Analisa Pemasaran PT Indofood
Analisa Pemasaran PT Indofood
41155010140023
Hingga saat ini Indomie yang diproduksi PT Indofood Sukses Makmur Tbk masih
menguasai pasar. Dominasinya begitu kuat walaupun sudah terjadi pergeseran. Jika 2002
Indomie menguasai sekitar 90% pangsa pasar mi instan, tahun lalu menurun menjadi
75%. Sisanya yang 25% dikeroyok merek mi instan lainnya.
Kemunduran itu patut diwaspadai. Apalagi baru-baru ini muncul Mie Sedap milik
PT Sayap Mas Utama yang merupakan grup dari kelompok Wings. Meski produk ini baru
diluncurkan pada Mei 2003 dan baru didistribusikan di Pulau Jawa dan Bali, namun
namanya sudah mulai diperbincangkan di kalangan pembeli di warung-warung, bahkan
pasarh swalayan.
Pakar pemasaran Rhenald Kasali mengatakan, manajemen Indomie harus
meningkatkan kewaspadaan karena Mie Sedap melakukan promosi sangat agresif.
‘’Gebrakannya luar biasa, harganya pun di bawah Indomie, ditambah keunggulan-
keunggulan lain. Saya rasa persaingan pasar mi instan akan semakin ketat,'’ katanya
ketika dihubungi Media di Jakarta, baru-baru ini. Ketatnya persaingan produk mi instan
disadari benar oleh manajemen PT Indofood. Sumber yang tidak mau disebut namanya
mengakui bahwa saat ini penguasaan Indofood terhadap pasar mi instan menurun dari
90% menjadi 75%. ‘’Tapi kami tidak diam saja. Saat ini sedang disusun strategi baru,'’
katanya.
Dalam siaran persnya, Dirut & CEO Indofood Eva Riyanti Hutapea mengatakan,
meski terjadi penurunan penguasaan pasar, namun divisi mi instan tetap dapat meraih
kenaikan penjualan sebesar 6,6% menjadi Rp4,5 triliun dibanding Rp4,2 triliun pada
periode yang sama 2002. Kenaikan itu antara lain dipengaruhi lebih tingginya harga jual
rata-rata. Selain itu, hingga saat ini divisi mi instan tetap dapat mempertahankan volume
penjualannya sebesar 7,3 miliar bungkus.
Tentang strategi menghadapi persaingan, Indofood akan menerapkan strategi
Mastering The Present, Pre-empting the Future. Strategi ini antara lain fokus kepada
organic growth, memanfaatkan competitive advantage melalui scale, scope, span, dan
speed. Selain itu akan menjalankan program cost efficiency and cost cutting. Di samping
itu tetap melanjutkan segmentasi para konsumennya dengan memperkenalkan produk-
produk dengan higher price and higher margin.
Berbicara tentang pangsa pasar mi instan, Manager Promosi PT Sayap Mas Utama
Rudy Bonardy mengakui bahwa dominasi Indofood masih sangat kuat. Meski demikian,
Rudy optimistis produk Mie Sedap bisa mengambil bagian. ‘’Di Indonesia bisnis mi
instan sangat menjanjikan. Mie Sedap diluncurkan Mei 2003 dan baru mengeluarkan
empat varian. Untuk sementara distribusi kami baru di Pulau Jawa dan Bali,'’ katanya.
Seberapa besar Mie Sedap bisa mengambil pangsa pasar yang tersedia, Rudy
belum bisa menjawab. ‘’Kami masih pemula. Sedangkan Indofood adalah pemain lama
yang saat ini menguasai 75% pangsa pasar mi instan. Sisanya 25% dikeroyok merek-
merek lain. Tapi saya optimistis, Mie Sedap bisa meraih konsumen melalui strategi
pemasaran dan promosi yang gencar.'’
Strategi awal Mie Sedap, menurut Rudy, antara lain bermain di harga pasaran
yang sangat ekonomis namun bumbu mi yang diberikan kelas premium. Diberlakukan
pula strategi klasik dengan memberi hadiah berupa piring dan gelas. Hal utama lain yang
tidak boleh diabaikan adalah distribusi. Meski masih berkutat di Jawa dan Bali, namun
pendistribusian produk diusahakan merata dari tingkat grosir sampai tim motor yang
menjelajahi warung-warung kecil.
Strategi itu didukung iklan yang cukup gencar, baik tematik, iklan produk,
maupun versi testimoni. Menurut Rudy, ada satu hal yang belum pernah dilakukan oleh
kompetitor. Misalnya, menyuruh orang sebanyak-banyaknya mencoba Mie Sedap yang
dilakukan di mal, tempat wisata, kampus secara gratis. ‘’Dengan cara itu, kami bisa
memperoleh umpan balik langsung berupa kritik, saran, dan pujian,'’ paparnya.
Lebih jauh Rudy mengatakan, dana yang dikeluarkan perusahaan untuk promosi
Mie Sedap cukup besar. ‘’Saya enggan menyebutkan jumlah. Tapi yang jelas cukup
besarlah. Masyarakat dapat menilai sendiri berapa dana yang dikeluarkan untuk iklan di
delapan stasiun televisi, billboard di halte-halte sepanjang Jawa-Bali, belum lagi kegiatan
below the line,'’ tuturnya.
Ditanya tentang permintaan pasar terhadap Mie Sedap, Rudy mengatakan sangat
bagus. Bahkan saat ini produksinya belum bisa memenuhi permintaan pasar. ‘’Masih
banyak barang kosong di toko ataupun variannya tidak lengkap. Padahal, reaksi pasar di
luar dugaan. Perusahaan akan terus berusaha memenuhi permintaan pasar dengan
menambah kapasitas produksi dan distribusi lebih merata lagi,'’ tandasnya.
Di wawancara terpisah, Budianto, Presiden Direktur Sentrafood yang
memproduksi mi instan bermerek Salami, mengatakan meski persaingan ketat, namun
tetap ada peluang bagi pemain baru yang ingin menggarap pasar mi instan.
Salami sendiri, menurut Budianto, terus melakukan inovasi. Baru-baru ini
diluncurkan Salami rasa mi Jawa. ‘’Peluncuran itu sudah melalui riset mendalam. Jadi
tidak asal-asalan. Kami akan terus mengeluarkan produk-produk baru yang belum pernah
ada,'’ kata Budianto. Dia menambahkan, kini produknya mengambil pasar mi instan
kurang dari 10%.
Indofood tak bisa diam terlalu lama melihat agresivitas para pesaingnya.
Belakangan, aktivitas beriklan, varian anyar, hingga kegiatan lini bawah aktif digelar
demi mempertahankan pangsa pasar sekaligus gelar sang pemimpin.
Enam tahun lalu, Indofood masih menjadi penguasa mutlak pasar mie
instant Indonesia. Bayangkan, ketika itu Indofood menguasai sekitar 90% pangsa pasar!
Sebagai dominant market leader, Indofood sempat terlena me-maintain pasarnya
sehingga kesempatan ini dimanfaatkan oleh pendatang baru Mie Sedaap dari WingsFood
dan Mie Kare dari Orang Tua Group.
Persaingan yang ”tiba-tiba” ketat ini menyebabkan Indofood kehilangan
pangsanya. Market share yang mencapai 90% itu pelan-pelan tergerogoti sehingga
sekarang tinggal 70%. Penjualan Indofood tetap naik, namun ada sebagian pasar – bisa
jadi konsumen baru – yang direbut oleh merek baru. Sehingga di pasar yang sebenarnya
tumbuh, pertumbuhan pasar Indofood – karena besarnya – tidak mampu mengimbangi
pertumbuhan pasar secara total. Menyadari hal ini, Indofood ”bangkit” dari tidurnya.
Raksasa mie instant ini mengerahkan seluruh brand-nya untuk bertahan dan
mengembalikan marketshare yang direbut kompetitor.
Indofood sebetulnya pernah bereaksi atas serangan Mie Sedaap dengan
meluncurkan Indomie Kriuk, varian baru Supermi Sedaaap, dan gimmick ”Beli 5 Gratis
1” dalam rentang waktu yang cukup panjang. Reaksi Indofood yang cenderung impulsif
ini dinilai para pengamat kurang strategis, terlalu pragmatis, ”terjebak
permainan challenger”--kesalahan yang sering dilakukan oleh bigbrands.
Tidak mau tersandung di batu yang sama untuk kedua kalinya, tahun ini Indofood
meluncurkan strategi marketing yang lebih komprehensif yang lebih menunjukkan jati
diri Indofood sebagai market leader. Hampir semua brand dalam portfolio-nya
disegarkan kembali dengan kampanye baru maupun peluncuran produk baru. Indomie
disegarkan dengan kampanye ”Selera Nusantara” yang lebih modern. Sarimi lebih
difokuskan untuk membendung produk unggulan Mie Sedaap Soto Ayam—dengan
meluncurkan produk Sarimi Soto Koya yang di-endorse oleh Luna Maya.
Sementara Supermi disegarkan dengan meluncurkan produk baru: mie goreng rasa
soto (GoSo), rasa bawang (GoBang), dan rasa kari (GoKar). Indofood juga menggunakan
Slank untuk meng-endorse Supermi—Supermi tampaknya akan dijadikan brand unggulan
kedua Indofood setelah Indomie yang menyumbang hampir separuh omset divisi noodle
Indofood. Akan halnya Pop Mie, meskipun saat ini bisa dibilang melenggang sendiri
tanpa head oncompetitor, Indofood sudah mengantisipasinya dengan
upaya building brand melalui kampanye dan promosi di kalangan remaja.
Direktur Indofood Taufik Wiraatmadja membantah agresivitas Indofood sebagai
reaksi atau jawaban atas gencarnya program pemasaran kompetitor. ”Kami tidak melihat
kompetitor sebagai musuh. Kami melihat kompetitor sebagai teman dalam usaha
membesarkan pasar mi instant. Masing-masing juga punya satu kesempatan untuk
berinovasi,” kata Taufik diplomatis.
Agresivitas Indofood belakangan ini juga menjadi pembicaraan seru di komunitas
Mix-MarketingClub. Ada yang mengapresiasi, ada yang menilai negatif, ada pula yang
membandingkannya dengan action kompetitor. Seorang marketer yang enggan
mengungkapkan jati dirinya menilai brand concept Mie Sedaap lebih baik. Iklan Mie
Sedaap versi Titi Kamal yang menawarkan pesan ”mie yang bergizi,” katanya, jauh lebih
cerdas dan berkonsep. “Anda bisa bayangkan bagaimana kalau ternyata iklan tersebut
mampu mengubah image bahwa makan mie tidak sehat menjadi positive image. Hanya
dengan menambahkan kata 'bervitamin dan bergizi',” urai BrandMaker, demikian peserta
milis itu menyamarkan jati dirinya.
Padahal, lanjutnya, Indomie juga pernah mengusung tema kampanye ”bergizi”
seperti yang dilakukan Mie Sedaap saat ini. Tapi Indomie tidak me-maintain kampanye
itu. BrandMaker mengkhawatirkan kemiripan target market—yang dipresentasikan oleh
talent iklan Supermi, Pop Mie—akan menyebabkan terjadinya kanibalisme atau ”perang
saudara” antara sesama brand Indofood.
Sementara itu, Harris Pranata Wijaya, pemasar yang turut berkomentar di milis,
beranggapan bahwa langkah Indofood mengepung Mie Sedaap sangat tepat. Menurutnya,
Indofood memiliki kelebihan dibanding Mie Sedaap dalam hal brand portfolio. Indofood
memiliki tiga brand utama, yaitu Indomie, Supermi, dan Sarimi. Pop Mie tidak diitung
karena konsepnya berbeda. Sementara WingFood, hanya memiliki satu brand, Mie
Sedaap.
Harris melihat brand portfolio Indofood dibuat bukan berdasar segmentasi target
market, melainkan berdasarkan segmentasi selera dan harga yang diwujudkan dalam
varian rasa. ”Kanibalisasi pasti akan terjadi. Tapi hasilnya Indofood tetap akan unggul.
Setidaknya, market share-nya tidak akan turun lagi, malah mungkin akan meningkat,”
ujar Harris memprediksi.
Kekhawatiran Indofood terhadap para pesaingnya sangat dimaklumi. Menurut
catatan MIX, pada 2002 Indofood masih menguasai pasar mie sebesar 90%. Begitu Mie
Sedap masuk pada Mei 2003, dengan rasa baru, harga kompetitif, dan promo yang
gebyar, pangsa pasar Indofood mulai goyah. Pada 2006 pangsa pasar Indofood turun,
diperkirakan menjadi sekitar 75%--25% sisanya diperebutkan oleh pesaingnya. Kini
pangsa pasar Indofood tinggal 70%.
Menurut pemantauan MIX di sebuah minimarket di kawasan Depok, Jawa Barat,
Indomie merupakan produk mi instan paling laris (terjual 4-6 karton per hari), diikuti oleh
Mie Sedaap (2-4 karton per hari), Supermi (1 karton), Kare (1 karton), Sarimi (½ karton),
dan Pop Mie (20 pieces per hari). Sedangkan produk baru Supermi GoSo, GoBang, dan
GoKar pada masa penetrasi ini terjual 2 karton sehari. ”Di antara merek-merek tersebut,
hanya Mie Kare yang sampai sekarang masih melakukan promosi ”beli 10 dapat 1
mangkuk,” tutur Haidir, karyawan bagian merchandising minimarket yang dalam sehari
dikunjungi sekitar 500 orang ini.
Indofood memang layak khawatir karena agresivitas pemasaran Mie Sedaap
sangat gencar. Tidak hanya di above the line, di tataran trade marketing pun Mie Sedaap
begitu intense. Ronald Sipahutar, moderator milis Marketing Club, mengamati Mie
Sedaap agresif mengakuisisi warung-warung Indomie siap saji.
Sejatinya, Warung Indomie adalah salah satu channel Indofood yang dibangun
dan dikembangkan sekian lama. Indofood mengajarkan para pengelola warung membuat
Indomie, men-support warung-warung mereka dengan spanduk, sekaligus memonitor
ketersediaan produk Indomie di sana. ”Saat masih tinggal di Jogja, saya masih
menemukan warung-warung dengan sisa spanduk yang kumuh bertuliskan 'Warung
Indomie. Dan saat saya berbicara dengan pemilik warung, dengan bangganya mereka
mengatakan betapa bagusnya support Indomie saat itu,” tutur Ronald.
Namun ketika Ronald menyambangi kembali Warung Indomie langganannya, dia
melihat warung tersebut juga mulai menjual Mie Sedaap—walaupun, hanya beberapa
bungkus. ”Saya juga melihat spanduk biru yang bututnya sudah diganti dengan spanduk
Warung Sedaap yang bagus dan kinclong. Menurut pedagangnya, laku tidak laku Mie
Sedaap-nya, dia diberikan insentif Rp 50 ribu per bulan,” ungkap Ronald mulai
menangkap gejala sebuah aktivitas akuisisi sedang berlangsung. ”Semoga kali ini
Indomie tidak tutup mata dan terlambat bertindak. Kecepatan beraksi dan ketepatan
bertindak adalah cara jitu memukul market leader,” ucap Ronald mengingatkan.
Strategi Pemasaran
Dominasi PT Indofood Sukses Makmur Tbk begitu kuat walaupun sudah terjadi
pergeseran. Tahun 2002 Indomie menguasai sekitar 90% pasar mie instan, tahun lalu
menurun menjadi 75%. Sisanya yang 25% dikeroyok merk mie instan lainnya.
Kemunduran itu patut diwaspadai. Apalagi baru-baru ini muncul produk-produk baru,
seperti mie sedap milik PT Sayap Mas Utama yang merupakan grup dari kelompok
Wings yang diluncurkan pada Mei 2003 dan baru didistribusikan di Pulau Jawa dan Bali,
namun namanya sudah mulai diperbincangkan di kalangan pembeli di warung-warung,
bahkan pasar swalayan.
Ketatnya persaingan produk mi instan disadari benar oleh manajemen PT
Indofood. Sumber yang tidak mau disebut namanya mengakui bahwa saat ini penguasaan
Indofood terhadap pasar mi instan menurun dari 90% menjadi 75%. Meski terjadi
penurunan penguasaan pasar, namun divisi mie instan tetap dapat meraih kenaikan
penjualan sebesar 6,6% menjadi Rp4,5 triliun dibanding Rp4,2 triliun pada periode yang
sama 2002. Kenaikan itu antara lain dipengaruhi lebih tingginya harga jual rata-rata.
Selain itu, hingga saat ini divisi mi instan tetap dapat mempertahankan volume
penjualannya sebesar 7,3 miliar bungkus.
Tentang strategi menghadapi persaingan, Indofood akan menerapkan strategi
Mastering The Present, Pre-empting the Future. Strategi ini antara lain fokus kepada
organic growth, memanfaatkan competitive advantage melalui scale, scope, span, dan
speed. Selain itu akan menjalankan program cost efficiency and cost cutting. Di samping
itu tetap melanjutkan segmentasi para konsumennya dengan memperkenalkan produk-
produk dengan higher price and higher margin.
Teori-teori dari Strategi Pemasaran
Promosi
Promosi adalah suatu usaha dari pemasar dalam menginformasikan dan
mempengaruhi orang atau pihak lain sehingga tertarik untuk melakukan transaksi atau
pertukaran produk barang atau jasa yang dipasarkannya.
Tujuan Promosi
1. Menyebarkan informasi produk kepada target pasar potensial
2. Untuk mendapatkan kenaikan penjualan dan profit
3. Untuk mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan
4. Untuk menjaga kestabilan penjualan ketika terjadi persaingan pasar
5. Membedakan serta mengunggulkan produk dibanding produk pesaing
6. Membentuk citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan
Tujuan trnsaksional system pemasaran dalam strategi pemasaran adalah :
- Tingkat konsumsi masyarakat yang maksimum
- Tingkat kepuasan konsumen yang maksimum
- Tingkat pilihan konsumen yang maksimum
- Kualitas hidup konsumen yang maksimum
Aspek pemasaran yang meliputi kegiatan :
- Perencanaaan barang
- Penetapan harga
- Program promosi
- Saluran distribusi
Saluran distribusi
Pendistribusia adalah kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar serta
mempermudah penyampaian produk dan jasa dari produsen kepada konsumen sehimgga
pengguna sesuai dengan yang di perlukan. Proses pendistribusian yang merupakan
strategi pemasaran :
- Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi pemasaran
- Memperlancar arus saluran pemasaran secara fisik dan non fisik