Anda di halaman 1dari 4

POLA PEMBERIAN ANTIBIOTIK DI PUSKESMAS SUKORAMBI, RAMBIPUJI PERIODE 17 OKTOBER-26

NOVEMBER 2011

Kiswaluyo
Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.

Abstract

Introduction: The problem of bacterial resistance to antibiotics is a growing problem worldwide. Health
center as a unit of local government health services are organized dental health services in the areas they use
different types of antibiotics in improving public health. Purpose: discuss the administration of antibiotics in health
centers. Results: The pattern of antibiotics has differences between health centers both in the amount and types of
antibiotics. Conclusion: A wide range of variation of administration of antibiotics in health centers could occur
because of differences in the availability, knowledge and creativity dentist dentist in the clinic

Keywords: antibiotic, bacteria resistance

Korespondensi (Correspondence): jl.Kalimantan No.37 Jember. e-mail: kiswaluyo@yahoo.co.id

Antibiotik termasuk jenis obat yang antibiotik untuk demam biasa atau flu.2
cukup sering diresepkan dalam pengobatan Resistensi bakteri juga bisa disebabkan oleh
modern. Antibiotik adalah zat yang kurangnya jumlah antibiotik yang dikonsumsi,
membunuh atau menghambat pertumbuhan misalnya antibiotik tidak dihabiskan sesuai
bakteri. Sebelum penemuan antibiotik yang anjuran dokter dan aturan pakai yang
pertama, penisilin, pada tahun 1928, jutaan seharusnya tiga kali sehari tapi diminum satu
orang di seluruh dunia tak terselamatkan kali sehari.3
jiwanya karena infeksi-infeksi yang saat ini Puskesmas sebagai unit pelayanan
mudah diobati. Ketika influenza mewabah kesehatan pemerintah daerah yang
pada tahun 1918, diperkirakan 30 juta orang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
meninggal, lebih banyak daripada yang gigi dan mulut di wilayah kerjanya
terbunuh pada Perang Dunia I. menggunakan berbagai jenis antibiotik dalam
Pencarian antibiotik telah dimulai usaha peningkatan kesehatan masyarakat.
sejak penghujung abad ke 18 seiring dengan Namun, terdapat perbedaan dalam pola
meningkatnya pemahaman teori kuman pemberian antibiotik antarpuskesmas pada
penyakit, suatu teori yang berhubungan pasien dengan diagnosis yang sama dan
dengan bakteri dan mikroba yang juga terdapat perbedaan jumlah obat yang
menyebabkan penyakit. Saat itu para diberikan. Artikel ini membahas tentang
ilmuwan mulai mencari obat yang dapat pemberian antibiotik pada puskesmas.
membunuh bakteri penyebab sakit. Tujuan
dari penelitian tersebut yaitu untuk BAHAN DAN METODE
menemukan apa yang disebut "peluru ajaib",
yaitu obat yang dapat membidik atau Penelitian ini dilakukan pada 2
menghancurkan mikroba tanpa menimbulkan puskesmas di wilayah Kabupaten Jember,
keracunan. yaitu Puskesmas Sukorambi dan Rambipuji.
Permasalahan resistensi bakteri pada Data diambil dari data kunjungan pasien poli
penggunaan antibiotika merupakan salah gigi yang mendapat obat antibiotik selama
satu masalah yang berkembang di seluruh periode bulan oktober sampai November
dunia. WHO dan beberapa organisasi telah 2011.
mengeluarkan pernyataan mengenai
pentingnya mengkaji faktor-faktor yang HASIL
terkait dengan masalah tersebut, termasuk Pola pemberian antibiotik antar
strategi untuk mengendalikan kejadian puskesmas mempunyai perbedaan baik itu
resistensi.1 dalam hal jumlah maupun jenis antibiotik.
Berkembangnya bakteri yang Pada makalah ini akan disajikan data
resisten antibiotik disebabkan oleh beberapa pemberian antibiotik di Puskesmas Sukorambi,
hal. Salah satunya adalah penggunaan Rambipuji. Data yang didapat untuk
antibiotik yang berlebihan. Ini mencakup pemberian antibiotik di Puskesmas Sukorambi
seringnya antibiotik diresepkan untuk pasien disajikan pada tabel 1 berikut ini.
demam biasa atau flu. Meskipun antibiotik
tidak efektif melawan virus, banyak pasien
berharap mendapatkan resep mengandung
antibiotik ketika mengunjungi dokter. Setiap
orang dapat membantu mengurangi
perkembangan bakteri yang resisten
antibiotik dengan cara tidak meminta
S
Stomatognatic (J.K.G Unej) Vo
ol. 8 No. 3, 2011 (151-154)

T
Tabel 1. Distribusi Pemberia
an Antibiotik di
d amin C) sebanyak 53,91%, kelompok D
Vita
Puske esmas Sukoram
mbi Periode 17 (Ammoxycilin+Antalgin) sebanyak k 18,75% dan
Oktoober – 12 Novem
mber 2011 Kelo
ompok G (Me etronidazole + Antalgin +
Terapi Terapi Vita
amin C) sebany yak 4, 69%, sedaangkan untuk
kelo
ompok yang lain dibawah 4%. Jumlah
Diagnosa A B % yanng diberikan untuk
u masing-masing obat
adaalah 10 butir.
HP - 1 6,25
GP 1 11 75
GR - 2 12,50
Abses periapikal - 1 6,25
% 6,25 93,75 100
Keterangan
K
H
HP : Hipere
emi Pulpa
G
GP : Ganggren Pulpa
G
GR : Ganggren Radix
A : Amoxicillin
B : Amoxxicillin+Paracetam
mol

Tabel 1 menunjukka an bahwa untu uk


diagnosis hip
d peremi pulpa a (HP) terja adi
s
sebanyak 6,25 %, gangre en pulpa (GP)
s
sebanyak 75 %,
% gangren radixx (GR) sebanya ak
12, 5% dan absses periapikal sebanyak
s 6,25 %.
%
P
Pada terapi didapat
d bahw
wa pasien yan ng ambar 2. Persen
Ga ntase Diagnosis di Puskesmas
m
menerima ammoxicilyn seban nyak 6,25 pad da Rambipuji
k
kasus GP da an 93,75% yang y menerim ma
a
amoxicilyn dann paracetamol. Diagnosis yan ng Kete
erangan:
p
paling banyak k menerima am moxicilyn adalaah 1 : Amoxicilliin
G Jumlah pe
GP. emberian adala ah 10 butir untuuk 2 : Amoxicilliin+Antalgin+Vitam
min C
m
masing-masing jenis obaat. Persentasse 3 : Tetrasiklin
n+Antalgin+Vitam
min C
p
pengobatan diiilustrasikan pad
da gambar 1. 4 : Amoxicilliin+Antalgin
5 : Ciprofloxa acin+Antalgin+Viitamin C
6 : Cefadroxxil+Na diklofenak++Vitamin C
7 : Metronidazole+Antalgin+V Vitamin C
8 : Propanolol+as. mefenama at+amoxicillin
9 : Cefadroxxil+Paracetamol+Vitamin C
10 : Metronidazole+Na diklofenak+Vitamin C
11 : Amoxicilliin+Paracetamol
12 : Amoxicilliin+Vitamin K
13 : Amoxicilliin+Antalgin+Vitam
min K
14 : Amoxicilliin+Antalgin+CTM
15 : Tetrasiklin
n+Antalgin
16 : Amoxicilliin+Paracetamol+ +Vitamin C
17 : Amoxicilliin+Asam Mefenamat+Vitamin C

MBAHASAN
PEM
Penting bagi pa
asien atau
kelu
uarganya untu uk mempelajarri pemakaian
antibiotik yang benar,
b seperti aturan dan
Gambar 1. Persentase
P Rese
ep Antibiotik di jang
gka waktu p pemakaian. Aturan
A pakai
Puskesmas Sukoraambi mencakup dosis obat, jarak waktu antar
pemmakaian, kond disi lambung (berisi atau
koso
ong) dan interraksi dengan makanan
m dan
Keterangan :
K obaat lain. Pemakaian yang kurang k tepat
1 : Amoxxicillin aka
an mempenga aruhi penyerap pannya, yang
2 : Amoxxicillin dan Parace
etamol padda akhirnya akan mengurangi atau
menghilangkan ke eefektifannya.
Puskessmas Rambipu uji memiliki po
ola Bila pem
makaian antibio otik dibarengi
pemberian an
p ntibiotik yang lebih beragam denngan obat lain n, yang perlu diperhatikan
w
walaupun denngan diagnossis yang sama. adaalah interaksi obat, baik dengan
d obat
D
Data yang dite erima disajikan pada gambar 2. bebbas maupun ob bat yang direse epkan dokter.
G
Gambar 2 menunjukkan bahwa diagnosis Seb
bagai conto
oh, Biaxin (klaritromisin,
t
tertinggi yaittu GP sebanyak %,
25,78% antibiotik) seharusnya tidak dipa akai bersama-
P
Periodontitis s
sebanyak 23,,44% dan G GR ma dengan Theo-Dur (teofilin, obat
sam o asma).
s
sebanyak 21, 09%,
0 sedangkan n untuk diagnosis Jangka w waktu pemaka aian antibiotik
l
lain kurang dari 5%. Sed dangkan untu uk adaalah satu periode yang diteta apkan dokter.
p
persentase tera
api yang tertingggi adalah tera
api Sekalipun sudah merasa semb buh sebelum
p
pada kelomp pok B (Amoxxicilyn+Antalgin n+ antibiotik yang diberikan
d habis, pemakaian
Pola Pemberian Antibiotik Di Puskesmas Sukorambi, Rambipuji … (Kiswaluyo) 

antibiotik seharusnya dituntaskan dalam satu hendaklah mempunyai suatu program untuk
periode pengobatan. Bila pemakaian mengontrol infeksi, pengawasan terhadap
antibiotik terhenti di tengah jalan, maka kuman yang resisten, mengawasi
mungkin tidak seluruh bakteri mati, sehingga penggunaan antibiotika di rumah sakit dan
menyebabkan bakteri menjadi resisten puskesmas, membuat suatu pedoman yang
terhadap antibiotik tersebut. Hal ini dapat baru secara berkesinambungan untuk
menimbulkan masalah serius bila bakteri yang pemakaian antibiotika dan profilaksis, serta
resisten berkembang sehingga menyebabkan memonitor penggunaan antibiotika sehingga
infeksi ulang.2 dapat meningkatkan penggunaan antibiotika
Dari data pemberian resep antibiotik yang rasional. Rumah sakit dan puskesmas
di empat Puskesmas di atas tampak bahwa di memonitor pola kepekaan dengan mencatat
Puskesmas Sukorambi didominasi pemberian data laboratorium uji kepekaan, sehingga
antibiotik amoxicillin yang disertai dapat digunakan untuk membuat pedoman
paracetamol sebagai analgetik. Sedangkan penggunaan antibiotika, antibiotika yang
di Puskesmas Rambipuji di dominasi masih poten dapat diketahui, penggunaan
pemberian pemberian antibiotik amoxicillin antibiotika dapat dilaksanakan secara tepat,
yang disertai antalgin sebagai analgetiknya aman dan efektif serta menghasilkan luaran
serta Vitamin C untuk penambah daya tahan klinik yang lebih baik.4
tubuh. Mirip dengan Puskesmas Kencong Perkembangan resistensi kuman
yang memilih antalgin sebagai analgetik dan terhadap antibiotika sangat dipengaruhi oleh
amoxicillin, dengan variasi pemakaian intensitas pemaparan antibiotika di suatu
metronidazole sebagai pengganti amoxicillin. wilayah, tidak terkendalinya penggunaan
Berbeda dengan Puskesmas Rambipuji yang antibiotika cenderung akan meningkatkan
memakai lebih banyak varian antibiotik dan resistensi kuman yang semula sensitif.
analgetik. Misalnya Ciprofloxacin, Tetrasiklin, Beberapa survai resep di dalam dan luar
Metrodinazole dan Cefadroxil sebagai negeri menemukan bahwa antibiotika
antibiotik serta paracetamol, asam betalaktam masih merupakan antibiotika
mefenamat dan Na Diclofenak sebagai yang paling banyak diresepkan sehingga
analgetik. Pola yang berbeda ditunjukkan kuman-kuman telah resisten terhadap
pula di Puskesmas Ambulu, dimana amoxicillin antibiotika tersebut.5
dan asam mefenamat mendominasi Tingkat resistensi yang tinggi
pemberian resep antibiotik dan analgetik disebabkan karena antibiotika ini paling
dengan disertai vitamin B sebagai penambah banyak digunakan masyarakat. Terjadinya
daya tahan tubuh. resistensi pada antibiotika ini karena
Jumlah pemberian seluruh obat di terjadinya pemindahan plasmid dari kuman
Puskesmas Rambipuji dan Sukorambi sama resisten kepada kuman sensitif, dan hal ini
yaitu 10 butir untuk setiap pasien. Pemberian dapat juga terjadi bila kuman yang semula
antibiotik di Puskesmas Kencong juga 10 butir, sensitif terkena paparan obat.6
sedangkan analgesik tergantung dari kondisi Penggunaan antibiotik yang tidak
pasien, pada kondisi akut, pasien akan diberi tepat meningkatkan jumlah dan jenis bakteri
sebanyak 10 butir sedangkan apabila kronis yang kebal terhadap antibiotik Setiap kali
diberi 6 butir. Sedangkan pada Puskesmas seseorang mengonsumsi antibiotik, maka
Ambulu untuk semua jenis obat diberi 6 butir. bakteri yang sensitif akan terbunuh, tetapi
Berbagai macam variasi pemberian bakteri yang kebal akan terus hidup, tumbuh
antibiotik di puskesmas-puskesmas tersebut dan berkembang biak. Penggunaan
bisa terjadi dengan berbagai alasan. antibiotik yang berulang-ulang dan tidak
Diantaranya adalah: tepat adalah penyebab utama peningkatan
1. ketersediaan obat di puskesmas; jumlah bakteri yang kebal terhadap obat.
2. pengetahuan dokter gigi di puskesmas Penggunaan antibiotik secara cerdas, tepat,
tersebut terhadap macam-macam dan sesuai range terapi (takaran, frekuensi,
antibiotik dan efektifitasnya; dan lama penggunaan antibiotik) adalah
3. kreatifitas dokter gigi tersebut untuk kunci pengendalian penyebaran bakteri yang
menangani kasus-kasus infeksi di rongga resisten terhadap antibiotik.
mulut; Dokter dapat menghambat
4. kebijaksanaan masing-masing puskesmas penyebaran resistensi terhadap antibiotik
yang berbeda dalam hal pemberian dengan cara:7
jumlah obat. 1. Hanya meresepkan antibiotik jika memang
Berbagai macam variasi pemberian tepat bagi pasien
antibiotik tersebut diperbolehkan asalkan 2. Gunakan antibiotik yang tepat untuk
sesuai dengan kasus dan kondisi ketersediaan bakteri penyebab
obat maupun kondisi pasien yang penyakit
mempunyai hipersensitifitas terhadap 3. Gunakan antibiotik dengan dosis dan
antibiotik golongan tertentu, demi jangka waktu yang
tercapainya tujuan utama terapi yakni benar.
kesembuhan dan keselamatan pasien. Jumlah pemberian antibiotik oleh
Sebagian besar penggunaan dokter gigi yang tidak adekuat dapat
antibiotika terjadi di rumah sakit dan menimbulkan efek pada bakteri yaitu
puskesmas, maka dalam manajemennya resistensi. Resistensi yang ditimbulkan ini dapat

153
 
Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 8 No. 3, 2011 (151-154)

disiasati oleh dokter gigi di puskesmas tersebut


dengan cara memotivasi pasien untuk 3. Faik, F. 2009. Penyebab Resistensi
meminum sesuai anjuran dokter gigi dan Antibiotik. http://www.faikshare.com/
kontrol atau datang kembali ke puskesmas 2009/11/penyabab-antibiotik-
setelah obat habis. resisten.html

KESIMPULAN 4. World Health Organization. WHO Global


Strategy for Containment of
Terdapat variasi pola pemberian Antimicrobial Resistence. World Health
antibiotik di Puskesmas Sukorambi, Organization, 2001: 1–55.
Rambipuji.erbagai macam variasi pemberian
antibiotik di puskesmas-puskesmas tersebut 5. Kadarwati U. Pola resistensi kuman kokus
bisa terjadi karena adanya perbedaan terhadap enam jenis antibiotika di
ketersediaan, pengetahuan dokter gigi dan wilayah Jakarta Timur. Cermin Dunia
kreatifitas dokter gigi di puskesmas tersebut. Kedokteran. Jakarta, 1989; 56: 45–48.
DAFTAR PUSTAKA
6. Suwandi U. Resistensi mikroba terhadap
1. Bronzwaer, et al. 2002. A European Study
antibiotic. Cermin Dunia Kedokteran
on The Relationship between
1991; 70: 46–48.
Antimicrobial Use and Antimicrobial
Resistance, Emerging Infectious Disease
7. Anonim. 2011. Tentang
(2002) 8 : 278-282
Antibiotik.http://www.ino.searo.who.int/L
inkFiles/Home_WHD11-Messages-
2. Surini, Silvia. 2007. Segala Sesuatu
11_03_31-FAQs.pdf
Tentang Antibiotik.
www.beritaiptek.com.

Anda mungkin juga menyukai