Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH DIABETES MELITUS

Makalah ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II Semester V

Dosen Pengampu : Sumarmi S.Kep,. Ners,. M.Kep

Disusun oleh Kelompok 8 Tingkat 3B :

1. Efliyani Gia Lestari


2. Kamila Nur Alimah
3. Nur Agisni M.A
4. Riyana Muhamad Rifai
5. Vivi Tri Aprilia

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH CIREBON

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus”. Penyusunan makalah ini bertujuan
sebagai penunjang mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang nantinya dapat
digunakan mahasiswa untuk menambah wawasan dan pengetahuannya.

Penyusun menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih


jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penyusunanya. Namun
demikian, penyusun telah berupaya dengan kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, masukan,
saran, kritik, dan usul yang sifatya untuk perbaikan dari berbagai pihak khususnya
Bapak/Ibu sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Cirebon, September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN TEORI .....................................................................................4

2.1 Definisi Diabetes Melitus .......................................................................4

2.2 Etiologi ...................................................................................................4

2.3 Tanda dan Gejala ....................................................................................6

2.4 Patofisiologi ...........................................................................................7

2.5 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................8

2.6 Penatalaksanaan .....................................................................................9

2.7 Asuhan keperawatan ............................................................................10

BAB 3 PENUTUP .................................................................................................19

3.1 Kesimpulan...........................................................................................19

3.2 Saran .....................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................20

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang
tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi dan kinerja insulin yaitu tidak
dapat memproduksi atau tidak dapat merespon hormon insulin yang dihasilkan
oleh organ pankreas, sehingga menyebabkan kadar gula darah meningkat dan
dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang. Penyakit
ini membutuhkan perawatan seumur hidup dan tidak ada pengobatan yang pasti
untuk menyembuhkannya (Subroto, 2006). Insulin adalah hormon yang
diproduksi oleh organ terletak di belakang perut yang disebut pankreas yang
berfungsi mengatur metabolisme glukosa menjadi energi serta mengubah
kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan di dalam hati dan otot.

Penderita diabetes di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun 2013,


jumlah penderita diabetes mellitus mencapai juta jiwa, kemudian pada tahun 2014
meningkat menjadi juta jiwa. Penyakit diabetes mellitus masih menjadi ancaman
serius bagi dunia kesehatan di Indonesia. Penderita untuk yang berusia di bawah
40 tahun berjumlah juta jiwa, untuk yang berusia 40-59 tahun berjumlah juta jiwa,
dan untuk yang berusia 60-79 tahun dengan jumlah jutaan jiwa (International
Diabetes Federation, 2015). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
diperkirakan pada 2030 penyandang diabetes di Indonesia akan meningkat
sebanyak juta orang. Berdasarkan prediksi WHO, Indonesia menduduki peringkat
keempat setelah Amerika Serikat, China, dan India yang merupakan negara
penyandang diabetes terbanyak, dengan populasi penduduk terbesar di dunia.
Sementara itu, menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2008, diabetes
merupakan penyebab kematian nomor 6 dari semua kelompok umur.

Kota Yogyakarta adalah salah satu kota yang memiliki konsekuensi


meningkatnya angka kesakitan pada penyakit diabetes mellitus. Diabetes mellitus
menjadi salah satu masalah kesehatan yang sangat perlu diperhatikan. Penderita
diabetes mellitus terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari

1
Profil Kesehatan Kota Yogyakarta tahun 2015, jumlah penduduk di Kota
Yogyakarta pada tahun 2014 berjumlah 413936 jiwa dengan 202296 jiwa
penduduk laki-laki dan 211640 jiwa penduduk perempuan. Penderita diabetes
mellitus tipe II untuk di Kota Yogyakarta berjumlah 2891 jiwa dan 1816 jiwa
diantaranya mendapatkan perawatan (Dinkes, 2015).

Diabetes mellitus dibagi menjadi beberapa tipe. Populasi dari penderita


diabetes mellitus tipe I ini tergolong sedikit, diperkirakan kurang dari dari
keseluruhan populasi penderita diabetes. Diabetes mellitus tipe I disebabkan oleh
faktor bawaan atau keturunan. Faktor penyebab diabetes mellitus tipe I adalah
infeksi virus yang merusak sel-sel penghasil insulin. Tipe diabetes ini banyak
dialami pasien anak-anak maupun remaja. Diabetes mellitus tipeII banyak dialami
saat pasien berusia 30 tahun atau lebih dan penderita tidak tergantung dengan
insulin dari luar tubuh, kecuali pada keadaan tertentu. Diabetes mellitus tipe II ini
dapat mengakibatkan sejumlah komplikasi jika diabaikan. Faktor penyebab
diabetes mellitus tipe II adalah faktor pola hidup yang tidak aktif serta pola makan
yang tidak sehat. Penderita penyakit ini terjadi pada orang-orang yang memiliki
berat badan berlebih, kurang gerak aktif, dan kurang berolahraga. Diabetes
mellitus gestasional adalah penyakit diabetes yang terjadi pada ibu hamil, yang
disebabkan oleh gangguan toleransi glukosa pada pasien tersebut. Berdasarkan
tipe diabetes mellitus yang telah dijelaskan, peneliti akan membahas diabetes
mellitus tipe II ini karena dipandang bahwa besar kemungkinan tidak akan
menyebar jika pola hidup serta pola makan diatur dan dijaga dengan baik, dan
untuk yang telah terjangkit besar kemungkinan akan lebih lama bertahan hidup
jika mendapatkan perhatian dan perawatan secara medis ataupun mengubah dan
memodifikasi gaya hidup.

Penderita diabetes mellitus tipe I maupun tipe II juga dapat diatasi yang
menurut Hardiman (2009) disebutkan bahwa pendekatan yang dimaksud adalah
upaya nonmedis dengan cara modifikasi gaya hidup misalnya dengan diet serta
olahraga dan untuk upaya medis melalui terapi insulin dan obat penurun gula.
Perawatan dan pencegahan yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes mellitus
adalah melakukan perubahan pada gaya hidup seperti melakukan olahraga secara

2
teratur, istirahat dengan cukup, serta terapi insulin dan mengkonsumsi obat
penurun kadar gula sesuai anjuran dokter dan perubahan pola makan seperti
mengurangi dan menghindari makanan cepat saji terlebih untuk yang
mengandung gula dan mengkonsumsi makanan yang seimbang serta sesuai
dengan kebutuhan gizi dari masing-masing individu. Seiring dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan khususnya untuk bidang matematika ikut
berperan dalam memodelkan dan menganalisis sebuah model matematika yang
mempelajari tentang penyebaran penyakit diabetes mellitus khususnya untuk
diabetes mellitus tipe II. Penyebaran penyakit diabetes mellitus tipe II ini adalah
dari dalam diri masing-masing individu yang memiliki gaya hidup tidak aktif dan
tidak sehat serta tidak dapat mengatur pola makan. Model matematika adalah
model yang merepresentasikan suatu permasalahan di dunia nyata ke dalam
persamaan matematika. Model matematika yang digunakan untuk mengetahui
penyebaran suatu penyakit di suatu daerah tertentu yang dikenal sebagai model
epidemi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan diabetes melitus?
2. Bagaiama etiologi dari diabetes melitus?
3. Apa saja tanda dan gejala diabetes melitus?
4. Bagaimana patofisiologi dari diabetes melitus?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari diabetes melitus?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari diabetes melitus?
7. Bagaimana asuhan keperawatan dari diabetes melitus?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian diabetes melitus.
2. Mengetahui etiologi dari diabetes melitus.
3. Mengetahui tanda dan gejala diabetes melitus.
4. Mengetahui patofisiologi dari diabetes melitus.
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari diabetes melitus.
6. Mengetahui penatalaksanaan dari diabetes melitus.
7. Mengetahui asuhan keperawatan dari diabetes melitus

3
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Diabetes Mellitus

DM berasal dari kata diabete yang artinya penerusan atau pipa untuk menyalurkan
air atau mengalir terus dan melitus artinya manis, sehingga penyakit ini sering
disebut kencing manis. Penyakit dm merupakan penyakit gangguan metabolik
terutama metabolisme karbohidrat yang disebabkan oleh berkurangnya atau
ketiadaan hormon insulin dari sel beta pancreas, atau akibat gangguan fungsi
insulin atau keduanya.

2.2 Etiologi

a. Kondisi atau situasi yang diketahui memperparah keseimbangan glukosa


dan insulin.
i. Sebelumnya tidak terdiagnosis atau baru didiagnosis diabetes type 1
ii. Asupan makanan ketersediaan insulin yang berlebihan
iii. Remaja dan pubertas
iv. Olahraga pada diabetes terkontrol
v. Stres terkait dengan penyakit,infeksi,trauma,atau distres emosional.
b. Diabetes tipe 1
i. Penyakit autoimun yang kemungkinan dipicu oleh faktor genetik dan
lingkungan, seperti oleh virus, toksin, stres.
 Menghancurkan sel beta dalam pankreas
 Ketika 80-90% sel beta dihancurkan, gejala yang tampak pun
terjadi.
ii. Defisit insulin total; klien memerlukan insulin eksogen untuk
bertahan hidup
iii. Karakteristik

4
1. Biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun, tetapi dapat terjadi di
segala usia
2. Insidens puncak terjadi selama pubertas
3. Awitan mendadak tanda dan gejala hiperglikemia
4. Cenderung mengalami ketoasidosis
5. Lima persen penyandang diabetes mengalami tipe itu. (ADA,
2013)
c. Diabetes tipe 2
i. Melibatkan penurunan kemampuan untuk menggunakan insulin yang
diproduksi oleh pankreas.
1. Menurunkan sekresi insulin sebagai respon terhadap kadar
glukosa
2. Resistansi insulin menghambat sel untuk mengabsorpsi glukosa.
3. Produksi glukosa berlebihan karena respon sekretori insulin yang
menurun.
ii. Mencakup kira-kira 90-95% dari semua diabetes di amerika serikat
iii. Karakteristik
1. Biasanya terjadi setelah usia 30 tahun , tetapi sekarang terjadi
pada anak- anak dan remaja.
2. Prevalensinya meningkat pada beberapa kelompok etnik-amerika-
afrika, hispanik/latin, amerika asli, amerika asia dan orang
kepulauan pasifik.
3. Predisposisi genetik yang kuat.
d. Pra-diabetes
i. Kadar glukosa darah lebih tinggi dari normal,tetapi tidak cukup
tinggi untuk diagnosis diabetes.individu beresiko mengalami
diabtes type 2 juga penyakit jantung dan stroke. Diagnosis
diabetes mungkin terlambat atau dicegah dengan penurunan berat
badan dan meningkatkan olahraga(CDC, 2011)
ii. Mencakup 35% dari 29 juta keluarga amerika berusia 20 tahun
keatas(CDC, 2013)
iii. Berdasarkan pada glukosa darah puasa atau kadar A1C.

5
2.3 Tanda dan Gejala

Gejala klasik penyakit diabetes melitus, dikenal dengan istilah Trio-P yaitu
meliputi poliuria, polidipsi dan polipagio.

1. Poliuria (banyak kencing)


Merupakan gejala umum pada penderita diabetes mellitus. Banyaknya kencing
ini disebabkan kadar gula dalam darah berlebihan, sehigga merangsang tubuh
untuk berusaha mengeluarkannya melalui ginjal bersama air dan kencing.
Gejala ini menonjol pada waktu malam hari yaitu saat kadar gula dalam darah
relatif tinggi.
2. Polidipsi (banyak minum)
Merupakan akibat reaksi tubuh dari banyak kencing tersebut untuk
menghindari tubuh kekurangan cairan maka secara otomatis akan timbul rasa
haus atau kering yang menyebabkan timbulnya keinginan untuk terus minum
selama kadar gula dalam darah belum terkontrol baik.

3. Polipagio (banyak makan)


Merupakan gejala yang tidak menonjol terjadinya banyak makan ini
disebabkan oleh berkurangnya cadangan gula dalam tubuh meskipun kadar
gula dalam darah tinggi. Sehingga dengan demikian, tubuh berusaha untuk
memperoleh tambahan cadangan gula dari makanan yang diterima.

Gejala – gejala yang biasa tampak pada penderita diabetes mellitus adalah
sebagai berikut.

a. Adanya perasaan haus terus-menerus


b. Sering buang air kencing dan jumlah yang banyak
c. Timbulnya rasa letih yang tidak dapat dijelaskan
d. Timbulnya rasa gatal dan peradangan kulit yang menahun

Adapun pada penderita yang berat, akan timbul beberapa gejala atau tanda yang
lain, yaitu :

6
a. Terjadinya penurunan berat badan.
b. Timbulnya rasa kesemutan (mati rasa) atau sakit pada tangan atau kaki
c. Timbulnya borok (luka) pada kaki yang tak kunjung sembuh
d. Hilangnya kesadaran diri
2.4 Patofisiologi

Pada diabetes tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk mengahasilkan insulin


karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia terjadi akibat produksi glukosa yang tidak oleh hati. Disamping itu,
glukosa yang berasal dari makanan tidak disimpan di dalam hati meskipun tetap
berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia.

Patofisiologi diabetes melitus dapat diawali dari penurunan jumlah insulin yang
menyebabkan glukosa sel menurun atau tidak ada sama sekali, sehingga energi
didalam sel untuk metabolism seluler berkurang, kondisi tersebut direspon tubuh
dengan meningkatkan kadar gula darah. Respon tersebut antara lain sensai lapar,
mekanisme lipolisis dan glukoneogenesis. Jika respon tersebut terjadi
berkepanjangan maka tubuh mengalami penurunan protein jaringan dan
menghasilkan benda keton. Kondisi ini dapat mengakibatkan ketosis dan
ketoasidosis (Daniels, 2012)

Hiperglikemi menyebabkan gangguan pada aktivitas leukosit dan menimbulkan


respon inflamatorik sehingga menyebabkan viskositas darah meningkat dan
membentuk trombus terutama pada mikrovaskuler, hal ini mengakibatkan
terjadinya kerusakan pada pembuluh darah mikro sebagai gejala gangguan
sirkulasi di jaringan perifer (Jokela, 2009). Kerusakan mikrovaskuler juga
diakibatkan karena simulasi hepar untuk mengkonversi glukosa darah yang tinggi
menjadi trigliserida, hal ini berakibat pada peningkatan kadar trigliserida dalam
darah. Tingginya kadara trigliserida akan meningkatkan risiko arterosklerosis
(Talayero, 2011)

Kadar glukosa tinggi yang berkepanjangan apat mengakibatkan gangguan jalur


metabolisme poliol atau alkohol sehingga meningkatkan sorbitol. Kadar sorbitol
yang tinggi mengakibatkan gangguan kondusi impuls saraf sehingga terjadi

7
gangguan neuropati diabetik (Fauci, 2009). Kadar glukosa yang tinggi juga dapat
merusak membran kapiler nefron pada ginjal akibat angiopati. Kerusakan nefron
yan progresif akan berujung pada glomerulus sklerosis. Kerusakan ini terjadi
akibat beban yang berlebih kadar gula darah sehingga membran glomerulus
kehilangan daya filtrasinya (Smeltzer, 2010).

Rendahnya produksi insulin atau rendahnya uptake insulin oleh sel-sel tuubuh
dapat menimbulkan gangguan metabolik berupa peningkatan asam lemak darah,
kolesterol, fosfolipid, lipoprotein. Jika hal ini terjadi secara terus menerus maka
akan memicu terjadinya angiopati yang dapat menimbulkan komplikasi pada
retina, ginjal, jantung kororner dan struk (Smelzer, 2010).

2.5 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan darah
 Glukosa serum : standar emas untuk mendiagnosis diabetes adalah
peningkatan kadar gula darah setelah puasa semalam. Nilai diatas 140
mg/dL setidaknya pada dua kali pemeriksaan biasanya berarti
seseorang menyandang DM. Kadar gula darah puasa normal berkisar
antara 70 dan 110 mg/dL.
 Keton serum total : type yang biasanya terjadi dan senyawa lipid
sintetis
 Osmoslalitas serum : mengukur konsentrasi partikel yang ditemukan
dalam bagian cairan dari darah untuk membantu evaluasi
keseimbangan cairan tubuh.nilai hitungan normal berkisar dari 280-
303 mOsm/K.
 Glukagon : hormon yang meningkatkan kadar glukosa darah
 Hemoglobin A1c (HgbA1c) : pemeriksaan yang menentukan beberapa
banyak glukosa telah menempel pada bagian Hb selama 3-4 bulan
terakhir, dengan 2 minggu sebelumnya sangat berat. Target kadar
adalah < 7%.
 Insulin serum : hormon peptida yang memampukan tubuh untuk
memetabolisme dan menggunakan glukosa.

8
 Elektrolit : zat yang memisah menjadi ion dalam larutan dan
memerlukan kapasitas untuk menghancurkan listrik. Elektrolit umum
meliputi natrium, kalium, klorida, kalisium dan fosfat.
 Gas darah arteri (AGD) : pengkajian kadar AGD mencakup oksigen
(PaO2), karbondioksida (PaCO2), bikarbonat (HCO3-) dan pH.
 Hitung darah lengkap (HDL) : serangkaian uji screening, yang
biasanya meliputi Hb ; hematokrit (Ht);hitung sel darah merah,
morfologi, jumlah, indeks luas sebaran sel darah merah (SDM);hitug
dan ukur trombosit;hitung dan diferensial sel darah putih (SDP).
b. Pemeriksaan diagnostik lain
 Urine : glukosa urine berkolerasi secara buruk dengn glukoasa darah,
yang bergantung pada ambang batas glukosa ginjal (150-300 mg/dL)
dan harus digunakan hanya jika pengukuran glukosa darah tidak
memungkinkan atau sebagai uji pemasti.keton harus dipantau sendiri
pada waktu sakit panas atau ketika KAD ada.
 Kultur dan sensivitas : spesimen dapat meliputi urin,sputum,atau
drainase luka.
2.6 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama terapi adalah menormalkan aktivitas insulin daan kadar
glukosa darah guna mengurangi munculnya komplikasi paskular dan
neropatik.tujuan terapetik pada setiap type diabetes adalah untuk mencapai
kadar glukosa darah norma(euglikemia) tanpa disertai hipoglikemia dan
tanpa mengganggu aktivitas pasien sehari-hari.ada 5 komponen
penatalaksanaan diabetes: nutrisi,olahraga,pemantauan,terapi famakologis
dan edukasi.
 Terapi primer untuk diabetes type 1 adalah insulin.
 Terapi primer untuk diabetes type 2 adalah penurunan berat badan
 Olahraga penting untuk meningkatkan keefektifan insulin.
 Penggunaan agents hipoglikemik oral apabila diet dan olahragatidak
berhasil mengontrol kadar gula darah.injeksi insulin dapat digunakan
pada kondisi akut.

9
 Mengingat terapi bervariasi selama perjalanan penyakit karena adanya
perubahan gaya hidup dan status fisik serta emosional dan juga
kemajuan terapi, terus kaji dan modifikasi rencana terapi serta lakukan
penyesuaiian terapi setiap hari.edukasi diperlukan untuk pasien dan
keluarga.
b. Penatalaksanaan Keperawatan

2.7 Asuhan Keperawatan


Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangren kaki diabetik
hendaknya dilakukan secara komperhensif dengan menggunakan proses
keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk
mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah dan membuat rencana
keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah – masalah tersebut.
Masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien keluarga juga
orang terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan
kontribusi perawat dalam mengurangi / mengatasi masalah-masalah
kesehatan. Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat
diperoleh melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1) Anamnese
a) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

10
b) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba
yang menurun, adanya luka yang tidak - sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka.

c) Riwayat kesehatan sekarang


Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun
obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang
dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi,
jantung.
f) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
2) Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
b) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih

11
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah,
apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.
d) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita
DM mudah terjadi infeksi.
e) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia,
kardiomegalis.
f) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.
g) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
h) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi
badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas.
i) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
b. Analisa data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan dilakukan
analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokan data dibedakan atas data

12
subyektif dan data obyektif dan berpedoman pada teori Abraham Maslow
yang terdiri dari :
1. Kebutuhan dasar atau fisiologis
2. Kebutuhan rasa aman
3. Kebutuhan cinta dan kasih sayang
4. Kebutuhan harga diri
5. Kebutuhan aktualisasi diri

Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat


diambil kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan
penyebab, yang dapat dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan
meliputi aktual, potensial, dan kemungkinan.

c. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Adapun masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien gangren
kaki diabetik adalah sebagai berikut :
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya /
menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi
pembuluh darah.
b. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren
pada ekstrimitas.
c. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik
jaringan.
d. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
e. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
f. Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan
tingginya kadar gula darah.
g. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
h. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

13
i. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah
satu anggota tubuh.
j. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

d. Intervensi Keperawatan

No Dx Tujuan Intervensi Rasional


1. 1 Tujuan : 1. Ajarkan pasien untuk 1. Dengan mobilisasi
mempertahankan melakukan mobilisasi meningkatkan sirkulasi
sirkulasi perifer tetap 2. Ajarkan tentang darah.
normal. faktor-faktor yang 2. Meningkatkan
Kriteria Hasil : dapat meningkatkan melancarkan aliran darah
1. Denyut nadi perifer aliran darah. balik sehingga tidak
teraba kuat dan 3. Ajarkan tentang terjadi oedema.
reguler modifikasi faktor- 3. Kolestrol tinggi dapat
2. Warna kulit sekitar faktor resiko berupa : mempercepat terjadinya
luka tidak Hindari diet tinggi arterosklerosis, merokok
pucat/sianosis kolestrol, teknik dapat menyebabkan
3. Kulit sekitar luka relaksasi, terjadinya vasokontriksi
teraba hangat. menghentikan pembuluh darah,
4. Oedema tidak kebiasaan merokok, relaksasi untuk
terjadi dan luka dan penggunaan obat mengurangi efek dari
tidak bertambah vasokontriksi. stres.
parah. 4. Kerja sama dengan tim 4. pemberian vasodilator
5. Sensorik dan kesehatan lain dalam akan meningkatkan
motorik membaik pemberian vasodilator, dilatasi pembuluh darah
pemeriksaan gula sehingga perfusi jaringan
darah secara rutin dan dapat diperbaiki,
terapi oksigen ( HBO). sedangkan pemeriksaan

14
gula darah secara rutin
dapat mengetahui
perkembangan dan
keadaan pasien, HBO
untuk memperbaiki
oksigenasi daerah
ulkus/gangren.
2. 2 Tujuan: Tercapainya 1. Kaji luas dan keadaan 1. Pengkajian yang tepat
proses penyembuhan luka serta proses terhadap luka dan proses
luka. penyembuhan. penyembuhan akan
Kriteria hasil : 2. Lakukan perawatan membantu dalam
1.Berkurangnya luka dengan baik dan menentukan tindakan
oedema sekitar luka. benar selanjutnya.
2. Pus dan jaringan 3. Kolaborasi dengan 2. Merawat luka dengan
berkurang dokter untuk teknik aseptik, dapat
3. Adanya jaringan pemberian insulin, menjaga kontaminasi
granulasi. pemeriksaan kultur luka dan larutan yang
4. Bau busuk luka pus pemeriksaan gula iritatif akan merusak
berkurang darah pemberian anti jaringan granulasi tyang
biotik. timbul, sisa balutan
jaringan nekrosis dapat
menghambat proses
granulasi.
3. Insulin akan
menurunkan kadar gula
darah, pemeriksaan
kultur pus untuk
mengetahui jenis kuman
dan anti biotik yang
tepat untuk pengobatan,
pemeriksaan kadar gula
darahuntuk mengetahui

15
perkembangan penyakit.
3. 3 Tujuan : rasa nyeri 1. Kaji tingkat, frekuensi, 1. Untuk mengetahui
hilang/berkurang dan reaksi nyeri yang berapa berat nyeri yang
Kriteria hasil : dialami pasien. dialami pasien.
1. Penderita secara 2. Jelaskan pada pasien 2. Pemahaman pasien
tentang sebab-sebab
verbal mengatakan tentang penyebab nyeri
timbulnya nyeri.
nyeri berkurang / 3. Ciptakan lingkungan yang terjadi akan
yang tenang.
hilang . mengurangi ketegangan
4. Ajarkan teknik
2. Penderita dapat distraksi dan relaksasi. pasien dan memudahkan
5. Atur posisi pasien
melakukan metode pasien untuk diajak
senyaman mungkin
atau tindakan untuk sesuai keinginan bekerjasama dalam
pasien.
mengatasi atau melakukan tindakan.
6. Kolaborasi dengan
mengurangi nyeri . dokter untuk 3. Rangasangan yang
pemberian analgesik.
3.Pergerakan penderita berlebihan dari
bertambah luas. lingkungan akan
4. Tidak ada keringat memperberat rasa nyeri.
dingin, tanda vital 4. Teknik distraksi dan
dalam batas normal. relaksasi dapat
( S : 36 – 37,5 0C, N: mengurangi rasa nyeri
60 – 80 x /menit, T : yang dirasakan pasien.
100 – 130 mmHg, RR 5. Posisi yang nyaman
: 18 – 20 x /menit ). akan membantu
memberikan kesempatan
pada otot untuk relaksasi
seoptimal mungkin.
6. Obat –obat analgesik
dapat membantu
mengurangi nyeri pasien
4 5 Tujuan : Kebutuhan 1. Kaji status nutrisi dan 1. Untuk mengetahui
nutrisi dapat terpenuhi kebiasaan makan. tentang keadaan dan
Kriteria hasil : 2. Anjurkan pasien untuk kebutuhan nutrisi pasien
1. Berat badan dan mematuhi diet yang sehingga dapat diberikan

16
tinggi badan ideal. telah diprogramkan tindakan dan pengaturan
2. Pasien mematuhi 3. Timbang berat badan diet yang adekuat.
dietnya. setiap seminggu 2. Kepatuhan terhadap diet
3. Kadar gula darah sekali. dapat mencegah
dalam batas normal. 4. Identifikasi perubahan komplikasi terjadinya
4. Tidak ada tanda- pola makan. hipoglikemia/hiperglike
tanda 5. Kerja sama dengan tim mia.
hiperglikemia/hipoglik kesehatan lain untuk 3. Mengetahui
emia. pemberian insulin dan perkembangan berat
diet diabetik. badan pasien (berat
badan merupakan salah
satu indikasi untuk
menentukan diet).
4. Mengetahui apakah
pasien telah
melaksanakan program
diet yang ditetapkan.
5. Pemberian insulin akan
meningkatkan
pemasukan glukosa ke
dalam jaringan sehingga
gula darah
menurun,pemberian diet
yang sesuai dapat
mempercepat penurunan
gula darah dan
mencegah komplikasi.
5. 6 Tujuan : Tidak terjadi 1. Kaji adanya tanda- 1. Pengkajian yang tepat
penyebaran infeksi tanda penyebaran tentang tanda-tanda
(sepsis). infeksi pada luka. penyebaran infeksi dapat
Kriteria Hasil : 2. Anjurkan kepada membantu menentukan
1. Tanda-tanda infeksi pasien dan keluarga tindakan selanjutnya.

17
tidak ada. untuk selalu menjaga 2. Kebersihan diri yang
2. Tanda-tanda vital kebersihan diri selama baik merupakan salah
dalam batas normal ( S perawatan. satu cara untuk
: 36 – 37,5 0C ) 3. Lakukan perawatan mencegah infeksi
3. Keadaan luka baik luka secara aseptik. kuman.
dan kadar gula darah 4. Anjurkan pada pasien 3. Mencegah kontaminasi
normal. agar menaati diet, luka dan penyebaran
latihan fisik, infeksi.
pengobatan yang 4. Diet yang tepat, latihan
ditetapkan. fisik yang cukup dapat
5. Kolaborasi dengan meningkatkan daya
dokter untuk tahan tubuh, pengobatan
pemberian antibiotika yang tepat, mempercepat
dan insulin. penyembuhan sehingga
memperkecil
kemungkinan terjadi
penyebaran infeksi.
5. Antibiotika dapat
menbunuh kuman,
pemberian insulin akan
menurunkan kadar gula
dalam darah sehingga
proses penyembuhan.

18
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan
kadar glukosa darah(hiperglikemia).mungkin terdapat penurunan dalam
kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin / penurunan/tidak
terdapatnya pembentukan insulin oleh pankreas. Kondisi ini mengarah pada
hiperglikemia,yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi metabolik akut
seperti ketoasidosis diabetik. Hiperglikema jangka panjang dapat menunjang
terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis(penyakit ginjal dan maat) serta
komplikasi neuropati.diabetes juga berkaitan dengan kejadian penyakit
makrovaskuler,termasuk infrakmiokard,stroke dan penyakit vaskuler periper.
3.2 Saran
Diharapkan pada setiap pembaca memberikan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

20

Anda mungkin juga menyukai