Anda di halaman 1dari 40

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1. Pengertian Belajar
Hal yang utama dalam proses pendidikan adalah proses belajar mengajar.
Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, bahwa kegiatan mengajar
hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar siswa. Dalam proses pengajaran,
belajar memegang peranan yang penting. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada proses belajar yang dialami
siswa. Belajar merupakan proses aktif yang mengarah pada satu tujuan. Seseorang
dikatakan belajar apabila terjadi perubahan tingkah laku seperti dari yang tidak
tahu menjadi tahu.
Menurut Dimyati (2009:9) menyatakan belajar adalah suatu perilaku pada
saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Menurut pengertian ini,
belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang berbeda dari sebelumya,
artinya orang yang tadinya tidak tahu setelah belajar menjadi tahu. Sehingga
dengan belajar maka orang akan mengalami perubahan tingkah laku. Adapun
menurut Daryanto (2009:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Dalam hal ini belajar adalah usaha mengubah tingkah laku yang
menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang melalui
interaksi dengan pribadi–pribadi manusia lain. Karena berinteraksi dengan pihak
lain barang tentu melahirkan suatu pengalaman. Dari pengalaman yang satu ke
pengalaman yang lain, akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku.
Selanjutnya Sanjaya (2011:112) menyebutkan belajar adalah proses mental
yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan
tingkah laku. Menurut pengertian ini yang dimaksud dengan belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku yang muncul dari dalam diri seseorang yang
berlangsung secara kesinambungan dan perubahan-perubahan itu senantiasa
bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari
9

sebelumnya. Kemudian menurut Hamalik (2008:36) belajar adalah modifikasi


atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu
proses, suatu kegiatan dan bahkan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan
suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Senada dengan
hal itu Slameto (2010 : 2), menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.
Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yaitu perubahan
pada pengetahuan, ketrampilan, dan sikapnya yang dilakukan oleh seseorang
dalam interaksi dengan lingkungannya melalui pengalaman yang diperolehnya.
Kemudian suatu proses perubahan itu akan mengarah kepada tingkah laku yang
lebih baik. Dalam hal ini memberi perubahan perilaku dalam diri individu yang
belajar, yang bersifat positif.
2.1.2. Hasil Belajar
Merujuk pada defenisi belajar para ahli, maka dalam setiap kegiatan
belajar yang dilakukan peserta didik akan menghasilkan suatu perubahan pada
dirinya atau bisa disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang luas yang mencangkup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.
Menurut Sudjana (2008:22) Hasil belajar adalah kemampuan–kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut
Tanjung & Betty (2009:8) Hasil belajar adalah melukiskan tingkat (kadar)
pencapaian siswa atas tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar itu
tercermin/terpancar dari kepribadian siswa berupa perubahan tingkah lakunya
setelah mengalami proses belajar mengajar. Ini berarti, bahwa hasil belajar itu
menggambarkan kemampuan yang dimiliki siswa baik dalam aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor.
10

Kingsley (dalam Sudjana, 2008:22) mengemukakan bahwa Ada tiga


macam hasil belajar, yaitu : (1) keterampilan, (2) pengetahuan dan pengertian, dan
(3) sikap dan cita-cita. Ketiga macam hasil belajar ini akan tampak setelah
seseorang melakukan kegiatan belajar. Adapun Gagne (dalam Dimyati, 2009:11)
mengungkapkan bahwa ada lima kategori hasil belajar, yaitu informasi verbal,
kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara Bloom
mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang
yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Jadi, hasil belajar adalah melukiskan tingkat (kadar) pencapaian
siswa atas tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Siswa yang berhasil dalam
belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Hasil belajar
merupakan indikator yang mengukur keberhasilan siswa dalam proses belajar.
mengetahui hasil belajar dan potensi yang dimiliki peserta didik setelah
pembelajaran dilakukan melalui pengukuran atau penilaian. Untuk mengukur
sampai di mana tingkat pengetahuan seseorang harus ada pengukur tertentu yang
berfungsi untuk mengukur hasil belajar peserta didik yang umumnya berupa tes.
Tes Hasil Belajar (THB) merupakan salah satu alat ukur yang paling banyak
digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar
mengajar atau untuk menentukan keberhasilan suatu program pendidikan. Pada
umumnya hasil belajar peserta didik merupakan perubahan yang terjadi pada
perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan
sikap (attitude).

2.1.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa


Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari
dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan. Faktor dari dalam diri siswa terutama menyangkut kemampuan yang
dimiliki siswa. Berkaitan dengan faktor dari dalam diri siswa, selain faktor
kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap,
kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan psikis.
Salah satu faktor lingkungan yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar
11

adalah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran adalah


tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses pembelajaran dalam mencapai
tujuan instruksional. Pendapat ini sejalan dengan teori belajar di sekolah (theory
of school learning) dari Bloom, bahwa ada 3 (tiga) variabel utama dalam teori
belajar di sekolah, yaitu karakteristik individu, kualitas pengajaran, dan hasil
belajar siswa.
Gagne dalam Dimyati (2009 : 11) mengemukakan delapan macam, yang
kemudian disederhanakan menjadi lima macam kemampuan manusia yang
merupakan hasil belajar sehingga, pada gilirannya, membutuhkan sekian macam
kondisi belajar untuk pencapaiannya. Kelima macam kemampuan hasil belajar
tersebut adalah :
“(1)Ketermapilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting dari
sitem lingkungan), (2) Startegi kognitif, mengatur “cara belajar” dan berpikir
seseorang di dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan
masalah, (3) Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.
Kemampuan ini umumnya dikenal dan tidak jarang, (4) Keterampilan
motorik yang diperoleh disekolah, antara lain keterampilan menulis,
mengetik, menggunakan jangka dan sebagainya, serta (5) Sikap dan nilai,
berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang,
sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungannya bertingkah laku
terhadap orang, barang atau kejadian”.
Kelima macam hasil belajar diatas menyarankan, bahkan
mempersyaratkan kondisi-kondisi belajar tertentu sehingga daripadanya dapat
dijabarkan strategi-strategi belajar-mengajar yang sesuai.

2.1.2.2. Bentuk dan Tipe Hasil Belajar


Guru sangat penting mengetahui, tipe hasil belajar yang dapat dicapai
siswa, agar guru pada tahap selanjutnya dapat mendesain pembelajaran secara
tepat dan penuh makna. Tipe hasil belajar yang di maksud perlu nampak dalam
perumusan tujuan pembelajaran (instruksional), sebab tujuan itulah yang akan
dicapai oleh proses pembelajaran. Ada beberapa pendapat yang dapat dipakai
12

untuk melihat peristiwa atau proses belajar. Dari berbagai pendapat yang ada
dapat diklasifikasikan menjadi tiga sudut pandang, yakni:
1. Memandang belajar sebagai proses
2. Memandang belajar sebagai hasil
3. Memandang belajar sebagai fungsi
Ketiga cara pandang ini nampaknya perlu dipahami oleh guru sebab guru
adalah pembina, pembimbing, dan pengarah kegiatan belajar siswa. Dalam uraian
berikut ini proses belajar akan dipandang dari segi hasil.
Bloom mengemukakan bahwa tujuan pendidkan yang hendak dicapai
dapat diklasifikasikan (bukan dipisahkan) menjadi tiga bidang, yakni: ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik, yang masing-masing ranah atau
domain dibagi lagi menjadi beberapa kategori. Kategori-kategori ini disusun
secara hirarkis, sehingga menjadi taraf-taraf yang menjadi semakin bersifat
kompleks mulai dari taraf bawah ke atas. Bloom membagi lagi tiga ranah atau
domain (Sardiman, 2011 : 23-24) tersebut sebagai berikut:
1. Ranah kognitif (cognitive domain)
a. Pengetahuan (knowledge)
b. Pemahaman (comprehension)
c. Penerapan (application)
d. Analisa (analysis)
e. Sintesa (synthesis)
f. Evaluasi (evaluation)
2. Ranah afektif (affective domain)
a. Penerimaan (receiving)
b. Partisipasi (responding)
c. Penilaian / penentuan sikap (valuing)
d. Organisasi (organization)
e. Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value
complex)
3. Ranah psikomotorik (psychomotoric domain)
a. Persepsi (perception)
13

b. Kesiapan (set)
c. Gerakan terbimbing (guided response)
d. Gerakan yang kompleks ( complex response)
e. Penyesuaian pola gerakan (adjusment)
f. Motivasi belajar (creativity)

2.1.3. Prestasi Belajar


Istilah prestasi menunjukkan gambar keberhasilan seseorang dalam upaya
mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya melalui suatu kegiatan yang
digelutinya. Salah satu indikator terjadinya perubahan hasil belajar disekolah
adalah prestasi belajar. Menurut Tanjung & Betty (2009:8) Prestasi belajar adalah
hasil yang dicapai oleh seseorang atau siswa setelah melakukan perbuatan belajar.
Selanjutnya menurut Maehr prestasi belajar yaitu:
”(a) Prestasi belajar merupakan tingkah laku yang dapat diukur dengan
menggunakan tes prestasi belajar (achievemen test), (b) Prestasi belajar
merupakan hasil dari perubahan individu itu sendiri bukan hasil dari
perbuatan orang lain, (c) Prestasi belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh penilai atau menurut
standar yang telah ditetapkan, (d) Prestasi belajar merupakan hasil dari
kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan disadari, jadi bukanlah suatu
kebiasaan atau prilaku yang tidak disadari”.
Pengertian prestasi belajar yang dikemukakan beberapa ahli diatas dapat
diambil pemahaman bahwa prestasi belajar perubahan prilaku yang diperoleh dari
proses belajar yang disadari dan dapat diukur berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan oleh penilai atau menurut standar yang ditetapkan serta yang lazimnya
ditunjukkan dalam nilai. Pada hakikatnya prestasi belajar adalah hasil akhir yang
diharapkan dapat dicapai setelah orang belajar. Dalam hal ini Syah (2008:150)
mengemukakan kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar
siswa sebagaimana yang terurai diatas adalah mengetahui garis–garis besar
indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang
hendak diungkapkan atau diukur.
14

2.2. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam


IPA telah lama dikenal masyarakat sejak dahulu, terutama di sekolah. Di
sekolah IPA dikenal dengan istilah Sains yang semula berasal dari bahasa inggris
science. Kata science berasal dari bahasa latin scientia yang berarti saya tahu.
Science terdiri dari social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science
(IPA). Namun, dalam perkembangannya sciences sering diterjemahkan sebagai
sains yang berarti ilmu IPA saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan
bertentangan dengan etimologi.
Adapun Wahyana (dalam Trianto, 2012:136) menyatakan IPA adalah
suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaanya
secara umum dan terbatas pada gejala–gejala alam. Perkembangannya tidak hanya
ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap
ilmiah. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu
kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala–
gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan
eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan
sebagainya.
Menurut Donosepoetro (dalam Trianto, 2012:137) pada hakikatnya IPA
dapat dipandang sebagai:
“(1) Suatu proses yang diartikan semua kegiatan ilmiah untuk
menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan
pengetahuan baru, (2) Suatu produk diartikan sebagai hasil proses, berupa
pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau luar sekolah ataupun
bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan, (3) Suatu prosedur
dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui
sesuatu ( riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah
(scientific method)”.
Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu biologi, fisika
dan kimia. Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA, dan merupakan ilmu
yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah,
penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan
15

kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Dapat dikatakan bahwa hakikat
fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui
serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar
sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga
komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara
universal. Jadi, dapat dikatakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses
ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai
produk ilmiah yang tersususn atas tiga komponen terpenting berupa konsep,
prinsip, dan teori yang berlaku secara universal.
Merujuk pada hakikat IPA sebagaimana dijelaskan diatas, menurut Laksmi
(dalam Trianto, 2012:141) maka nilai- nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam
pembelajaran IPA antara lain sebagai berikut:
“(a) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut
langkah –langkah metode ilmiah, (b) Keterampilan dan kecakapan dalam
mengadakan pengamatan, mempergunakan alat – alat eksperimen untuk
memecahkan masalah, dan (c) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan
dalam memecaahkan masalah baik dalam kaitannya dengan pelajarn sains
maupun dalam kehidupan”.

2.2.1. Model pembelajaran


Penggunaan model dalam kegiatan pembelajaran adalah sangat perlu
karena dapat mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil
yang optimal. Tanpa model yang jelas pembelajaran tidak akan terarah sehingga
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal. Model
pembelajaran adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum yang berfungsi
sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan. Pencapaian tujuan tersebut akan
semakin baik apabila efektivitas penggunaan suatu model semakin baik.
Menurut Eggen (dalam Gultom, 2010:167) model pembelajaran sebagai
strategi perspektif pembelajaran yang dirancang untuk mencapai tujuan
16

pembelajaran. Adapun menurut Soekamto (dalam Trianto, 2009 : 22))


mengemukakan :
“Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar”.
Sejalan dengan hal itu menurut Arends (Gultom, 2010: 167) model
pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan. Sel
mengacu pada lingkungan pembelajaran dan manajemen kelas. Hai ini sesuai
dengan pendapat Joyce (dalam Trianto, 2012:53) yang menyatakan bahwa :
“Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang
dipergunakan sebagai dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat – perangkat
pembelajarn seperti buku – buku, film, komputer, kurikuler an lain – lain”.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.
Kualitas model pembelajaran diukur dengan aspek tertentu. Menurut Johnson
(dalam Trianto, 2012:55), untuk mengetahui kualitas model pembelajaran harus
dilihat dari dua aspek yaitu proses dan produk. Aspek proses mengacu apakah
pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar yang menyenangkan (joyful
learning) serta mendorong siswa sesuai standar kemampuan atau kompetensi
yang ditentukan.

2.2.2. Model Pembelajaran Terpadu


Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai
pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna
karena dalam pembelajaran terpadu, siswa akan memahami konsep – konsep yang
17

mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan


konsep lain yang sudah mereka pahami.
Menurut Joni (dalam Trianto, 2012:56) Pembelajaran terpadu merupakan
suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual
maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip
keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi
apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/ tema menjadi pengendali
didalam kegiatan pembelajaran. Senada dengan pendapat diatas menurut
Hadisubroto (dalam Muhari 2009:27):
“Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu
pokok atau tema tertentu yang terkaitkan dengan pokok bahasan lain,
konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara
spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan
dengan beragam pengalaman belajar anak, maka pembelajaran menjadi
lebih bermakna”.
Berdasarkan uraian tersebut, maka pembelajaran terpadu dapat dilihat
sebagai: (1) Suatu pendekatan pembelajaran yang mengubungkan berbagai mata
pelajaran mata pelajaran yang mencerminkan dunianyata di sekeliling sertadalam
rentang kemampuan kemampuan dan perkembangan anak. (2) Suatu cara untuk
mengembangkan pengetahuan dan kererampilan anak secara serempak (stimulan)
(3) merakit atau menggabungkan sejumlah konsepdalam beberapa mata pelajaran
yang berbeda, dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih baik dan
bermakna.
Dibandingkan dengan pembelajaran yang menerapkan pendekatan
konvensional, maka pembelajaran terpadu memiliki beberapa kelebihan. Menurut
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1996), pembelajaran terpadu memiliki
kelebihan sebagai berikut:
“(1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat
perkembengannya, (2) Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak, (3) Kegiatan belajar bermakna bagi anak sehingga
hasilnya dapat bertahan lama, (4) Keterampilan berpikir anak berkembang
18

dalam proses pembelajaran terpadu. (5) Kegiatan belajar mengajar bersifat


pragmatis sesuai lingkungan anak, (6) Keterampilan sosial anak
berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. Keterampilan sosial ini
antara lain adalah: kerja sama, komunikasi, dan mau mendengarkan
pendapat orang lain”.

2.3. Pembelajaran Terpadu Model Webbed ( Jaring Laba – laba )


2.3.1. Pengertian Pembelajaran Terpadu Model Webbed
Menurut Fogarty (dalam Trianto, 2012:39) dalam Ten Ways to Intergrate
Curriculum dijelaskan bahwa terdapat sepuluh model pembelajaran terpadu yaitu
model fragmented, connected, nested, sequenced, shared, webbed, threaded,
integrated, immersed, dan networked. Menurut Prabowo (dalam Trianto,
2012:39) dari kesepuluh model pembelajaran terpadu di atas dipilih tiga model
pembelajaran yang dipandang layak dan sesuai untuk dapat dikembangkan dan
mudah dilaksanakan di pendidikan formal (pendidikan dasar). Ketiga model
pembelajaran terpadu yang dimaksud adalah model terhubung (connected), model
jaring laba-laba (webbed), model keterpaduan (integrated). Gambar 2.1
menunjukkan model webbed atau jaring laba- laba.

Gambar.2.1 Jaring Laba- Laba

Kesepuluh model pembelajaran tersebut, maka dalam penelitian ini


peneliti menggunakan model Webbed. Adapun pembelajaran terpadu model
Webbed atau istilahnya disebut sebagai model jaring laba–laba adalah model yang
19

berangkat dari tema yang dibangun bersama beberapa topik pada beberapa mata
pelajaran yang berhubungan. Model ini merupakan model pembelajaran terpadu
yang menggunakan pendekatan tematik sebagai pusat pembelajaran yang
dijabarkan dalam beberapa kegiatan atau bidang pengembangan. Pendekatan ini
pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Istilah jaring laba-
laba digunakan untuk nama model ini karena bentuk rancangannya memang
seperti jala atau jaring yang dibuat oleh laba–laba, dengan tema yang dibicarakan
sebagai pusat atau laba-labanya Tema yang dipilih harus yang relevan dan
berkaitan dengan materi yang dipadukan. Pemilihan tema bisa ditetapkan dengan
negosiasi antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama
guru. Setelah tesebut disepakati, dikembangkan sub–sub temanya dengan
memerhatikan kaitannya dengan bidang–bidang studi. Dari sub–sub tema ini
dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa.

2.3.2. Kelebihan dan Kekurangan Model Webbed (Jaring Laba - laba)


Menurut Trianto (2012:42) Pembelajaran terpadu model Webbed
mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan model yang lain antara lain
sebagai berikut:
“(1) penyeleksian tema sesuai dengan minat akan memotivasi anak untuk
belajar, (2) lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman,
(3) memudahkan perencanaan kerja tim dalam mengembangkan tema ke
dalam semua bidang pengembangan, (4) pendekatan tematik dapat
memotivasi siswa, (5) memberikan kemudahan bagi anak didik dalam
melihat kegiatan – kegiatan dan ide –ide berbeda yang terkait”.

Menurut Trianto (2012:42) selain kelebihan yang dimiliki, model webbed


juga memiliki beberapa kekurangan antara lain:
“(1) sulit dalam menyeleksi tema, (2) cenderung untuk merumuskan tema
yang dangkal dan kurang bermakna bagi anak, (3) dalam pembelajaran,
guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan daripada pengembangan
konsep”.
20

2.3.3. Langkah – Langkah (Sintaks) Pembelajaran Terpadu Model Webbed


1. Tahap Pelaksanaan
Menurut Depdiknas (dalam Trianto, 2012:65) Prinsip-prinsip uatama
dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, meliputi:
“(1) guru hendaknya tidak menjadi single actor yang mendominasi dalam
kegiatan pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran
memungkinkan siswa menjadi pembelajar mandiri, (2) pemberian
tanggung jawab individu dan kelompok, (3) guru perlu akomodatif
terhadap ide-ide yang kadang sekali tidak terpikirkan dalam proses
perencanaan”.
Tahap pelaksanaan Pembelajaran dalam hal ini mengikuti sekenario
langkah– langkah pembelajaran yang dikemas dalam :

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Terpadu


Tahap Perilaku Guru
Fase-1  Mengaitkan pelajaran sekarang dengan
Pendahuluan pelajaran sebelumnya.
 Memotivasi siswa
 Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk
mengetahui konsep-konsep prasyarat yang
sudah dikuasai oleh siswa.
 Menjelaskan tujuan pembelajaran
(Kompetensi dasar dan Indikator)
Fase-2  Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasai
Presensi materi oleh siswa melaui demonstrasi dan bahan
bacaan
 Presentasi ketrampilan proses yang
dikembangkan
 Persentasi alat atau bahan yang dibutuhkan
sesuai media
21

Fase-3  Menempatkan siswa kedalam kelompok-


Membimbing kelompok belajar
pelatihan  Mengingatkan cara siswa bekerja dan
berdiskusi secara kelompok sesuai komposisi
kelompok
 Membagi buku siswa
 Mengingatkan cara menyusun laporan hasil
kegiatan
 Memberikan bimbinga seperlunya
 Mengumpulkan hasil kerja kelompok setelah
batas waktu yang telah ditentukan
Fase-4  Mempersiapkan kelompok belajar untuk
Menelaah pemahaman diskusi kelas
dan memberikan  Meminta salah satu anggota kelompok untuk
umpan balik mempersentasikan hasil kegiatan sesuai
dengan LKS yang telah dikerjakan
 Meminta anggota lain menanggapi hasil
presentasi
 Membimbing siswa menyimpulkan hasil
diskusi

Fase-5  Mengecek dan memberikan umpan balik


Mengembangkan terhadap tugas yang dilakukan
dengan memberikan  Membimbing siswa menyimpulkan seluruh
kesempatan untuk materi pembelajaran yang baru saja di pelajari
lanjutan dan penerapan  Memberi tugas rumah
Fase-6  Guru membantu siswa untuk melakukan
Menganalisis dan refleksi atau evaluasi terhadap kinerja mereka
mengevaluasi
22

2.3.4. Aktivitas Belajar


Seseorang pasti melakukan suatu kegiatan atau aktivitas dalam
pembelajaran, karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk
mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Dalam belajar sangat
diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, Proses belajar tidak mungkin
berlangsung dengan baik. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas
yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar.
Sardiman (2011:96) dalam bukunya bahwa Aktivitas merupakan prinsip
atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar–mengajar.Sekolah
merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Banyak jenis aktivitas yang
dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya
xmendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah
tradisional.
Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2011:101) mengelompokkan jenis-
jenis aktivitas belajar sebagai berikut:
“(a) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain, (b)
Oral activities, misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan
interupsi, (c) Listening activities, sebagai contoh: mendengarkan uraian,
percakapan, diskusi, musik, pidato, (d) Writing activities, misalnya
menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin, (e) Drawing
activities, misalnya menggambarkan, membuat grafik, peta, diagram, (f)
Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
berternak, (g) Mental activities, sebagai contoh: menanggap, mengingat,
memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan,
(h) Emotional activities, sebagai contoh: menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup”.
aktivitas belajar menunjukkan pada kegiatan belajar di mana siswa terlibat
langsung atau berpartisipasi aktif, yang sering disebut belajar dengan bekerja.
23

2.3.5. Teori Belajar yang Mendasari Model Pembelajaran Terpadu


a. Teori Pembelajaran Konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran
kognitif yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi komplek, mengecek informasi baru dengan aturan–
aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Prinsip–
prinsip yang sering diambil dari konstruktivisme menurut suparno (dalam Trianto,
2012: 75), antara lain :
“(a)Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif, (b) tekanan dalam
proses belajar terletak pada siswa, (c) mengajar adalah membantu siswa
belajar, (d) tekanan dalam belajar lebih pada proses bukan pada hasil
akhir, (d) kurikulum menekankan partisipasi siswa, (e) guru sebagai
fasilisator”.
b. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Menurut Piaget, J (dalam Trianto 2012:70) setiap individu mengalami
tingkat-tingkat perkembangan intelektual (kognitif) sebagai berikut:
“(1)Sensori-motor (0-2 tahun), tahap sensori motor merupakan tahap awal
perkembangan mental anak. Perkembangan mental itu terus bertambah
hingga mencapai puncaknya pada tahap operasional formal, (2) pra–
operasional (2-7 tahun), tahap Pra–operasional adalah pada saat umur ini
anak belum mampu melaksanakan operasi–operasi mental. Dan tidak
dapat berpikir reversibel, (3) operasional konkret (7–11 tahun), pada tahap
operasional konkret ini anak mulai berpikir rasional, artinya anak mulai
dapat memandang “dunia” secara objektif dan berorientasi secara
konseptual”, (4) operasional formal (11 tahun–ke atas), pada tahap
operasional formal ini anak sudah dapat berpikir secara abstrak dan logis”.
Perkembangan sebagian bergantung pada seberapa jauh anak aktif
memanipulasi dan berinteraksi aktif dengan lingkungan. Menurut Piaget bahwa
anak membangun sendiri skemata–skemata dari pengalaman sendiri dan
lingkungannya. Di sini peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sebagai
pemberi informasi.
24

2.4. Materi Pelajaran


2.4.1 Cahaya
Cahaya merupakan salah satu bentuk gelombang. Cahaya dapat merambat
tanpa medium termasuk jenis gelombang elektromagnetik. Tuhan telah
menciptakan Matahari dan cahayanya sedemikian rupa sehingga makhluk
yang berada di Bumi dapat memanfaatkan cahaya tersebut.
Untuk mempermudahmu dalam mempelajari bab ini, pelajarilah diagram
alur yang disajikan sebagai berikut.

Gambar 2.2 peta konsep cahaya

2.4.1.1 SIFAT-SIFAT CAHAYA

Sebuah benda dapat dilihat karena adanya cahaya, yang memancar atau
dipantulkan dari benda tersebut, yang sampai ke mata.

Cahaya menurut sumber berasalnya ada 2 macam, yaitu:

1. cahaya yang berasal dari benda itu sendiri, seperti matahari, senter, lilin,
dan lampu; Coba sebutkan sumber cahaya pada gambar di bawah ini!
25

Gambar 2.3 Sumber cahaya

2. cahaya yang memancar dari benda akibat memantulnya cahaya pada


permukaan benda tersebut dari sumber cahaya. Misalnya, jika kamu
melihat benda berwarna biru, artinya benda tersebut memantulkan cahaya
berwarna biru

2.4.1.2 Cahaya Merambat Lurus


Saat berjalan di kegelapan, kamu memerlukan senter. Ketika senter kamu
nyalakan,bagaimana arah rambatan cahaya yang keluar dari senter tersebut?
Cahaya dari lampu senter arah rambatannya menurut garis lurus.
Cahaya mempunyai sifat-sifat, yaitu
1. merupakan gelombang elektromagnetik sehingga dapat merambat di ruang
hampa;
2. dapat dipantulkan, dibiaskan, berpolarisasi, dan melentur;
3. merupakan salah satu bentuk energi.
Beberapa bukti bahwa cahaya merambat lurus, yaitu:
1. terjadinya bayang-bayang di belakang benda tidak tembus cahaya. Jika sumber
cahaya berbentuk sebuah titik maka hanya terjadi bayang-bayang gelap (inti).
Akan tetapi, jika sumber cahaya adalah sebuah benda maka di samping
bayangbayang inti (umbra) terjadi juga bayang-bayang tambahan (penumbra).

Gambar 2.4 Suatu benda yang terkena cahaya akan membentuk bayangan inti dan
bayangan kabur
26

2. terjadinya gerhana matahari maupun gerhana bulan. Gerhana,


yaitu terhalangnya sinar matahari oleh bulan atau bumi sehingga
daerah yang seharusnya terang menjadi gelap.

Gambar 2.5 Umbra dan penumbra pada gerhana matahari.

2.4.2 Pemantulan Cahaya


Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya
Bintang pada malam hari yang cerah? Tentunya hal itu akan mengingatkanmu
pada Sang Pencipta. Begitu indah ciptaan-Nya sehingga patut kamu syukuri dan
kamu pelajari agar keimananmu bertambah. Terangnya bendabenda langit tersebut
karena adanya cahaya. Bintang bersinar karena dia memiliki cahaya sendiri,
sedangkan Bulan tampak bercahaya karena pantulan dari cahaya Matahari. Akan
tetapi, manusia di Bumi seolah-olah melihat Bulan tersebut memancarkan
cahayanya sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari, kamu tidak dapat melihat benda-
benda di sekitarmu tanpa adanya cahaya. Pada malam hari ketika lampu listrik
rumahmu padam, kamu tidak dapat melihat apapun di sekitarmu. Hal tersebut
terjadi karena tidak ada cahaya yang dipantulkan oleh benda di sekitarmu. Jadi,
kamu dapat melihat suatu benda apabila ada cahaya yang dipantulkan oleh benda
tersebut ke matamu.
Kita dapat melihat benda-benda di sekitar karena benda tersebut mendapat
cahaya. Kemudian, memantulkannya ke mata kita. Bagaimana proses pemantulan
cahaya dapat terjadi sehingga kita dapat melihat benda? Sinar yang dipantulkan
permukaan benda mengikuti suatu aturan yang disebut hukum pemantulan.
Hukum pemantulan cahaya berbunyi:
1. sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar;
2. sudut datang cahaya (i) sama dengan sudut pantulnya (r).
27

Ada dua macam pemantulan cahaya yang terjadi pada benda tidak tembus cahaya,
yaitu:

1. pemantulan beraturan (reguler);

Gambar 2.6 Pemantulan Beraturan

Pemantulan beraturan terjadi pada benda yang permukaannya rata, seperti pada
cermin datar. Berkas cahaya sejajar yang datang menuju cermin datar dipantulkan
secara sejajar.

2. pemantulan baur (diffuse).

Gambar 2.7 Pemantulan Baur

Pemantulan baur terjadi pada benda yang permukaannya tidak rata. Berkas
cahaya sejajar yang mengenai permukaan tidak teratur akan dipantulkan baur.
Coba kamu perhatikan ruang di bawah meja kelasmu. Apakah pemantulan baur
menyebabkan ruang di bawah meja terlihat lebih terang?
Pemantulan beraturan menyebabkan penglihatan mata silau, sedangkan
pemantulan baur membuat penglihatan menjadi nyaman. Sebuah benda yang
28

terletak di depan cermin akan membentuk bayangan. Cermin adalah benda gelap
yang dapat memantulkan seluruh berkas cahaya yang jatuh pada permukaannya.

2.4.2.1 Pemantulan cahaya pada cermin datar


Cermin yang dipakai untuk berhias termasuk cermin datar, yaitu cermin
yang permukaan pantulnya merupakan bidang datar. Bagaimana prinsip
terbentuknya bayangan pada cermin datar? Bagaimana sifat-sifat bayangan yang
terjadi pada cermin datar?
Proses pembentukan bayangan pada cermin datar menggunakan hukum
pemantulan cahaya. Untuk mempermudah pembentukan bayangannya, diambil
sinar-sinar yang datang dari kedua ujung benda. Bayangan yang terjadi pada
cermin datar memiliki sifat, yaitu:
a. maya atau semu karena bayangannya tidak dapat ditangkap layar;
b. jarak benda sama dengan jarak bayangan;
c. tinggi benda sama dengan tinggi bayangan;
d. posisi bayangan berlawanan dengan posisi benda
Perbesaran bayangan pada cermin datar dirumuskan sebagai
berikut.

Karena tinggi benda (ho) sama dengan tinggi bayangan (hi) maka
perbesaran bayangan yang terjadi adalah satu kali.

2.8 Gambar bayangan pada cermin datar.


29

Terdapat dua macam bayangan, yaitu bayangan nyata dan bayangan semu.
a. Bayangan nyata (sejati, riil) adalah bayangan yang dapat ditangkap layar. Hal
ini terjadi jika sinar-sinar pantul langsung berpotongan, misalnya gambar pada
layar gedung bioskop. Bayangan nyata dapat dilihat jika menggunakan layar
(penerima).
b. Bayangan semu (maya, virtual) adalah bayangan yang tidak dapat ditangkap
layar. Hal ini terjadi jika sinar-sinar pantul tidak langsung berpotongan, tetapi
berpotongan di perpanjangannya, misalnya bayangan kita pada cermin datar.
Bayangan maya dapat langsung dilihat tanpa menggunakan layar.
Selain untuk bercermin, cermin datar dalam kehidupan sehari-hari dapat
digunakan untuk bahan membuat periskop cermin datar. Cermin bersudut Jika dua
cermin datar diletakkan sedemikian sehingga membentuk sudut tertentu maka
diperoleh cermin sudut. Jika sebuah benda diletakkan di depan cermin sudut maka
bayangan dibentuk oleh cermin I. Bayangan ini merupakan benda untuk cermin II.
Bayangan dari cermin II merupakan benda untuk cermin I dan seterusnya
sehingga akan terbentuk banyak bayangan. Banyaknya bayangan yang terbentuk
360 ̊
dirumuskan sebagai berikut. 𝑛= −1
𝛼

n = banyaknya bayangan yang terjadi


α = sudut antara dua cermin

2.4.2.2. Pemantulan cahaya pada cermin cekung


Pernahkah kamu mengamati cahaya yang keluar dari lampu mobil?
Mengapa berkas cahaya yang keluar dari lampu mobil membentuk berkas cahaya
yang sejajar? Pada lampu mobil dan lampu senter terdapat reflektor berupa cermin
cekung yang dapat memantulkan cahaya membentuk berkas cahaya sejajar. Selain
itu, cermin cekung juga digunakan pada antena parabola (gelombang mikro) dan
untuk perlengkapan tata rias atau perlengkapan salon kecantikan.
30

Gambar 2. 9 pemantulan cahaya pada cermin cekung

Cermin cekung adalah cermin yang permukaan bidang pantulnya


berbentuk cekung (melengkung ke dalam). Cermin cekung bersifat
mengumpulkan cahaya sehingga disebut cermin konvergen (positif).

su
P F O

Gambar 2.10 bagian-bagian cermin cekung

P = pusat kelengkungancermin
OP = jari-jari cermin (R)
O = pusat bidang cermin
F = titik api utama atau titikfokus utama cermin
SU = sumbu utama, yaitu garis yang menghubungkan pusat kelengkungan (P)
dengan pusat bidangcermin (O)
OF = FP = jarak titik api utama cermin (f = ½ R)

Pembagian ruang benda dan ruang bayangan pada cermin cekungadalah


sebagai berikut.
31

III II I IV
P F O

Gambar 2.11 pembagian ruang benda dan ruang bayangan pada cermin

Ruang O – F = ruang I
Ruang F – P = ruang II
Ruang P - ∞ = ruang III
Ruang O - ∞ = ruang IV (di dalam cermin)
Hubungan antara jarak benda, jarak bayangan, dan jarak fokus cermin
cekung dapat dirumuskan sebagai berikut.

f = jarak titik api (fokus) cermin So = jarak benda


R = jari-jari cermin Si = jarak bayangan
Perbesaran bayangan pada cermin cekung dirumuskan seperti berikut ini.

M = perbesaran bayangan
ho = tinggi benda
hi = tinggi bayangan
Catatan
Karena M merupakan bilangan positif maka diberi tanda harga mutlak dalam
rumus. Nilai f dan R selalu positif karena pusat kelengkungan berada di
32

depan cermin. Jika benda nyata, nilai So positif dan jika benda maya, nilai So
negatif. Jika bayangan nyata, nilai Si positif dan jika bayangan maya, nilai Si
negatif. Untuk melukis bayangan sebuah benda yang terjadi pada cermin cekung
digunakan sinar-sinar istimewa seperti berikut ini.
1. sinar yang datang sejajar sumbu utama dipantulkan melalui titik fokus;
2. sinar yang datang melalui titik fokus dipantulkan sejajar sumbu utama;
3. sinar yang datang melalui titik pusat kelengkungan akan dipantulkan kembali
ke pusat kelengkungan.

Gambar 2.12 Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung

2.4.2.3. Pemantulan cahaya pada cermin cembung


Ayo, barang apa saja di rumahmu yang menggunakan kaca spion? Kaca
spion terbuat dari cermin cembung. Apa yang dimaksud dengan cermin cembung?
Mengapa cermin cembung digunakan sebagai kaca spion? Mari kita bahas berikut
ini. Cermin cembung adalah cermin yang permukaan bidang pantulnya

b. kaca di supermarket a. spion pada mobil


Gambar 2.13 Pemantulan cahaya pada cermin cembung

berbentuk cembung (melengkung keluar). Cermin cembung bersifat menyebarkan


sinar sehingga disebut juga cermin divergen (negatif). Bayangan yang dibentuk
cermin cembung selalu maya dan diperkecil. Oleh karena itu, cermin cembung
33

dimanfaatkan sebagai kaca spion agar kendaraan dan benda-benda di belakang


mobil atau sepeda motor dapat terlihat.
Berikut ini adalah bagian-bagian cermin cembung.

SU
O F P

Gambar 2.14 bagian-bagian cermin cembung


P = pusat kelengkungan cermin
OP = jari-jari cermin (R)
O = pusat bidang cermin
F = titik api atau fokus cermin
SU = sumbu utama, yaitu garis yang menghubungkan pusat kelengkungan cermin
(P) dengan pusat bidang cermin (O)
Ada tiga sinar istimewa pada cermin cembung yang dapat digunakan
untuk melukiskan pembentukan bayangan.
1. Sinar datang sejajar sumbu utama dipantulkan seakan-akan berasal dari titik
fokus.
2. Sinar yang datang menuju titik fokus dipantulkan sejajar sumbu utama.
3. Sinar yang datang menuju titik pusat kelengkungan, seakanakan dipantulkan
dari titik pusat kelengkungan cermin.

Gambar 2.15 sinar-sinar istimewa pada cermin cembug


34

Hubungan antara jarak benda, jarak bayangan, dan jarak fokus cermin
cembung dirumuskan sebagai berikut.

f = jarak titik api (fokus) cermin So = jarak benda


R = jari-jari cermin Si = jarak bayangan
Perbesaran bayangan pada cermin cembung dirumuskan sebagai berikut.

M = perbesaran bayangan
ho = tinggi benda
hi = tinggi bayangan
Catatan
Nilai f dan R selalu negatif karena pusat kelengkungan berada di belakang cermin.
Dalam perhitungan, untuk benda nyata nilai Si selalu negatif. Itu artinya
bayangannya selalu semu/maya.
nz = indeks bias mutlak zat itu
c = kecepatan cahaya dalam hampa (3 x 108 m/s)
cn = kecepatan cahaya dalam zat itu
Karena yang dilihat sehari-hari sinar berpindah dari satu media ke media
lain maka indeks bias adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam zat-zat itu.
Misalkan, cahaya berpindah dari zat A ke zat B maka indeks biasnya dirumuskan
sebagai berikut.
35

2.4.4 Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman


2.4.4.1 Pengetian Tumbuhan

Tumbuhan adalah salah satu benda hidup yang terdapat di alam semesta.
Tumbuhan adalah organisme benda hidup yang terkandung dalam alam Plantae.
Biasanya, organisme yang menjalankan proses fotosintesis adalah diklasifikasikan
sebagai tumbuhan. Tumbuhan memerlukan cahaya matahari untuk menjalani
proses fotosintesis. Tumbuhan merangkumi semua benda hidup yang mampu
menghasilkan makanan dengan menggunakan klorofil untuk menjalani proses
fotosintesis.

Dihubungkan dengan fotosintesis, tanaman dibedakan menjadi 3, yaiu


tanaman C3, C4 dan tanaman CAM. Perbedaan yang mendasar antara tanaman
tipe C3, C4, dan CAM adalah pada reaksi yang terjadi di dalamnya. Pada
tanaman yang bertipe C3 produk awal reduksi CO2 (fiksasi CO2) adalah asam 3-
fosfogliserat atau PGA. Terdiri atas sekumpulan reaksi kimia yang berlangsung di
dalam stroma kloroplas yang tidak membutuhkan energi dari cahaya mataharai
secara langsung. Sumber energi yang diperlukan berasal dari fase terang
fotosintesis. Sekumpulan reaksi tersebut terjadi secara simultan dan berkelanjutan.
Memerlukan energi sebanyak 3 ATP. PGAL yang dihasilkan dapat digunakan
dalam peristiwa yaitu sebagai bahan membangun sel, untuk pemeliharaan sel dan
disimpan dalam bentuk pati. Berdasarkan proses reaksi yang terjadi pada tanaman
C3, telah diketahui bahwa tanaman C3 dapat tumbuh baik dibawah naungan tau
ditempat yang intensitas mataharinya rendah.

Tanaman C4 adalah tanaman yang mampu hidup di lahan yang terpapar


intensitas matahari penuh. Pada tanaman tipe C4 yang menjadi cirinya adalah
produk awal reduksi CO2 (fiksasi CO2) adalah asam oksaloasetat, malat, dan
aspartat ( hasilnya berupa asam-asam yang berkarbon C4). Reaksinya berlangsung
di mesofil daun, yang terlebih dahulu bereaksi dengan H2O membentuk HCO3
dengan bantuan enzim karbonik anhidrase. Memiliki sel seludang di samping
mesofil. Tiap molekul CO2 yang difiksasi memerlukan 2 ATP. Tanaman c4 juga
mengalami siklus calvin seperti peda tanaman C3 dengan bantuan enzim Rubisko.
36

Sedangkan pada tanaman tipe CAM yang menjadi ciri mendasarnya adalah
memiliki daun yang cukup tebal sehingga laju transpirasinya rendah. Stomatanya
membuka pada malam hari. Pati diuraikan melalui proses glikolisis dan
membentuk PEP. CO2 yang masuk setelah bereaksi dengan air seperti pada
tanaman C4 difiksasi oleh PEP dan diubah menjadi malat. Pada siang hari malat
berdifusi secara pasif keluar dari vakuola dan mengalami dekarboksilasi.
Melakukan proses yang sama dengan tanaman C3 pada siang hari yaitu daur
Calvin. Melakukan proses yang sama dengan tanaman C4 pada malam hari yaitu
daur Hatch dan Slack.

2.4.4.2 Pengertian Fotosinesis

Hubungan antara cahaya matahari dengan tanaman, selalu terdapat


keterkaitan antara sinar matahari dan proses fotosintesis. Fotosintesis merupakan
proses pembuatan makanan yang terjadi pada tumbuhan hijau dengan bantuan
sinar matahari dan enzim-enzim. fotosintesis adalah fungsi utama dari daun
tumbuhan. Proses fotoseintesis ialah proses dimana tumbuhan menyerap
karbondioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan
sebagai makanannya. Tumbuhan menyerap cahaya karena mempunyai pigmen
yang disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan.
Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplast. klorofil menyerap cahaya
yang akan digunakan dalam fotosintesis. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang
disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter
perseginya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang
transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis.

6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2

Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti


selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung
melalui respirasi seluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara
umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler adalah kebalikan dengan
37

persamaan di atas. Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi
dengan oksigen untuk menghasilkan karbondioksida, air, dan energi kimia.

2.4.4.3 Peranan cahaya dalam Kehidupan

Matahari merupakan sumber energi terbesar di alam semesta. Energi


matahari diradiasikan kesegala arah dan hanya sebagian kecil saya yang diterima
oleh bumi. Energi matahari yang dipancarkan ke bumi berupa energi radiasi.
Disebut radiasi dikarenakan aliran energi matahari menuju ke bumi tidak
membutuhkan medium untuk mentransmisikannya. Energi matahari yang jatuh ke
permukaan bumi berbentuk gelombang elektromagentik yang menjalar dengan
kecepatan cahaya. Panjang gelombang radiasi matahari sangat pendek dan
biasanya bagi tumbuhan dan organisme berklorofil, cahaya matahari dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam proses fotosintesis. Dalam proses ini
energi cahaya diperlukan untuk berlangsungnya penyatuan CO₂ dan air untuk
membentuk karbohidrat.
Lebih lanjut, adanya sinar matahari merupakan sumber dari energi yang
menyebabkan tanaman dapat membentuk gula. Tanpa bantuan dari sinar matahari,
tanaman tidak dapat memasak makanan yang diserap oleh tanah, yang
mengakibatkan tanaman menjadi lemah atau mati

2.4.4.4 Proses Tanaman Mendapatkan Energi

Pengaruh unsur cahaya menjadi perhatian serius pada kegiatan budaya


pertanian,. Hal tersebut dikarenakan hampir semua objek agronomi berupa
tanaman hijau yang memiliki kegiatan fotosintesa. Penerapan energi pelengkap
dalam bentuk kerja manusia dan hewan, bahan bakar, mesin, alat-alat pertanian,
pupuk, dan, obat-obatan tidak lain adalah sebagai usaha untuk meningkatkan
proses konversi energi matahari ke dalam bentuk produk tanaman. Oleh tumbuhan
radiasi matahari berupa cahaya tampak ditangkap oleh klorofil pada tanaman
dalam proses yang disebut proses fotosintesis. Hasil fotosintesis menjadikan
bahan utama untuk proses pertumbuhan dan cadangan makanan tanaman.Proses
fotosintesis pada tanaman dilakukan di siang hari dikala matahari menyinari bumi.
38

Dengan menggunakan cahaya matahari tumbuhan mengubah gas karbondioksida


dan unsur-unsur mineral dalam tanah serta air untuk menghasilkan gula (glukosa)
dan oksigen. Proses ini dilakukan oleh zat hijau daun bernama klorofil yang
berada di daun dan dilindungi oleh lapisan lilin untuk mencegah penguapan. Gula
hasil fotosintesis disimpan tumbuhan sebagai cadangan energi, dan oksigen
sebagai hasil sampingannya.
Gula yang telah dibuat kemudian digunakan oleh tumbuhan untuk proses
metabolismenya. Pemanfaatan energi gula oleh tumbuhan memerlukan
serangkaian proses sehingga energi yang ada dalam bentuk gelombang
elektromagnetik tersebut dapat diubah menjadi energi kimia (ATP dan
NADPH) yang dikenal dengan reaksi terang. Hasil reaksi terang ini
(ATP dan NADPH) selanjutnya dapat dimanfaatkan dalam reaksi metabolisme
khususnya reduksi CO.
Seperti telah kita ketahui, reaksi fotosintesis terdiri atas dua tahapan yaitu :
tahapan Reaksi Terang ( disebut juga Reaksi Hill ) dan Reaksi Gelap ( disebut
juga Reaksi Blackman atau siklus Calvin ). Masing-masing tahapan menunjukkan
proses reaksi yang berbeda. Namun keduanya merupakan satu rangkaian reaksi
yang tak terpisahkan dari reaksi fotosintesis. Perbedaan antara reaksi terang
dengan reaksi gelap
2.4.5 Unsur, Senyawa, dan Campuran
2.4.5.1 unsur
Berdasarkan komposisinya, materi yang ada di alam dapat
diklasifikasi menjadi zat tunggal dan campuran. Perhatikan Bagan berikut :
Materi

Zat Tunggal Campuran

Unsur Senyawa Heterogen homogen

Gambar 2.19 klasifikasi materi Koloid Larutan

Suspensi
39

Dari Bagan 2.19, materi di alam dapat dibagi menjadi zat tunggal dan
campuran. Bila kita kaji lebih mendalam lagi, zat tunggal yang ada di alam dapat
dibagi menjadi unsur dan senyawa. Unsur merupakan zat tunggal yang tidak dapat
dibagi lagi menjadi bagian yang lebih sederhana dan akan tetap mempertahankan
karakteristik asli dari unsur tersebut. Sebongkah emas apabila dibagi terus sampai
bagian yang terkecil akan menjadi atom emas. Banyak sekali unsur yang ada di
alam dapat kalian jumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya besi, timah, seng,
tembaga, dan nikel. Sama dengan contoh emas di atas, coba kamu perhatikan
potongan besi bila dibagi lagi menjadi bagian yang terkecil akan tetap menjadi
atom besi. Demikian pula pada timah, seng, tembaga, dan nikel. Dari penjabaran
tersebut, maka kita dapat menyimpulkan bahwa unsur merupakan zat tunggal
yang tidak dapat diubah lagi menjadi zat yang lebih sederhana dengan cara kimia
biasa. Bagian terkecil dari unsur adalah atom.
Para ahi kimia juga menggunakan simbol atau lambang untuk
menunjukkanperbedaan antara unsur kimia yang satu dengan yang lainnya. Ahli
kimia sudah menemukan unsur sejak abad ke-9 dan secara bertahap terus
berkembang sampai abad ke-20. Unsur di alam dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu unsur logam dan non logam. Contoh unsur logam adalah besi, emas, seng
dan contoh unsur non logam adalah karbon, nitogen, dan oksigen. Berikut ini
disajikan beberapa contoh unsure logam dan nonlogam yang dikenal dalam
kehidupan sehari-hari beserta lambangnya.
Tabel 2. 1 unsur logam dan lambangnya
No Nama latin Nama Indonesia Lambang
1. Alimunium Alumunium Al
2. Aurum Emas Au
3. Argentum perak Ag
4. Calcium Kalsium Ca
5. Cuprum Tembaga Cu
6. Ferrum Besi Fe
7. Natrium Natrium Na
40

8. Plunbum Timbal Pb
9. Stannum Timah Sn

Tabel 2.2 unsur bukan logam


No Nama latin Nama Indonesia Lambang
1. oxygen oksigen O
2. Hydrogen Hidrogen H
3. Carbon karbon C
4. sulphur Belerang S
5. phosphorus fosfor P
6. Nitrogen Nitrogen N
7. Iodium iodin I

Nama unsur menggunakan bahasa Latin berdasarkan penemu pertamanya


atau tempat ditemukannya unsur tersebut. Tidak dibedakan penamaan antara
unsur alamiah yang terdapat di alam maupun unsur buatan. Beberapa unsur
menggunakan nama untuk menghormati identitas penemunya ataupun tempat
penemuannya. Simbol unsur dibuat untuk memudahkan dalam penulisan nama
unsur, yaitu dengan cara menyingkatnya. Simbol unsur yang digunakan saat ini
secara Internasional adalah menurut Jons Jacob Berzelius.

2.4.5.2 Senyawa
Kita seringkali menggunakan air, gula, garam, asam cuka, dan beberapa bahan
lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Bahan-bahan tersebut merupakan senyawa.
Sebagaimana diuraikan pada pembahasan tentang unsur, bahwa bagian terkecil dari
sebuah unsur adalah atom. Dua buah atom bergabung melalui reaksi kimia maka akan
membentuk molekul, yaitu bagian terkecil dari suatu senyawa. Dengan demikian, kalian
dapat menjelaskan bahwa sebuah senyawa terdiri atas dua buah unsur atau lebih. Dengan
demikian, suatu senyawa masih dapat diuraikan menjadi unsurunsurnya. Dari uraian
tersebut, dapat dijelaskan bahwa senyawa merupakan zat tunggal yang dapat diuraikan
menjadi dua jenis atau lebih zat yang lebih sederhana dengan cara kimia. Misalnya, air
yang memiliki rumus H2O dapat diuraikan menjadi unsur hidrogen (H2) dan oksigen (O2).
Bagaimana suatu senyawa dapat terbentuk? Senyawa terbentuk melalui proses
pencampuran zat secara kimia, pembakaran atau penguraian (dekomposisi) secara termal
ataupun elektrik. Sifat suatu senyawa akan berbeda dengan unsur-unsur penyusunnya.
Misalnya, sifat air sebagai senyawa akan berbeda dengan gas hydrogen dan oksigen
41

sebagai unsur penyusunnya. Wujud air sebagai cairan, sedangkan hidrogen dan oksigen
dalam temperatur kamar keduanya berwujud gas. Air dapat digunakan untuk
memadamkan api, sedangkan gas hidrogen merupakan zat yang mudah terbakar dan gas
oksigen merupakan zat yang diperlukan dalam pembakaran.

Gambar 2.20 Air dan model molekul air


Sumber: Dok. Kemdikbud

Perhatikan Tabel 2.3 berikut yang menunjukkan beberapa contoh senyawa dan
unsur penyusunnnya.
Tabel 2.3 contoh senyawa sederhana dan unsur penyusunnya
No Senyawa Unsur penyusun
1. Air Hidrogen + Oksigen
2. Garam Dapur (Natrium klorida) Natrium + Klorin
3. Gula tebu (Sukrosa) Karbon + Hidrogen + Oksigen

2.4.5.3 Campuran
42

Contoh beberapa campuran yang sering kita jumpai dalam kehidupan


seharihari adalah susu cokelat, air sungai, udara, batuan, garam beryodium, dan
paduan logam. Kalian mungkin sering menggunakan berbagai jenis campuran,
misalnya ketika memasak, membuat teh manis atau kopi. Campuran adalah suatu
materi yang terdiri atas dua zat lebih dan masih mempunyai sifat zat asalnya.
Selanjutnya untuk lebih memperdalam pemahaman kalian tentang campuran,
lakukan kegiatan berikut ini.

2.4.5.4 Sistem koloid


Perhatikan bahan-bahan seperti mentega, susu, tinta, asap, kabut. Bahan-
bahan tersebut sukar digolongkan sebagai zat padat, cair, atau gas. Dalam ilmu
kimia bahan seperti tersebut dinamakan kiloid. Koloid sudah dikenal sejak ribuan
tahun, tetapi dipelajari secara ilmiah baru di mulai awal abad sembilan belas. Pada
tahun 1907 Ostwald mengemukakan istilah Sistem Dispersi untuk koloid.
Ostwald kemudian menggolongkan sistem koloid atas dasar tiga fase materi yaitu
padat, cair, dan gas. Bayak hubungan antara kehidupan dengan sistem koloid,
misalnya pembentukan delta muara sungai, protoplasma, dan darah. Pada berbagai
indrustri tersebut menggunakan sistem koloid.
Obat-obatan, karet, kosmetika, film, kabut, awan, embun, asap, dan buih
merupakan suatu sietem koloid. Begitu bayak contoh koloid dalam kehidupan
sehari-hari, maka perlu mempelajari dan dipahami sistem koloid ini.

2.4.5.5 Efek Tyndall pada Koloid


Salah satu cara yang termudah untuk mengenali koloid dengan
menjatuhkan seberkas cahaya kepada objek. Larutan sejati akan meneruskan
cahaya, sedangkan sistem koloid akan menghamburkan cahaya. Contoh lainnya
adalah cahaya matahari yang masuk rumah melewati celah akan terlihat jelas. Hal itu
dikarenakan partikel debu yang berukuran koloid akan menghamburkan sinar yang
datang. Sifat penghamburan cahaya oleh sistem koloid ditemukan oleh seorang ahli fisika
Inggris, John Tyndall (1820-1893). Oleh karena itu, sifat ini disebut efek Tyndall. Efek
Tyndall merupakan salah satu hal yang membedakan antara larutan sejati dan sistem
koloid. Air dan minyak zaitun, masing-masing dapat tembus cahaya, tetapi jika keduanya
43

dicampurkan akan terbentuk sistem koloid seperti susu. Campuran ini dapat
menghamburkan cahaya.
Efek Tyndall juga dapat menjelaskan mengapa langit pada siang hari
berwarna biru sedangkan pada saat matahari terbenam, langit di ufuk barat
berwarna jingga atau merah. Hal itu disebabkan oleh penghamburan cahaya
matahari oleh partikel koloid di angkasa dan tidak semua frekuensi dari sinar
matahari dihamburkan dengan intensitas sama. Jika intensitas cahaya yang
dihamburkan berbanding lurus dengan frekuensi, maka pada waktu siang hari
ketika matahari melintas di atas kita frekuensi paling tinggi (warna biru) yang
banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna biru. Sedangkan
ketika matahari terbenam, hamburan frekuensi rendah (warna merah) lebih
banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna jingga atau merah.
Mengapa pada siang hari di dalam rumah cukup terang padahal cahaya matahari
tidak masuk ke dalam rumah?
Siang hari, sinar matahari menyinari bumi dan oleh bumi dipantulkan
kembali sesuai aturan snelius (cahaya yang datang akan dipantulkan dengan sudut
pantul sama dengan sudut datang). Akibat adanya partikel-partikel debu di udara
sekitar rumah, sinar matahari akan dipantulkan oleh partikel debu ke segala arah.
Selain itu, partikel debu bergerak secara acak, memungkinkan sinar matahari
dipantulkan semakin acak. Di dalam rumah yang tidak langsung terkena cahaya
matahari akan terang sebagai dampak dari pantulan cahaya matahari oleh partikel
debu di udara.
Kadang-kadang sangat sukar untuk membedakan larutan sejati dengan
sistem koloid jika hanya dilihat wujud fisisnya saja. Cara yang sederhana untuk
membedakannya, yaitu dengan mengamati pengaruh cahaya yang dilewatkan
pada kedua sistem tersebut. Pada larutan sejati, partikel dalam larutan tidak
menghamburkan cahaya, tetapi pada sistem koloid partikel dalam larutan
menghamburkan cahaya. Peristiwa inin disebut Efek Tyndall. Bagaimanakah
cara mengenali sistem koloid? Salah satu cara yang sangat sederhana adalah
dengan menjatuhkan berkas cahaya pada objek. Larutan sejati meneruskan
cahaya(transparan) sedangkan koloid menghamburkannya. Oleh karena itu,
44

berkas cahaya yang melalui koloid dapat diamati dari arah samping walaupun
partikel koloidnya sendiri tidak tampak. Jika partikel terdispersinya jug kelihatan
maka sisten itu bukan koloid melainkan suspensi.
2.4.5.6 Macam-macam koloid
Berdasarkan affinitas partikel-partikel fase dispersi terhadap medium dispersi,
maka terdapat dua macam sistem koloid:
 Koloid Liofil (suka cairan) : adalah koloid yang memiliki gaya tarik
menarik antara partikel-partikel terdispersi dengan medium pendispersi.
Medium pendispersi dalam liofil sering disebut juga dengan hidrofil.
Partikel koloid juga dapat mengadsorbsi molekul cairan sehingga
terbentuk selubung disekeliling partikel koloid. Keberaadan selubung
inilah yang menyebabkan koloid liofil lebih stabil.
 Koloid Liofob (takut cairan): adalah koloid yang memiliki gaya tarik
menarik yang lemah antara partikel-partikel terdispersi dengan medium
pendispersi. Medium pendispersinya sering disebut dengan hidrofob.
Pertikel-partikel koloid tidak dapat mengadsorbsi pelarutnya sehingga
koloid ini kurang stabil dan dapat dengan mudah terkoagulasikan dengan
penambahan elektrolit.
 Koloid pelindung adalah koloid yang dapat melindung koloid lain agar
tidak terkoagulasikan. Contoh menarik adalah penambahan koloid liofil ke
dalam liofob, dimana koloid liofob terbungkus tidak mengumpul, seperti
pembuatan es krim agar tidak menggumpat ditambahkan gelatin.
Demikian pula halnya dengan cat dan tinta memiliki koloid pelindung agar
tidak mengendap atau menggumpal.

2.4.5. Penggunaan sistem koloid


Penggunaan mengenai koloid dan sifat-sifatnya sangat membantu
manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan pemahaman mengenai
koloid sebagai suatu substansi, berbagai macam koloid yang ada di alam
dapat digunakan secara langsung. Selain itu, dapat juga dengan cara
memisahkan komponen penting dari kloloid yang ada di alam. Kemudian,
bahan-bahan yang tersedia di alam dapat dibuat menjadi sistem koloid
45

yang berguna untuk berbagai macam keperluan. Selain itu, pengetahuan


tentang sifat-sifat koloid dapat dimanfaatkan dalam berbagai hal, misalnya
bidang industri, teknik, pertanian, dan kedokteran. Berbagai peristiwa
yang terjadi dalam kehidupan sehar-hari berdsarkan pengetahuan tentang
Gelombang yang tidak
sifat-sifat koloid.
memerlukan medium dalam
perambatannya

Kimia Biologi

Sistem Koloid
Cahaya Fotosintesis
“efek tyndall’’
Fisika
Membantu membedakan Membantu proses
kegunaannya fotosintesis pada tanaman
larutan sejati dan larutan
suspensi

6H2O +6CO2+cahaya 
Larutan sejati Larutan suspensi
C6H12O6 (glukosa)+ 6O2

Contohnya :

Larutan air dan gula Larutan air dan tepung


Menyebarkan cahaya
terigu

Meneruskan cahaya

Peristiwa efek tyndall dapat kita amati dalam kehidupan sehari-hari. Peristiwa-peristiwa
tersebut adalah sebagai berikut :

1. Penghamburan cahaya matahari di angkasa yang menyebabkan


penghamburab warna pada langit di waktu-waktu tertentu seperti warna
biru pada siang hari dan warna merah atau jingga pada sore atau pagi hari.
2. Sorot lampu proyektor dan asap rokok atau sorot lampu mobil pada malam
hari yang berdebu, berasap, atau berkabut akan terlihat lebih jelas.
3. Pembiasan melalui larutan koloid dalam gelas.
4. Berkas sinar matahari yang menembus pagi hari yang berkabut akan
tampak jelas.
46

2.5 Kerangka Konseptual

Rendahnya hasil belajar fisika siswa disebabkan oleh beberapa faktor,


diantaranya yaitu model pembelajaran yang kurang bervariasi, hanya berpusat
kepada guru (teacher center), ada sebagian guru yang tidak menghubungkan
konsep–konsep materi fisika dengan lingkungan disekitar siswa itu sendiri serta
.bagaimana proses pembelajaran fisika itu sendiri. Proses pembelajaran fisika
yang diterapkan selama ini adalah pembelajaran konvensional, dimana yang
menjadi pusat kegiatan belajar mengajar adalah guru. Guru bertugas untuk
menyampaikan informasi dan fakta-fakta yang diperlukan siswa, sehingga siswa
cenderung sebagai penerima informasi dan hanya menghafal apa yang telah
disampaikan gurunya. Jadi, yang dituntut berperan aktif adalah guru, sedangkan
siswa sedikit sekali memiliki kesempatan untuk bisa mengembangkan potensi
yang ada pada mereka. Hal inilah yang dapat mengakibatkan siswa menjadi tidak
kritis dan berpikir tidak logis.
Masalah tersebut dapat diatasi dengan menerapkan pembelajaran fisika
yang relevan, salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran terpadu
model Webbed. Pembelajaran terpadu model Webbed adalah model pembelajaran
terpadu yang memadukan beberapa konsep dari beberapa mata pelajaran tertentu
kedalam suatu tema umum yang mempunyai cakupan yang luas.
Tema tersebut dikembengkan sub–sub temenya dengan memperhatikan
kaitannya dengan bidang studi yang lain. Dan dari sub–sub tema tersebut
dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan oleh siswa. Siswa diberi
waktu untuk mengamati hal–hal yang berkaitan dengan tema yang dibahas baik
secara langsung atau juga melalui bahan amatan dalam kelas. Dan selanjutnya
siswa dapat menghubungkan tema bahasan yang dipelajarinya dengan beberapa
peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitarnya atau juga dapat melihat informasi
dari beberapa media yang ada. Dari tema dan beberapa kaitannya dengan
peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar siswa memungkinkan siswa untuk
belajar mengamati dan langsung menghubungkannya dengan pelajaran yang siswa
peroleh disekolah.
47

2.6 Hipotesis
Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1) Ho (Hipotesis Nihil)
Tidak ada pengaruh dalam penggunaan model pembelajaran terpadu model
webbed terhadap hasil belajar siswa pada materi cahaya kelas VIII semester II
MTs N 2 Medan T.P 2013/2014.

2) Ha (Hipotesis Alternatif)
Ada pengaruh dalam penggunaan model pembelajaran terpadu model webbed
terhadap hasil belajar siswa pada materi cahaya kelas VIII semester II MTs N 2
Medan T.P 2013/2014.

Anda mungkin juga menyukai