Anda di halaman 1dari 75

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pendahuluan Business Planning

2.1.1. Membangun Mindset Bisnis

Dalam menyusun studi kelayakan bisnis ada 2 faktor yang harus

diperhatikan yakni:

1. Apakah bisnis yang disusun sudah ada sebelumnya.

2. Atau belum sama sekali.

Jika belum ada dan baru akan disusun maka hal yang paling penting

dilakukan adalah membuka mindset bisnis dan mencari peluang bisnis. Di era

globalisasi ini, sudah saatnya bangsa Indonesia memikirkan cara mencari

terobosan dengan menanamkan sedini mungkin tentang nilai-nilai kewirausahaan

terutama bagi kalangan terdidik, terlebih lagi bagi warga perguruan tinggi.

Penanaman nilai-nilai kewirausahaan bagi banyak orang diharapkan bisa

menumbuhkan jiwa kreativitas untuk berbisnis atau berwirausaha sendiri dan

tidak tergantung pada pencarian kerja yang semakin hari ketat persaingannya.

Kreativitas ini sangat dibutuhkan bagi orang yang berjiwa kewirausahaan agar

mampu mengidentifikasi peluang usaha yang kemudian mendayagunakannya

untuk menciptakan peluang usaha baru.

Nilai-nilai kewirausahaan sangat penting bagi orang yang akan memulai

usaha, sehingga pengusaha akan berusaha untuk menciptakan inovasi dalam bisnis

yang dijalankan sehingga produk yang dihasilkan bisa diterima di pasaran sebagai
produk unggulan yang dicari konsumen. Di era global ini, persaingan di antara

sesama pebisnis atau pengusaha sangat ketat dan variatif baik persaingan di skala

lokal, regional, nasional maupun internasional. Maka pebisnis atau perusahaan

menekankan pada inovasi yang penuh kreativitas yang akan bisa bersaing,

bertahan, unggul, dan mempunyai nilai lebih.

Nilai lebih tersebut yaitu wirausaha harus memiliki kemampuan dalam hal

berhubungan dengan masyarakat lainnya (interaksi), kemampuan dalam hal

memasarkan barang, keahlian mengatur, serta sikap terhadap uang. Seseorang

memiliki minat berwirausaha karena adanya suatu motif tertentu, yaitu motif

berprestasi. Motif ini ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk

mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Faktor dasarnya

adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.

Menurut Drucker (1997), kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu

kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Bahkan,

enterpreneurship secara sederhana sering juga diartikan sebagai prinsip

kemampuan wirausaha (Soedjono, 1993; Meredith, 1996; Usman, 1997).

Zimmerrer (1996) menyatakan: kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan

inovasi untuk memecahkan masalah dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang

dihadapi setiap hari. Kewirausahaan adalah merupakan gabungan antara

kreativitas, inovasi, dan keberanian menghadapi risiko yang dilakukan dengan

cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru.

Kreativitas oleh Zimmerer diartikan sebagai kemampuan untuk

mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam


memecahkan persoalan dan menghadapi peluang (creativity is the ability to

develop new ideas and to discover new ways of looking at problems

andopportunities). Sedangkan, inovasi diartikan sebagi kemampuan untuk

menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan dan

peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan (inovation is the ability

to apply creativesolutions to those problems and opportunities to enhance or to

enrich people’s live).

Sedangkan menurut Levitt, kreativitas adalah thinking new things (berpikir

sesuatu yang baru). Sedangkan inovasi adalah doing new things (melakukan

sesuatu yang baru).Keberhasilan wirausaha akan tercapai apabila berpikir dan

melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama yang dilakukan dengan cara

yang baru (thinking and doing new thingsor old thing in new ways).

Dengan munculnya jiwa wirausaha diharapkan akan terbentuk sebuah

mindset (pola pikir) menjadi seorang pengusaha yang mampu menciptakan

lapangan kerja, selain itu diharapkan seseorang akan lebih memahami potensi

dirinya sehingga akan memiliki visi dan masa depan yang lebih baik, lebih cerah,

dan lebih menyenangkan. Dengan memahami potensinya menurut Harefa (2000)

maka akan terbentuk sikap-sikap:

a. Digerakkan oleh ide dan impian.

b. Lebih mengandalkan kreativitas.

c. Menunjukkan keberanian.

d. Percaya pada hoki, tapi lebih percaya pada usaha nyata.

e. Melihat masalah sebagai peluang.


f. Memilih usaha sesuai hobi dan minat.

g. Mulai dengan modal seadanya.

h. Senang mencoba hal baru.

i. Selalu bangkit dari kegagalan.

j. Tak mengandalkan gelar akademis.

2.1.2. Ide Bisnis

Sebuah rencana bisnis bisa datang secara tiba-tiba ide baik melalui

pengamatan maupun pengalaman, bisa juga melalui perencanaan yang matang.

Ide-ide sering sekali muncul dalam bentuk untuk menghasilkan suatu barang dan

jasa baru. Ide itu sendiri bukan peluang dan tidak akan muncul bila wirausaha

tidak mengadakan evaluasi dan pengamatan secara terus-menerus. Banyak ide

yang betul-betul asli, tetapi sebagian besar peluang tercipta ketika wirausaha

memiliki cara pandang baru terhadap ide yang lama. Menurut Suryana (2003)

sumber peluang potensial bisnis dapat digali dengan cara:

A. Menciptakan produk baru yang berbeda

Tahapan-tahapan penting dalam pengembangan produk baru yaitu:

pemunculan ide, pemilihan ide, pengembangan konsep, dan pengujian, strategi

pemasaran, analisa bisnis, pengembangan produk, pengujian pasar,

komersialisasi.

B. Mengamati pintu peluang

Beberapa keadaan yang dapat menciptakan peluang, yaitu:

a. Produk baru harus segera dipasarkan dalam jangka waktu yang relatif

singkat.
b. Kerugian teknik harus rendah.

c. Bila pesaing tidak begitu agresif untuk mengembangkan strategi produknya.

d. Pesaing tidak memiliki teknologi canggih.

e. Pesaing sejak awal tidak memiliki strategi dalam memperhatikan posisi

pasarnya.

f. Perusahaan baru memiliki kemampuan dan sumbersumber untuk

menghasilkan produk barunya.

C. Menganalisis produk dan proses secara mendalam

Analisis ini penting untuk menciptakan peluang yang baik dalam menjalankan

usahanya secara efektif dan efisien antara lain:

a. Menganalisa produk dan jasa yang telah ada dan yang akan ada.

b. Menganalisa daerah pasar yang dapat dilayani secara menguntungkan.

c. Mengakses kebutuhan dan keinginan konsumen yang sekarang maupun yang

potensial dalam berbagai daerah pasar untuk dilayani.

d. Menganalisa kemampuan organisasi untuk melayani permintaan konsumen

pada basis setelah penjualan.

e. Menggerakkan sumber-sumber organisasi untuk memuaskan kebutuhan

konsumen.

f. Menganalisis struktur harga yang sesuai dengan penerimaan konsumen dan

juga menyediakan pengoperasian bisnis yang aktif dalam hal keuntungan

dan penghargaan pada pemilik.


D. Memperhitungkan risiko

Dalam memperhitungkan risiko, ada beberapa hal yang harus diperhatikan

yaitu:

a. Menciptakan nilai untuk pelanggan.

b. Pilih pasar di mana anda dapat melampaui yang lain.

c. Hadirkan target yang terus bergerak pada para pesaing dengan terus menerus

meningkatkan posisi.

d. Mendayagunakan inovasi, kualitas, dan pengurangan biaya.

Ide-ide yang telah kita realisir akan menciptakan peluang bisnis karena

peluang bisnis itu sebenarnya ada di sekitar kita dan banyak sekali macam

bisnis yang bisa diraih. Namun, untuk menangkap peluang bisnis, diperlukan

keberanian, kejelian dan kreativitas bisnis, dan kita harus betul-betul

memahami kebutuhan masyarakat konsumen.

2.1.3. Merencanakan Bisnis

Setelah menciptakan ide bisnis dan menganalisa peluang dan risiko yang

akan muncul maka seseorang akan mengembangkan ide bisnisnya dalam bentuk

yang lebih konkret yaitu perencanaan bisnis. Ada beberapa faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam menyusun rencana bisnis agar bisnis yang dijalankan akan

lebih berhasil.

a. Stakeholders bisnis

Stakeholders adalah orang-orang yang memilki kepentingan utama

dalam bisnis yang meliputi pemilik, karyawan, kreditor, pemasok, dan


pelanggan. Setiap jenis pemegang kepentingan mempunyai peran kritis dalam

setiap usaha.

b. Lingkungan bisnis

1. Lingkungan Ekonomi

Kondisi ekonomi suatu negara akan sangat mempengaruhi kinerja

bisnis dalam suatu negara. Karena kondisi bisnis akan mempengaruhi

penerimaan dan pengeluaran suatu bisnis. Dalam lingkungan ekonomi

beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan terhadap nilai perusahaan adalah

pertumbuhan ekonomi, tingkat suku bunga, dan inflasi.

Gambar 2.1. Faktor Ekonomi yang Mempengaruhi Kinerja Bisnis


Sumber: Madura, Pengantar Bisnis, 2001

a. Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi atau perubahan dalam tingkat umum dari

aktivitas ekonomi. Ketika pertumbuhan ekonomi membaik maka tingkat

pendapatan masyarakat akan lebih membaik, sehingga permintaan masyarakat

terhadap barang dan jasa akan lebih tinggi. Maka perusahaan yang penjual

barang dan jasa penerimaannya akan lebih tinggi. Bandingkan ketika ekonomi

Indonesia terkena krisis, maka daya beli masyarakat menjadi menurun,


akibatnya perusahaan banyak yang tutup pada waktu itu. Alat untuk mengukur

Indikator pertumbuhan ekonomi adalah total produksi dari barang dan jasa

(PDRB) dan jumlah total pengeluaran (agrerat pengeluaran).

b. Inflasi

Inflasi adalah peningkatan harga umum dari barang dan jasa dalam

periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat diestimasi dengan mengukur

persentase perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang memberikan

indikasi harga bermacam produk konsumen. Inflasi dapat mempengaruhi biaya

operasi perusahaan yang menghasilkan produk karena naiknya biaya barang

pasokan dan bahan baku. Gaji juga dapat dipengaruhi oleh inflasi. Tingkat

inflasi yang lebih tinggi akan mengakibatkan lebih tingginya biaya operasi

perusahaan. Penerimaan perusahaan mungkin lebih tinggi selama periode

inflasi tinggi karena banyak perusahaan membebankan harga yang lebih tinggi

kepada konsumen sebagai kompensasi biaya perusahaan yang lebih tinggi.

c. Tingkat suku bunga

Kondisi ini mewakili biaya meminjam uang. Perubahaan dalam tingkat

suku bunga di pasar dapat mempengaruhi biaya bunga perusahaan karena

bunga pinjaman yang diminta oleh bank komersial atau kreditor berdasarkan

tingkat suku bunga pasar. Karena tingkat suku bunga mempengaruhi biaya

pendanaan, maka beberapa proyek yang dipandang layak pada periode suku

bunga rendah, mungkin akan menjadi tidak layak pada periode suku bunga

tinggi. Tingkat suku bunga mempengaruhi penerimaaan perusahaan dan juga

biaya bunga, sebagai ilustrasi seorang pengembang (developer) perumahan


meminta pendanaan kepada bank, pada saat itu suku bunga pinjaman naik

akibatnya biaya pendanaan untuk membeli rumah baru naik, sehingga

permintaan untuk rumah baru menurun dan perusahaan akan mengalami

penurunan bisnis.

2. Lingkungan industri

Selain dipengaruhi oleh kondisi makro bisnis juga dipengaruhi oleh

kondisi ekonomi mikroyang berkaitan dengan kondisi mikro. Dalam

lingkungan industri beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan terhadap nilai

perusahaan adalah permintaan industri, tingkat persaingan industri, dan

peraturan industri.

Gambar 2.2. Karakteristik Industri yang Mempengaruhi Kinerja Bisnis


Sumber: Madura, Pengantar Bisnis, 2001

a. Permintaan industri

Permintaan industri adalah keseluruhan permintaan produk-produk

dalam industri. Setiap permintaan produk dalam industri akan dipengaruhi

faktor-faktor yang berbeda tergantung produknya. Bisa saja permintan industri

dipengaruhi oleh faktor ekonomi, trend, selera, musiman atau sosial politik.
Permintaan industri dapat berubah sewaktu-waktu secara mendadak karena itu

perubahan harus terus memantaunya. Pemantauan secara berkala dapat

dilakukan dengan survei pasar, sehingga preferensi dan selera konsumen akan

lebih bisa diprediksi.

b. Persaingan industri

Setiap industri terdiri dari berbagai perusahaan yang bersaing satu sama

lain. Tingkat persaingan bisa saja skala lokal, nasional, regional ataupun

global. Setiap industri memiliki tingkat persaingan yang berbeda. Ada yang

ketat ada yang tidak tergantung jenis produk, teknologi yang digunakan serta

kebutuhan masyarakat dan bentuk pasar. Hal ini yang mempengaruhi pangsa

pasar tiap-tiap industri. Di dalam persaingan yang ketat perusahan harus benar-

benar mengandalkan inovasi dan keunggulan produk agar dibeli oleh

masyarakat (konsumen) sebaliknya perusahaan dapat menjual harga yang

tinggi dalam jumlah yang besar jika persaingan sedikit, bentuk monopoli atau

trend dan selera masyarakat terhadap produk itu sedang tinggi.

c. Peraturan industri

Agar terjadi persaingan yang sehat antar setiap industri, maka

pemerintah mengeluarkan berbagai regulasi, walaupun berbagai relugasi yang

ada kadangkala malah mendistorsi pasar seperti tata niaga cengkeh (BPPC),

proyek mobil nasional (MOBNAS). Sedangkan berbagai regulasi yang baik

misalnya pemerintah mengeluarkan UU No. 5 Tahun 1999 (Undang-Undang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat).


3. Lingkungan global

Lingkungan global sangat mempengaruhi nilai suatu perusahaan.

Banyak sekali contoh sukses perusahaan karena mampu memanfaatkan potensi

global seperti Coca-cola Company mendapatkan dua pertiga pendapatannya

dari luar Amerika Serikat, atau Nokia yang menyumbang 95% pendapatannya

dari luar Finlandia. Berbagai hal yang mendorong perusahaan untuk

berinvestasi di luar negeri adalah; menarik permintaan asing, kapitalisasi pada

teknologi, penggunaan sumbersumber murah, dan diversifikasi internasional.

a. Menarik permintaan asing.

Permintaan pasar di dalam negeri mungkin sudah jenuh yang

disebabkan berbagai faktor seperti tingkat daya beli yang menurun, tingkat

persaingan yang sangat ketat atau kebutuhan konsumen terhadap produk

tersebut sudah tercukupi. Sedangkan di luar negeri pangsa pasar yang potensial

(potential market) masih terbuka luas. Efek dari globalisasi juga membuat

terbukanya ruang-ruang pasar tanpa batas. Sekarang hampir setiap hari kita

lihat merek-merek raksasa milik asing (foreign big brand) muncul di papan-

papan jalan (bilboard) atau di plaza-plaza, baik yang membuka gerai langsung

maupun franchise.

b. Kapitalisasi teknologi

Berkembang pesatnya teknologi, membuat banyaknya perusahaan

berbasis IT, bahkan di negara-negara yang rendah penggunaan IT-nya, menjadi

lahan bisnis bagi Multi National Corporation untuk membuka bisnis di negara-

negara yang kurang maju.


c. Penggunaan sumber-sumber murah

Bervariasinya biaya tenaga kerja dan penggunaan lahan di berbagai

negara membuat negara-negara dunia ketiga menjadi incaran investasi.

Misalnya negara China dan India menjadi daerah tujuan investasi karena

memliki tenaga kerja yang memiliki skill yang tinggi dan biaya tenaga kerja

yang murah.

d. Diversifikasi internasional.

Untuk mengurangi risiko yang muncul perusahaan dapat melakukan

strategi diversifikasi mulai dari diversifikasi poduk hingga diversifikasi negara.

2.2. Aspek Produk

Schroeder (1993) memberikan penekanan terhadap definisi

kegiatan produksi dan operasi pada 3 hal yaitu:

1. Pengelolaan fungsi organisasi dalam menghasilkan barang dan jasa.

2. Adanya sistem transformasi yang menghasilkan barang dan jasa.

3. Adanya pengambilan keputusan sebagai elemen penting dari manajemen

operasi.

Keputusan yang diambil oleh sebuah organisasi mengenai produk yang

ditawarkan mempunyai dampak penting terhadap kinerja perusahaan. Sebagian

keputusan bisnis mempunyai dampak yang cukup luas, misalnya pilihan

mengenai produk baru dan pengembangan-pengembangan produk. Keputusan-

keputusan seperti ini menyentuh setiap bidang fungsional dan mempengaruhi

segala lapisan organisasi.


Gambar 2.3. Pola Pengambilan Keputusan
Sumber: Madura, Pengantar Bisnis, 2001

Ada empat macam pengambilan keputusan yang sering dihadapi dalam

manajemen operasional yaitu:

1. Peristiwa yang Pasti (Certainty)

2. Peristiwa Tidak Pasti (Uncertainty)

3. Peristiwa dengan Risiko (Under Risk)

4. Peristiwa Akibat Konflik Antarlembaga (Institutional Conflict)

Bola pengambilan keputusan umumnya seperti diuraikan pada gambar di

atas ini. Data yang diolah menjadi informasi merupakan unsur terpenting sebagai

masukan di dalam sistem pengambilan keputusan, selanjutnya disalurkan melalui

prosedur untuk dilakukan peramalan. Hasil dari peramalan yang diperoleh akan

merupakan kumpulan alternatif kemungkinan yang bisa saja terjadi.

Produksi biasanya timbul setelah dilakukan riset atau penelitian terhadap

konsumen, produk apa yang sedang diinginkan konsumen serta sesuai dengan

kebutuhan. Perencanaan dan pengembangan produk pada hakikatnya adalah

meliputi berbagai macam aktivitas marketing dan hal tersebut merupakan sebuah

fungsi yang berorientasi pada konsumen. misalnya Hewlett - Packard (HP)

adalah perusahaan pembuat komputer terbesar pertama yang melaksanakan

strategi bersaing di zaman komputer baru tahun 1990-an. Manajemen perusahaan


ini melaksanakan strategi ganda yakni memperkenalkan perbaikan produk dan

penekanan biaya melalui skala ekonomi. perusahaan ini mempunyai strategi

produk yang telah sukses di pasar komputer yang sangat kompetitif. Perusahaan

yang memproduksi komputer ini tetap memberi kepuasan kepada konsumennya

dengan produk- produk inovatif bermutu tinggi, terus-menerus meningkatkan

citra mereknya yang kuat, dan secara efektif mengelola cara kerja semua lini,

komputer mini, printer, serta perangkat-perangkatnya.

Prestasi HP (Hewlet Packard) sangat mengagumkan jika di lihat dari

persaingan yang begitu hebat serta adanya pemotongan harga dalam industri

komputer dunia pada tahun 1990’an. Pihak manajemen tak putus-putusnya

melaksanakan menawarkan keunggulan nilai maupun keunggulan harga

bagi konsumen. Analisis dalam aspek produksi adalah untuk menilai kesiapan

perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan menilai ketetapan lokasi dan

layout serta kesiagaan mesin yang digunakan. Menurut Kasmir (2003) Tujuan

yang hendak dicapai dalam penilaian aspek produksi adalah:

1. Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat.

2. Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses

produksi yang dipilih, sehingga memberikan efisiensi.

3. Agar perusahaan dapat menentukan teknologi yang tepat dalam

menjalankan produksinya.

4. Agar perusahaan dapat menentukan metode perusahaan yang paling baik.

5. Agar dapat menentukan kualitas tenaga karja yang dibutuhkan sekarang dan di

masa yang akan datang.


Sedangkan menurut Purba (2002) studi aspek produksi dalam studi

kelayakan bisnis dilakukan untuk menjawab pertanyaan: “Apakah proyek mampu

untuk menghasilkan produk setiap tahun sesuai dengan permintaan pasar selama

umur proyek ditinjau dari segi kuantitas, kualitas, kontinuitas, maupun harga “.

A. Perencanaan Produk

Proses produksi menghasilkan produk. Pengusaha haruslah memikirkan

tentang mutu produk yang tergantung dari berbagai aspek termasuk desainnya.

Sebelum merencanakan desain atau mutu produk, kita harus mengetahui atribut

produk yang antara lain adalah: bentuk produk, warna, bungkus, merek, label,

prestise perusahaan, pelayanan perusahaan, dan sebagainya. Atribut produk

tersebut selalu memiliki 2 aspek yaitu atribut yang menunjukan aspek yang

tangible yaitu aspek teknis yang tercermin dalam bentuk fisik produknya dan

aspek intangible yaitu aspek sosial budaya, yang tercermin pada tanggapan

masyarakat tersebut. Dengan memakai produk yang desain atau atribut-atribut

lainnya (bungkus, merek dagang, dan sebagainya) yang menarik bagi si pembeli,

maka dia akan merasa bangga bahkan merasa berada pada status sosial

tertentu. Aspek itulah yang merupakan aspek intangible.

Menurut Gitosudarmo (2001), dalam perencanaan produk yang akan

dihasilkan, perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:

a. Atribut Produk

Atribut yang beraspek teknis (tangible aspect) adalah yang berkaitan

dengan kemampuan teknis dari produk tersebut, misalnya keawetan

sepada motor, enak didengarnya musik, nikmatnya rasa makanan, dan


sebagainya. Aspek non-teknis merupakan aspek yang kasat mata (intangible

aspect) seperti persepsi konsumen yang menggunakan produk tertentu.

b. Posisi Produk

Ini merupakan pandangan konsumen terhadap posisi dari berbagai

produk yang ditawarkan perusahaan kepadanya. Ada produk yang berkenan

dan ada produk yang tidak berkenan dihati konsumen, ini dapat dianalisis

dengan menggunakan “Analisis Posis Produk”. Analisis ini menentukan

atribut utama penentu pemilikan suatu produk dari konsumen. Dalam

menentukan posisi produk, manajemen harus memperhatikan produk-produk

lainnya terutama produk yang potensial. Penentuan posisi produk yang tepat

akan memberikan gambaran tentang kedudukan produk yang

dipasarkannya dalam peta pesaingan dengan produk-produk lainnya, juga

menggambarkan kekuatan dan kelemahan produk dibandingkan dengan

produk pesaingnya.

c. Siklus Kehidupan Produk (Product Life Cycle)

Setiap produk akan masuk dalam jangkauan hidup yang berbeda-beda.

Ada produk yang masanya panjang, ada pula yang sangat pendek. Produk-

produk yang bersifat mode memiliki siklus hidup yang pendek. Jadi daur

hidup produk adalah masa hidup produk mulai dari saat dikeluarkan oleh

perusahaan sampai dengan tidak disenangi lagi oleh konsumen. siklus produk

terbagi menjadi 4 fase, antara lain:


1. Tahap perkenalan

Dalam tahap ini penjualan perusahaan masih sangat lambat, laba

masih rendah bahkan terkadang rugi, karena sangat sulit untuk

memperkenalkan produk baru kepada konsumen. Seringkali produk tersebut

diperkenalkan tetapi tidak banyak masyarakat yang mengetahuinya. Di sini

berarti perusahaan kurang efektif. Efektivitas tahap ini diukur dari banyaknya

masyarakat yang mengenal produk baru tersebut.

2. Tahap pertumbuhan

Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap perkenalan yang

berhasil. Tahap ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Para pemakai awal melakukan pembelian ulang, diikuti dengan

pembelian-pembeli potensial.

b. Tingkat laba tinggi.

c. Harga tetap atau naik sedikit.

d. Biaya promosi tetap atau sedikit naik untuk menghadapi pesaing.

e. Penjualan meningkat secara tajam.

f. Biaya produksi per unit turun.

3. Tahap kedewasaan

Tahap ini menunjukan adanya masa kejenuhan di mana konsumen

sudah mulai bosan, sehingga akan sulit untuk meningkatkan penjualan produk

tersebut. Hal ini tercermin pada garis siklusnya menjadi tidak setajam

sebelumnya.
4. Tahap penurunan

Pada tahap ini masyarakat sudah tidak menyenangi produk tersebut

sehingga penjualan akan merosot tajam. Ada beberapa faktor mengapa

penjualan dalam tahap ini turun:

1. Faktor kemajuan teknologi.

2. Faktor perubahan selera konsumen.

3. Faktor ketatnya persaingan dalam negeri dan atau luar negeri.

d. Portofolio produk

Portofolio produk merupakan keadaan di mana suatu perusahaan

memiliki beberapa macam produk yang dihasilkannya dan dipasarkannya

kepada masyarakat luas. Dalam analisa portofolio ini seluruh produk yang

dipasarkan akan dianalisa secara keseluruhan bersama-sama, sehingga dari

sekian produk yang dipasarkan itu, akan ada produk yang sedang berada pada

posisi tertentu dan yang lain posisinya berbeda lagi.

2.3. Aspek Pemasaran

Keberhasilan kinerja keuangan sering bergantung pada kemampuan pasar

dan pemasaran, operasi, akuntansi, sumber daya manusia dan fungsi lainnya.

Dimasa lalu sebelum ilmu pemasaran berkembang dan dikenal secara luas seperti

saat ini, setiap perusahaan berusaha untuk terlebih dahulu berproduksi

sebanyakbanyaknya, baru kemudian berusaha untuk menjualnya kembali. Dalam

keadaan seperti ini mereka tidak peduli dengan kondisi permintaan yang ada,

sehingga banyak diantara produsen mengalami kegagalan dan bahkan terus

merugi, akibat jumlah produksi tidak sesuai dengan jumlah permintaan. Banyak
perusahaan saat ini telah mengkreasikan posisi Chief Marketing Officer untuk

meletakkan pemasaran dalam posisi yang lebih sejajar dengan eksekutif tingkat

lainnya, seperti CEO dan CFO. Para CEO mengakui pentingnya pemasaran dalam

sebuah perusahaan bisnis. Sebuah survei tentang 10 tantangan terbesar yang

dihadapi para CEO diseluruh dunia pada 147 147 tahun 2016 yang mengungkap

bahwa pada peringkat 5 besar ada pertumbuhan pendapatan yang stabil dan

berkelanjutan dan Loyalitas/retensi pelanggan.

Pencapaian kedua hal tersebut sangat bergantung pada pemasaran.

Namun pemasaran adalah hal yang sukar, dan diarea ini telah menjadi kelemahan

dari banyak perusahaan yang dulu sukses baik perusahaan kecil menengah

maupun perusahaan yang sudah go publik, seperti Sony, Motorola, Levi’s, Kodak,

Xerox dan lain-lain. Para CEO atau manajer perusahaan juga mengetahui

pentingnya pemasaran untuk membangun branding dan basis pelanggan yang

loyal, yang merupakan aset intagible yang membentuk presentasi nilai besar bagi

sebuah perusahaan bisnis. Hal penting juga harus diperhatikan oleh para pemasar

adalah pemerolehan data kondisi pasar yang akan dimasuki, maka pemasar akan

melakukan peramalan beberapa permintaan yang ada dan yang akan datang serta

berapa besar pasar yang harus direbut. Kemudian barulah akan diproduksi sesuai

dengan permintaan yang telah diramalkan. Dalam kaitannya dengan studi

kelayakan suatu usaha atau proyek, aspek pasar dan pemasaran sangat

menentukan hidup matinya suatu perusahaan. Apabila 148 148 aspek pasar tidak

diteliti secara benar, bagaimana prosepeknya dimasa yang akan datang, bukan

mustahil tujuan perusahaan tidak akan pernah tercapai.


2.3.1. Prospek Perusahaan dalam Pemasaran

Pada dasarnya setiap perusahaan harus mampu membaca pasar secara jelas

dan benar terhadapa apa yang akan dipasarkan di masa akan datang. Secara umum

orang-orang pemasaran memasarkan 10 tipe entitas yaitu:

a. Barang, yaitu produk yang berbentuk fisik yang bisa dikonsumsi atau

dimanfaatkan secara terus menerus oleh konsumen. Seperti produk makanan,

baju, HP, Buku dan lain-lain.

b. Jasa, yaitu kegiatan yang bergerak pada usaha pelayanan seperti hotel,

maskapai penerbangan, rental, dokter, dosen dan lain-lain.

c. Acara, yaitu kegiatan yang memberikan suguhan program baik melalui media

media massa maupun online seperti pameran dagang, petunjukkan seni, dan

ulang tahun perusahaan maupun yang lainnya.

d. Pengalaman, yaitu memaduan beberapa jasa dan barang, atau sebuah

perusahaan dapat menciptakan, memaerkan, dan memasarkan pengalaman

seperti Walt Disney World’s Magic Kingdom dalam memberikan izin

pelanggan dalam mengunjungi kerajaan peri, kapal bajak laut, atau rumah

hantu.

e. Memenuhi Harapan dan Keinginan Stakeholder Tujuan ini biasanya lebih

diarahkan untuk memenuhi pihak-pihak tertentu dengan jumlah yang biasanya

terbatas.
2.3.2. Pasar dan Pemasaran

Setiap ada kegiatan pasar selalu diikuti oleh pemasaran dan setiap kegiatan

pemasaran adalah untuk mencari atau menciptakan pasar. Pengertian pasar secara

sederhana dapat diartikan sebagai tempat bertemunya para penjual dan pembeli

untuk melakukan transaksi. Pengertian ini mengandung arti pasar memiliki tempat

atau lokasi tertentu. Namun dalam praktiknya pengertian pasar dapat lebih luas

lagi. Artinya pembeli dan penjual tidak harus bertemu disuatu tempat untuk

melakukan transaksi, tetapi cukup melalui sarana elektronik seperti, faksimili atau

melalui internet. Pengertian lain yang lebih luas tentang pasar adalah himpunan

pembeli nyata dan pembeli potensial atas suatu produk. Pasar nyata maksudnya

adalah himpunan konsumen yang memiliki minat, pendapatan, dan akses pada

suatu produk atau jasa tertentu. Dalam pasar ini konsumen melakukan transaksi,

hal ini disebabkan konsumen didukung dengan minat atau keinginan untuk

membeli serta memiliki pendapatan atau akses. Jika masih merupakan keinginan

dan suatu saat apabila telah memiliki pendapatan dan ada akses merekan akan

membeli, kelompok ini merupakan pasar potensial. Pemasaran adalah

mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. American

Marketingasar dan Pemasaran Association (AMA) adalah suatu fungsi organisasi

dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan

memberikan nilai kepada pelanngan dan untuk mengelola hubungan pelangan

dengan cara yang menguntungkan organisasi dna pemangku kepentingannya

(Kotler, 2013). Sedangkan manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu memilih

pasa sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan


dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan

yang unggul (Kotler, 2013) Pasar juga dapat diartikan pula sebagai mekanisme

yang terjadi antara pembeli dan penjual atau tempat pertemuan antara kekuatan

permintaan dan penawaran. Permintaan adalah jumlah barang yang diminta

konsumen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Faktor-faktor

yang mempengaruhi permintaan suatu barang atau jasa adalah:

a. Harga barang itu sendiri.

b. Harga barang lain yang memiliki hubungan (barang pengganti atau barang

pelengkap).

c. Pendapatan.

d. Selera.

e. Jumlah penduduk/demografi.

f. Faktor khusus (akses).

g. Budaya.

Selanjutnya pengertian penawaran adalah jumlah barang dan atau jasa

yang ditawarkan produsen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu.

Faktorfaktor yang mempengaruhi penawaran suatu barang atau jasa adalah:

a. Harga barang itu sendiri.

b. Harga barang lain yang memiliki hubungan (barang pengganti atau barang

pelengkap).

c. Teknologi.

d. Harga input (ongkos produksi).

e. Tujuan perusahaan.
f. Faktor khusus (akses).

Jumlah permintaan dan penawaran serta jenis barang yang ada di pasar

saat ini dapat dijadikan dasar untuk mengetahui struktur pasar atas produk atau

jasa tersebut. Adapun struktur pasar yang ada bisa dikelompokkan ke dalam yaitu:

a. Pasar persaingan sempurna

Suatu pasar di mana terdapat sejumlah besar penjual dan pembeli,

sehingga tindakan penjual secara individu tidak mempengaruhi hargan barang

dipasar. Produk yang dihasilkan produsen relatif sama (homogen). Dalam pasar

ini setiap produsen adalah pengambil harga (price taker). Promosi tidak begitu

diperlukan dan untuk mencari keuntungan perusahaan harus mampu

menentukan berapa tingkat produksi yang akan dihasilkan.

b. Pasar Persaingan Monopolistik

Suatu pasar di mana terdapat banyak penjual atau perusahaan dan

memiliki ukuran-ukuran yang relatif sama besarnya. Produk yang dihasilka

berbeda corak. Perusahaan mempunyai sedikit kekuatan dalam menentukan

dan mempengaruhin tingkat harga, sehingga untuk memperoleh penjualan yang

tinggi memerlukan promosi yang sangat besar.

c. Pasar Oligopoli

Sebuah struktur pasar yang hanya terdapat sedikit penjual. Barang yang

dihasilkan adalah barang standar dan barang berbeda corak. Hambatan untuk

memasuki industri ini sangat sulit, hal ini disebabkan modal yang diperlukan

relatif besar. Peran iklan sangat dominan untuk meningkatkan penjualannya.


Perusahaan dalam pasar ini jarang bersaing mengenai harga, tetapi bersaing

pada faktor lain seperti kualitas atau desain.

d. Pasar Monopoli

Struktur pasar di mana hanya terdapat satu penjual saja. Barang yang

dihasilkan tidak mempunyai barang pengganti yang mirip. Sangat sulit

memasuki industri ini karna ada nya hambatan penguasaan bahan mentah yang

strategis oleh pihak-pihak tertentu, terdapat skala ekonomi, dan peraturan

pemerintah. Untuk memperoleh kentungan yang maksimal perusahaan harus

mampu menentukan tingkat harga dan jumlah produk yang harus dijual secara

bersamaan.

Pemasaran dapat pula diartikan sebagai upaya untuk menciptakan dan

menjual produk kepada berbagai pihak dengan maksud tertentu. Pemasaran

berusaha menciptakan dan mempertukarkan produk baik barang maupun jasa

kepada konsumen di pasar. Kelompok pasar terdiri dari:

a. Pasar konsumen

b. Pasar industrial

c. Pasar reseller

d. Pasar pemerintah

2.4. Aspek Teknis dan Teknologi

Aspek teknis merupakan lanjutan dari aspek pemasaran. Kegiatan ini

timbul apabila sebuah gagasan usaha/proyek yang direncanakan telah menunjukan

peluang yang cukup cerah dilihat dari segi pemasaran. Penilaian kelayakan

terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum perusahaan dijalankan.


Penentuan kelayakan teknis perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan

dengan teknis/operasi, sehingga apabila tidak dianalisis dengan baik, maka akan

berakibat fatal bagi perusahaan dalam perjalanannya di kemudian hari.Produk

dapat dikatakan layak secara teknis jika produk dapat diterima dan dapat

diproduksi secara massal dengan mudah. Evaluasi kelayakan teknis melihat

kepada kelayakan teknis teknologi yang digunakan. Hal ini berarti bahwa evaluasi

ini melihat kepada apakah teknologi yang digunakan dapat bekerja sesuai desain

dan kapasitas penggunanya.

Secara umum ada beberapa hal yang hendak dicapai dalam penilaian aspek

ini yaitu:

1. Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi pabrik,

gudang, cabang maupun kantor pusat.

2. Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses produksi

yang dipilih, sehingga dapat memberikan efisiensi.

3. Agar perusahaan bisa menentukan teknologi yang paling tepat dalam

menjalankan produksinya.

4. Agar perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang paling baik untuk

dijalankan sesuai dengan bidang usahanya.

5. Agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan di

masa yang akan datang.

Di dalam menyusun studi kelayakan bisnis, aspek teknis perlu

dipertimbangkan dan diperhitungkan secara tepat dan benar karena kesalahan

dalam menentukan aspek ini juga mengakibatkan perusahaan mengalami


kegagalan. Banyak perusahaan yang telah jalan, namun aspek ini masih

merupakan masalah yang memerlukan pemecahan karena kesalahan

memperhitungkan aspek teknis secara tepat dan benar pada saat pendirian usaha,

seperti tidak tepatnya lokasi perusahaan, terbatasnya bahan baku, besarnya ongkos

angkut, tidak cocoknya teknologi yang digunakan, mahalnya biaya tenaga kerja,

dan lain sebagainya.

a. Tujuan aspek teknis/operasi.

Secara umum ada beberapa hal yang hendak dicapai dalam penilaian

aspek teknis/operasi yaitu:

1. Agar perusahaan/dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi

pabrik,gudang, cabang, maupun kantor pusat.

2. Agar perusahaan dapat menentukan loyout yang sesuai dengan proses

produksi yang dipilih, sehingga dapat memberikan efisensi.

3. Agar perusahaan bisa menentukan teknologi yang paling tepat dalam

menjalankan produksinya.

4. Agar perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang paling baik untuk

dijalankan sesuai dengan bidang usahanya.

5. Agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan

dimasa yang akan datang.

b. Penentuan lokasi usaha

Secara umum pertimbangan dalam menentukan letak suatu lokasi

adalah sebagai berikut :

1. Jenis usaha yang dijalankan


2. Apa dekat dengan pasar atau konsumen

3. Dengan bahan baku

4. Tersedia tenaga kerja

5. Tersedia sarana dan prasarana (transportasi, listrik dan air)

6. Apa dekat dengan pusat pemerintahan

7. Apa dekat lembaga keuangan

8. Apa berada di kawasan industri

9. Kemudahan untuk melakukan ekspansi/perluasan

10.Kondisi adat istiadat/budaya/sikap masyarakat setempat

11.Hukum yang berlaku di wilayah setempat.

Khusus untuk lokasi pabrik paling tidak ada 2 faktor yang menjadi

pertimbangan, yaitu :

1. Faktor utama (primer).

Pertimbangan utama dalam mementukan lokasi pabrik adalah :

a. Dekat dengan pasar

b. Dekat dengan bahan baku

c. Tersedia tenaga kerja, baik jumlah maupun kualifikasi yang di inginkan

d. Tersedia fasilitas pengangkutan seperti jalan raya atau kereta api atau

pelabuhan laut atau pelabuhan udara.

e. Tersedia sarana dan prasarana seperti listrik

f. Sikap masyarakat
2. Faktor sekunder

a. Biaya untuk investasi di lokasi seperti biaya pembelian tanah atau

pembangunan gedung

b. Proses perkembangan harga atau kemajuan di lokasi tersebut di masa yang

akan datang

c. Kemungkinan untuk perluasan lokasi

d. Terdapat fasilitas penunjang lain seperti pusat perbelanjaan atau perumahan

e. Iklim dan tanah

f. Masalah pajak dan peraturan perburuhan di daerah setempat

c. Luas produksi

Penentuan luas produksi adalah berkaitan dengan berapa jumlah

produksi yang di hasilkan dalam waktu tertentu dengan mempertimbangkan

kapasitas teknis dan peralatan yang dimiliki serta biaya yang paling efisien.

Secara umum luas produksi ekonomis di tentukan antara lain oleh:

1. Kecenderungan permintaan yang akan datang.

2. Kemungkinan pengadaan bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja dan lain-

lain.

3. Daur hidup produksi, dan produksi subtitusi dari produk tersebut.

d. Tata letak (layout)

Layout merupakan suatu proses dalam penentuan bentuk dan

penempatan fasilitas yang dapat menentukan efisiensi produksi/operasi. Layout

dirancang berkenaan dengan produk, proses, sumber daya manusia, dan lokasi
sehingga dapat tercapai efisiensi/operasi.. Dengan adanya layout akan di

peroleh berbagai keuntungan antara lain sbb :

1. Memberikan ruang gerak yang memadai untuk beraktifitas dan

pemeliharaan.

2. Pemakaian ruang yang efisien.

3. Mengurangi biaya produksi maupun investasi.

4. Aliran material menjadi lancar.

5. Pengangkutan material dan barang menjadi rendah.

6. Kebutahan persediaan yang rendah.

7. Memberikan kenyamanan, kesehatan dan keselamatan kerja yang lebih baik.

Pada umumnya layout di dasarkan pada situasi sebagai berikut:

1. Posisi tetap (fixed position)

Fix position layout biasa dikatakan juga sebagai tata letak dengan posisi

tetap. Tata letak merupakan suatu keputusan penting yang menentukan

efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang. Tata letak mempunyai banyak

dampak setrategis karena tata letak termasuk yang menentukan daya saing

perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, biaya, kualitas lingkungan

kerja, kontak pelanggan, dan citra perusahaan. Tata letak yang efektif dapat

membantu organisasi mencapai sebuah setrategi menunjang diferensiasi, biaya

rendah, ataupun respon cepat.

2. Orientasi Proses (process oriented)

Orientasi pada proses atau hasil tergantung siapa yang melakukannya

dan siapa yang meminta. Ada beberapa orang yang berorientasi pada hasil,
namun ada juga orang yang menganggap proses itu lebih penting daripada

sekedar hasil. Pada pekerjaan, mungkin lebih banyak orang yang berorientasi

kepada hasil. Yang penting selesai dan sesuai permintaan. Ini bisa jadi

disebabkan karena pekerjaan orang itu ditarget. Ya, hasilnya harus sesuai

dengan target yang diberikan. Apalagi sang pemberi tugas tersebut tidak

mendefinisikan dengan pasti spesifikasi proses kerjanya.

3. Tata letak kantor (office layout)

Perbedaan antara tata letak kantor dengan tata letak pabrik adalah pada

penekanan atas pentingnya informasi. Jika tata letak kantor yang mengalir

adalah informasi maka tata letak pabrik yang mengalir adalah tata letak bahan-

bahan. Dalam tata letak kantor terjadi pengelompokkan pekerja serta peralatan

dan ruangan/kantor yang menyediakan kenyamanan, keamanan dan

pergerakkan/perpindahan informasi.

4. Tata letak pandang eceran / pelayanan (retail and service layout)

5. Tata letak gudang (warehouse layout)

Tujuan dari tata letak gudang adalah memaksimalkan pemanfaatan

seluruh luas gudang yaitu menfaatkan pada volume penuh tetapi biaya material

handlingnya rendah.

6. Tata letak produk (product layout)

Tata letak produk digunakan untuk produk atau lini produk yang sama

dengan volume tinggi dan variasi produk rendah. Produksi repetitive dan

produksi kontinyu menggunakan tata letak ini.


F. Pemilihan teknologi

Yang perlu di perhatikan dalam pemilihan teknologi adalah:

1. Ketepatan teknologi dengan bahan bakunya

2. Keberhasilan teknologi di tempat lain

3. Pertimbanagan teknologi lanjutan

4. Besarnaya biaya investasi dan biaya pemeliharaan

5. Kemampuan tenaga kerja dan kemungkinan perkembangannya

6. Pertimbagan pemerintah dalam hal tenaga kerja

7. Dan pertimbangan lainnya

2.5. Aspek Manajemen dan Organisasi

2.5.1. Pengelolaan Manajemen

Menjalankan sebuah bisnis, manajemen merupakan faktor yang paling

penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan

benar. Dalam menjalankan perusahaan ada beberapa aspek manajemen

(pengelolaan perusahaan) yang perlu menjadi perhatian para pebisnis yakni:

kebijakan dan target tahunan, sumber dan struktur organisasi, produksi/operasi

dan SDM, budaya perusahaan, lingkungan sekitar, kemauan untuk berubah,

restrukturisasi serta sistem kompensasi.

1. Annual Objective meliputi: Target perusahaan dalam setahun, mekanisme

evaluasi manajemen, prioritas pengembangan divisi/departemen atau unit

usaha. Yang penting dalam annualobjective ini semua target harus Measurable,

Consistent,Reasonable, Challenging, Clear, Understood, Timely dan verifable.


2. Policies meliputi seluruh kebijakan yang diambil harus mengarah pada

pemecahan masalah dan panduan bagi pengimplementasian strategi

perusahaan.

3. Recources allocation berarti aktivitas manajemen yang memungkinkan untuk

melakukan eksekusi strategi perusahaan. Recources allocation terbagi 4 yaitu:

financialresources, physical resources, human resources, dan technological

resources.

4. Organizational structure berarti bagaimana perusahaan membuat struktur

perusahaan yang sesuai dengan strategi pengembangan usaha yang telah

dibuat. jika strategi mengharuskan perubahan struktur perusahaan, direktur

harus mengubahnya demi target yang telah ditentukan.

5. Restructuring berarti perusahaan diminta melakukan pengurangan atau

penambahan size (divisi, unit, level hierarki atau tenaga kerja). hal ini sering

terjadi jika perusahaan sedang melakukan ekspansi maka terjadi penambahan

divisi, unit, level hierarki atau tenaga kerja (rightsizing). Sebaliknya jika

perusahaan merugi terus maka dilakukan pengurangan divisi, unit, level

hierarki atau tenaga kerja (downsizing).

6. Reward/incentive. Sistem ini sangat penting karena berhubungan langsung

dengan motivasi pekerja, untuk lebih jelasnya lihat dipembahasan tentang

SDM.

7. Resistance to change berarti perusahaan harus mampu menghingkan

kecemasan, ketidakpastian, ketidaknyamanan bagi karyawan dalam melakukan

perubahan sebaliknya membangun iklim perubahan adanya kepastian dan


optimisme arah dan kemajuan perusahaan sehingga perubahan yang dicapai

bisa lebih baik.

8. Natural environment berarti aspek pengelolaan produksi dan operasional harus

benar-benar memperhatikan lingkungan sekitar (alam). Perusahaan harus lebih

mengedepankan corporate social responsibility.

9. Suportive culture. Membangun nilai-nilai (filosofi) bagi perusahan agar

menjadi panduan dalam melakukan aktivitas.

2.5.2. Fungsi Manajemen

Manajemen (management) merupakan pencapaian sasaran-sasaran

organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya organisasi.

Dalam rangka pencapaian sasaran atau tujuan suatu bisnis tentunya melalui suatu

proses manajemen yang meliputi 4 fungsi manajemen, yaitu:

2.5.2.1. Planning (Perencanaan Usaha)

Suatu perencanaan usaha adalah unit kegiatan yang direncanakan dan

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan sesuatu barang dan/jasa yang

diinginkan.

a. Ciri-ciri pokok perencanaan usaha

Setiap perencanaan usaha ditandai oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Memerlukan investasi modal, SDM, manajemen, pasar yang dituju.

2. Membawa manfaat bagi pendiri, masyarakat, dan negara.

3. Adanya biaya operasional di atas biaya investasi.


b. Jenis-jenis perencanaan usaha

1. Menurut jenis barang dan jasa-jasa yang dihasilkan, misalnya perencanaan

usaha dalam bidang produksi ataupun prasarana.

2. Menurut jenis kepemilikannya: Swasta nasional atau swasta asing ataupun

campuran.

3. Berdasarkan modal (fisik dan non-fisik):

a. Usaha yang memerlukan modal fisik yang menyangkut bangunan baru,

pendirian atau instalasi fasilitas-fasilitas untuk menghasilkan suatu aliran

barang dan jasa selanjutnya.

b. Usaha yang memerlukan modal non-fisik, seperti program training,

survei-survei, atau penelitian (research) teknis yang dapat dilaksanakan

dengan modal fisik yang telah ada.

c. Tahap-tahap pengembangan usaha

1. Konsep bisnis: inventarisasi kebutuhan yang diperlukan dalam aktivitas

bisnis, pemilihan cara, metode atau model yang efektif.

2. Perumusan konsep bisnis, Memuat uraian mengenai tujuan usaha serta cara

atau metode yang hendak dipilih untuk melaksanakan usaha tersebut.

pemilihan cara atau metode pelaksanaan usaha hendaknya didasarkan atas

perbandingan yang optimal antara biaya dan hasil yang hendak diperoleh.

3. Pemutusan ataupun pengesahan, Apabila perencanaan proyek usaha telah

disahkan, berarti dapat diputuskannya atau disahkan penggunaan sarana-

sarana yang diperlukan termasuk di dalamnya pembiayaan.


4. Persiapan: merupakan tahapan dari unsur-unsur pokok investasi yang

dilaksanakan guna mencapai tujuan proyek usaha yang telah direncanakan

dan disahkan.

5. Pelaksanaan usaha, Tahapan dari suatu usaha yang telah mulai menghasilkan

barang dan atau jasa.

d. Persoalan umum dalam pelaksanaan usaha

Persoalan-persoalan yang sering dihadapi dalam menelaah suatu usaha

dan perencanaannya untuk dapat diproses ke tahap-tahap selanjutnya adalah

sebagai berikut:

1. Menentukan siapa yang bertanggung jawab dalam memproses perencanaan

dan pelaksanaan usaha tersebut dari tahap pertama sampai dengan tahapan-

tahapan selanjutnya.

2. Menentukan siapa yang bertanggung jawab dalam memproses perencanaan

dan pelaksanaan usaha tersebut dari tahap pertama sampai dengan tahapan-

tahapan selanjutnya. menentukan pilihan usaha berdasarkan kriteria yang

ada, yang biasanya dibedakan atas tiga macam kriteria, yaitu teknis,

ekonomis, dan non-ekonomis.

3. Penilaian biaya-biaya dan keuntungan atau hasil-hasil dari usaha yang

bersangkutan. Biasanya menilai biaya-biaya usaha yang ditetapkan dengan

menilai keuntungankeuntungan yang akan dihasilkannya.

4. Penilaian asumsi-asumsi dasar pendirian usaha.

5. Pengetahuan atas semua alternatif untuk mewujudkan tujuan yang

dikehendaki oleh usaha tersebut.


2.5.2.2. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah pengaturan setelah ada plan (rencana). Dalam hal

ini diatur dan ditentukan tentang apa tugas pekerjaaan, macam/jenis serta sifat

pekerjaan, unit-unit kerja (pembentukan bagian-bagian), tentang siapa yang akan

melakukan, apa alat-alatnya, bagaimana pengaturan keuangan dan fasilitasnya

dengan kata lain setelah tujuan perusahaan telah ditentukan, perusahaan perlu

merumuskan tindakan-tindakan yang akan dijalankan untuk mewujudkan berbagai

tujuan tersebut. Menurut (Winardi, 2003:20) organisasi timbul karena:

1. suatu pembagian kerja yang logikal.

2. suatu sistem koordinasi.

Dalam melaksanakan organizing (pengorganisasian), ada dua kegiatan

penting yang harus dilakukan yaitu:

a. Menentukan bentuk/struktur organisasi perusahaan

Bentuk/struktur organisasi perusahaan harus disesuaikan dengan

kegiatan yang dijalankan perusahaan. Pimpinan perusahaan harus menentukan

struktur organisasi yang terbaik untuk menjalankan kegiatan ke arah

pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Apakah bentuk organisasi lini, staf

atau gabungan keduanya (L. Daft, 2002: 398–399).

b. Menentukan wewenang, tugas, dan tanggung jawab

Menentukan wewenang, tugas, dan tanggung jawab setiap orang yang

bekerja di perusahaan, terutama para manajernya. (Sukirno, 2004). Organisasi

yang efektif, sumber-sumber daya manusia, dan sumber-sumber daya material

menyebabkan meningkatnya produktivitas. Hal tersebut dilaksanakan melalui


apa yang dinamakan “sinergisme” (synergism) di mana anggota-anggota suatu

perusahaan mengkombinasikan upaya mereka secara kolektif guna

melaksanakan tugas-tugas yang akan melampaui jumlah dari upaya-upaya

individual mereka (sinergi dapat dicapai melalui pengintegrasian tugas-tugas

yang terspesialisasi).

Pengorganisasian secara efektif dapat menghasilkan keuntungan/manfaat

sebagai berikut:

1. Kejelasan tentang ekspektasi-ekspektasi kinerja individual dan tugas-tugas yang

terspesialisasi.

2. Pembagian kerja, yang menghindari timbulnya duplikasi, konflik dan

penyalahgunaan sumber-sumber daya material maupun sumber-sumber daya

manusia.

3. Terbentuknya suatu arus aktivitas kerja yang logikal, yang dapat dilaksanakan

dengan baik oleh individu-individu atau kelompok-kelompok.

4. Saluran-saluran komunikasi yang dapat membantu pengambilan keputusan dan

pengawasan.

5. Mekanisme-mekanisme yang mengkoordinasi, yang memungkinkan

tercapainya harmoni antara para anggota organisasi, yang terlibat dalam

berbagai macam kegiatan.


2.5.2.3. Proses Pengorganisasian

Proses organizing meliputi 5 langkah pokok:

1. Melaksanakan refleksi (deep thought) tentang rencanarencana dan sasaran-

sasaran.

2. Menetapkan tugas-tugas pokok.

3. Membagi tugas-tugas pokok menjadi tugas-tugas bagian (subtasks).

4. Mengalokasi sumber-sumber daya, dan petunjuk-petunjuk untuk tugas-tugas

bagian tertentu.

5. Mengevaluasi hasil-hasil dari strategi pengorganisasian yang diimplementasi

(Winardi, 2003).

2.5.2.4. Actuating

Actuating mencakup kemampuan manajemen dalam memotivasi,

mempengaruhi, mengarahkan, dan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan

demikian manajemen dapat menentukan bagaimana efektivitas dari bisnis yang

disarankan, selain itu, dengan pengarahan yang baik, maka bisnis yang dijalankan

oleh perusahaan akan semakin baik, dan kinerjanya akan semakin diperhitungkan

(Handoko, 1998). Sesuai dengan pengertian studi kelayakan bisnis, yaitu meneliti

layak atau tidaknya suatu bisnis dijalankan. Actuating (pengarahan) merupakan

salah satu dari aspek manajemen yang akan dinilai, untuk itu diperlukan perhatian

terhadap strategi manajemen dalam menjalankan actuating itu sendiri untuk

mencapai sasaran bisnis.


3.5.2.5. Controlling (Pengendalian)

Pengendalian sangat penting agar kita dapat mengetahui cara

mengendalikan bisnis kita ke arah yang benar dan jelas serta cara untuk

mempertahankan bisnis kita tetap bertahan di dalam persaingan.

Aktivitas pengendalian meliputi kisaran kebijakan yang luas dan prosedur

informasi yang berhubungan, yang membantu menjamin bahwa pengarahan

manajemen dipengaruhi. Aktivitas pengendalian membantu menjamin bahwa

tindakan-tindakan yang diidentifikasi sebagai tindakan yang perlu untuk

menangani risiko untuk mencapai tujuan supaya terlaksana.

1. Efisiensi kebijakan yang tepat dan prosedur yang diperlukan sehubungan

dengan masing-masing kegiatan entitas.

Semua tujuan relevan dan risiko yang berhubungan untuk setiap

aktivitas signifikan telah diidentifikasi sehubungan dengan evaluasi penilaian

risiko. Acuan itu dapat dibuat pada acuan manual yang menyajikan: kegiatan

bisnis umum, tujuan llustratif, risiko, dan “point of focus, untuk

tindakan/aktivitas pengendalian”. Daftar dalam kolom kemudian mungkin

berguna dalam mengidentifikasi tindakan apa yang telah diarahkan oleh

manajemen untuk menangani risiko dan mempertimbangkan kelayakan

aktivitas pengendalian yang diterapkan oleh entitas untuk melihat bahwa

tindakan itu dilaksanakan. Harus diakui bahwa untuk pengendalian umum (atau

pengendalian komputer umum) disajikan dalam acuan manual di bawah

kegiatan “Teknologi Informasi Manajemen”


2. Aktivitas pengendalian yang diidentifikasi diterapkan secara tepat. Misalnya,

pertimbangan apakah:

a. Pengendalian yang dideskripsikan dalam memuat

b. kebijakan sebenarnya diterapkan dan ditetapkan dengan

c. cara yang seharusnya.

d. Tindakan yang sesuai dan tepat waktu diambil atau

e. informasi yang memerlukan tindak lanjut

f. Personil, supervisi meninjau berfungsinya pengendalian

2.5.3. Konsep Manajemen yang Diterapkan di Indonesia

Studi yang dilakukan oleh SM FE-UI dan SWA terhadap 45 perusahaan

yang berasal dari 16 industri menunjukkan adanya 5 temuan yakni:

1. Dari 65 konsep manajemen yang digunakan ada 12 konsep manajemen yang

populer, 6 di antaranya berada di level strategis dan 6 lainnya di level

fungsional.

2. Adanya gap antara konsep dari sudut pandang perusahaan dengan teori yang

ada. Gap cenderung terjadi pada konsep yang memiliki standar tools yang

jelas, misalnya Balancescorecard memiliki 4 pandangan (financial perspective,

customer perspective, internal perspective, learning and growth perspective)

ternyata perusahaan memakai sudut pandang ini sesuai dengan kondisi masing-

masing perusahaan.

3. Adanya pola-pola tertentu yang dapat dibuat berdasarkan status responden

(perusahaan terbuka/tertutup) dan keaktifan pendiri (aktif dan tidak aktif

mengelola perusahaan). Misalnya perusahaan terbuka dengan pengelola yang


masih aktif lebih banyak memperoleh konsep manajemen dari sumber internal

(logika pengelaman hidup, intuisi, filosofi pribadi, dan diskusi internal),

sedangkan perusahaan terbuka dengan pengelola tidak aktif cenderung

mengandalkan sumber inspirasi dari sumber eksternal (artikel, konsutan,

internet pakat institusi pendidikan, survei, shooping arround, benchmarking).

4. Perusahaan terbuka memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengambil

sumber inspirasi konsep eksternal perusahaan dibanding perusahaan tertutup.

5. Falsafah manajemen yang diterapkan.

2.6. Aspek Keuangan

Keuangan merupakan salah satu fungsi bisnis yang bertujuan untuk

membuat keputusan keputusan investasi, pendanaan, dan dividen. Keputusan

investasi ditujukan untuk menghasilkan kebijakan yang berhubungan dengan (a)

kebijakan pengalokasian sumber dana secara optimal, (b) kebijakan modal kerja

(c) kebijakan investasi yang berdampak pada strategi perusahaan yang lebih luas

(merger dan akuisisi) (Damodaran, 1997). Keputusan pendanaan difokuskan

untuk medapatkan usaha optimal dalam rangka mendapatkan dana atau dana

tambahan untuk mendukung kebijakan investasi. Sumber dana dibagi dalam 2

kategori yakni:

a. internal yaitu dari laba ditahan (retained earnings)

b. sumber eksternal yaitu:

1. Dalam bentuk utang yang meliputi penundaan pembayaran utang, pinjaman

jangka pendek sebagai tambahan modal kerja, dan pinjaman jangka panjang

(obligasi) sebagai dana investasi.


2. Menerbitkan saham, baik dalam bentuk saham perdana (Initial Public

Offer/IPO) maupun saham biasa baru sebagai sumber modal investasi dalam

rangka ekspansi perusahaan.

Masalah utama dalam mengoptimalkan keputusan pendanaan adalah

menetapkan struktur modal (utang dan ekuitas) yang optimal sebagai asumsi dasar

dalam memutuskan berapa jumlah dana dan bagaimana komposisi jumlah dana

pinjaman dan dana sendiri yang ditambahkan untuk mendukung kebijakan

investasi sehingga kinerja keuangan perusahaan dapat tumbuh secara sehat. Di

samping itu, komposisi struktur modal harus pula dipertimbangkan hubungan

antara perusahaan, kreditur, maupun pemegang saham sehingga tidak terjadi

konflik (Saragih, Manurung dan Manurung, 2005).

Keputusan dividen ditentukan dari jumlah keuntungan perusahaan setelah

pajak (earning after tax). Oleh karena itu tujuan memaksimumkan keuntungan

yang dibagikan kepada pemegang saham (dividen) dengan kendala

memaksimumkan laba ditahan untuk diinvestasikan kembali sebagai sumber dana

internal, dengan kata lain semakin banyak jumlah laba ditahan berarti semakin

sedikit uang yang tersedia bagi pembayaran dividen.

2.6.1. Kebutuhan Dana

Suatu aktivitas bisnis tidak akan dapat berjalan dengan baik bila tidak

didukung oleh ketersediaan dana yang baik dan mencukupi. Bila suatu aktivitas

bisnis tidak dapat memenuhi permintaan barang atau jasa sesuai dengan jumlah

dan kriteria pelanggan dikarenakan bisnis tersebut tidak memiliki dana yang

cukup untuk melakukan proses produksinya, maka sudah dapat dipastikan usaha
bisnis tersebut akan terancam gagal. Dalam menentukan besarnya dana yang akan

diperlukan untuk menjalankan suatu aktivitas bisnis, dibutuhkan suatu peramalan

(forecasting) yang baik. Peramalan atau taksiran ini berbeda-beda untuk masing-

masing jenis proyek. Pada umumnya, taksiran dana yang dibutuhkan tersebut

tergantung pada kompleksitas dari kegiatan pendanaan itu sendiri, misalnya

penentuan lokasi bisnis yang bergantung kepada harga tanah. Semakin mahal

harga tanah maka akan semakin besar pula dana yang dibutuhkan oleh bisnis

tersebut. Di samping itu, terdapat pula faktor-faktor biaya yang akan dikeluarkan

selama umur bisnis tersebut. Menurut Carter dan Usry (2004) biaya adalah: nilai

tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfat. Biaya seringkali

sinonim dengan beban. Biaya-biaya dapat dibagi dalam kategori (diklasifikasi)

menjadi biaya langsung, biaya utama, biaya konversi, biaya tidak langsung, biaya

tetap, biaya variabel, biaya terkendali, biaya produk, biaya periode, biaya bersama

(joint cost), biaya estimasi, biaya standar, biaya tertanam (sunk cost), dan biaya

tunai.

Studi keuangan akan lebih memberikan pendalaman ke arah bagaimana

dana akan dialokasikan. Secara umum, pengalokasian dana tersebut dapat

dilakukan ke dalam dua bentuk, yaitu untuk aktiva tetap (fixed assets), dan untuk

modal kerja (working capital).

1. Alokasi dana untuk aktiva tetap

Aktiva tetap terdiri dari aktiva tetap berwujud (tangibleassets), dan

aktiva tetap tidak berwujud (intangible assets). Aktiva tetap berwujud adalah

aktiva yang berwujud yang dapat digunakan dalam jangka waktu lebih dari
satu periode akuntansi, seperti tanah, gedung perkantoran dan peralatannya,

gedung pabrik dan mesin-mesin, serta aktiva tetap lainnya. Aktiva tetap tidak

berwujud adalah: aktiva tetap yang tidak berwujud secara fisik yang memiliki

umur lebih dari satu tahun seperti hak paten, lisensi, copyright, goodwill, biaya

pendahuluan, biaya-biaya pra-operasional, dan lain sebagainya.

2. Alokasi dana untuk modal kerja

Weston & Copeland (1995) mendefinisikan modal kerja adalah

investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang dan

persediaan dikurangi beban lancar. Sedangkan Sawir (2005), menyatakan

modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk

membiayai kegiatan operasi sehari-hari. Secara umum modal kerja dapat

diartikan dalam dua bentuk, yaitu: gross working capital dan net working

capital. Menurut Van Horne dan Wachowichz (2005) gross working

capitaladalah: keseluruhan aktiva lancar yang akan digunakan dalam operasi.

Sedangkan net working capital menunjukkan kelebihan aktiva lancar di atas

hutang lancar. Modal kerja di sini akan diartikan sebagai keseluruhan aktiva

lancar yang akan digunakan untuk kegiatan operasional bisnis, di luar dari

penggunaan dana untuk aktiva tetap yang tersebut di atas. Estimasi dari modal

kerja tergantung kepada rencana produksi dan penjualan dari bisnis tersebut.

Semakin besar rencana produksi dan penjualan yang akan dilaksanakan oleh

suatu bisnis, maka akan semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan.
2.6.2. Sumber Pendanaan

Pendanaan adalah suatu indikator penting dalam mendeteksi apakah suatu

bisnis dapat dijalankan atau tidak. Akhirakhir ini, telah banyak berkembang

berbagai lembaga keuangan maupun non-keuangan yang telah bersedia untuk

mendanai suatu aktivitas bisnis, tentu saja dengan persyaratan tertentu. Sumber

dana dari lembaga-lembaga itu sering disebut sebagai modal asing (modal

pinjaman). Sumber dana bisa didapat dari (1) modal asing yaitu: sumber dana

yang didapatkan dari luar perusahaan (kreditur) yang tidak ikut memiliki

perusahaan tersebut seperti bank, perusahaan leasing, dan lain sebagainya.

Sumber dana dari modal asing biasanya berwujud hutang, baik hutang jangka

panjang, maupun hutang jangka pendek. (2) dari internal perusahaan yang akan

melakukan aktivitas bisnis. Sumber dana ini disebut juga sebagai sumber dana

modal sendiri. Sumber dana modal sendiri biasanya berwujud modal saham dan

laba ditahan.

Masalah yang sebenarnya pada akhirnya akan dibahas di dalam studi

aspek keuangan itu sendiri – perihal modal – adalah bagaimana bisnis tersebut

akan didanai baik dengan modal sendiri, modal asing, ataupun gabungan

keduanya, akan dapat mencapai keuntungan yang ekonomis. Artinya: bagaimana

struktur modal tersebut disusun agar dapat meminimumkan biaya modal (cost of

capital), sehingga akan optimal penggunaannya. Perhitungan biaya modal penting

dilakukan untuk menentukan tingkat keuntungan (cut off rate) yang diharapkan

dari suatu aktivitas bisnis. Artinya, suatu aktivitas bisnis akan sangat bergantung
kepada biaya modal perusahaan yang didanai oleh modal asing atau modal sendiri

atau gabungan keduanya.

2.6.2.1. Pembelanjaan Hutang

Pembelanjaan hutang (debt) sebagai sumber pendanaan akan memiliki

risiko (risk) berupa pembayaran bunga (interest) dan pengembaliannya

(repayment). Hal ini dikarenakan adanya prinsip the risk–return trade off, yaitu:

kecenderungan investor untuk memberikan investasi kepada proyek dengan risiko

yang tinggi, dengan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) akan

tinggi pula (Keown dkk., 2001). Artinya: hutang/kredit dapat dipenuhi, apabila

tingkat suku bunga terhadap pinjaman tersebut sesuai dengan keinginan kreditor

atau investor. Hutang yang digunakan untuk membelanjai kegiatan perusahaan

dapat dibagi dua, yaitu:

1. Hutang jangka pendek (short term debt)

2. Hutang jangka panjang (long term debt)

2.6.2.2. Hutang Jangka Pendek

Menurut Warren, Reeve & Fess, (2005), such liabilities thatare to be paid

out of current assets and are due within a short time, usually one year, are called

current liabilities. Artinya: hutang jangka pendek akan dikembalikan dalam

tempo waktu kurang dari 1 tahun. Hutang jangka pendek ini hanya dapat

digunakan untuk pembiayaan investasi jangka pendek pula, misalnya: pembiayaan

aktiva lancar atau modal kerja. Pendanaan hutang jangka pendek dapat berasal

dari:
1. Pinjaman dari lembaga keuangan

Lembaga keuangan biasanya akan memiliki beberapa penilaian tentang

layak atau tidaknya suatu bisnis menerima pinjaman investasi. Penilaian

tersebut berkenaan dengan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Rencana penggunaan pinjaman perusahaan.

b. Kondisi keuangan bisnis perusahaan.

c. Peramalan tentang industri atau lingkungan di sekitar bisnis perusahaan.

d. Adanya jaminan dari perusahaan yang dapat digunakan untuk

mengembalikan pinjaman.

Persyaratan-persyaratan tersebut akan menentukan jumlah pinjaman,

jangka waktu pinjaman, jaminan terhadap pinjaman, dan tingkat suku bunga

pinjaman.

2. Menerbitkan surat dagang

Surat dagang misal: surat hutang wesel dan surat hutang lainnya dengan

tingkat suku bunga yang menarik.

3. Kredit dagang

Kredit dagang adalah surat hutang yang memiliki kekuatan hukum

lebih lemah dibandingkan surat dagang.

4. Sumber keuangan lainnya

Misal: pegadaian, masyarakat pemodal (kreditor), dan sebagainya.

Biaya hutang yang ditanggung oleh perusahaan yang menggunakan dana

hutang tidak lain adalah sebesar tingkat keuntungan yang telah disyaratkan oleh

investor. Pada dasarnya pengunaan hutang jangka panjang (cost of debt) yang
biasanya berasal dari obligasi (cost of bond) dapat dihitung dengan cara

perhitungan tingkat pendapatan investasi dalam obligasi dengan rumus metode

singkat dan metode present value.

2.6.2.3. Hutang Jangka Panjang

Menurut Warren, Reeve, & Fess (2005), liabilities that will be due for a

long time (usually more than one year) are called long-term liabilities. Artinya

hutang jangka panjang akan diharapkan dibayarkan kembali dalam kurun waktu

lebih dari 1tahun, misal: obligasi (bonds), hipotik (mortage), dan sebagainya.

Hutang jangka panjang dapat digunakan untuk pembiayaan modal kerja ataupun

membiayai aktiva tetap. Banyak perusahaan besar yang umumnya membutuhkan

dana yang besar, memilih memperoleh dana dari obligasi, yaitu merupakan surat

hutang jangka panjang yang dibeli oleh para investor dari negara. Hal ini

dikarenakan tingkat suku bunga obligasi yang relatif lebih rendah dibandingkan

pinjaman terhadap lembaga keuangan lainnya.

Ketika sebuah perusahaan berencana akan menerbitkan obligasi, maka perusahaan

tersebut akan membuat suatu indent document (dokumen inden). Dokumen inden

adalah suatu dokumen resmi yang menerangkan atau menjamin kesanggupan

perusahaan untuk membayarkan hutang kepada pemegang obligasi. Dokumen

inden memberikan hak kepada perusahaan penerbit obligasi untuk melakukan

pembelian kembali obligasi yang telah diterbitkan sebelum jatuh temponya

obligasi tersebut. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam

menggunakan pendanaan hutang untuk membelanjai aktivitas usaha suatu bisnis,

yaitu:
1. biaya

2. risiko

3. syarat-syarat yang ditetapkan kreditor

4. tingkat inflasi

5. kemampulabaan

6. posisi likuiditas

7. keamanan usaha

2.6.2.4. Pembelanjaan Modal Sendiri

Pembelanjaan yang akhir-akhir ini umumnya dipakai oleh banyak aktivitas

bisnis adalah pembelanjaan modal sendiri. Pembelanjaan modal sendiri disebut

juga sebagai pembelanjaan atau pendanaan ekuitas, yang digunakan untuk waktu

yang tidak terbatas. Artinya pendanaan tersebut akan digunakan selama

perusahaan tersebut berdiri. Di dalam pendanaan ekuitas, terdapat 2 hal yang

penting, yaitu:

1. Laba Ditahan

Perusahaan akan memilih menahan laba daripada mendistribusikannya

langsung kepada pemilik untuk memperoleh pendanaan ekuitas, misal untuk

tujuan memperluas ekspansi perusahaan. Perusahaan besar biasanya akan

menahan sebagian labanya untuk dividen, dan sebagian lagi untuk ditahan.

Sementara perusahaan kecil akan menahan sebahagian besar labanya untuk

tujuan tertentu.
2. Penerbitan Saham

Pendanaan ekuitas, biasanya akan sering menggunakan saham pada

perseroan terbatas sebagai sumber pendanaannya, atau pada persekutuan

komanditer (CV) dan firma (Fa) digunakan modal sekutu. Sementara untuk

perusahaan perseorangan, pembelanjaan sendirinya menggunakan modal

pribadi. Sedangkan untuk PT biasanya menerbitkan saham. Saham adalah

sebuah tanda bukti keikutsertaan seseorang atau suatu pihak akan kepemilikan

suatu perusahaan atau suatu bisnis. Saham akan diterbitkan oleh perusahaan

yang membutuhkan pendanaan ekuitas.

Saham yang akan diterbitkan dibagi menjadi dua, yaitu: saham biasa

dan saham preferen. Saham biasa adalah sekuritas yang mewakili sebagian

kepemilikan dari perusahaan tertentu. Saham memiliki nilai nominal, dan

dibukukan berdasarkan pada nilai nominalnya. pemegang saham preferen

adalah merupakan partner yang diam karena mereka tidak mempunyai hak

suara dalam menentukan manajemen perusahaan Di dalam perusahaan

perseroan terbatas, yang menggunakan pendanaan ekuitas, akan terdapat suatu

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Di dalam RUPS tersebut, hanya para

pemegang saham biasa yang memiliki suara di dalam mengambil

keputusankeputusan perusahaan. Sementara pemegang saham preferen akan

memiliki prioritas utama di dalam penerimaan dividen, apabila sebuah

perusahaan tidak membayarkan dividen selama periode tertentu. Dividen

adalah balas jasa yang diterima oleh pemegang saham (stock holder’s) berupa

bunga dividen atas investasi yang dilakukan oleh mereka. Besarnya dividen
yang dibayar, dapat ditentukan berdasarkan per lembar saham atau persentase.

Dividen yang diterima oleh para investor, akan ditentukan berdasarkan suatu

kebijakan perusahaan di dalam RUPS. Produk kebijakan tersebut disebut juga

devidend payout ratio, yang besarnya antara 0–100% dihitung dari pendapatan

yang tersedia bagi para pemegang saham biasa (earnings available to common

stock holder’s). Saham preferen juga memiliki hak klaim yang utama terhadap

aktiva perusahaan bila perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan.

Saham diperdagangkan pada pasar modal (capital market). Harga dari

saham yang dijual oleh perusahaan (emisi saham) akan menghadapi tiga

kemungkinan:

1. Harga pasar (market price) > nilai nominal

Apabila hal ini terjadi, maka proyek dinyatakan surplus. Para

pemegang saham yang bebas memperdagangkan sahamnya, akan

memperoleh pendapatan modal (capital gain).

2. Harga pasar = nilai nominal

Apabila hal ini terjadi, maka akan terjadi suatu kondisi Break Event

Point (BEP) Artinya: para pemegang saham berada pada titik impas.

3. Harga pasar < nilai nominal

Apabila hal ini terjadi, maka proyek dikatakan akan mengalami

kerugian atau sering disebut defisit. Sementara para pemegang saham, akan

mengalami kerugian modal (capital loss).


2.6.2.5. Pembelanjaan Campuran

Seperti dijelaskan sebelumnya, di dalam menjalankan usahanya, suatu

entitas bisnis diharapkan harus memiliki modal yang cukup untuk melakukan

pembiayaan terhadap aktivitasaktivitas bisnisnya dalam rangka pemenuhan atas

barang ataupun jasa terhadap kepuasan konsumen. Dari aktivitas pembiayaan

tersebut, diharapkan suatu perusahaan mampu menghasilkan laba. Untuk

memenuhi modal yang cukup tersebut, perusahaan akan melakukan kegiatan

pencarian modal. Modal tersebut dapat diperoleh dari hutang atau modal sendiri.

Dalam kenyataannya, jumlah kredit atau hutang di dalam kegiatan permodalan

suatu perusahaan untuk membelanjai proyek selalu terbatas.

Semakin tinggi peranan hutang di dalam pembiayaan aktivitas bisnis suatu

perusahaan, maka akan semakin besar pula kemungkinan untuk mencapai

kemampulabaan modal sendiri yang tinggi dari perusahaan tersebut, diikuti

semakin tingginya risiko, namun keamanan yang dijamin akan semakin rendah.

Sebaliknya, bila peranan modal sendiri yang semakin tinggi, maka risiko yang

dihadapi perusahaan akan lebih rendah, sementara keamanan akan lebih tinggi,

dan sekaligus pula kemampulabaan akan modal sendiri semakin rendah.

Karena faktor-faktor di atas, banyak pimpinan proyek selalu menggunakan

pembelanjaan campuran di dalam mendanai kegiatan bisnisnya. Pembelanjaan

campuran (financing mix) adalah penggunaan pembelanjaan dengan

mengkombinasikan antara pembelanjaan modal sendiri dan pembelanjaan

hutang/kredit. Dengan pembelanjaan campuran, diharapkan perusahaan dapat

menghasilkan laba dengan cara yang efektif. Pertimbangan di dalam memilih


penggunaan pembelanjaan campuran adalah dengan melihat faktor

kemampulabaan (return on equity) dan risiko serta keamanan.

2.6.2.6. Risiko dan Kemampulabaan (Return on Equity)

Tujuan untuk menentukan biaya penggunaan modal adalah dalam rangka

penentuan investasi yang terbaik. Kalau berinvestasi menggunakan modal sendiri,

maka cut off rate-nya adalah biaya modal sendiri. Kemampulabaan atau Return on

Equity (ROE) adalah merupakan tingkat pengembalian perusahaan bisnis terhadap

investasi yang diberikan oleh para kreditor. Sedangkan risiko adalah: tingkat

perbedaan antara nilai yang diharapkan (expected value), dengan nilai yang

sebenarnya akan diterima (actual value) di masa depan.

Tingkat pengembalian investasi adalah balas jasa dari risiko. Artinya

semakin besar risiko suatu proyek, maka akan semakin besar pula ROE yang

diharapkan akan diterima di masa depan. Sebaliknya, semakin kecil risiko suatu

proyek, akan semakin rendah pula tingkat ROE yang diharapkan akan diterima.

Van Horne (2005) untuk menganalisis risiko biasanya dilakukan dengan

mengukur secara operasional suatu standar deviasi. Standar deviasi adalah: ukuran

lebar dispersi titik tengah distribusi probabilitas.

Risiko yang muncul dari kegiatan pendanaan adalah risiko ekonomi

(economic risk), dan risiko keuangan (financial risk). Risiko ekonomi

berhubungan dengan faktor permintaan dan faktor penawaran. Risiko keuangan

berkaitan erat dengan penggunaan kredit untuk aktivitas pembiayaan itu sendiri,

yang sering digambarkan dengan tingkat bunga dan keamanan pembayaran

kembali (repayment).
2.6.2.7. Keamanan

Setiap penanam modal/investor tentunya menanamkan modalnya, dengan

tujuan ingin memperoleh kompensasi tambahan lebih dari modal yang akan ia

tanamkan pada suatu perusahaan. Namun, meskipun demikian, kompensasi atau

tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor di masa depan, tentunya

tidak selamanya akan sesuai dengan harapan si pemegang saham. Sebab masa

depan penuh dengan risiko dan ketidakpastian. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu

tingkat keamanan dari perusahaan yang dapat digambarkan dari laporan keuangan

dan analisis pengembalian modal dari perusahaan yang bersangkutan. Keterkaitan

antara keamanan dengan analisis keuangan, terutama kegiatan pembelanjaan

campuran, yaitu: semakin lama jangka waktu (validitas) jatuh tempo suatu dana

yang digunakan dalam aktivitas pendanaan perusahaan, maka akan semakin aman

pula aktivitas pendanaan tersebut digunakan untuk membiayai proyek. Sehingga

dapat kita simpulkan, dana yang paling aman digunakan untuk membelanjai

aktiva adalah dari modal sendiri. Sebab modal sendiri dapat digunakan untuk

membiayai proyek selama umur proyek, artinya dana modal sendiri memiliki

probabilitas pembayaran kompensasi nilai lebih besar dibandingkan dengan

hutang/kredit. Dan dana yang paling tidak aman untuk diinvestasikan adalah yang

bersumber dari hutang lancar, karena hutang lancar akan dilunasi dalam kurun

waktu kurang dari 1 tahun.


2.6.3. Biaya Modal

Setiap modal yang ditanamkan atau diinvestasikan, akan mengeluarkan

biaya modal (cost of capital) tersendiri. Biaya modal tersebut maksudnya adalah:

biaya yang harus dikeluarkan setelah adanya penanaman modal, misalnya

keharusan adanya pembayaran dividen bagi pemegang saham. Biaya modal

hutang jangka panjang mengurangi besarnya pajak pendapatan. Biaya hutang

jangka pendek akan dibayar sebelum perhitungan pajak pendapatan, sehingga

tidak berpengaruh terhadap perhitungan pajak pandapatan. Sebaliknya,

perhitungan biaya modal dari modal sendiri baik dividen saham preferen, maupun

saham biasa diperhitungkan setelah perhitungan pajak pendapatan.

Biaya modal dapat dihitung berdasarkan biaya untuk masing-masing

sumber dana atau disebut biaya modal individual. Biaya modal individual tersebut

dihitung satu per satu untuk tiap jenis modal. Namun, apabila perusahaan

menggunakan beberapa sumber modal maka biaya modal yang dihitung adalah

biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of capitaldisingkat

WACC) dari seluruh modal yang digunakan. Konsep biaya modal erat kaitannya

dengan dengan konsep mengenai pengertian tingkat keuntungan yang disyaratkan

(required rate of return). Tingkat keuntungan yang disyaratkan sebenarnya dapat

dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi investor dan perusahaan.

2.6.4. Aliran Kas (Cash Flow)

Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang

relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama


suatu periode. Rincian pengeluaran dan penerimaan kas di dalam laporan arus kas

dapat dibedakan menjadi tiga aktivitas, antara lain:

1. Aktivitas Operasi (operating activities)

Aktivitas ini meliputi segala aktivitas bisnis perusahaan yang

berhubungan baik secara langsung, maupun tidak langsung dengan kegiatan

operasional pokok atau yang utama dari perusahaan, yaitu dari transaksi yang

digunakan untuk menentukan laba bersih.

2. Aktivitas Investasi (investing activities)

Aktivitas ini meliputi segala kegiatan yang berhubungan dengan harta

(assets) yang terdapat pada neraca.

3. Aktivitas Pembiayaan (financing activities)

Aktivitas ini akan memiliki kaitan dengan segala transaksi atau proses

aktivitas bisnis suatu perusahaan yang mempengaruhi pos-pos kewajiban dan

ekuitas pemilik. Para investor biasanya terlebih dahulu akan memperhatikan

laporan arus kas dibandingkan laporan laba rugi (income statement). Hal ini

dikarenakan kas adalah tergolong harta lancar yang tingkat likuiditasnya paling

tinggi di antara semua harta lancar. Karena tingkat likuiditasnya paling tinggi,

maka kas tersebut dapat dengan segera melunasi segala kewajiban yang ada

pada perusahaan terhadap investor. Dengan kata lain, dalam keadaan yang

paling buruk, sejauhmana perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya

dapat melunasi kewajibannya, dapat diukur dengan seberapa besar nilai kas

yang ada pada laporan arus kasnya.


2.6.5. Pemilihan Investasi

Dalam bisnis kategori pemilihan investasi didasarkan pada replacement

(mengganti peralatan yang telah rusak/boros) dan expansion (ekspansi untuk

produk yang sudah ada atau produk yang berbeda). Beberapa metode yang dapat

dilakukan di dalam penilaian investasi akan dipaparkan dalam bagian ini. Metode-

metode yang akan dikemukakan ini adalah metode-metode yang secara umum

digunakan di dalam Laporan Studi Kelayakan Bisnis.

2.6.5.1. Metode-metode Evaluasi Proyek

Keputusan investasi merupakan keputusan manajemen keuangan yang

paling penting di antara ketiga keputusan jangka panjang yang diambil manajer

keuangan. Disebut penting, karena selain penanaman modal pada bidang usaha

yang membutuhkan modal yang besar, juga keputusan tersebut mengandung

risiko tertentu, serta langsung berpengaruh pada nilai perusahaan. Pada umumnya,

langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengambilan keputusan investasi

adalah sebagai berikut:

1. Adanya usulan investasi (proposal investasi).

2. Memperkirakan arus kas (cash flow) dari usulan investasi tersebut.

3. Mengevaluasi profitabilitas investasi dengan menggunakan beberapa metode

penilaian kelayakan investasi.

4. Memutuskan menerima atau menolak usulan investasi tersebut. Untuk menilai

profitabilitas rencana investasi dikenal dua macam metode, yaitu metode

konvensional dan metode nonkonvensional (discounted cash flow). Dalam

metode konvensional dipergunakan dua macam tolok ukur untuk menilai


profitabilitas rencana investasi, yaitu payback period dan accounting rate of

return, sedangkan dalam metode non-konvensional dikenal tiga macam tolok

ukur profitabilitas, yaitu Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), dan

Internal Rate of Return (IRR).

a. Metode Payback Period (PP)

Payback period adalah suatu metode berapa lama investasi akan

kembali atau periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran

investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan

kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash investment

dengan cash flownya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Suatu usulan

investasi akan disetujui apabila payback period-nya lebih cepat atau lebih

pendek dari payback period yang disyaratkan oleh perusahaan.

Rumus payback period jika arus kas dari suatu rencana

investasi/proyek berbeda jumlahnya setiap tahun:

𝑎−𝑏
𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 = 𝑛 + 𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑐−𝑏

di mana:

n = tahun terakhir di mana arus kas masih belum bisa menutupi initial

investment

a = jumlah initial investment

b = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n

c = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n+1


Rumus payback period jika arus kas dari suatu rencana

investasi/proyek sama jumlahnya setiap tahun:

𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑚𝑒𝑛𝑡
𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 = 𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑐𝑎𝑠ℎ 𝑓𝑙𝑜𝑤

Metode payback period merupakan metode penilaian investasi yang

sangat sederhana perhitungannya, sehingga banyak digunakan oleh

perusahaan. Tetapi di lain pihak metode ini mempunyai kelemahan-

kelemahan, yaitu:

a. Tidak memperhatikan nilai waktu uang.

b. Mengabaikan arus kas masuk yang diperoleh sesudah payback period

suatu rencana investasi tercapai.

c. Mengabaikan nilai sisa (salvage value) investasi.

Meskipun metode payback period memiliki beberapa kelemahan,

namun metode ini masih terus digunakan secara intensif dalam membuat

keputusan investasi, tetapi metode ini tidak digunakan sebagai alat utama

melainkan hanya sebagai indikator dari likuiditas dan risiko investasi.

Keunggulan metode payback period adalah sebagai berikut:

a) Perhitungannya mudah dimengerti dan sederhana.

b) Mempertimbangkan arus kas dan bukan laba menurut akuntansi.

c) Sebagai alat pertimbangan risiko karena makin pendek payback makin

rendah risiko kerugian.


2. Metode Net Present Value (NPV)

Secara umum ada anggapan bahwa metode net present value

merupakan kriteria seleksi kuantitatif yang paling baik sehingga paling

sering digunakan untuk menilai kelayakan suatu usulan investasi. Namun

ada kalanya perusahaan dalam proses pembuatan keputusan investasi tidak

hanya menggunakan metode net present value tetapi juga menggunakan

metodemetode lainnya secara bersama-sama. Metode ini adalah metode

yang mengurangkan nilai sekarang dari uang dengan aliran kas bersih

operasional atas investasi selama umur ekonomis termasuk terminal cash

flow dengan initial cash flow (initial investment). Secara matematik rumus

untuk menghitung Net Present Value (NPV) dapat dituliskan sebagai

berikut:
𝑛
𝐶𝐼𝐹𝑡
NPV = ∑ – COF
𝑡=1 (1+k)t

di mana:

CIF = cash inflow pada waktu t yang dihasilkan suatu investasi

K = biaya modal

COF = initial cash outflow

n = usia investasi

Metode ini memperhatikan nilai waktu uang, maka arus kas masuk

(cash inflow) yang digunakan dalam menghitung net present value (nilai

sekarang bersih) adalah arus kas masuk yang didiskontokan atas dasar

discount rate tertentu (biaya modal, opportunity cost, tingkat bunga yang
berlaku umum). Selisih antara present value penerimaan kas dengan present

value pengeluaran kas dinamakan Net Present Value. Kriteria keputusan:

a. Jika NPV bertanda positif (NPV > 0), maka rencana investasi diterima.

b. Jika NPV bertanda negatif (NPV < 0), maka rencana investasi ditolak.

3. Metode discount payback period

Untuk mengatasi salah satu kelemahan dari metode payback period,

yaitu tidak memperhatikan nilai waktu uang, maka dicoba untuk

memperbaiki metode tersebut dengan cara mempresent-valuekan arus kas

masuk (cash inflow) dari rencana investasi tersebut kemudian baru dihitung

payback period-nya. Dengan demikian arus kas yang dipakai adalah arus

kas yang telah didiskontokan atas dasar cost of capital/interest rate/required

rate of return atau opportunity cost.

4. Metode internal rate of return

IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek

sama dengan nol. Discount rate yang dipakai untuk mencari present value

dari suatu benefit/biaya harus senilai dengan opportunity cost of capital

seperti terlihat dari sudut pandangan si penilai proyek. Konsep dasar

opportunity cost pada hakikatnya merupakan pengorbanan yang diberikan

sebagai alternatif terbaik untuk dapat memperoleh sesuatu hasil dan manfaat

atau dapat pula menyatakan harga yang harus dibayar untuk

mendapatkannya.
2.6.5.1.1. Analisis Rasio Keuangan

Penganalisisan rasio keuangan ada beberapa cara, diantaranya:

1. Analisis horizontal/trend analysis, yaitu membandingkan rasiorasio keuangan

perusahaan dari tahun-tahun yang lalu dengan tujuan agar dapat dilihat trend

dari raiso-rasio perusahaan selama kurung waktu tertentu.

2. Analisis vertikal, yaitu membandingkan data rasio keuangan perusahaan dengan

rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri untuk waktu

yang sama.

3. The du pont chart berupa bagan yang dirancang untuk memperlihatkan

hubungan antara ROI, assets turnover, dan profit margin.

2.7. Aspek Sosial Ekonomi

Aspek ekonomi dan sosial merupakan pengaruh apa yang akan terjadi

dengan adanya perusahaan, khususnya dibidang perekonomian masyarakat

tempatan dan bidang sosial kemasyarakatan. Setiap usaha yang dijalankan akan

memberikan dampak positif dan negatif bagi berbagai pihak. Bagi masyarakat

adanya investasi ditinjau dari aspek ekonomi memberikan peluang untuk

meningkatkan pendapatan, sedangkan bagi pemerintah akan memberikan

pemasukan berupa pendapatan baik bagi pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah. Dalam Aspek ekonomi dan sosial perlu ditelaah apakah keberadaaan suatu

proyek atau usaha akan memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial kepada

berbagai pihak atau sebaliknya.


2.7.1. Dampak Aspek Ekonomi dan Sosial

Dampak yang ditimbulkan dengan berdirinya sebuah perusahaan melalui

kaca mata ekonomi dan Sosial yaitu sebagai berikut :

a. Dampak dari aspek ekonomi dengan adanya suatu proyek atau usaha meliputi :

1. Dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui :

Terbukanya kesempatan lapangan pekerjaan bagi masyarakat

sekaligus mengurangi angka pengangguran. Tersedianya sarana dan

prasarana umum yang kelak akan dbisa berguna untuk masyarakat banyak

juga pemerintah berupa : jalan raya, listrik, sekolah,masjid dan lain-lain.

Dan tersedianya beragam produk barang dan jasa di masyarakat, sehingga

meningkatkan persaingan dalam menciptakan dan memenuhi kebutuhan

masyarakat.

2. Menggali, mengatur dan menggunakan ekonomi sumber daya alam melalui:

a. Penggunaaan lahan yang efisien dan efektif

b. Peningkatan nilai tambah sumber daya alam

c. Membangkitkan lahan tidur

3. Meningkatkan perekonomian pemerintah yaitu:

a. Menambah peluang dan kesempatan kerja bagi masyarakat.

b. Pemerataan pendistribusian pendapatan.

c. Meningkatkan devisa negara.

d. Memperoleh pendapatan berupa pajak dari sumber-sumber yang dikelola

oleh perusahaan.
4. Pengembangan wilayah

a. Meningkatan pemerataan pembangunan (dengan prioritas daerah

tertentu).

b. Membuka isolasi wilayah dan cakrawakala pemikiran masyarakat dengan

masuknya pembangunan.

Dampak negatip yang mungkin timbul dari aspek ekonomi :

1. Eksplorasi sumberdaya yang berlebihan.

2. Masuknya pekerja dari luar yang mengurangi kesempatan atau peluang

kerja bagi masyarakat sekitar.

Sedangkan dampak sosial dengan adanya suatu proyek atau investasi

meliputi :

1. Komponen Demografi

a. Struktur penduduk

b. Tingkat pendapatan penduduk.

c. Pertumbuhan penduduk.

d. Tenaga kerja.

2. Komponen Budaya

a. Kebudayaan (adat istiadat, nilai dan norma budaya)

b. Proses sosial.

c. Warisan budaya .

d. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha atau kegiatan.


3. Kesehatan masyarakat

a. Parameter lingkungan masyarakat yang diperkirakan terkena dampak

rencana pembangunan dan berpengaruh terhadap kesehatan.

b. Proses dan potensi terjadinya pencemaran.

c. Potensi besarnya dampak timbulnya penyakit(angka kesakitan dan

angka kematian).

d. Kondisi lingkungan yang dapat memperburuk proses penyebaran

penyakit.

Dampak negatif aspek sosial :

a. Perubahan gaya hidup, budaya, adat istiadat dan struktur sosial lainnya.

b. Meningkatnya kriminalitas.

Pengukuran manfaat ekonomis lebih sulit dibanding pengukuran

biaya ekonomis, karena di samping manfaat ekonomis yang diterima secara

langsung berupa output proyek yang dapat diukur dengan satuan moneter,

terdapat juga manfaat sekunder yang sulit diukur dengan satuan moneter.

Manfaat sekunder ekonomi yang sulit diukur dengan satuan moneter :

1. Naiknya tingkat konsumsi.

2. Membantu proses pemerataan pendapatan.

3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

4. Mengurangi ketergantungan (menambah swadaya negara).

5. Mengurangi pengangguran (menambah kesempatan kerja).

6. Manfaat sosial, budaya dll.


Pengukuran manfaat ekonomi lebih sulit dibanding biaya ekonomi, karena:

1. Beberapa manfaat primer sulit diukur dengan uang.

2. Kebanyakan manfaat memerlukan perkiraan jangka panjang.

3. Banyak manfaat yang bersifat tidak langsung dan dalam perwujudannya

perlu proyek tambahan.

Ada manfaat yang dinikmati oleh pihak yang berkembang secara

tidak seimbang, artinya kadang-kadang sulit mencapai efek distributif yang

seimbang

2.7.2. Peningkatan Pendapatan Nasional

Apabila suatu investasi bisa meningkatkang pendapatan masyarakat, maka

secara otomatis akan meningkatkan pendapatan nasional. Artinya dengan adanya

investasi akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan secara nasional dan

pendapatan daerah dimana investasi tersebut dilakukan.

Untuk menghitung pendapatan nasional dapat dilakukan melalui tiga pendekatan :

1. Pendekatan Produksi (Production Approach) yaitu nilai keseluruhan barang dan

jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam satu tahun tertentu. Cara

menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan produksi adalah dengan

menjumlahkan nilai seluruh barang dan jasa.

2. Pendekatan Pengeluaran (Ekpenditure Approach) yaitu pendapatan nasional

yang dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh pengeluaran yang dilakukan

oleh berbagai golongan masyarakat dalam perekonomian. Pengeluaran yang

dimaksud disini yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi dan

investasi pemerintah,ekspor impor.


Pendekatan Pendapatan (Income Approach) yaitu pendapatan nasional

yang dihitung dengan menjumlahkan balasan jasa yang diterima oleh faktor

produksi. Yang termasuk dalam jenis pendapatan yaitu gaji dan upah, sewa,

bunga, pajak tidak langsung, dan lain-lain.

2.8. Aspek Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek lingkungan jika

kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan ide bisnis dan ide bisnis tersebut

mampu memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dampak negatifnya.

Lingkungan perusahaan dapat dijabarkan menjadi tiga kategori yaitu lingkungan

operasional, lingkungan industri dan lingkungan jauh.

1. Lingkungan Operasional

Dapat diketahui sebagai lingkungan yang paling dekat dengan aktivitas

kita nantinya ketika bisnis sudah berjalan. Analisis lingkungan operasional

meliputi analisis lingkungan pesaing, analisis lingkungan klien,analisis

lingkungan kreditor dan analisis lingkungan pegawai.

a. Lingkungan Pesaing

Peta persaingan dapat kita gambarkan dari mengamati barang atau

jasa yang sejenis dengan yang akan kita tawarkan kepasar. Sebagai studi

kasus, peta persaingan industri jasa pendidikan dan pelatihan pada saat ini

bisa dibilang sangat ketat, terutama pelatihan motivasi. Kita mengambil

salah satu contoh kasus yang pernah penulis teliti, yaitu di kawasan

Kecamatan Baturraden, Purwokerto terdapat pelatihan motivasi The Winner

Institute.
Di Kabupaten Banyumas, terdapat pesaing sejenis yaitu perusahaan

yang memiliki produk dibidang pelatihan motivasi. Berikut ini diuraikan

contoh penulisan data pelatihan motivasi yang termasuk kriteria pesaing dari

The Winner Institute yaitu Kayyisu Excellent.

Jadi pada prinsipnya, untuk memetakan lingkungan pesaing. Kita

perlu memahami dan menyadari kondisi sekitar kita dan hal yang berkaitan

dengan usaha kita yang mana dapat memunculkan peluang pesaing. Setelah

itu, buat sebuah argumen dan deskripsi awal yang menggambarkan

kesamaan dari usaha yang akan kita lakukan, serta perbedaan dari usaha

pesaing yang sudah berjalan.

b. Lingkungan Pelanggan

Membicarakan dan menganalisis tentang lingkungan pelanggan,

dapat dipahami bahwa usaha yang akan kita lakukan, perlu diketahui dulu

akan ditawarkan kepada siapa saja. Sehingga nantinya ketika usaha kita

sudah berjalan, tidak muncul kebingungan untuk menjual produk barang

ataupun jasa yang sudah kita buat. Kita mengambil studi kasus pada

penelitian saya di The Winner Institute. The Winner Institute telah

merancang dan menganalisis berbagai hal yang menyangkut pendidikan

sebagai salah satu bentuk perwujudan kepedulian terhadap dunia pendidikan

agar para pendidik dan orang tua yang memiliki anak dapat mencapai sukses

dalam memaknai konsep pendidikan atau kehidupan di seluruh wilayah

Kabupaten Banyumas. The Winner Institute memiliki program pembinaan

untuk para Guru, Wiyata Bakti, Siswa, dan juga Orang Tua Siswa serta
Pengusaha. Sebagai contoh, menindak lanjuti program Pelatihan dan

Pembinaan Kinerja Kepala Sekolah tahun 2013 yang dilaksanakan melalui

Program Road Show Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas

bersama The Winner Institute dengan target meningkatkan kualitas

kompetensi mengajar dan mendidik bagi para Guru dan Wiyata Bakti

SD/MI se-Kabupaten Banyumas. Pelatihan motivasi bagi para siswa-siswi

SD/MI, SMP/MTS, dan juga SMA di Kabupaten Banyumas juga ditujukan

untuk mempersiapkan Ujian Nasional dan perbaikan karakter serta moral.

Karena saat ini, banyak para siswa yang moral dan sifatnya sudah

“termakan” oleh dunia digital dan lingkungan bebas. Seperti mengikuti

adegan-adegan orang dewasa, sampai dengan melakukan kegiatan negatif

yang akhirnya dapat menurunkan kemampuan akademis dan moralnya.

Program pelatihan motivasi juga diadakan bagi para pengusaha, salah

satunya sekumpulan orang yang tergabung dalam Banyumas Enterpreneur

Master (BE-Master).

Para pengusaha memiliki kebutuhan untuk peningkatan motivasi

agar tetap semangat dalam menjalani usaha yang sedang dijalankannya.

Menumbuhkan keinginan untuk memberikan dan mengeluarkan

kemampuan yang terbaik bagi peningkatan perekonomian di Kabupaten

Banyumas, dan juga penyerapan tenaga kerja serta mengurangi tingkat

pengangguran di Kabupaten Banyumas.

Selain mengetahui calon pelanggan, kita perlu juga mengetahui apa

yang pelanggan butuhkan sehingga apa yang akan kita buat dan ciptakan
sejalan dan sinkron dengan apa yang pelanggan butuhkan. Sehingga dapat

tercipta sinergi antara usaha yang kita jalankan dan apa yang pelanggan

harapkan.

c. Lingkungan Kreditor

Modal yang kita keluarkan pada awal usaha, bisa didapat dari

pribadi secara penuh maupun bantuan dari pihak kreditor. Keputusan

menggandeng pihak kreditor untuk membantu pemodalan usaha kita,

merupakan keputusan yang perlu diperhitungkan. Jangan sampai, kreditor

yang diniatkan untuk dapat meningkatkan kekuatan usaha awal kita, dapat

menjadi bumerang bagi kita, karena adanya pembiayaan yang perlu

disetorkan secara rutin kepada pihak kreditor. Perlunya mengkategorikan

beberapa aspek yang memang perlu bantuan kreditor atau cukup dengan

dana pribadi.

d. Lingkungan Pegawai

Pegawai merupakan aspek penting dalam sebuah organisasi dan

harus mendapat perhatian lebih. Karena pegawai adalah pelaku yang

menunjang tercapainya tujuan perusahaan. Selain itu, pegawai dibutuhkan

untuk membantu merealisasikan kegiatan yang akan dijalankan. Kebutuhan

karyawan disesuaikan dari kondisi awal usaha serta jenis usaha dan bentuk

usaha yang direncanakan secara sistematis. Sebagai contoh gambaran untuk

penyusunan rencana, The Winner Institute dikelola oleh Subur Putra sebagai

pemilik dan akan dibantu oleh Istri dan anaknya dalam setiap pelatihan

motivasi. Selain itu, juga mengajak para mahasiswa yang sudah menjadi staf
pengajar di The Winner Insitute untuk mengembangkan usaha pelatihan

motivasi. Hal ini selain untuk meningkatkan profit yang diterima oleh para

pengajar itu, juga sebagai penambah pengalaman baru dalam hal pelatihan

motivasi. Dengan perencanaan kebutuhan karyawan serta disinkronkan

dengan harapan para karyawan, maka usaha dapat lebih mudah diatur serta

karyawan akan mudah diarahkan sesuai dengan harapan. Kemudian usaha

dapat dikembangkan sesuai dengan rencana.

2. Lingkungan Industri

Merupakan lingkungan yang meliputi kelompok yang memproduksi

atau menciptakan suatu barang dan jasa seperti halnya apa yang akan kita

lakukan. Faktor persaingan dalam lingkungan industri yaitu persaingan antara

para pesaing yang ada, daya tawar pembeli, daya tawar pemasok, persepsi

pembeli dan hambatan masuk industri.

a. Persaingan Antarperusahaan

Analisis persaingan dapat memakai matriks profil persaingan

(Competitive Profile Matrix atau CPM). Menurut Suliyanto (2010), matriks

profil persaingan berguna untuk mengetahui posisi relatif perusahaan yang

dianalisis dibandingkan dengan perusahaan pesaingnya. Perusahaan yang

akan dianalisis diberi rating yang berbeda, tergantung pada kondisi relatif

perusahaan pesaing. Nilai 4 diberikan jika perusahaan mempunyai kondisi

yang paling kuat dibandingkan dengan perusahaan lainnya, nilai 3 diberikan

kepada perusahaan yang memiliki kondisi sedikit lebih kuat dibandingkan

dengan pesaingnya, nilai 2 diberikan kepada perusahaan yang kondisinya


sedikit lebih lemah dibandingkan dengan pesaing, nilai 1 diberikan kepada

perusahaan yang kondisinya sangat lemah dibandingkan dengan pesaing.

Apabila kondisi dan hasil analisis perusahaan dengan perusahaan

pesaingnya sama, tidak menjadi masalah dan hal itu dapat menjadi

gambaran masing-masing perusahaan serta memberi informasi dan

mengevaluasi dari masing-masing perusahaan untuk membantu

pengambilan keputusan. Selain rating, juga dihitung dan diakumulasikan

dengan nilai bobot berdasarkan kondisi yang diharapkan oleh calon

pengusaha terhadap usaha yang akan dijalankan.

b. Daya Tawar Pelanggan

Pada analisis ini, perlu mensinergikan jenis usaha dan sasaran dari

calon pelanggan kita.Sebagai contoh, apabila jenis usaha pelatihan motivasi.

Maka peserta pelatihan dapat terdiri dari siswa, guru, orang tua, dan

pengusaha. Setelah itu, dikategorikan sesuai dengan kebutuhan dan

keinginan dari para peserta tersebut. Untuk siswa, menginginkan produk

yang dapat membuat para siswa dapat lebih bersemangat untuk belajar dan

dapat lebih percaya diri dalam menghadapi ujian nasional dengan

penawaran harga yang sesuai. Untuk guru, menginginkan produk yang dapat

membuat guru memiliki pemahaman lebih tentang bagaimana cara mengajar

dan mendidik para siswa agar memiliki kualitas yang sesuai dengan visi

misi pendidikan di Indonesia.


c. Daya Tawar Pengusaha

Setelah mengetahui daya tawar dari calon pelanggan, maka kita

dapat menyusun hal yang dapat kita tawarkan kepada pelanggan. Pada

penelitian penulis, The Winner Institute akan membentuk beberapa kegiatan

yang ditawarkan dan disesuaikan dengan kebutuhan para peserta. Hal ini

dilakukan agar The Winner Institute dapat menarik para peserta agar

memakai jasa The Winner Institute serta memberikan kemudahan bagi

peserta yang membutuhkan terapi.

d. Persepsi Pelanggan

Analisa persepsi merupakan suatu opsi pada studi kelayakan.

Sebagai pertimbangan bahwa apakah produk atau program kita, nantinya

setelah “dilempar” kepasar, pasar dapat menerima atau sebaliknya. Pada

produk makanan maupun minuman, dapat dilakukan tester product pada

suatu wilayah. Studi kasus dari penelitian penulis disini untuk melihat

persepsi peserta pelatihan The Winner Institute terhadap kegiatan pelatihan

motivasi yang diselenggarakan oleh The Winner.

f. Lingkungan jauh

Mencangkup faktor yang bersumber dari luar operasional

perusahaan. Analisis lingkungan jauh dapat digunakan untuk dapat

merumuskan strategi yang memanfaatkan peluang atau meminimalkan

ancaman dari luar. Perubahan dalam lingkungan jauh juga dapat

mempengaruhi perubahan dalam permintaan barang atau jasa yang

diselenggarakan oleh kita. Analisis lingkungan jauh terdiri dari lingkungan


ekonomi, lingkungan sosial dan budaya, lingkungan teknologi, dan

lingkungan ekologi.

1. Lingkungan Ekonomi

Lingkungan ekonomi lebih mengedepankan ke arah bagaimana

analisa peluang untuk meningkatkan pendapatan. Sedangkan apabila

dilihat dari aspek pemerintah, maka lingkungan ekonomi dapat

memberikan andil pemasukan atau pendapatan bagi pemerintah daerah

maupun pemerintah pusat.

2. Lingkungan Sosial dan Budaya

Analisis kelayakan lingkungan jauh pada aspek sosial dan budaya

menekankan pada struktur penduduk menurut kelompok umur, jenis

kelamin, mata pencaharian, pendidikan, agama, serta tingkat kepadatan

penduduk. Analisis tersebut dapat memberikan gambaran terhadap pola

penduduk dan disinkronkan dengan usaha yang akan kita jalankan. Selain

itu, analisa juga perlu dilakukan terhadap kemungkinan perubahan

budaya melalui perubahan adat istiadat, norma dan nilai di wilayah yang

dijadikan sasaran usaha kita. Sifat kelembagaan masyarakat di bidang

birokrasi, yang nantinya dapat memudahkan perijinan ketika kita

menyelenggarakan usaha kita.

3. Lingkungan Teknologi

Ketika kita akan mendirikan sebuah usaha, perlu adanya analisa

terhadap kondisi teknologi di sekitar tempat yang akan menjadi bentuk


usaha kita. Hal ini untuk menjamin keberlangsungan usaha kita serta

tidak menjadi suatu kendala dikemudian hari.

4. Lingkungan Ekologi

Yang dimaksud lingkungan ekologi ialah ruang alami yang

tersedia, dimana proses alami yang berlangsung di dalam ruang tersebut

diperkirakan dapat mengalami perubahan dikarenakan adanya aktivitas

dari rencana usaha ataupun kegiatan yang akan kita lakukan. Dengan

menganalisa pada lingkungan ekologi, maka kita memiliki pandangan

terhadap dampak yang timbul dari usaha atau kegiatan yang kita lakukan

terhadap ruang alami seperti tingkat potensi pencemaran yang dapat

terjadi ketika kita menjalankan usaha yang mengeluarkan limbah

tertentu. Pada kondisi usaha jasa, lingkungan ekologi juga sangat perlu

diperhatikan demi kenyamanan pelanggan.

Anda mungkin juga menyukai