Suka?
Kamu bisa atur sendiri #SedaapPedaasnya.
Tuang 1, Pedas Nikmat atau tuang 2, Pedas
Mie Sedaap Selection Gilaaa
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Kursus Keuangan Daerah Pengarah Editor Kontributor Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Direktur Pembiayaan dan Lebih terperinci
3
Kapasitas Daerah DJPK Direktur Pajak Daerah dan Retribusi Daerah DJPK Direktur Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah DJPK Direktur Dana Perimbangan DJPK Sekretaris DJPK Dr.
Alimuddin Dr. Wildan Sya tri Kepala Sub Direktorat Investasi dan Kapasitas Daerah Dit. PKD DJPK M. Shauqie (Universitas Indonesia) B. Hendra Puranto (Universitas Gadjah Mada) Zulkarnaini Ras
(Universitas Andalas) Wildan Sya tri (Universitas Brawijaya) Alimuddin (Universitas Hasanuddin) Jantje Tinagon (Universitas Sam Ratulangi) Sri Suryanovi (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara) Hera NO SERI. E PERATURAN DAERAH
Susanti (Universitas Indonesia) Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Didukung oleh: Deutsche Gesellschaft fuer Internationale Zusammenarbeit PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E
(GIZ) GmbH Decentralisation as Contribution to Good Governance (DeCGG) Program Fiscal Decentralisation Component Jakarta 2013 iii
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
NO. 11 2008 SERI. E PERATURAN DAERAH
4 Kata Sambutan Kapasitas sumber daya manusia yang handal di seluruh pemerintah daerah merupakan salah satu kunci sukses pengelolaan keuangan daerah yang e sien, transparan, dan
PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN
akuntabel. Dalam rangka meningkatkan kompetensi dan pemahaman para aparat pengelolaan keuangan Daerah dari seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Direktorat Jenderal
2008 TENTANG POKOK-POKOK
Perimbangan Keuangan (DJPK) - Kementerian Keuangan sejak tahun 1981/1982 telah menyelenggarakan Kursus Keuangan Daerah (KKD). Sementara itu, kegiatan Kursus Keuangan Daerah Khusus
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Penatausahaan/Akuntansi Keuangan Daereah (KKDK) diselenggarakan sejak tahun Dalam pelaksanaannya, KKD dan KKDK dikerjasamakan dengan 7 perguruan tinggi negeri (yang selanjutnya
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
dikenal dengan sebutan center of knowledge/center), yaitu: Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Andalas (Unan), Univeristas Hasanuddin (Unhas), Universitas
Brawijaya (UB), Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Pelaksanaan KKD-KKDK terus mengalami penyempurnaan dan updating terutama terkait dengan
kurikulum, satuan acara pembelajaran (SAP), dan modul. Untuk pertama kali, pada tahun 2012, modulmodul kegiatan KKD-KKDK diseragamkan agar setiap lulusan mempunyai pemahaman yang Lebih terperinci
sama atas materi yang diajarkan. Perbaikan kualitas pelaksanaan KKD-KKDK terus dilanjutkan dan pada tahun 2013, DJPK mendapat dukungan dari GIZ untuk melakukan standarisasi Modul KKD-
KKDK sehingga modulmodul tersebut diharapkan dapat memenuhi standar modul internasional. Standarisasi modul ini menghasilkan dua produk utama, yaitu: (i) Materi Pelatihan (handbook) ;
dan (ii) Panduan Bagi Pelatih (trainer guideline) untuk 6 (enam) jenis pelatihan, yaitu Perencanaan Penganggaran, Pendapatan Daerah, Belanja Daerah, Barang Milik Daerah, Penatausahaan PENGANGGARAN PEMERINTAH DAN
Perbendaharaan Daerah dan Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah. Kami mengucapkan terima kasih kepada GIZ yang telah mendukung pelaksanaan standarisasi materi pelatihan dan
panduan bagi pelatih ini sehingga memudahkan bagi para pelatih untuk melaksanakan pelatihan sehingga output dari hasil pelatihan ini memiliki standar yang berkualitas tinggi. Kami
PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penyusun modul, pimpinan dan pengurus center penyelenggara kegiatan KKD-KKDK serta seluruh pihak yang terlibat dalam PENGANGGARAN PEMERINTAH DAN
proses penyusunan standarisasi materi pelatihan KKD-KKDK ini. Diharapkan dengan kehadiran modul yang telah distandarisasi ini akan menjadikan kualitas dari pelaksanaan pelatihan KKD-KKDK PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA DASAR
terjaga dengan baik dan juga memudahkan para pelatih dan penyelenggara dalam melaksanakan pelatihan KKD-KKDK. Dengan demikian, diharapkan pelaksanaan pelatihan KKD-KKDK dapat HUKUM PEMERINTAH PUSAT (APBN) UU 17
berkontribusi pada perbaikan pengelolaan keuangan daerah. Jakarta, Maret 2014 Direktur Pembiayaan dan Kapasitas Daerah Adriansyah iv 2003 PEMERINTAH DAERAH (APBD) UU 17
2003, UU 32 & 33 2004, PP 58 2005,
5 Daftar Isi Kata Sambutan iv Daftar Isi v PENDAHULUAN ix TOPIK 1 KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH Pengantar Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Negara Sistem Perekonomian Negara PERMENDAGRI 13 2006, PERMENDAGRI
Peran Kebijakan skal dalam Perekonomian Pengertian Barang Publik dan Barang Privat Kelembagaan Pengelolaan Keuangan Negara Kelembagaan Perbendaharaan Negara Kelembagaan
Pengelolaan Keuangan Daerah 9 TOPIK 2 DESENTRALISASI FISKAL Pengertian dan Prinsip Dasar Desentralisasi Fiskal Kewenangan Perpajakan Daerah Keleluasaan untuk Belanja Keleluasan (Ruang) Lebih terperinci
Fiskal Daerah Resiko Fiskal Kesinambungan Fiskal (Fiscal Sustainability) 20 TOPIK 3 HUBUNGAN KEWENANGAN PUSAT DAN DAERAH Hubungan Kewenangan Antar Level Pemerintahan Bentuk
Negara dan Kewenangan Antar Tingkat Pemerintah Sekilas Desentralisasi di Negara Kesatuan Republik Indonesia Hubungan Keuangan Antar Level Pemerintahan. 29 TOPIK 4 APBN DAN APBD
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) 39 TOPIK 5 KONSEP PERENCANAAN PEMBANGUNAN De nisi Perencanaan Elemen BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar
Perencanaan Planning Versus Planners Mengapa Mempelajari Teori Perencanaan Penggunaan Teori Perencanaan Mengapa Perencanaan Diperlukan Mengapa Perencanaan Gagal 47 v
Belakang Perkembangan sistem tata
6 TOPIK 6 MEKANISME PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Dokumen Perencanaan 51 TOPIK 7 INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH kelola pemerintahan di Indonesia
Indikator Kinerja Indikator Kinerja Makro dan Mikro Penyusunan Indikator Kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK) Hubungan Indikator Capaian Kinerja RPJMD dengan Renstra SKPD 72 Topik 8
PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS DAN RENCANA KERJA SKPD Penyusunan Rencana Strategis SKPD Proses dan Mekanisme Penyusunan Renstra SKPD Identi kasi Kondisi Umum, Analisis Potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
dan Permasalahan SKPD Perumusan Visi, Misi dan Isu Strategis Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja dan Pendanaan (Pagu) Indikatif Penyusunan Rencana kerja SKPD Analisis Kinerja Perkembangan sistem tata kelola
Pelayanan SKPD Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD Review terhadap Rancangan Awal RKPD Penelaahan Usulan Program dan Kegiatan Masyarakat Pembahasan Rancangan pemerintahan di Indonesia telah melewati
Renja SKPD pada Forum SKPD Veri kasi Rancangan Renja SKPD Hasil Pembahasan pada Forum SKPD 100 Topik 9 STUDI KASUS PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG serangkain proses reformasi sektor publik,
Latar Belakang Landasan Hukum Studi Kasus Deskripsi Studi Kasus Hasil Dari Proses Perencanaan dan Penganggaran Daerah Prosedur Perencanaan Tahunan Daerah Prosedur Penganggaran khususnya reformasi pengelolaan keuangan
Daerah Proses Penentuan Pagu Indikatif Kewilayahan Forum Delegasi Musrenbang Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan dan APBD Pembelajaran dari Studi Kasus daerah
118 Topik 10 KETERKAITAN PERENCANAAN DENGAN PENGANGGARAN SERTA SIKLUS ANGGARAN DAERAH Keterkaitan Perencanaan dan Penganggaran serta Siklus Anggaran Keterkaitan
Perencanaan dan Penganggaran 127 vi Lebih terperinci
Download Avast Free Antivirus 2019 - The World's #1 Antivirus for Free PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA
BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008
Iklan Fast, Light and Easy to Use. Improved Security for Your PC. Download now!
TENTANG POKOK-POKOK
Iklan
Avast PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-
POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Learn more DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a.
bahwa dalam rangka penyelenggaraan
7 10.3. Rencana Kerja Pemerintah Daerah Penyusunan Rancangan APBD Siklus Anggaran Daerah 131 Topik 11 KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH (KPJM) Pengertian Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) Landasan Hukum KPJM Tujuan dan Manfaat KPJM Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Penyusunan KPJM Metode Penyusunan KPJM Penerapan
Konsep KPJM Dalam Penganggaran Daerah 138 Topik 12 ANGGARAN BERBASIS KINERJA Dasar Hukum Anggaran Berbasis Kinerja Pemda Konsep Anggaran Berbasis Kinerja Tujuan Anggaran Lebih terperinci
Berbasis Kinerja Elemen Anggaran Berbasis Kinerja Analisis Standar Belanja Indikator Kinerja Standar Biaya Faktor Kunci Keberhasilan Anggaran Berbasis Kinerja Penyusunan Anggaran Berbasis
Kinerja 147 Topik 13 PENYUSUNAN ANGGARAN BELANJA LANGSUNG DAN BELANJA TIDAK LANGSUNG Pengertian Belanja Daerah Penggunaan Belanja Daerah Belanja Langsung Belanja Tidak
Langsung Penyusunan Anggaran Belanja Daerah Anggaran Belanja Langsung 157 Topik 14 PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SKPD Pengertian dan Landasan Hukum Penyusunan KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN
RKA Pendekatan Penyusunan RKA SKPD Pedoman Penyusunan RKA SKPD RKA SKPD Informasi, Dokumen, dan Formulir RKA Proses Penyusunan RKA 169 Topik 15 PENYUSUNAN DPA SKPD DAN
PPDK SERTA ANGGARAN KAS PEMDA Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pengertian DPA 189 vii
DAERAH
KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN
8 15.3. Penyusunan DPA Penyusunan DPA SKPD Penyusunan DPA PPKD Anggaran Kas Pemda Sumber dan Penggunaan Anggaran Kas Manajemen Kas Daerah 210 Topik 16 KASUS PERENCANAAN DAERAH Oleh : Kepala Badan Pengelolaan
DAN PENGANGGARAN SKPD Deskripsi Kasus 217 TOPIK 17 PINJAMAN DAN OBLIGASI DAERAH Pinjaman Daerah Obligasi Daerah 232 TOPIK 18 DANA CADANGAN Pengantar Pembentukan Dana Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi
Cadangan Sumber dan Penempatan Dana Cadangan Pembentukan Dana Cadangan dalam Praktik Pengelolaan Dana Cadangan Pencairan Dana Cadangan 249 TOPIK 19 INVESTASI DAN Nusa Tenggara Barat TAHUN 2016 DASAR
KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH Dasar Hukum Investasi dan Kerja Sama Pemerintah Daerah De nisi Investasi Bentuk Investasi Daerah Sumber Dana Investasi Daerah Pengelolaan Investasi HUKUM 1. Peraturan Pemerintah Nomor 58
Daerah Kerjasama Pemerintah Daerah 255 TOPIK 20 STUDI KASUS PEMBIAYAAN DAERAH Deskripsi Studi Kasus Analisis Pinjaman Berdasarkan PP 30 Tahun Kesimpulan 276 Referensi 276 LAMPIRAN Tahun 2005 tentang
279 viii
Lebih terperinci
9 PENDAHULUAN A. Abstraksi Modul ini berisi mengenai konsep, teori, penjelasan perundangan serta aspek teknis penyusunan dokumen perencanaan dan Perencanaan dan Pengganggaran
daerah di Indonesia. Modul ini juga memuat berbagai macam dasar dan kondisi kelembagaan negara yang terkait dalam proses perencanaan dan penganggaran. Konsep pembangunan yang
terintegrasi mulai dari perencanaan sampai penganggaran sangat diperlukan oleh aparat pemerintah dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan tupoksi dan aturan LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N
aturan yang telah ditentukan dalam perundangan. Modul ini terdiri dari 4 bab, sebagai topik bahasan dengan 22 sub topik bahasan. Topik disusun secara sitematis dimulai dari konsep dasar dasar
konsep dan loso pengelolaan negara dalam konteks pembangunan masyarakat yang berkelanjutan dan diakhiri pada pengetahuan teknis yang harus dipahami oleh setiap aparat pemerintah. B A N D U N G NOMOR 2 TAHUN 2007
Modul dimulai dengan pendahuluan pada bab pertama berisi abstraksi, latar belakang, tujuan instruksional umum, serta metode pembelajaran yang akan diterapkan dalam pelatihan, sebagai LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N
pengantar dan petunjuk bagai pengguna modul. Bab kedua, membahas hubungan antara pusat dan daerah, meliputi hubungan kewenangan antar tingkat pemerintah, hubungan keuangan antar D U N G NOMOR 2 TAHUN 2007 PERATURAN
tingkat pemerintah, isu desentralisasi scal, struktur dan hubungan antara APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), serta dana DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2
dekonsentrasi, tugas pembantuan, dan dana urusan bersama. Bab kedua adalah dasar penting dan merupakan kerangka acuan bab bab selanjutnya. Pada bab ketiga, dibahas pengertian konsep TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK
dan prinsip perencanaan daerah dan penyusunan dokumen perencanaan. Pembahasan mencakup juga mekanisme perencanaan, indikator kinerja pembangunan dan panduan untuk menyusun PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
rencana pembangunan daerah (Renstra dan Renja SKPD). Pada bagian akhir bab ini menyediakan studi kasus perencanaan pembangunan sebagai bahan pebelajaran keberhasilan dari proses DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
perencanaan daerah. Pengganggaran daerah selanjutnya dibahas pada bab 4. Bab ini adalah kelanjutan dari proses perencanaan. Pada bagian ini pembahasan dimulai dari keterkaitan antara
perencanaan anggaran, kerangka pengeluaran jangka menengah serta penyusunan anggaran belanja. Selanjutnya sub topik penyusuan anggran juga dibahas secara lebih mendalam dan teknis
Lebih terperinci
pada penyusunan anggaran SKPD dan anggaran kas. Bagian ini diakhiri dengan studi kasus penganggaran SKPD sebagai bahan untuk memahami kegiatan penganggaran secara terpadu dan
terperinci. Bab 5 membahas secara khusus mengenai pembiayaan daerah yang meliputi berbagai macam jenis dan sumber pembiayaan yang memungkinkan dan sah bagi daerah. Selain itu upaya
upaya pemerintah untuk menggali sumber dana masyarakat melalui berbagai macam kerja sama juga dibahas dalam sub topik berikutnya. Bahasan topik ini diakhiri dengan studi kasus
pembiayaan sebagai contoh dari pembiayaan daerah. ix PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK
PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK
10 B. Latar Belakang Dinamika permasalahan pembangunan daerah yang semakin cepat menyebabkan tuntutan masyarakat pada pelayanan pemerintah juga semakin besar. Kondisi ini harus ANGGARAN Rencana operasi keuangan,
mendorong pemerintah dalam hal ini aparat daerah untuk terus meningkatkan melayanan melalui peningkatan kemampuan manajemen maupun kemampuan teknis yang lebih baik. Reformasi yang mencakup estimasi pengeluaran yang
pemerintahan dan persaingan antar negara harus menjadi spirit bagi aparat pemerintah untuk terus meningkatkan kemampuan kemampuan. Oleh sebab itu pemahaman mengenai konsep diusulkan, dan sumber pendapatan yang
aturan dan petunjuk teknis perencanaan dan pengganggaran daerah multak diperlukan dengan semakin besarnya tuntutan pada e sisensi dan efekti tas birokrasi. Proses perencanaan dan diharapkan untuk membiayainya dalam
penganggaran pada prakteknya akan melibatkan masyarakat sebagai pemangku kepentingan pembangunan. Terlibatnya masyarakat dalam proses perencanaan akan membantu pemerintah periode waktu tertentu Fungsi
dalam memperoleh informasi dan gagasan yang lebih baik serta sesuai dengan kepentingan masyarakat yang juga merupakan kepentingan pemerintah. Dalam konteks desentralisasi skal,
pemberian kewenangan kepada pemerintah daerah tentunya harus diiringi dengan pemahaman yang sama mengenai sejumlah aturan dan petunjuk pelaksanaan pengelolaan anggaran negara Lebih terperinci
yang transparan dan bertanggung jawab. Pemahaman konsep perencanaan dan penganggaran juga mendorong meningkatnya kemampuan aparatur dalam menjalankan upaya pelayanan
masyarakat yang lebih baik. Pelatihan aparat daerah merupakan salah satu upaya pemerintah untuk terus meningkatkan kualitas abdi negara yang mampu menghadapi segala permasalahan
dalam menjalan tupoksinya. Upaya peningkatan kemampuan ini memerlukan kerja keras semua pihak baik dari mulai dari input proses output. Bahan pelatihan yang sesuai dan mudah dipahami
ditambah dengan proses pelatihan yang baik akan menjamin munculnya abdi negara yang terampil dan tanggap terhadap segala permasalahan dalam mejalani tugasnya. Modul Kursus Keuangan
BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI
Daerah mengenai Perencanaan dan Penganggaran Daerah ini diharapkan menjadi pedoman bagai seluruh aparat yang terlibat dalam pelayanan publik dan menjadi dasar bagi perencanaan dan MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011
penggaran yang lebih baik di Indonesia. Sismatika susunan materi pelatihan diatas disusun secara komphrehensif sehingga kerangka perencanaan dan penganggaran daerah dapat sebagai satu
kesatuan yang saling terkait. Pemahaman yang sama terhadap materi mutlak dilakukan untuk menghindari perbedaan penafsiran yang dapat menjadi kendala bagi segenap aparat untuk
TENTANG MEKANISME TAHUNAN
menjalankan tugas negara sesuai tupoksi masing masing. Kedepan diharapkan modul akan terus diperbarui karena pesatnya perkembangan lingkungan sosial ekonomi maupun lingkungan global 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI
dengan mempertimbangkan kepentingan nasional dan masyarakat. C. Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti dengan menyelesaikan pelatihan peserta diharapkan dapat mengetahui, MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG
memahami dan menguasai konsep, dasar hukum, aplikasi, dan aspek teknis berkaitan dengan perencanaan dan penganggaran daerah. Peserta juga memahami keterkaitan proses perencanaan MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN
dan penyusunan anggaran sebagai satu kesatuan yang utuh. x PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG
BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa
untuk lebih menjamin ketepatan dan
Lebih terperinci
16 Keuangan Negara dan Daerah itu secara tidak langsung pemerintah dapat mempengaruhi distribusi pendapatan dengan kebijaksanaan pengeluaran pemerintah misalnya: bantuan untuk
golongan pendapatan tertentu, menanggung biaya pendidikan dsb. Pada fungsi stabilisasi, digunakan untuk meredam goncangan ekonomi seperti in asi dan pengangguran baik pada jangka Lebih terperinci
pendek maupun jangka panjang. Melalui kebijakan skal pemerintah melakukan intervensi pasar untuk mengendalikan harga maupun masalah lainnya. Dampak kenaikan harga BBM misalnya
adalah meningkatnya biaya operasi perusahaan danpenurunan konsumsi individu dan juga daya beli masyarakat. Selain itu kenaikan biaya produksi akan berdampak pada penurunan
penyerapan tenaga kerja, yang juga menjadi salah satu indikator penting kinerja perekonomian. Pada jangka panjang in asi tinggi akan menurunkan kesejahteraan maka kebijakan menstabilkan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
in asi di daerah juga perlu di lakukan untuk mencegah terjadinya penurunan pertumbuhan. Menurunnya lapangan kerja dan pendapatan akan bisa meningkatkan masalah sosial, sehingga pada BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2,
kebijakan skal untuk masyarakat miskin dan pengangguran diperlukan agar situasi sosial dan perekonomian bisa dikendalikan. Oleh sebab itu regulasi pemerintah akan mendistribusikan dan 2012 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Urusan
mengalokasikan sumber daya sehingga masyakat memiliki akses dan kesempatan yang sama dalam berusaha. Tugas pemerintah yang lain adalah melakukan stabilisasi perekonomian agar Pemerintah. Pelimpahan dan Penugasan.
perekonomian mengalamai pertumbuhan dan pemerataan yang ditandai dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tugas tersebut diemban baik melalui campur tangan tidak langsung Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI
pada variabel kebijakan ekonomi seperti kebijakan moneter untuk mengendalikan in asi maupun kebijakan skal melalui pengaturan subsidi dan perpajakan. Sistem perekonomian yang baik DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
akan ditandai dengan pertumbuhan ekonomi, rendahnya in asi, rendahnya tingkat pengangguran, peningkatan pendapatan masyarakat dan menurunnya kemiskinan. Pada konteks kebijakan NOMOR 69 TAHUN
skal tanda dari perekonomian yang baik diatas memerlukan intervensi aktif baik melalui regulasi yang mendorong kebijakan anggaran yang mendukung pertumbuhan, mengurangi kemiskinan
dan meningkatkan lapangan pekerjaan disertai aturan main yang berkeadilan. Disini prinsip prinsip perencanaan dan penganggaran yang e sien dan efektif sangat diperlukan agar sasaran dari
pembangunan ekonomi dapai dicapai Pengertian Barang Publik dan Barang Privat Perencanaan, penganggaran dan pengelolaan keuangan negara semata mata ditujukan untuk memberikan Lebih terperinci
pelayanan kepada masyarakat melalui penyediaan barang dan jasa yang dikenal sebagai barang publik. Untuk melakukan stabilisasi pemerintah dapat menggunakan kebijakan anggaran melalui
subsidi dan pajak yang akan mempengaruhi pola konsumsi terhadap barang privat dan barang publik. Dengan mengetahui karakter dari komoditi maka pemerintah dapat mengenakan peraturan
tertentu pada barang atau jasa tersebut. Barang publik adalah jenis barang yang dapat dinikmati atau dibutuhkan oleh semua orang. Barang publik dapat digunakan oleh siapa saja dan tidak BUPATI MALANG PROVINSI JAWA
memerlukan biaya. Ketika seseorang menggunakan barang publik maka dia tidak mengurangi akses orang lain pada barang tersebut. Barang publik memiliki karakteristik 1) Non-rivalry yang TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG
berarti bahwa penggunaan konsumsi satu orang terhadap suatu barang tidak mengurangi kesempatan orang lain untuk mengkonsumsi barang tersebut. Manfaat yang diperoleh seseorang dari
konsumsi tersebut tidak mempengaruhi menfaat yang diperoleh orang lain. Sebagai contoh, dalam kondisi normal, sinar matahari, udara, dapat diakses seseorang tanpa mengurangi akses orang NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG
lain. 2) Non-excludable yang berarti tidak ada halangan atau pengecualian bagi 5
BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34
17 Keuangan Negara dan Daerah seseorang untuk mengkonsumsi barang tersebut. Atau setiap orang dapat menikmati meskipun tidak membayarnya. Contohnya pelayanan keamanan (polisi), TAHUN 2017 TENTANG MEKANISME
taman kota, jalan yang dibiayai oleh pembayar pajak dapat diakses atau dikonsumsi oleh semua warga negara. Sedangkan barang privat adalah barang-barang yang memiliki sifat berkebalikan TAHUNAN PENYELENGGARAAN
dengan barang publik. Harga barang privat diperoleh melalui mekanisme pasar, selain itu kepemilikan barang privat biasanya dapat teridenti kasi dengan baik. Eksklusivitas kepemilikan menjadi PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG
faktor pembeda utama barang privat dengan barang publik. Berbeda dengan barang publik, barang barang privat memiliki sifat sifat utama barang privat tentunya berkebalikan sama sekali DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
dengan barang publik yaitu: (1) Rivalrous consumption, dimana konsumsi oleh satu konsumen akan mengurangi kesempatan pihak lain untuk mengkonsumsi barang serupa sehingga ada rivalitas MALANG, Menimbang
diantara konsumen barang ini. (2) Excludable consumption, dimana konsumsi barang dapat yang dibatasi oleh persyaratan tertentu (biasanya harga), dan hanya yang memenuhi syarat yang bisa
mengakses barang tersebut (excludable). Misalnya makanan di restoran hanya dapat dinikmati oleh mereka yang membeli atau membayar. 3) Scarcity/depletability/ nite, yaitu kelangkaan atau
keterbatasan dalam jumlah. Kelangkaan dan ketersediaan dalam jumlah terbatas inilah yang menimbulkan kedua sifat sebelumnya. Barang privat biasanya memang diadakan untuk mencari pro t Lebih terperinci
atau laba. Karena sifat-sifatnya tadi, barang privat dapat menjaga e siensi pasar dalam pengadaannya. E siensi inilah yang menarik minat sektor swasta dan menimbulkan pemahaman bahwa
barang privat adalah barang yang diproduksi oleh sektor swasta. Meskipun begitu, pemerintah pun sebenarnya dapat berlaku sebagai bertindak untuk mengatur maupun mengelola langsung
untuk tujuan tertentu. Dalam beberapa hal sering kali terjadi seseorang bisa mengakses barang publik tanpa ikut membayar atau memberikan kontribusi, sementara ada pihak lain yang PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
membayar atau memberi kontribusi. Mereka yang mengonsumsi tanpa kontribusi inilah yang disebut sebagai free riders yang biasanya muncul pada konsumsi barang non rivalry dan non INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008
excludable. Contoh dari free rider adalah mereka yang menggunakan fasilitas publik yang disediakan oleh masyarakat misalnya jalan dari hasil kerja bakti. Sifat barang non rivalry dan non
excludable menyebabkan barang ini bisa diakses siapapun sementara tak ada seorangpun mau membayar karena banyak pihak yang memanfaatkan maka pemerintah disini berfungsi sebagai TENTANG DEKONSENTRASI DAN
regulator untuk memaksa kelompok pendapatan atau pengguna tertentu untuk membiayai dan menyediakan barang tersebut. Namun demikian pada beberapa produk pihak swasta dapat juga
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
menyediakan dengan mendapatkan keutungan langsung melalui lisensi dari pemerintah, misalnya penyediaan layanan komunikasi, siaran televisi, siaran radio Kelembagaan Pengelolaan
INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 PERATURAN
Keuangan Negara Besarnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan publik dan menciptakan aparat pemerintah yang bersih mendorong pemerintah untuk mengelola keuangan negara.
TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMERINTA
Pengeloaan keuangan yang baik akan menjamin teralokasinya anggaran sesuai dengan kebutuhan perencanaan sehingga tujuan tujuan pembangunan negara dapan dipenuhi. Untuk menjawab
PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN REPUBLIK
tantangan tersebut pemerintah telah melakukan reformasi pengelolaan keuangan negara yang ditandai dengan tiga paket undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu Undang-undang
YANG MAHA ESA Menimbang : PRESIDEN INDONESIA
nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-undang nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk memberikan
NOMOR 7
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. 6
pedoman TAHUN
18 Keuangan Negara dan Daerah Pengelolaan Keuangan pada konteks pemerintahan dimaknai sebagai upaya yang dilakukan oleh seorang pimpinan dalam bidang keuangan untuk
menggunakan fungsi-fungsi manajemen, meliputi perencanaan atau penganggaran, pencatatan, pengeluaran, pengawasan serta pertanggungjawaban (Syarifuddin, 2005). Dijelaskan dalam UU Lebih terperinci
No.17 tahun 2003 Keuangan Negara dide nisikan sebagai semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, e sien, ekonomis,
efektif, transparan, dan bertanggung- jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Oleh sebab itu maka diperlukan suatu hubungan lembaga keuangan negara yang memenuhi PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO
prinsip di atas di digambarkan pada gambar berikut : Gambar 1.1: Hubungan Antar Lembaga Keuangan Negara DIKUASAKAN PRESIDEN PEMEGANG KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO
NEGARA DISERAHKAN Menteri Keuangan Selaku pengelola skal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan Menteri/ Pimpinan Lembaga Selaku pengguna SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA
anggaran/ pengguna barang kementrian negara/ lembaga yang dipimpinnya Gubernur/bupati/ Walikota selaku Kepala Pemda Selaku kepala pemda untuk mengelola keuntungan daerah dan PROBOLINGGO NOMOR 22 TAHUN 2006
mewakili pemda dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan Tidak termasuk kewenangan di bidang moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN
diatur dengan undang-undang Sumber : UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara (diolah) Hubungan antara keuangan negara dan keuangan daerah diuraikan sebagai berikut: 1. Presiden KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT
selaku kepala pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan negara yang merupakan bagian kekuasaan pemerintah; 2. Presiden kemudian menyerahkan kekuasaan tersebut kepada kepala TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,
daerah selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerahnya dan mewakili pemerintah daerah dalam pemilikan kekayaan yang terpisah; 3. Hubungan antara pusat dan Menimbang
daerah menyangkut hubungan pengelolaan pendapatan (revenue) dan tugas pengeluaran (expenditure assignment) baik untuk kepentingan belanja langsung maupun pembangunan daerah
dalam rangka memberikan pelayanan publik yang berkualitas, responsibel dan akuntabel; 4. Konsep hubungan antara pusat dan daerah adalah hubungan administrasi dan hubungan
kewilayahan. Hubungan tersebut diatur melalui kewajiban pemerintah pusat dalam mengalokasikan dana perimbangan kepada pemerintah daerah sehingga semua sumber keuangan pada setiap Lebih terperinci
urusan yang diserahkan ke daerah menjadi sumber keuangan daerah. Keuangan Negara selanjutnya di jabarkan dalam bentuk pelaksanaan program dan kegiatan yang tercantum dalam
APBN/APBD setiap tahunnya. 7
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG
Anyang-anyangan lagi? BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DAN
PENGELOLAAN KEUANGAN
Iklan Seorang wanita beresiko terkena anyang-anyangan berulang kali bahkan hingga… BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BADAN
LAYANAN UMUM DAERAH DAN
PENGELOLAAN KEUANGAN 2.1 Tinjauan
Combiphar Umum Tentang Badan Layanan Umum
Daerah 2.1.1. De nisi dan Dasar Pengaturan
Badan Layanan Umum Daerah Sebelum
Read more
Lebih terperinci
19 Keuangan Negara dan Daerah 1.7. Kelembagaan Perbendaharaan Negara Untuk menerapkan sistem keuangan negara maka diperlukan hubungan lembaga perbendaharaan negara sesuai
dengan prinsip prinsip keuangan negara di atas. Undang-undang Perbendaharaan Negara mengatur hubungan hukum antar institusi dalam lembaga eksekutif di bidang pelaksanaan
Undangundang APBN/Perda APBD. Kekuasaaan atas penegelolaan keuangan negara dilakukan oleh (1) Presiden, (2) Menteri Keuangan, (3) Menteri/Pimpinan Lembaga. Presiden selaku Kepala BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN
Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan yang dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola skal dan Wakil
Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Selanjutnya dikuasakan pula kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37
negara/lembaga yang dipimpinnya dan dteruskan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah TAHUN 2008 TENTANG
dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Gambar 1.2: Hubungan Lembaga Perbendaharaan Negara PEMERINTAH PUSAT PEMERINTAH DAERAH MENTERI KEUANGAN
BENDAHARAWAN UMUM NEGARA MENETAPKAN KEBIJAKAN DAN PEDOMAN PENGELOLAAN BMN (PS. 4) MENTERI/ PIMPINAN LEMBAGA PENGGUNA BARANG PADA KEMENTRIAN LEMBAGA (PS. 6) BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI BUPATI
GUBERNUR/BUPATI/ WALIKOTA SELAKU KEPALA PEMDA - MENETAPKAN PEJABAT PENGELOLA BMD (PS. 5) - MENETAPKAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN BMD (PS. 43) Sumber : UU No 1 tahun 2004 TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TASIKMALAY
tentang Perbendaharan Negara (diolah) Secara teknis menteri Keuangan bertugas antara lain: 1. Menyusun kebijakan skal dan kerangka ekonomi makro. 2. Menyusun rancangan APBN dan TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI PERATURAN
rancangan Perubahan APBN. 3. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran. 4. Melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan. 5. Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang LINGKUNGAN DINAS PENDAPATAN, BUPATI
telah ditetapkan dengan undang-undang. 6. Melaksanakan fungsi bendahara umum negara. 7. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. 8. PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET TASIKMALAY
Melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan skal berdasarkan ketentuan undang-undang. Selain itu menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT
NOMOR 37
kementerian Negara/Lembaga atau pembuat kebijakan juga bertugas: 1. Menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya; 2. Menyusun dokumen pelaksanaan TUHAN TAHUN
anggaran; 8
Lebih terperinci
20 Keuangan Negara dan Daerah 3. Melaksanakan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya; 4. Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan
menyetorkannya ke Kas Negara; 5. Mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya; 6. Mengelola barang milik/kekayaan negara
yang menjadi tanggung jawab kementerian negara / lembaga yang dipimpinnya; 7. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya; 8. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan,
Melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan ketentuan undangundang Kelembagaan Pengelolaan Keuangan Daerah Struktur Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan keuangan merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dalam rangka pengelolaan Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas
keuangan negara dan daerah secara efektif dan e sien melalui tata kelola pemerintahan dan dapat memenuhi pilar utama yaitu transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif, maka ruang lingkup Brawijaya. 4. Prinsip APBD 5. Struktur
dan pelaksana pengelolaan keuangan daerah merupakan hal yang penting dan telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005, Peraturan Menteri Dalam Negri No. 13 tahun 2006,
yang diperbaharui melalui Peraturan Menteri Dalam Negri No. 59 tahun 2007 dan Peraturan Menteri Dalam Negri No. 55 tahun Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan penyelenggaraan OMNIBUS REGULATIONS DR. TJAHJANULIN
pemerintahan daerah adalah juga pemegang kekuasaan dalam pengelolaan keuangan daerah. Selanjutnya kekuasaan tersebut dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah DOMAI, MS Lab. Politik dan Tata
selaku pejabat pengelola keuangan daerah dan dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah di bawah koordinasi Sekretaris Daerah. Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi,
Pemisahan ini akan memberikan kejelasan dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab, terlaksananya mekanisme checks and balances serta untuk mendorong upaya peningkatan Universitas Brawijaya 1. Pendahuluan -
profesionalisme dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan. Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan Pengantar - Tujuan - De nisi 2. dasar Hukum
kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat. Beberapa aspek pelaksanaan pengolaan keuangan daerah yang diatur oleh pemerintah pusat adalah adalah memberikan peran dan 3. Fungsi
tanggung jawab yang lebih besar para pejabat pelaksana anggaran, sistem pengawasan pengeluaran dan sistem pembayaran, manajemen kas dan perencanaan keuangan, pengelolaan piutang
dan utang, pengelolaan investasi, pengelolaan Barang Milik Daerah, larangan penyitaan Uang dan Barang Milik Daerah dan/atau yang dikuasai negara/daerah, penatausahaan dan Lebih terperinci
pertanggungjawaban APBD, serta akuntansi dan pelaporan. Pemerintah juga memperjelas posisi satuan kerja perangkat daerah sebagai instansi pengguna anggaran dan pelaksana program dan
menetapkan posisi Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah sebagai Bendahara Umum Daerah. Dengan demikian, fungsi perbendaharaan akan dipusatkan di Satuan Kerja Pengelola Keuangan
Daerah. 9
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
21 Keuangan Negara dan Daerah Gambar 1.3: Kekuasaan Pengelola Keuangan Daerah PEMERINTAH PUSAT (Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuda) SEKRETARIS DAERAH (Kordinator DAERAH
Pengelolaan Keuda) PENGGUNA ANGGARAN (KEPALA SKPD) PENGGUNA ANGGARAN (KEPALA SKPD) KUASA PA PPTK BENDAHARA PPK-SKPD KUASA BUD Sumber: Permendagri No. 13/2006 (diolah) Panduan Bagi Pelatih PERENCANAAN DAN
Namun demikian untuk menyelesaikan proses pembayaran yang bernilai kecil dengan cepat, harus dibentuk kas kecil unit pengguna anggaran. Pemegang kas kecil harus bertanggung jawab PENGANGGARAN DAERAH KURSUS
mengelola dana yang jumlahnya lebih dibatasi adalah bendahara. Berkaitan dengan sistem pengeluaran dan sistem pembayaran, dalam rangka meningkatkan pertanggungjawaban dan KEUANGAN DAERAH Edisi Tahun 2013
akuntabilitas satuan kerja perangkat daerah serta untuk menghindari pelaksanaan veri kasi (pengurusan administratif) dan penerbitan SPM (pengurusan pembayaran) berada dalam satu Kementerian Keuangan Republik Indonesia
kewenangan tunggal (Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah), fungsi penerbitan SPM dialihkan ke Satuan Kerja Perangkat Daerah. Hal ini diharapkan dapat menyederhanakan seluruh proses Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
pembayaran Pengawasan dan Pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah Sebelum dilaporkan kepada masyarakat melalui DPRD, laporan keuangan perlu diperiksa terlebih dahulu oleh BPK. Fungsi MATERI PELATIHAN PERENCANAAN
pemeriksaan merupakan salah satu fungsi manajemen sehingga tidak dapat dipisahkan dari manajemen keuangan daerah. BPK RI akan melaksanakan pemeriksaan atas laporan keuangan
pemerintah daerah. Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan keuangan ini, BPK sebagai auditor yang independen akan melaksanakan audit sesuai dengan standar audit yang berlaku dan akan
Lebih terperinci
memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Selain pemeriksaan ekstern oleh BPK, juga dapat dilakukan pemeriksaan intern. Pemeriksaan ini pada pemerintah daerah dilaksanakan
oleh Badan Pengawasan Daerah. Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah kepada pemerintah daerah yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri.
Pembinaan meliputi pemberian pedoman, bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan, pelatihan, serta penelitian dan pengembangan. Pemberian pedoman mencakup perencanaan dan
penyusunan APBD, penatausahaan, pertanggungjawaban keuangan daerah, pemantauan dan evaluasi, serta kelembagaan pengelolaan keuangan daerah. Pemberian bimbingan, supervisi, dan TAHUN : 2006 NOMOR : 07
konsultasi mencakup perencanaan dan penyusunan APBD, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban APBD yang dilaksanakan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu, baik secara menyeluruh LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG
kepada seluruh daerah maupun kepada daerah tertentu sesuai dengan kebutuhan. 10 TAHUN : 2006 NOMOR : 07 PERATURAN
DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07
22 Keuangan Negara dan Daerah Gambar 1.4: Pembinaan dan Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah PEMBINAAN Pemberian pedoman, bimbingan, supervise, konsultasi, pendidikan, TAHUN 2006 TENTANG POKOK-POKOK
pelatihan dan pengembangan. PENGAWASAN Lihat juga : PP 79/2005 DPRD Pengendalian Intern Pemeriksaan Ekstern BPK Perda APBD Pengelolaan Keuangan Daerah Pengelolaan Keuangan PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Daerah Sumber: Permendagri No. 13/2006 (diolah) Tugas dan Kewajiban Pengelola Keuangan Daerah Beberapa pemahaman umum mengenai pengelola keuangan daerah antara adalah sebagai DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
berikut: Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan BANDUNG,
daerah. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya. Kuasa Pengguna Anggaran
adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah Lebih terperinci
(PPKD) adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah. Bendahara Umum
Daerah (BUD) adalah PPKD yang bertindak dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah. Kuasa BUD adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan tugas bendahara umum daerah.
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatuprogram sesuai dengan bidang tugasnya. Bendahara
Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka
SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN
pelaksanaan APBD pada SKPD. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang NEGARA DAN PEMERINTAH PUSAT.
untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD. 11
Created By: Ilma Ra ka Andhianty Nur
23 TOPIK 2 DESENTRALISASI FISKAL SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
DAN PEMERINTAH PUSAT Created By: Ilma
24 Desentralisasi Fiskal Deskripsi: Topik ini menjelaskan tentang pengertian dan prinsip dasar desentralisasi skal, kebijakan skal, konsep resiko dan kesinambungan skal disertai dengan Ra ka Andhianty Nur Pratiwi Pengertian
konsekuensi dan kebijakan skal Sub Topik Pendelegasian Kewenangan Pendapatan Kata Kunci Money follow functions,local taxing power, kesenjangan vertikal dan horizontal, Kebijakan Fiskal Keuangan Negara Keuangan Negara adalah
Pemerintah Ruang Fiskal, Kesinambungan Fiskal Referensi: 1. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 3. UU No. 33 Tahun 2004 semua hak dan kewajiban negara yang
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah 4. UU No 15 TAHUN 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. 5. UU dapat dinilai
28/2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah 6. UU No. 12/2008 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 32 Tahun Rondinelli,Denis, 'What is Decentralization? in Decentralization Brie ng Notes,
World Bank Institute, available in 8. Bryant, Coralie and Louise G. White Managing Development in the third World. Boulder, CO: Westview Press. 9. Davey, Kenneth. (2003) Fiscal Decentralization Lebih terperinci
accessed 13 June 2012 < 10. Gie, the Liang, (1968) Pertumbuhan Pemerintahan Daerah di negara republic Indonesia Jilid III, Gunung Jakarta 11. Pelengkap Buku Pegangan Penyelenggaraan
Pemerintahan dan Pembangunan Daerah, Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal di Indonesia, berbagai tahun, dapat di download dari 13
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN
25 Desentralisasi Fiskal 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Desentralisasi Fiskal Desentralisasi diartikan sebagai pelimpahan kewenangan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang
ada dalam wilayahnya. Istilah lain dari desentralisasi adalah otonomi, yang berarti penyelenggaraan urusan sendiri dan menolak intervensi pemerintah pusat untuk semua kewenangan yang
KEUANGAN DAERAH SERTA
sudah diserahkan pada daerah. Istilah otonomi berkonotasi lebih luas dari istilah desentralisasi. Desentralisasi lebih berkonotasi parsial dan otonomi lebih berkonotasi general. Pengertian otonomi KERANGKA PENDANAAN
ataupun desentralisasi akan lebih jelas jika dikaitkan dengan tugas apa yang mestinya diemban pemerintah baik pusat maupun daerah. Sedangkan tugas tugas yang tidak dapat didesentralisaikan
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN
adalah politik luar negeri, pertahanan, dan moneter. Ketiga urusan ini menyangkut entitas suatu negara. Selain ketiga utusan tersebut pada dasarnya dapat dilimpahkan ke daerah. Derajat
KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA
pelimpahan kekuasaan inilah yang menentukan tingkat otonomi daerahnya. Suatu sistem federasi murni menganut prinsip bahwa segala kekuasaan/urusan selain yang tiga di atas adalah urusan
PENDANAAN Keuangan daerah adalah
negara bagian. Namun dalam prakteknya tidak semua urusan pelayanan umum dapat ditangani oleh pemerintah negara bagian karena pemerintah federasi (pusat) keterbatasan keuangan.
semua hak dan kewajiban daerah dalam
Sehingga penyediaan fasilitas umum yang memerlukan investasi besar misalnya jaringan transportasi negara biasanya tetap dilakukan oleh pemerintah federasi. Hal yang tidak mungkin dihindari
rangka penyelenggaraan pemerintahan
adalah melekat kekuasaan atau urusan tertentu pada setiap tingkat pemerintahan, misalnya kekuasaan skal, penguasaan asset, sumber pembiayaan, tugas-tugas pelayanan dan penyediaan
daerah yang dapat dinilai dengan uang,
fasilitas umum. Semua kekuasaan itu harus ada pada setiap tingkat pemerintahan. Tidak dikatakan memiliki otonomi suatu daerah jika dia tidak punya anggaran, aset, dan sumber pembiayaan.
Disinilah nantinya diperlukan suatu kebijakan nasional tentang pembagian sumber pembiayaan agar tidak terjadi tumpang tindih yang akan membebani masyarakat. Pembagian urusan
penyelenggaraan didasarkan pada tuntutan masyarakat daerah terhadap pemerataan hasil-hasil pembangunan. Pembagian urusan didasarkan pada pertimbangan kebutuhan, e siensi, efekti tas Lebih terperinci
dan juga kepentingan nasional. 14
Menunjukkan lagi
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA
PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA
PENDANAAN A. PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH Berkaitan dengan manajemen
keuangan pemerintah daerah, sesuai
dengan amanat UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA NOMOR...
TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG
NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG
KEUANGAN NEGARA DENGAN RAHMAT
TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR...TAHUN... TENTANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG
KEUANGAN NEGARA DENGAN RAHMAT
TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.
bahwa pengelolaan keuangan negara digunakan
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
RENJA [ R E N C A N A K E R J A ] TAHUN
2018 BADAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH
KABUPATENSOLOKSELATAN RENJA [ R E N C
A N A K E R J A ] TAHUN 2018 BADAN
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SOLOK
SELATAN TAHUN 2017 Renja BPKD 2018 Page
1 BAB I P E N D A H U L U
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004
TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG
PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN
RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.
bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004
TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG
PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN
RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.
bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
21 Universitas Indonesia
BAB 3 GAMBARAN UMUM DEPARTEMEN
KEUANGAN DAN BALANCED SCORECARD
TEMA BELANJA NEGARA 3.1. Tugas, Fungsi,
dan Peran Strategis Departemen Keuangan
Republik Indonesia Departemen Keuangan
Republik Indonesia
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
PEMERINTAH KABUPATEN
PROBOLINGGO
1 PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
PROBOLINGGO NOMOR : 09 TAHUN 2008
TENTANG POKOK - POKOK PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT
TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,
Menimbang
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
MENTERI PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN
ANAK REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN
UMUM PENATAUSAHAAN DEKONSENTRASI
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN
PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004
TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG
PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN
RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.
bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci