.
2) Memastikan Perlengkapan Berkendara Komplet

10
Bagi para pengendara roda empat atau lebih, coba pastikan
kelengkapan berkendara Anda. UU Lalu Lintas No 22 Tahun 2009, dalam
Pasal 57 Ayat (3) mensyaratkan, perlengkapan sekurang-kurangnya adalah
sabuk keselamatan, ban cadangan, segitiga pengaman, dongkrak, pembuka
roda, helm, dan rompi pemantul cahaya bagi pengemudi kendaraan
bermotor roda empat atau lebih yang tak memiliki rumah-rumah dan
perlengkapan P3K. Bagaimana jika tak dipenuhi? Sanksi yang diatur bagi
pengendara yang menyalahi ketentuan ini akan dikenakan pidana
kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp 250.000,
seperti diatur dalam Pasal 278.
3) Herus Mempunyai SIM
Ketentuan yang satu ini mungkin harus menjadi perhatian lebih,
Jika selama ini denda bagi pengendara yang tak punya SIM hanya sekitar
Rp 20.000, UU Lalu Lintas yang baru tak mau memberikan toleransi bagi
pengendara yang tak mengantongi lisensi berkendara. Sanksi pidana
ataupun denda yang diterapkan tak lagi ringan. Setiap orang yang
mengemudikan kendaraan bermotor di jalan dan tidak memiliki SIM, akan
dipidana dengan pidana kurungan empat bulan atau denda paling banyak
Rp 1 juta (Pasal 281).
4) Berkonsentrasi dalam Berkendara
Pasal 283 UU Lalu Lintas mengatur, setiap orang yang
mengemudikan kendaraan bermotor di jalan secara tidak wajar dan
melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang
mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi, dipidana dengan
pidana kurungan paling lama tiga bulan kurungan atau denda paling
banyak Rp 750.000.
5) Memperhatikan Pejalan Kaki dan Pesepeda
Para pengendara, baik roda dua maupun roda empat atau lebih,
harus mengutamakan keselamatan pejalan kaki dan pesepeda. Bagi mereka
yang tidak mengindahkan aturan Pasal 106 Ayat (2) ini, dipidana dengan
pidana kurungan paling lama dua bulan atau denda paling banyak Rp
500.000.
6) Melengkapi kaca spion dan lain-lain
a. Pengemudi sepeda motor
Pengemudi sepeda motor diwajibkan memenuhi persyaratan teknis dan
laik jalan yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem,
lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan,
knalpot, dan kedalaman alur ban (diatur Pasal 106 Ayat (3)). Sanksi
bagi pelanggarnya diatur Pasal 285 Ayat (1), dipidana dengan pidana
kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp
250.000.
b. Pengemudi roda empat atau lebih

11
Bagi pengendara roda empat atau lebih diwajibkan memenuhi
persyaratan teknis yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama,
lampu mundur, lampu tanda batas dimensi badan kendaraan, lampu
gandengan, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya,
alat pengukur kecepatan, kedalaman alur ban, kaca depan, spakbor,
bumper, penggandengan, penempelan, dan penghapus kaca. Pasal 285
Ayat (2) mengatur, bagi pelanggarnya akan dikenai sanksi pidana
paling lama dua bulan kurungan atau dendan paling banyak Rp
500.000.
7) Harus Membawa STNK
Setiap bepergian, jangan lupa pastikan surat tanda nomor
kendaraan bermotor sudah Anda bawa. Jika Anda alpa membawanya,
sanksi kurungan paling lama dua bulan atau denda paling banyak Rp
500.000 akan dikenakan bagi pelanggarnya (Pasal 288 Ayat (1)).
8) SIM Harus yang Sah
Pasal 288 Ayat (2) mengatur, bagi setiap orang yang
mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak dapat
menunjukkan SIM yang sah dipidana dengan pidana kurungan paling lama
satu bulan dan atau denda paling banyak Rp 250.000.
9) Memakai Sabuk Pengaman
Ini harus jadi perhatian bagi pengemudi mobil dan penumpangnya.
Jangan lupa mengenakan sabuk pengaman selama perjalanan Anda. Selain
untuk keselamatan, juga untuk menghindari sanksi pidana kurungan paling
lama satu bulan atau denda paling banyak Rp 250.000 seperti diatur dalam
Pasal 289.
10) Menyalakan Lampu Utama pada Malam Hari
Saat berkendara pada malam hari, pastikan lampu utama kendaraan
Anda menyala dengan sempurna. Bagi pengendara yang mengemudikan
kendaraannya tanpa menyalakan lampu utama pada malam hari, dipindana
dengan pidana kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak
Rp 250.000 (Pasal 293).
11) Wajib Menyalakan Lampu pada Siang Hari
Para pengendara motor yang berkendara pada siang hari
diwajibkan menyalakan lampu utama. Sekarang, sudah bukan sosialisasi
lagi. Bagi pelanggarnya akan dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 15 hari atau denda paling banyak Rp 100.000.
12) Memberi Isyarat Berbelok, Berbalik Arah.
Setiap pengendara yang akan membelok atau berbalik arah,
diwajibkan memberikan isyarat dengan lampu penunjuk arah atau isyarat
tangan. Jika melanggar ketentuan ini, Pasal 284 mengatur sanksi kurungan
paling banyak satu bulan atau denda Rp 250.000.
13) Tidak Diperbolehkan Sembarangan Pindah Jalur

12
Para pengemudi yang akan berpindah jalur atau bergerak ke
samping, wajib mengamati situasi lalu lintas di depan, samping dan
dibelakang kendaraan serta memberikan isyarat. Jika tertangkap
melakukan pelanggaran, akan dikenai sanksi paling lama satu bulan
kurungan atau denda Rp 250.000 (Pasal 295)
14) Tidak Diperbolehkan Langsung Belok Kiri
Ini salah satu peraturan dalam Undang Undang Lalu Lintas Pasal
112 ayat (3) mengatur, pengemudi kendaraan dilarang langsung berbelok
kiri. Bunyi pasal tersebut “Pada persimpangan jalan yang
dilengkapi dengan alat pemberi isyarat lalu lintas, pengemudi kendaraan
dilarang langsung berbelok kiri, kecuali ditentukan lain oleh rambu lalu
lintas atau pemberi isyarat lalu lintasâ€Â.
15) Tidak Diperbolehkan Balapan di Jalan
Pengendara bermotor yang balapan di jalan akan dikenai pidana
kurungan paling lama satu tahun atau denda paling banyak Rp 3.000.000
(Pasal 297).
16) Menyesuaikan Jalur dengan Kecepatan
Ketentuan mengenai jalur atau lajur merupakan salah satu
ketentuan baru yang dimasukkan dalam UU Lalu Lintas Nomor 22 Tahun
2009, yang diatur dalam Pasal 108.

2.4 Dalil-Dalil Yang Berkaitan Perilaku Penyimpangan Terhadap Pancasila


1) QS.Al-An’am(6):45

‫ب العلمين‬
‫فقطع دابر القؤم الذين ظلمؤا ؤالحمد ل ر ب‬

Artinya : Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan


sampai ke akar-akarnya. Dan segala puji bagi Allah tuhan
seluruh alam.

2) QS. At-Taubah (9) : 70

‫فما كا ن ا ليظلمهم ولكن كانوا انفسهم يظلمون‬

Artinya : Maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka,


akan tetapi mereka sendiri.

3) .QS. Al-An’am (6) : 144

.....‫ابن ا ل يهدي القوم الظالمين‬

Artinya : ......Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk


kepada orang-orang yang zalim

4) QS. An-Nisa’ (4) : 59

13
‫يا ابيها ابلذين امنوا اطيعوا ا واطيعوا الرسول واولي المر منكم‬......

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatlah Allah dan


taatlah rasulnya, dan ulil amri diantara kamu.

5) HR. Abu Daud dan Turmudzi

‫ا او احبل حراما‬,‫ا الب شرطا حبرم حلل‬,‫والمسلمون على شروطهم‬

Artinya : Setiap muslim harus memenuhi setiap aturan yang mereka


sepakati. Kecuali kesepakatan dalam rangka menghalalkan yang haram
atau mengharamkan yang halal.

6) ‫سننوواا ۟ إإنن‬
‫سإبيإل ٱنلإ أوأل تنحلنقواا بإأ أحيإدينكحم إإألى ٱلتنحهلنأكإة ۟ أوأأحح إ‬
‫أوأأنفإنقواا إفى أ‬

‫ٱنلأ ينإحبب ٱحلنمحح إ‬


‫سإنيأن‬

“Dan janganlah kalian menjatuhkan diri kalian sendiri ke


dalam kebinasaan dan, berbuat baiklah,karena sesungguhnya
allah menyukai orang-orang yang berbuat baik .”

(Al-Baqarah: 195)

2.5 Penyelesaian Terhadap Perilaku Penyimpangan Terhadap Pancasila


Dengan adanya permasalahan-permasalahan yang terjadi menyebabkan
keresahan terhadap masyarakat sekitar. Untuk mengatasi masalah tersebut, hal
yang dapat kita lakukan sebagai mahasiswa ,yaitu ;
1) Pentingnya kesadaran diri di setiap individu.
Artinya, kita harus sadar akan segala tindakan yang kita lakukan
baik itu benar maupun salah. Agar masyarakat disekitar kita merasa aman
dan tentram ketika berada di sekitar kita.
2) Mentaati peraturan yang ada.
Artinya, kita di wajibkan untuk mentaati peraturan yang berlaku
disekitar kita. Sebab, tujuan dibuatnya peraturan tersebut tidak lain untuk
melindungi masyarakat termasuk diri kita sendiri. Selain itu, untuk
menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat agar terciptanya suasana
yang damai, aman, dan tentram.
3) Sosialisasi di lingkungan sekitar (peran mahasiswa).

14
Kita sebagai mahasiswa dan merupakan bagian dari masyarakat
sudah selayaknya kita membantu untuk terciptanya lingkungan
masyarakat yang damai, aman, dan tentram dengan cara memberikan
pengertian betapa pentingnya taat berlalu lintas.
4) Penindakan tegas dari pihak yang berwajib.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sampai saat ini, masih banyak permasalahan-permasalahan yang
bertentangan dengan pancasila, hal tersebut disebabkan oleh kurangnya
kesadaran diri setiap individu, banyaknya peraturan yang tidak ditaati.
akibatnya, suasana di sekitar kita terasa kurang aman dan tentram.agar
terciptanya suasana yang aman dan tentram kita harus menilai diri kita
sendiri.

B. Saran

15
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.

http://ntmcpolri.info/home/mari-kenal-undang-undang-lalu-lintas-agar-tidak-
ditilang/

http;//www.kajiansalaf.com/2012/05/adab-islam-dalam-menaiki-kendaraan.html?
m=1

16

Anda mungkin juga menyukai