Anda di halaman 1dari 8

Sinopsis Tesis

Nama : dr. Muhammad Fahriza SA

NPM : 1906336735

Judul : Korelasi Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum Daerah (PPK BLUD) dengan Peningkatan Pelayanan di

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sungai Dareh

Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab

Keuangan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan paket reformasi di bidang pengelolaan

keuangan negara/daerah. Paradigma perubahan yang sangat menonjol adalah

penyusunan pola penganggaran dari pendekatan tradisional ke penganggaran berbasis

kinerja. Anggaran berbasis kinerja lebih menekankan pada proses yang akan

dihasilkan (output), bukan sekedar membiayai masukan (input).

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, khususnya Pasal 68 dan Pasal

69 memfokuskan pada Instansi Pemerintah yang tugas dan fungsinya memberikan

pelayanan kepada masyarakat, diberikan fleksibilitas dalam Pola Pengelolaan

Keuangannya dengan sebutan Badan Layanan Umum. Demikian juga di lingkungan

Pemerintah Daerah, terdapat banyak Perangkat Kerja Daerah yang berpotensi untuk
dikelola lebih efektif melalui Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

tersebut.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah mengamanatkan khususnya dalam pasal 150 yaitu “Pedoman teknis

mengenai pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) diatur

lebih lanjut oleh Menteri Dalam Negeri setelah memperoleh pertimbangan Menteri

Keuangan”. Pada Tahun 2018 ditetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79

Tahun 2018 tentang Badan Layanan Umum Daerah sebagai penguat Permendagri 61

Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pola Pengelolaan Badan Layanan Umum

Daerah Dalam Peraturan Menteri tersebut perangkat kerja daerah di lingkungan

Pemerintah Daerah yang secara langsung melaksanakan tugas operasional pelayanan

publik dapat menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD).

BLUD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau Unit Kerja pada

SKPD di lingkungan pemerintah daerah di Indonesia yang dibentuk untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang/jasa yang

dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya

didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. BLUD merupakan bagian dari

perangkat pemerintah daerah, dengan status hukum tidak terpisah dari pemerintah

daerah.

Berbeda dengan SKPD pada umumnya, pola pengelolaan keuangan BLUD

memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik-praktik bisnis


yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, seperti pengecualian

dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya.

Dalam pengelolaan keuangan, BLUD diberikan fleksibilitas antara lain

berupa: (1) pengelolaan pendapatan dan biaya; (2) pengelolaan kas; (3) pengelolaan

utang; (4) pengelolaan piutang; (5) pengelolaan investasi; (6) pengadaan barang

dan/atau jasa; (7) pengelolaan barang; (8) penyusunan akuntansi, pelaporan dan

pertanggungjawaban; (9) pengelolaan sisa kas di akhir tahun anggaran dan defisit;

(10) kerjasama dengan pihak lain; (11) pengelolaan dana secara langsung; dan (12)

perumusan standar, kebijakan, sistem, dan prosedur pengelolaan keuangan.

Adanya privilese yang diberikan kepada BLUD, karena tuntutan khusus yaitu

untuk meningkatkan kualitas pelayanan dari BLUD. Oleh karena itu, prasyarat

perangkat daerah untuk menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum Daerah (PPK-BLUD) harus dilakukan secara selektif dan obyektif. Layak

tidaknya perangkat daerah menerapkan PPK-BLUD wajib terlebih dahulu dilakukan

penilaian oleh Tim Penilai yang diketuai Sekretaris Daerah yang hasilnya harus

didasarkan pada penilaian obyektif, tidak hanya pemenuhan kelengkapan persyaratan

administratif saja.

Selain dari obyektivitas hasil penilaian tersebut, keberadaan BLUD juga harus

dikendalikan dalam bentuk perjanjian kinerja (contractual performance

agreement) antara Kepala Daerah dengan Pemimpin BLUD. Kepala Daerah

bertanggungjawab atas kebijakan layanan dan pemimpin BLUD bertanggungjawab

untuk menyajikan hasil layanan.


Dengan demikian, penerapan PPK-BLUD diharapkan tidak sekedar

perubahan format belaka, yaitu mengejar remunerasi, fleksibilitas, menghindari

peraturan perundang-undangan dalam pengadaan barang dan jasa, akan tetapi yang

benar adalah, tercapainya peningkatan kualitas pelayanan publik, kinerja keuangan

dan kinerja manfaat bagi masyarakat secara berkesinambungan sejalan dengan salah

satu spirit BLUD yang dikelola berdasarkan “praktik-praktik bisnis yang sehat”.

Penerapan kebijakan untuk menerapkan PPK-BLUD pada hakekatnya merupakan

upaya pemerintah mengoptimalkan penyelenggaraan pemerintahan khususnya di

bidang pelayanan publik. Beberapa dukungan kebijakan terhadap penerapan BLUD

tersebut pada dasarnya sudah cukup memadai. Namun demikian, perkembangan

penerapan PPK- BLUD di unit-unit pelayanan publik masih belum sesuai harapan.

Tentu, ini semua menjadi bahan evaluasi terhadap upaya peningkatan kualitas

pelayanan publik yang secara terus-menerus dilakukan pemerintah/pemerintah daerah

untuk dapat memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan biaya yang murah kepada

seluruh lapisan masyarakat.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) adalah unit kerja atau SKPD pemerintah daerah

yang paling banyak diubah statusnya menjadi BLUD (Badan Layanan Umum

Daerah). Karakter RSUD memang sangat cocok dengan status BLUD, diantaranya 1)

Memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat 2) Menarik bayaran atas jasa

yang diberikannya 3) Memiliki lingkungan persaingan yang berbeda dengan SKPD

biasa 4) Pendapatan yang diperoleh dari jasa yang diberikannya cukup signifikan 5)

Adanya spesialisasi dalam hal keahlian karyawannya.


Dengan adanya fleksibilitas, penerapan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-

BLUD) menjadi salah satu alternatif dalam pengelolaan keuangan yang menarik bagi

beberapa daerah. Namun demikian, dalam perjalanannya untuk menerapkan PPK -

BLUD tidak mudah, dalam implementasinya belum semuanya berjalan optimal. Hal

ini disebabkan adanya kendala, baik di lingkungan internal maupun eksternal RSUD.

Di lingkungan internal, masih terbatasnya kualitas dan kuantitas sumber daya

manusia yang memahami dalam operasional BLUD. Sedangkan di lingkungan

eksternal RSUD, antara lain Kepala Daerah, Ketua/Anggota DPRD, pejabat di

lingkungan Sekretariat Daerah seperti Biro/Bagian Hukum, Biro/Bagian Organisasi,

pejabat di lingkungan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA),

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD), pejabat di lingkungan Inspektorat

Daerah, dan SKPD lain yang terkait dalam penerapan PPK-BLUD, ada yang belum

memahami esensi, makna dan operasional dalam penerapan PPK-BLUD.

Kurangnya pemahaman terkait dengan implementasi BLUD, antara lain

terkait dengan:

BLUD dipersamakan dengan BUMD

Ada pemahaman BLUD dipersamakan dengan BUMD, sehingga setelah menerapkan

PPK-BLUD, APBD langsung dihentikan atau alokasi anggaran dari APBD ke BLUD

hanya untuk belanja pegawai. Pemahaman seperti ini adalah kurang pas. Karena

BLUD hanya instrumen yang diberikan kepada unit-unit pelayanan milik Pemerintah

daerah agar memberi pelayanan kepada masyarakat menjadi optimal. Sehingga,

kewajiban Pemerintah Daerah dalam hal ini APBD masih dimungkinkan, baik untuk
Belanja Pegawai, Belanja Barang/Jasa, maupun Belanja Modal. Namun demikian,

setelah menerapkan PPK-BLUD mestinya peran APBD untuk operasional BLUD

secara persentase makin lama makin turun.

Peran DPRD pada Penerapan PPK-BLUD

Selama ini, banyak yang mempertanyakan, apa peran DPRD pada BLUD? Karena

penetapan SKPD/Unit Kerja pada SKPD untuk menerapkan PPK-BLUD dengan

Keputusan Kepala Daerah, penetapan tarif layanan dengan Peraturan Kepala Daerah.

Peran DPRD apa? Peran DPRD adalah waktu pembahasan Rancangan Peraturan

Daerah tentang APBD, dewan akan melihat dan membahas target kinerja pada RBA

yang akan dicapai dalam satu tahun anggaran itu apa? Demikian juga waktu

membahas laporan pertanggungjawaban APBD, dewan akan melihat tercapai tidak

target-target kinerja yang tercantum dalam RBA? Kalau tidak tercapai dewan dapat

merekomendasi kepada kepala daerah agar: (1) Pejabat Pengelola BLUD diingatkan;

atau (2) kalau perlu pejabat pengelolanya diusulkan untuk diganti. Tetapi jangan

mengusulkan agar BLUD-nya dicabut, karena yang salah adalah pengelolanya bukan

institusinya.

Pengelolaan Sisa Kas di akhir tahun anggaran

Untuk Sisa Kas di akhir tahun anggaran BLUD, apabila pada akhir tahun anggaran

ada Sisa Kas di akhir tahun anggaran pada BLUD, maka Sisa Kas di akhir tahun

anggaran tersebut tidak disetor ke Kas Daerah, akan tetapi dilaporkan ke PPKD yang

merupakan bagian dari SiLPA Pemerintah Daerah, dan dapat digunakan untuk tahun

anggaran berikutnya. Sisa Kas di akhir tahun anggaran dapat disetor ke Kas Daerah
sepanjang ada permintaan Kepala Daerah, dengan mempertimbangkan tidak

mengganggu likuiditas keuangan BLUD dalam memberi pelayanan; dan adanya

kondisi mendesak, kalau tidak segera ditangani akan menimbulkan kerugian yang

lebih besar.

Penggunaan Ambang Batas

BLUD diberikan fleksibilatas dalam pengelolaan keungan berupa pengecualian atas

aturan yang berlaku umum salah satunya dapat belanja dengan pola anggaran

fleksibel dengan ambang batas tertentu namun hal ini masih belum optimal

dilaksanakan dikarenakan belum adanya regulasi yang secara detail mengatur ambang

batas ini sehingga banyak BLUD yang belum berani menerapkannya.

Sehingga banyak pengecualian aturan yang di maksud oleh peraturan yang mendasari

lahirnya BLUD ini tidak diterapkan sehingga flexibilitas yang diinginkan tidak dapat

digunakan semaksimal mungkin. Di RSUD banyak kegiatan atau operasional yang

tidak terencana terjadi di tahun berjalan seperti kerusakan alat kesehatan yang tidak

bisa diperbaiki harus dibeli baru sementara didalam DPA/RBA alat tersebut tidak

mauk dalam perencanaan dapat dibeli langsung sehingga bisa menurunkan kualitas

pelayanan atau bahkan bisa tidak dapat melayani keadaan tertentu. Atau pendapatan

yang meningkat jauh dari target pendapatan sehingga jasa pelayanan juga meningkat

sementara yang dianggarkan sesuai dengan target pendapatan yang mengakibatkan

jasa pelayanan diakhir tahun sering tidak terbayarkan, ini juga berpengaruh terhadap

kualitas pelayanan.
Dari paparan latar belakang diatas saya ingin mengkaji lebih dalam dengan

meneliti korelasi penerapan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah

(PPK BLUD) dengan peningkatan pelayanan di RSUD Sungai Dareh Kab.

Dharmasraya Sumatera Barat, dengan tujuan memahami lebih dalam tentang

penerapan PPK BLUD dan dapat memberi masukkan kepada RSUD Sungai Dareh

dan Pemda Kab. Dharmasraya mudah mudahan dapat meningkatkan pelayanan

RSUD Sungai Dareh serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kab.

Dharmasraya Sumatera Barat.

Anda mungkin juga menyukai