BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
dimana perawat dan bidan terlibat didalamnya. Untuk dapat mempertahankan eksistensinya,
maka setiap organisasi dan semua elemen-elemen dalam organisasi harus berupaya
meningkatkan mutu pelayanannya secara terus menerus.. Kecenderungan masa kini dan masa
Oleh karena itu pelayanan kesehatan yang bermutu semakin dicari untk memperoleh jaminan
kepastian terhadap mutu pelayanan kesehatan yang diterimanya. Semakin tinggi tingkat
maka customer akan semakin kritis dalam menerima produk jasa, termasuk jasa pelayanan
kebidanan, oleh karena itu peningkatan mutu kinerja setiap bidan perlu dilakukan terus menerus.
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu banyak upaya yang
dapat dilaksanakan.Upaya tersebut jika dilaksanakan secara terarah dan terencana ,dalam ilmu
administrasi kesehatan dikenal dengan nama program menjaga mutu pelayanan kesehatan
pelayanan kebidanan dan kesehatan reproduksi kepada individu perempuan, keluarga dan
masyarakat. Dalam memberikan pelayanan tersebut, baik klien maupun bidan yang bersangkutan
perlu mendapat perlindungan hukum. Untuk itu tenaga bidan perlu dipersiapkan dengan sebaik
mungkin untuk dapat menjalankan pekerjaan sesuai standar yang telah ditetapkan. Oleh karena
itu, bagi setiap tenaga bidan harus memiliki kompetensi minimal yang diperlukan untuk dapat
B. TUJUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Mutu adalah suatu konsep yang multi dimensional artinya pengertin mutu akan berbeda-
beda pada setipa orang, tergantung pada kepentingan, latar belakang kehidupan, pendidikan dan
harapan seseorang terhadap pelayanan kesehatan. Contoh bahwa : sebagian orang beranggapan
bahwa pelayanan kesehatan yang bermutu itu bila dilaksanakan tepat waktu, ramah tamah, penuh
perhatian dan mampu dibayar sesuai dengan tingkat ekonominya. Bagi penyelenggara pelayanan
kesehatan (steak holder) akan merasa puas kalau dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan teknologi kesehatan yang mutakhir serta kebebasan melaksanakan otonomi
profesi. Sedangkan penyandang dana akan mementingkan dimensi efisiensi penggunaan sumber
penyandang dana.
Menurut Azhrul Aswar Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang
dapat memuaskan setiap jasa pemakai pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasan
rata- rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi.
dan melebihi kebutuhan serta harapan pelanggan melalui peningkatan yang berkelanjutan atas
seluruh proses. Pelanggan meliputi pasien, keluarga, dan lainnya yang datang untuk
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan
menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar,
effisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan menuaskan secara norma , etika, hukum dan
masyarakat konsumen. Jadi mutu pelayanan kesehatan menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan, di mana di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien
sesuai dengan tingkat kepuasan rata- rata penduduk, akan tetapi di pihak lain dalam tatacara
penyelenggaraannya juga sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah
ditetapkan.
Setiap mereka yang terlibat dalam layanan kesehatan seperti pasien, masyarakat dan
organisasi masyarakat, profesi layanan kesehatan, dinas kesehatan, dan pemerintah daerah, pasti
mempunyai persepsi yang berbeda tentang unsur penting dalam menentukan mutu layanan
kesehatan. Perbedaan ini antara lain disebabkan oleh terdapatnya perbedaan latar belakang,
a. Menurut Pasien/ Masyarakat melihat layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan
kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakan dan diselenggarakan dengan cara
yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap serta mampu menyembuhkan keluhan serta
mencegah berkembangnya atau meluasnya penyakit. Pandangan pasien ini sangat penting karena
pasien yang merasa puas akan mematuhi pengobatan dan mau datang berobat kembali
b. Menurut Pemberi Layanan Kesehatan mengaitkan layanan kesehatan yang bermutu dengan
ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau protokol, kebebasan profesi dalam setiap melakukan
layanan kesehatan sesuai dewngan teknologi kesehatan mutakhir, dan bagaimana keluaran atau
Sebagai profesi layanan kesehatan membutuhklan dan mengharapkan adanya dukungan teknis,
administrasi, dan layananan pendukung lainnya yang efektif serta efisien dalam
c. Menurut penyambung dana / Asuransi penyandang menganggap bahwa layanan kesehatan yang
bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang efisien dan efektif. Pasien deharapkan dapat
disembuhkan dalam waktu yang sesingkat mungkin sehingga biaya layanan kesehatan dapat
menjadi efisien. Selanjutnya, upaya promosi kesehatan pencegahan penyakit akan digalakkan
d. Menurut Pemilik Saran Layanan Kesehatan berpandangan bahwa layanan kesehatan yang
bermutu merupakan layanan kesehatan yang menghasilkan pendapatan yang mampu menutupi
biaya operasional dan pemeliharaan, tetapi dengan tarif layanan kesehatan yang masih terjangkau
oleh pasien atau masyarakat , yaitu padatingkat biaya ketika belum terdapat keluhan pasien
masyarakat.
kesehatan , tetapi ikut bertanggung jawab dalam masalah mutu layanan kesehatan. Kebutuhan
akan supervisi, kebutuhan keuangan dan logistik akan memberikan suatu tantangan dan
persoalan dalam layanan kesehatan. Pemusatan perhatian terhadap beberapa dimensi nutu
layanan kesehataan tertntu akan membantu administator layanan kesehatan dalam menyusun
prioritas dan dalam menyediakan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan pasien , sserta
akan menimbulkan kepuasan pasien. Dengan demikian, tugas pelayanan kesehatan selama ini
dianggap suatu beban yang berat dan ada kalanya disertai dengan keluhan / kritikan pasien dan/
masyarakat akan berubah menjadi suatu kepuasan kerja. Jaminan mutu pelayanan kesehatan akan
menghindarkan terjadinya malpraktik sehingga dokter dapat terhindar dari tuntunan pasien.
(bidan, perawat, dan tenaga lainnya) perlu mengetahui berbagai dimensi mutu agar unit
pelayanan selalu dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu serta memenuhi
pemberi layanan kesehatan. Dimensi ini berhubungan dengan bagaimana pemberi layanan
kesehatan mengikuti standar layanan kesehatan yang telah disepakati, yang meliputi ketepatan,
kepatuhan, kebenaran dan konsistensi. Tidak dipenuhinya dimensi kompetensi teknis dapat
mengakibatkan berbagai hal, mulai dari penyimpangan kecil terhadap standar layanan kesehatan,
sampai pada kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu layanan kesehatan dan
b. Dimensi Keterjangkauan atau Akses Artinya layanan kesehatan harus dapat dicapai oleh
masyarakat, tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, organisasi dan bahasa.
Akses geografis diukur dengan jarak, lamanya perjalanan, biaya perjalanan, jenis transportasi,
dan/atau hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang memperoleh layanan kesehatan.
Akses sosial atau budaya berhubungan dengan dapat diterima atau tidaknya layanan kesehatan
itu secara sosial atau nilai budaya, kepercayaan dan prilaku. Akses ekonomi berkaitan dengan
kemampuan membayar biaya layanan kesehatan. Akses organisasi ialah sejauh mana layanan
kesehatan itu diatur hingga dapat memberikan kemudahan/kenyamanan kepada pasien atau
konsumen. Akses bahasa, artinya pasien harus dilayani dengan menggunakan bahasa atau dialek
penyakit yang ada. Efektifitas layanan kesehatan ini bergantung pada bagaimana standar layanan
kesehatan itu digunakan dengan tepat, konsisten dan sesuai dengan situasi setempat. Umumnya
standar layanan kesehatan disusun pada tingkat organisasi yang lebih tinggi, sementara pada
tingkat pelaksana, standar layanan kesehatan itu harus dibahas agar dapat digunakan sesuai
dengan kondisi.
Dimensi efektivitas berhubungan erat dengan dimensi kompetensi teknis terutama dalam
pemilihan alternatif dalam menghadapi relative risk dan ketrampilan dalam mengikuti prosedur
d. Dimensi Efisiensi Sumber daya kesehatan sangat terbatas. Oleh karena itu dimensi efisiensi
kesehatan sangat penting dalam layanan kesehatan. Layanan kesehatan yang efisien dapat
melayani lebih banyak pasien dan masyarakat. Layanan kesehatan yang tidak efisien umumnya
berbiaya mahal, kurang nyaman bagi pasien, memerlukan waktu lama, dan menimbulkan resiko
yang lebih besar pada pasien. Dengan melakukan analisis efisiensi dan efektivitas kita dapat
e. Dimensi Kesinambungan layanan kesehatan artinya pasien harus dapat dilayani sesuai dengan
kebutuhannya, termasuk rujukan jika diperlukan tanpa mengulangi prosedur diagnosis dan terapi
yang tidak perlu. Pasien harus selalu mempunyai akses ke layanan kesehatan yang
dibutuhkannya. Karena riwayat penyakit pasien terdokumentasi dengan lengkap, akurat dan
terkini, layanan kesehatan rujukan yang diperlukan pasien dapat terlaksana dengan tepat, waktu
dan tempatnya.
f. Dimensi Keamanan maksudnya layanan kesehatan harus aman, baik bagi pasien, pemberi
layanan maupun masyarakat sekitarnya. Layanan kesehatan yang bermutu harus aman dari risiko
cidera, infeksi, efek samping, aatau bahaya lain. Oleh karena itu harus disusun suatu prosedur
g. Dimensi Kenyamanan tidak berpengaruh langsung dengan efektivitas layanan kesehatan, tetapi
h. Dimensi Informasi Layanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi yang
jelas tentang apa. Siapa, kapan, dimana dan bagaimana layanan kesehatan itu akan atau telah
dilaksanakan. Dimensi informasi ini sangat penting pada tingkat puskesmas dan rumah sakit.
i. Dimensi Ketepatan Waktu agar berhasil, layanan kesehatan harus dilakukan dalam waktu dan
cara yang tepat, oleh pemberi layanan yang tepat, menggunakan peralatan dan obat yang tepat,
(provider) dengan pasien atau masyarakat (konsumen), antar sesama pemberi layanan kesehatan,
antar atasan-bawahan, dinas kesehatan, rumah sakit, puskesmas, pemerintah daerah, LSM,
masyarakat dan lain-lain. Hubungan antarmanusia yang baik akan menimbulkan kepercayaan
dan kredibilitas dengan cara saling menghargai, menjaga rahasia, saling menghormati, responsif,
Menjaga mutu (Quality Assuarance= QA) sering diartikan sebagai menjamin mutu atau
kekurangan dapat dicatat, sebab-sebab dari kekurangan itu dikemukakan, dan dibuatkan koreksi
prosespengukuran mutu, menganalisa kekurangan yang ditemukan dan membuat kegiatan untuk
meningkatkan penampilan yang diikuti dengan pengukuran mutu kembali untuk menentukan
apakah peningkatan telahtercapai. Ia adalah suatu kegiatan yang sistematik, suatu siklus, suatu
Dirjen Binkemas 1999 jaminan mutu pelayanan kesehatan adalah suatu proses upaya
yang berkesinambungan, sistematik, obyektif dan terpadu dalam menemukan masalah dan
standar yang telah ditetapkan serta menentukan dan melaksanakan cara pemecahan masalah
mutu sesuai kemampuan yang adadan menilai hasil yang dicapai guna menyusun saran tindak
Bentuk jaminan mutu pelayanan kesehatan dibedakan dalam 3 (tiga) bentuk yaitu :
Adalah jaminan mutu yang dilaksanakan sebelum pelayanan kesehatan diselenggarakan, upaya
Contohnya :
- Standarisasi, untuk menjamin pelayanan kesehatan yang bermutu perlu ditetapkan standarisasi
secara berskala.
- Sertifikasi, tindak lanjut dari perizinan, memberikan sertifikasi kepada fasilitas dan profesi
- Akreditasi bentuk dari sertifikasi, kepada fasilitas dan profesi kesehatan telah memenuhi
Adalah suatu bentuk jaminan mutu yang dilaksanakan bersamaan dengan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Perhatian utama tertuju kepada proses dimana proses itu diukur dengan
standar yang telah ditetapkan, jika pelayanan kesehatan tidak sesuai dengan standar pelayanan
kesehatan tersebut kurang bermutu. Jaminan mutu konkuren ini paling baik, tetapi sulit
dilakukan dan sering terjadi bias untuk menghindarkan bias maka pengamatan dilakukan oleh “
Contohnya : Audit Maternal Perinatal (AMP) yang dilakukan dengan mengulas balik catatan
a) Menyadarkan kembali para petugas kesehatan terutama di puskesmas dan unit-unit pelayanan
banyak (pemerataan sumber daya kesehatan dan hasil (out come) pelayanan akan lebih
c) Menimbulkan rasa kepuasaan dan terlindungi dalam memberikan pelayanan kesehatan karena
pelayanan kesehatan yang diberikan berdasarkan standar, sehingga angka kesembuhan akan
meningkat.
f) Melaksanakan jaminan mutu berarti kita melaksanakan amanat UU Kesehatan No. 23/1992.
meminta komitmen untuk memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pasien atau masyarakat.
Tim kesehatan bekerja sama dengan masyarakat untuk mempertemukan tuntunan dan kebutuhan
pelayanan preventif.
b) QA focus pada system dan proses. Dengan focus pada analisis proses penyampaian atau
QA mengikuti provider dan menejer untuk mengembangkan secara mendalam, suatu persoalan
(problem).
pendekatan konsultatif yang sederhana untuk analisis sebab akibat berdasarkan data dan fakta.
d) QA mendorong suatu pendekatan tim dalam pemecahan masalah dan peningkatan mutu.
Pendekatan partisipasi menawarkan dua keuntungan. Pertama, hasil produk teknik kemungkinan
bermutu lebih tinggi karena masing-masing anggota tim membawakan prospek yang unik-unik.
Kedua, anggota staf kemungkinan lebih menerima dan mendukung perubahan di mana mereka
Persyaratan standar : Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga
dan masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan
umum, gizi, KB, kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua,
Persyaratan standar : Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukan, yaitu
registrasi. Semua ibu hamil diwilayah kerja, rincian yang diberikan kepada setiap ibu
hamil/bersalin/nifas dan BBL, semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada masyarakat.
Disamping itu bidan hendaknya mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan
meninjau upaya masy yg berkaitan dengan ibu dan BBL. Bidan meninjau secara teratur catatan
tersebut untuk menilai kinerja dan penyusunan rencana kegiatan untuk meningkatkan
pelayanannya
Persyaratan standar : Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat
secara berkala untukmemberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota
masyarakat agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilan sejak dini secara teratur.
meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah
perkembangan berlangung normal. Bidan juga hrs mengenal resti/kelainan, khususnya anemia,
kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan
penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Bidan harus
mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, bidan harus mampu
palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, dan bila umur kehamilan bertambah memeriksa
posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk
rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta
gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknnya.
Pernyataan standar : Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih
dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, di samping
persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat.
Terdapat empat standar dalam standar pelayanan pertolongan persalinan seperti berikut :
Pernyataan standar : Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien,
Pernyataan standar : Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap sopan
Pernyataan standar : Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu
Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang
lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti
Pernyataan standar : Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan
spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau
merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermia.
2. Standar 14 : Penanganan Pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan. Pernyataan standar : Bidan
melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah
persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan
penjelasan tentangan hal-hal mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk
3. Standar 15 : Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas. Pernyataan standar : Bidan
memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu
kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi
melalui penanganan tali pusat yang benar; penemuanan dini penanganan atau rujukan komplikasi
yang mungkin terjadi pada masa nifas; serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara
umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI,
Di samping standar untuk pelayanan kebidanan dasar ( antenatal, persalinan dan nifas), di
dibahas sebelumnya, bidan diharapkan mampu melakukan penanganan keadaan gawat darurat
obstetric-neonatal tertentu untuk penyelamatan jiwa ibu dan bayi. Di bawah ini dipilih sepuluh
keadaan gawat darurat obstetri-neonatal yang paling sering terjadi dan sering menjadi penyebab
Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan,
Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamsia mengancam. Serta
mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama/macet serta melakukan penanganan yang
Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali retensio placenta dan memberikan pertolongan
pertama termasuk plasenta manual dan penangan perdarahan sesuai dengan kebutuhan.
Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebuhan dalam 24 pertama
setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera melakukan pertolongan pertama
Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan
postpartum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu dan atau
merujuknya.
Pernyataan standar: Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis,
Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfeksia, serta
1. Pengertian Kompotensi
Menurut Finch dan Crunkilton dalam Mulyasa (2004: 38) bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi adalah penguasaan terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Hal itu menunjukkan bahwa kompetensi mencakup
tugas, ketrampilan sikap dan apresiasi yang harus dimiliki peserta didik untuk dapat
“Kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan”.
Setiap peran terdiri dari beberapa unit kompotensi sebagai refleksi dari fungsi utama
Pada setiap peran dalam menyelesaikan pekerjaan. Setiap unit kompotensi terdiri dari :
a) Elemen kompotensi yang menggambarkan unit-unit lebih terinci, menjelaskan keluaran yang
harus dicapai.
b) Criteria kerja yang menjelaskan tingkat atau standar yang harus dicapai pada setiap elemen
kompotensi.
2. Manfaat Kompotensi
Adanya kesempatan bagi karyawan untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan melalui akses
sertifikasi nasional.
Pemetaan yang akurat mengenai kompotensi angkatan kerja yang ada dan dibutuhkan.
Meningkatnya efektifitas rekruitmen dengan cara menyesuaikan kompotensi yang diperlukan
dalam pekerjaan.
Pendidik dan pelatihan difokuskan pada kesenjangan keterampilan dan persyaratan keterampilan
Identifikasi dan penyesuaian yang lebih baik atas keterampilan yang dibutuhkan.
Akses yang lebih besar terhadap pendidikan dan pelatihan sector public yang relevan terhadap
industry.
Efisiensi penyampaian lebih besar dan berkurangnya usaha pendidikan dan pelatihan ganda.
Meningkatnya modal dan akses individu melalui diketahuinya industry yang jelas dan melalui
3. Model Kompotensi
Menurut Raymond J. Stone (2002:144) bahwa suatu metode analisis jabatan yang menitik
beratkan pada keterampilan dan perilaku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
dengan baik.
Lebih lanjut Raymond berpendapat bahwa model kompetensi memiliki tiga elemen kunci, yaitu :
diterima) atau kinerja superior yang terukur sesuai dengan kriteria spesifik atau standar.
Berhasil tidaknya kinerja seseorang tergantung dari kompetensi yang dimilikinya, apakah sesuai
atau matching dengan kom-petensi yang menjadi persyaratan minimal dari jabatan yang
dipangkunya.
Dalam Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 46A Tahun 2003 Tanggal
21 Nopember 2003 ditentukan bahwa Standar Kompetensi Jabatan Struktural adalah persyaratan
kom-petensi minimal yang harus dimiliki seorang Pegawai Negeri Sipil dalam pelaksanaan tugas
jabatan struktural. Standar kom-petensi jabatan ini meliputi kompetensi dasar dan kompetensi
bidang.
1. Kompetensi Dasar
Spencer, 1993) Kompetensi ini wajib dimiliki oleh setiap pejabat struktural. Kompetensi dasar
untuk Pejabat Struktural Eselon II, III, dan Eselon IV terdiri atas 5 (lima) kompetensi meliputi,
Kompetensi dasar, oleh Ruky (2003:110) disebut kompe-tensi inti (core competencies)
yaitu kelompok kompetensi yang berlaku/harus dimiliki oleh semua orang dalam organi-sasi.
Contoh kelompok core competency menurut Ruky (2003, 110) seperti: terfokus pada
pemecahan masalah.
2. Kompotensi Bidang
Kompetensi bidang adalah kompetensi yang diperlukan oleh setiap pejabat struktural
sesuai dengan bidang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam Keputusan Kepala
Badan Kepegawaian Negara Nomor 46A Tahun 2003 di-tentukan bahwa kompetensi bidang
dipilih dari 33 (tiga puluh tiga) kompetensi yang tersedia dalam kamus kompe-tensi jabatan
sesuai dengan bidang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, dengan jumlah antara 5 (lima)
Kompetensi bidang atau differentiating competencies (Spencer & Spencer, 1993 ) atau
specific job competencies (Ruky, 2003) merupakan karakteristik pribadi yang spesifik dengan
bidang pekerjaan yang dilaksanakan serta pengeta-huan dan keterampilan yang relevan yang
Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan ketrampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan
masyarakat dan etaik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap
budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan
keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
Asuhan Konseling selama Kehamilan
Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tangap terhadap kebudayaan setempat selama
persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi
kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wantia dan bayinya yang baru lahir.
Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai
dengan 1 bulan.
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dan balita sehat ( 1 bulan
– 5 tahun ).
Kebidanan Komunitas
Bidan merupakan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan
Menggunakan cara pencegahan universal untuk penyakit menular dan strategi pengendalian
infeksi.
Melakukan konsultasi dan rujukan yang tepat dalam memberikan asuhan kebidanan.
Menggunakan model kemitraan dalam bekerjasama dengan kaum wanita/ ibu agar merea dapat
menentukan pilihan yangtelah diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan
Bekerja sama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan keapada
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mutu adalah suatu konsep yang multi dimensional artinya pengertin mutu akan berbeda-beda
pada setipa orang, tergantung pada kepentingan, latar belakang kehidupan, pendidikan dan
negara dan memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di
negara itu. Dia harus mampu meberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang
dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan (post
partum period), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi
Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas atau sesuai (yang berhubungan dengan
standar-standar) dan suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada
masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan
B. Saran
Diharapkan pada pembaca agar dapat meningkatkan pelayanan yang baik serta dapat menambah
DAFTAR PUSTAKA
nim. 2012. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar
Profesi Bidan. (Online). (http://www.lusa.web.id/keputusan-menteri-kesehaan-republik-
indonesia-nomor-369369menkesskiii2007-tentang-standar-profesi-bidan-bag-1 , diakses 8 Maret
2012).
//www.bkn.go.id/penelitian/buku%20penelitian%202004/buku%20Peny.%20Ped.%20Peng.%20Kompetensi%2
0PNS/bab%20ii.htm
24 Agustus 2009.
gurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI). 2006. Buku 1 Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta.
fah, dkk. 2009. .Komunikasi dan Konseling Dalam Kebidanan. Jakarta. Salemba Medik