Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum

Agroklimatologi

ANALISIS KEBUTUHAN AIR TANAMAN DENGAN

SOFTWARE CROPWAT

Nama : Nun Ainun


NIM : G011181069
Kelas : Agroklimatologi D
Kelompok :7
Asisten : Nini Ahyani

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak jaman dahulu manusia sudah memulai untuk memakai dan
mengembangkan sistem irigasi. Agar dapat mempermudah dalam pengairan lahan
pertanian ataupun perkebunan. Apalagi didukung dengan dekatnya wilayah yang
kaya akan air atau daerah yang beriklim dengan curah hujan yang tinggi. Irigasi
adalah suatu sistem untuk mengairi suatu lahan dengan cara membendung sumber
air. Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan
pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat
dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena
tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan
dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun, irigasi juga biasa
dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian
menuangkan pada tanaman satu per satu. Tujuan irigasi ini salah satunya untuk
memasok kebutuhan air pada tanaman.
Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat vital dan dibutuhkan dalam
jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sebanyak 85-90 %
dari bobot segar sel-sel dan jaringan tanaman tinggi adalah air. Fungsi air bagi
tanaman yaitu: Sebagai senyawa pelarut bagi masuknya mineral-mineral dari
larutan tanah ke tanaman, sebagai pelarut mineral-nutrisi yang akan diangkut dari
satu bagian sel ke bagian sel yang lainnya, sebagai media terjadinya reaksi-reaksi
metabolik, sebagai penghasil hidrogen pada proses fotosintesis, untuk menjaga
turdigitas sel dan berperan sebagai tenaga mekanik dalam pembesaran sel, untuk
mengatur mekanisme gerakan tanaman seperti membuka dan menutupnya
stomata, bunga serta melipatnya daun-daun tanaman tertentu. Berperan dalam
perpanjangan sel, dan sebagai bahan metabolisme dan produk akhir respirasi.
Sehingga tumbuhan sangat membutuhkan air dan mineral.
Kebutuhan air tanaman (crop water requirement) sering diistilahkan sebagai
konsumsi air oleh tanaman (water use) didefinisikan sebagai banyaknya air yang
hilang dari areal bervegetasi per satuan waktu yang digunakan untuk proses
evapotranspirasi. Kebutuhan air untuk tanaman dipengaruhi oleh faktor iklim dan
tanah. Faktor iklim seperti radiasi surya, suhu, kecepatan angin, dan kelembaban
udara mempengaruhi proses evaporasi, sedangkan faktor tanah seperti tekstur,
kedalaman air tanah, dan struktur topografi menentukan besarnya infiltrasi,
perkolasi, dan limpasan air. Selain itu karakteristik tanaman seperti jenis,
pertumbuhan dan fase perkembangan tanaman juga berpengaruh terhadap jumlah
air yang dibutuhkan tanaman.
Salah satu aplikasi atau software yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan
air tanaman adalah Sofware Cropwat 8.0 merupakan program komputer untuk
perhitungan kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi berdasarkan data tanah,
iklim dan tanaman. Selain itu, program ini memungkinkan pengembangan jadwal
irigasi untuk kondisi manajemen yang berbeda dan perhitungan pasokan skema air
untuk berbagai pola tanaman. Sofware Cropwat 8.0 juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi praktek-praktek irigasi petani dan untuk menilai kinerja tanaman
yang berhubungan dengan kebutuhan air.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum analisis kebutuhan
air tanaman menggunakan software Cropwat 8.0 untuk menambah wawasan dan
pengetahuan kita mengenai analisis kebutuhan air tanaman yang berhubungan
dengan dunia pertanian.

1.2 Tujuan Dan Kegunaan


Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui kebutuhan air
pada tanaman dalam penggunaan aplikasi Cropwat, untuk menentukan tanaman
yang optimal di tanam berdasarkan pengklasifikasian iklim, dan untuk mengetahui
pengaruh iklim terhadap pola tanam.
Kegunaan dari praktikum ini adalah sebagai sumber pengetahuan dan referensi
dalam penentuan kebutuhan air pada tanaman, tanaman yang optimal ditanam
berdasarkan iklim, dan menambah wawasan mengenai pengaruh iklim terhadap
pola tanam dalam dunia pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tembakau (Nicotiana tabacum)


Tembakau merupakan tanaman perkebunan unggul yang mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi dan sudah lama diusahakan oleh petani tembakau di Jawa
Tengah. Tanaman tembakau berperan penting bagi perekonomian Indonesia,
terutama dalam penyediaan lapangan pekerjaan, sumber pendapatan bagi petani
dan sumber devisa bagi negara disamping mendorong berkembangnya agribisnis
tembakau dan agroindustri (Pratiwi,2018).
Tembakau memiliki jenis tanah yang berbeda, umumnya tembakau ditanam
pada tanah sedimenter dan tanah alluvial yang endapannya mengandung bahan
drastic. Tanah harus 6 memiliki pH yang berkisar 5,5 - 6,5. Tembakau yang
ditanam di dataran rendah memerlukan ketinggian 50 hingga 550 m dpl dengan
curah hujan 2000 mm/tahun. Tembakau yang ditanam di dataran tinggi
memerlukan ketinggian 1000 – 1500 m dpl dengan curah hujan sekitar 1500 –
3500 mm/tahun. Struktur tanah yang baik untuk tanaman tembakau adalah tanah
yang berstuktur gembur karena tanah ini memudahkan pertumbuhan dan
perkembangan perakaran tanaman, meningkatkan peredaran udara di dalam tanah
sehingga dapat mencegah air yang menggenang (Pratiwi,2018).
2.2 Kebutuhan Air Tanaman
Kebutuhan air tanaman (crop water requirement) sering diistilahkan sebagai
konsumsi air oleh tanaman (water use) didefinisikan sebagai banyaknya air yang
hilang dari areal bervegetasi per satuan waktu yang digunakan untuk proses
evapotranspirasi. Kebutuhan air untuk tanaman dipengaruhi oleh faktor iklim dan
tanah. Faktor iklim seperti radiasi surya, suhu, kecepatan angin, dan kelembaban
udara mempengaruhi proses evaporasi, sedangkan faktor tanah seperti tekstur,
kedalaman air tanah, dan struktur topografi menentukan besarnya infiltrasi,
perkolasi, dan limpasan air. Selain itu karakteristik tanaman seperti jenis,
pertumbuhan dan fase perkembangan tanaman juga berpengaruh terhadap jumlah
air yang dibutuhkan tanaman (Djufry, 2006).
Air mengalir dalam aliran yang terus menerus melalui tanman. Akar dari
tanaman menyerap air dan mineral dari tanah. Air ini kemudian mengalir ke atas
melalui akar dan melalui pembuluh xylem dari batang menuju ke daun. Sebagian
kecil air ini digunakan tanaman untuk berfotosintesis dan aktifitas lainnya.
Sisanya menguap dari permukaan mesofil daun dan berdifusi keluar melalui pori-
pori daun yang disebut stomata. Hilangnya air karena air tersebut menguap dari
bagian udara tanaman disebut transpirasi (Rao, 2006).
Evapotranspirasi merupakan gabungan dua istilah yang menggambarkan
proses fisika transfer air ke dalam atmosfer, yakni evaporasi air dari permukaan
tanah dan traspirasi melalui tumbuhan. Evapotranspirasi merupakan komponen
penting dalam keseimbangan hidrologi. Di lingkungan terestrial, evapotranspirasi
merupakan komponen tunggal terbesar siklus air. Sehingga, pengetahuan tentang
evapotranspirasi sangat penting dalam manejemen sumber daya air, pendugaan
hasil tanaman, dan dalam mempelajari hubungan antara perubahan penggunaan
lahan dan iklim (Usman, 2004).
Kebutuhan air suatu tanaman dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang
diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi tanaman
yang sehat, tumbuhan pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah yang
tidak mempunyai kendala dan mencapai potensi produksi penuh pada kondisi
lingkungan tumbuh tertentu (Djufry, 2006).
Efisiensi penggunaan air (EPA) adalah banyaknya hasil yang didapat per
satuan air yang digunakan untuk mengetahui apakah hasil tanaman dipengaruhi
oleh pasokan air dari tanaman tahan kering mengalami penurunan hasil lebih
rendah ketika terjadi cekaman kekeringan. Satuan efisiensi penggunaan air ini
dinyatakan dalam kilogram bahan kering per meter kubik air (Usman, 2004).
Menurut Usman (2004) Satuan efisiensi penggunaan air ini dapat dapat
ditingkatkan dengan, 1. Mengurangi banyaknya air yang diberikan, 2. Mengurangi
kebocoran-kebocoran saluran irigasi, 3. Meningkatkan produktivitas, 4. Pergiliran
pemberian air, 5. Pemberian air secara terputus.
2.3 Neraca Air
Neraca air merupakan komponen terpenting dalam sistem hidrologi. Secara
sederhana neraca air merupakan sejumlah air hujan yang jatuh ke dalam tanah
dikurangi penguapan dan aliran permukaan. Dengan kata lain neraca air
merupakan hubungan antara aliran air ke dalam tanah yang berupa masukan
(input) dengan luaran air (output) dalam rentang waktu tertentu. Luaran air
(output) bisa dalam bentuk evapotranspirasi aktual dan aliran permukaan. Di sini
faktor yang paling penting untuk menghitung neraca air adalah ketersediaan data
air hujan (precipitation) selain suhu udara, tutupan lahan dan jenis dan kondisi
tanah (soil) di daerah penelitian. Oleh karena itu, membicarakan neraca air tidak
terlepas dari komponen curah hujan, penyinaran matahari, kelembaban, tutupan
lahan, kondisi soil dan batuannya (Hartanto,2017).
Neraca air sebagai perincian tentang semua masukan, keluaran, dan
perubahan simpanan air yang terdapat pada suatu lahan untuk menetapkan jumlah
air yang terkandung di dalam tanah yang menggambarkan perolehan air (surplus
atau defisit) dari waktu ke waktu. Curah hujan bersama evapotranspirasi yang
didukung oleh sifat fisik tanah akan dapat memberikan keterangan penting tentang
jumlah air yang dapat diperoleh (Anugrah, 2017).
Perhitungan neraca air memungkinkan untuk mengevaluasi dinamika air
tanah dan penggunaan air oleh tanaman secara kuantitatif dan menghitung
ketersediaan air secara spasial pada suatu wilayah tertentu atau wilayah yang akan
dijadikan lahan pertanian. Neraca air sangat berhubungan dengan curah hujan,
suhu permukaan dan evapotranspirasi. Dalam perhitungan neraca air lahan, curah
hujan merupakan variabel yang selalu berubah (Anugrah, 2017).
2.4 Cropwat
Dalam era globalisasi sekarang pengetahuan komputerisasi hendaklah
merupakan suatu harga mati yang harus di ketahui oleh mahasiswa.
Perkembangan irigasi juga termasuk didalamnya. Dengan memasukan data
klimatologi seorang sudah bisa mengetahui hampir segala yang dibutuhkan dalam
kegiatan keirigasian.Sebagai mahasiswa yang bergelut di bidang pertanian
khususnya teknik pertanian yang tidak bisa dilepas dari keilmuan irigasi
hendaknya mahasiswa harus menguasai pengaplikasian ilmu komputer maupun
software dalam bidang keirigasian tentu sangat bermanfaat (Anggraeni, 2013).
Perhitungan tentang keirigasian baik mulai dari kebutuhan air irigasi,
kebutuhan air tanaman, dan kebutuhan air suatu lahan selain dapat dihitung
dengan menggunakan software. Oleh karena itu pemahaman yang mendalam
tentang pengaplikasian software dalam kegiatan keirigasian ini sangat
bermanfaaat dan bahkan seharusnya sangat bermanfaat dan bahkan seharusnya
sangat dibutuhkan sebagai mahasiwa teknik pertanian (Anggraeni, 2013).
Sofware yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan air irigasi ini adalah
cropwat. Cropwat dipilih karena penggunaannya cukup mudah dalam
pengoperasian aplikasinya. Cropwat dapat menghitung kebutuhan air irigasi,
kebutuhan air tanaman,dan kebutuhan air lahan.Selain itu cropwat juga dapat
memprediksi tangagal penanaman dan tanggal panen yang baik dari data
klimatalogi tahun sebelumnya (Anggraeni, 2013).
Software Cropwat adalah program komputer yang digunakan untuk
menghitung kebutuhan air tanaman (ETc) serta kebutuhan irigasi serta neraca
lengas tanah. Program ini menggunakan model Food Agriculture Organization
(FAO) Penman-Monteith dalam perhitungan ETo (Evapotranspiration). Cropwat
adalah alat pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Divisi Pengembangan
Tanah dan Air FAO. Cropwat ini merupakan sebuah program komputer untuk
perhitungan kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi berdasarkan data tanah,
iklim dan tanaman. Selain itu, program ini memungkinkan pengembangan jadwal
irigasi untuk kondisi manajemen yang berbeda dan perhitungan penyediaan air
untuk berbagai skema pola tanaman. Cropwat juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi praktek-praktek irigasi petani dan untuk menilai kinerja tanaman di
bawah kedua kondisi tadah hujan dan irigasi (Anggraeni, 2013).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Analisis Kebutuhan Air Tanaman dengan Sotware Cropwat ini
dilakukan di Laboratorium Ekofisiologi dan Nutrisi, Jurusan Agronomi, Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin. Kamis, 25 April 2019 pukul 9.50 WITA
sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Pada Praktikum Analisis Kebutuhan Air Tanaman ini digunakan bahan
berupa data iklim yang diperoleh dari instansi pengelolah data iklim. Adapun alat
yang digunakan adalah laptop, aplikasi excel, cropwat, dan alat tulis menulis.

3.3 Prosedur Kerja


Metode pelaksanaannya praktikum analisis kebutuhan air tanaman yaitu:
1. Menginput data iklim daerah yang telah ditentukan (Kabupaten Sidrap)
tahun 2003-2014 ke dalam microsoft excel.
2. Mengolah data iklim yang telah terinput menjadi beberapa bagian seperti
suhu max, suhu min, kelembaban, lama penyinaran, kecepatan angin, dan
curah hujan.
3. Menginput data ke software Cropwat 8.0
4. Mengisi tabel climate dan data iklim yang telah diolah
5. Mengisi tabel rain dari data iklim yang telah diolah
6. Menentukan jenis tanah yang terdapat pada Kabupaten Sidrap pada kolom
soil
7. Menentukan jenis tanaman yang akan ditanam di Kabupaten Sidrap
8. Menentukan jadwal penanaman kemudian program akan memperlihatkan
tanggal panen waktu-waktu dimana tanaman membutuhkan air dan berapa
jumlah kebutuhan air tanaman
9. Melihat data chart yang diolah oleh aplikasi cropwat
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni. 2013. Prospek Anggur di Indonesia: Potensi, peluang dan tantangan


pengembangan agribisnis. Risalah Simposium Prospek Tanaman Anggur
untuk Pengembangan Agroindustri, 17−18 Januari 1995.Jurnal Edisi
KhususBalai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
No. 4-1996: 25−38
Anugrah, Jaka.2017.Analisi Neraca Air Lahan untuk Tnaman Padi dan Jagung di
Kota Bengkulu. Jurnal Ilmu Lingkungan. Program Studi Lingkungan
Sekolah Pascasarjan UNDIP. Vol.15.No.2
Djufry, Fadjry. 2006. Respons tanaman jarak (Richinus communisL.) Pada
Kondisi Cekaman Air. Jurnal Agrivigor 5 : 98-107.
Hartanto,Priyo.2017. Perhitungan Neraca Air Das Cidanau Menggunakan Metode
Thronthwaite. Jurnal Geologi dan Pertambangan. Pusar Penelitian
Geoteknologi LIPI. Vol 27. No.2
Pratiwi, Ina, Dias Gustomo, Zaenal Kusuma.2018.Aplikasi Kompos Vinasse dan
Bakteri Endofit Untuk Memeperbaiki Serapan Nitrogen dan Pertumbuhan
Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L). Jurnal Tanah dan Sumberdaya
Lahan. Malang : Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang
Rao, D. K. and J. J. Kaur. 2006. Biology. Ratna Sagar, Delhi.

Usman. 2004. Analisis Kepekaan Beberapa Metode Pendugaan Evapotranspirasi


Potensial Terhadap Perubahan Iklim.Jurnal Natur Indonesia 6 : 91-9

Anda mungkin juga menyukai