PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
UUD 1945 hasil amandemen pasal 28 H Ayat ( 1) Mengamanatkan kepada kita, bahwa setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Sistem kesehatan nasional (SKN) tahun 2009 menyebutkan antara lain bahwa tujuan
pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk
agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dari tujuan nasional.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik pasal 15
mengamanatkan bahwa penyelenggara pelayanan kesehatan berkewajiban menyusun dan
menetapkan standar pelayanan agar pelayanan dapat dilaksanakan sesuai dengan standar serta
penyelenggara dapat memberikan pertanggungjawaban terhadap pelayanan yang disediakan.
Millenium Development Goals (MDG’s) menetapkan delapan tujuan dan tujuan ke empat
serta kelima adalah untuk mengukur pencapaian pembangunan di bidang kesehatan.Target yang
ditetapkan adalah menurunkan angka kematian balita sebesar 2/3 dan angka kematian ibu sebesar
3/4 dalam kurun waktu 1990 – 2015. Indonesia masih memerlukan komitmen tinggi dan kerja keras
semua pihak, pemerintah dan masyarakat untuk mampu mencapai angka yang ditargetkan dalam
MDG’s.
Visi pembangunan Nasional tahun2005 – 2025 adalah “ Indonesia yang mandiri, maju, adil
dan makmur “. Rencana pembangunan jangka panjang menengah nasional (RPJMN) tahun 2010 –
2014 ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia disegala bidang dengan
menekankan pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan
kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian.
Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa
Timur Tahun 2009 – 2014, maka pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan arah dan
kebijakan pembangunan daerah yang dilakukan oleh semua potensi yang terdiri dari masyarakat,
swasta dan pemerintah secara sinergis dan berhasil guna mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggitingginya.
Masyarakat sehat merupakan investasi yang sangat berharga untuk mencapai visi
pembangunan di Jawa Timur yaitu “ Mewujudkan masyarakat Jawa Timur yang makmur dan
berakhlak di dalam negara kesatuan Repblik Indonesia” dengan Misinya “ Makmur bersama wong
cilik “.
Untuk mewujudkan visi pembangunan di Jawa Timur tersebut, perlu dilakukan pendekatan
akses dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di Jawa Timur. Salah satu
programnya adalah pengembangan pondok bersalin desa (Polindes) menjadi Pondok Kesehatan
Desa (Ponkesdes) yang telah ditetapkan dalam peraturan Gubernur nomor 4 tahun 2010 tentang
Pondok Kesehatan Desa di Jawa Timur.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup standar Puskesmas meliputi:
1. Administrasi dan Manajemen termasuk kelembagaan, Visi, Misi, dan Tujuan yang merupakan
arah strategi Ponkesdes, Prosedur Pelayanan, Biaya/Tarif, Jenis Pelayanan, Indikator Kinerja,
Uraian Tugas, Perencanaan kegiatan, rekam medik, SOP, Informed consent, tugas limpah dan
hak serta kewajiban pasien.
2. Sumber Daya, meliputi bangunan, pembiayaan, peralatan, Obat-obatan dan Sumber daya
Manusia.
3. Upaya Pelayanan Kesehatan di Ponkesdes, meliputi upaya pelayanan kesehatan wajib dan
pengembangan.
4. Pencatatan pelaporan meliputi pencatatan dan mekanisme pelaporan.
5. Monitoring dan Evaluasi, dan
6. Penilaian standar
C. Batasan Operasional
1. Standar Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) adalah ukuran baku dan tolak ukur yang
dipergunakan dalam penyelenggaraan pelayanan dan penilaian kualitas pelayanan kesehatan di
Ponkesdes.
2. Ponkesdes adalah sarana pelayanan kesehatan yang berada di desa atau kelurahan yang
merupakan pengembangan dari pondok bersalin desa (Polindes) sebagai jaringan Puskesmas
dengan tenaga minimal perawat dan bidan dalam rangka mendekatkan akses dan meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan.
3. Polindes ( Pondok Bersalin Desa ) adalah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang
berada di desa yang memberikan pelayanan kesehatan ibu, anak dan Keluarga berencana yang
dilaksanan oleh bidan
4. Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD) yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 sebagai Perubahan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
3. Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
5. Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 Tentang Cuti
7. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 40 tahun 1991 tentang Pedoman
Penanggulangan Wabah.
8. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
9. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 585/MENKES/PER/IX/1989 tentang
Persetujuan Tindakan Medik.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 919/MENKES/PER/X/1993 tentang
Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 512/MENKES/PER/IV/2007 tentang Izin
Praktek dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran.
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang
Rekam Medik.
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2013 tentang perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK 02.02/MENKES/148/I/2010 tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 161/MENKES/PER/I/2010 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
3.1.2 PEMBIAYAAN
a.Pembiayaan penyelenggaraan Ponkesdes diperoleh dari Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten /Kota ,APBD Propinsi,APBN,,dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat
b.Dana operasional Ponkesdes adalah dana yang dapat digunakan untuk kelangsungan kegiatan di
Ponkesdes,bias berupa dana untuk pemeliharaan bangunan Ponkesdes,pelaksaan program
maupun pembelian bahan pakai habis.
c.Tarif sesuai aturan yang berlaku
3.1.3 PERALATAN
Perawatab kebidanan dan keperawatan harus terlihat bersih sehabis dipakai, langsung
dicuci atau langsung di setlika, disimpan ditempatnya denga rapi dan tertutup sehingga tidak
ada debu yang menempel.
Peralatan (minimal) dan bahan yang harus dimiliki oleh ponkesdes baik dalam gedung
maupun luiar gedung yang terdiri dari :
1.Partus set
2.Heating se
3.IUD kid
4.Perawatan asuhan bayi baru lahir
5.Peralatan persalinan
6.Pelatan pencegahan infeksi
7.Bahan pakai habis
2.Heating set
3.IUD kit
4.Peralatan Persalinan
No Nama Alat
1 Kasa /handuk kecil (untuk menyeka mulut dan hidung)
2 Penghisap lender DE lee/bola karet penghisap (baru dan hidung)
3 Handuk / kain bersih dan kering untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi
4 Lampu 60 watt
5.Peralatan persalin
KEBUTUHAN
NO
1 Air mengalir untuk mencuci tangan
2 Ember untuk menyiapkan larutan klorin
3 Ember plastic dan sikat untuk membersihkan dan mencuci peralatan
4 Perebus/pengukus peralatan untuk DTT
5 Kompos
6 Tempat penyimpanan peralatan bersih yang tertutup rapat
7 Tempat penyimpanan linen bersih yang tertutup
8 Cairan disenfektan
9 Celemek/apron
10 Sarung tangan rumah tangga
11 Pelindung mata/ masker
12 Sepatu karet tertutup
13 Sabun
14 Deterjen
15 Handuk/lap tangan pribadi
16 Tempat pemrosesan alat terpisah dari dapur keluarga
17 Kain lap
18 Kain pel
19 Wadah ani pecah untuk untuk pembuangan semprit dan jarum habis pakai
20 Tempat sampah kering dan basah terkontamoinasi yang terpisah
21 Pembakaran sampah/tempat mengubur sampah/enkapsulasi
g.Bahan pakai habis
1 Kapas
2 Kain kasa
3 Kasa steril
4 Alcohol 70 %
5 Plester
6 Sarung tangan steril
7 Betadin
8 Larutan klorin
9 Safety box
1.Pelatan Medis
a. CHN Kit ;
b. Stanadar Infus;
c. Tromol Kasa/Kain steril;
d. Timbangan dewasa dan pengukur Tinggi Badan;
e. Meja instrument;
f. Bahan pakai habis;
CHN Kit
CHN Kit dipergunakan untuk kunjungan rumah,kelompok dan masyarakat
(Posyandu Balita,Posyandu Lansia,Panti,lapas,dan kelompok remaja,kelompok
sekolah,dll).CHN Kit merupakan peralatan yang wajib dipunyai dalam penerpan
Perkesmas.
3.4.OBAT-OBATAN
1. Jenis obat yang dapat diberikan oleh perawat atascperintah dokter
2. Lebel obat yang memadahi
3. Daftar obat yang tersedia untuk Bidan sesuai dengan keputusan menteri
kesehatan RI Nomor 900/MENKES/SK VII/2002 tanggal 25 juli 2002
6. Pencatatan dalam rekam medis pasien peserta dosis obat yang diberikan
7. Pengelolakan yang meliputi perencanaan,penyimpanan dan penyerehan
8. Pencatatan,pelaporan,dan pengarsipan mengenai pemakaian obat dan efek
samping obat
9. Pemberian informasi kepada pasien maupun keluarga pasien dalam hal
penggunaan dan penyimpanan obat serta berbagai aspek pengetahuan
tentang obat demi meningkatkan kepatuhan dalam penggunaan obat.;
10. Pemantauan terapi obat dan pengkajian penggunaan obat,dan
11. Pengaturan persediaan dan perencanaan obat
b. Kompetensi Perawat :
1. Asuhan keperawatan klinik dan komunitas
2. Pertolongan Pertama Gawat Darurat( PPGD) basic life support (BLS)
3. Imunisasi
4. Konseling
5. Pendidikan kesehatan
6. Keperawatan kesehatan masyarakat.
g.Standar Fasilitas
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Standar Kegiatan
Langkah awal yang dapat dilakukan adalah mengupayakan perubahan perilaku
masyarakat kearah yang lebih baik. Beberapa cara yang dapat diterapkan sebagai usaha
meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Menggalakkan Penyuluhan Tentang Hidup Bersih dan Sehat
Penyuluhan kesehatan lingkungan secara umum dilaksanakan untuk
membudayakan hidup bersih dan sehat, secara khusus dimaksudkan untuk
merubah pengetahuan, sikap dan perilaku hidup sehat dalam pengelolaan,
penyediaan dan pemeliharaan sarana kesehatan lingkungan.
2. Memberi Contoh Lingkungan Sehat bagi masyarakat
Contoh lingkungan sehat bagi masyarakat yang cocok adalah suatu rumah
sederhana dengan pekarangan yang bersih, mempunyai jamban yang cukup syarat
kesehatan, air yang cukup tersedia, adanya tempat pembuangan limbah padat dan
cair.
3. Menunjang Kesehatan Mayarakat Dalam Bidang Sanitasi Lingkungan.
Konsep dan teknis sanitasi yang cocok bagi suatu wilayah, kadangkala dapat timbul
dari masyarakat sendiri. Hal ini merupakan sumbangan besar bagi terlaksananya
usaha sanitasi lingkungan.
4.1.5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular
a. Deskripsi
Lingkup kegiatan surveilans epidemiologi adalah melakukan kegiatan
rutin pengumpulan, penyajian, analisis data kesakitan dan kematian penyakit
menular dan tidak menular termasuk dalam keadaan khusus misalnya terjadi
bencana. Adapun penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah
adalah kolera, pes, demam berdarah dengue, campak, polio, difteri, pertusis,
rabies, malaria, avian influenza H5N1, antraks, leptospirosis, hepatitis,
influenza A baru (H1N1), meningitis, yellow fever dan chikungunya.
Jawa Timur sebagai wilayah rawan bencana. Setiap kejadian bencana
balk bencana alam maupun karena ulah manusia atau kedaruratan komplek
akan menimbulkan krisis kesehatan. Mengingat hal tersebut perlu
kesiapsiagaan baik di Provinsi, kab./kota, kecamatan dan desa untuk
mendorong pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, terjangkau sebagai
suatu system yang terpadu.
Penyakit kusta masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat
Jawa Timur karena 30% penderita kusta yang ada di Indonesia berasal dari
Jawa Timur. Salah satu penyebab masih tingginya jumlah penderita kusta
adalah kurangnya pemahaman masyarakat sehingga banyak penderita kusta
datang berobat dalam keadaan terlambat (cacat). Untuk itu diperlukan upaya
penemuan kasus baru sedini mungkin.
Jawa Timur merupakan provinsi kedua (14%) setelah Jawa Barat sebagai
penyumbang kasus TB di Indonesia. Pada tahun 2009 jumlah kasus TB yang
berhasil ditemukan di Jawa Timur sebanyak 36.999 kasus.
Permasalahan secara umum pada program TB adalah angka penemuan
kasus baru masih dibawah target, hal ini dapat diasumsikan bahwa masih
banyak penderita TB yang berobat ke unit pelayanan kesehatan yang lain
tanpa menggunakan strategi DOTS maka dampaknya akan muncul kasus Multi
Drug Resisten (MDR).
Kejadian Pneumonia di Indonesia pada Balita diperkirakan antara 10% -
20% per tahun. Program P2 ISPA menetapkan angka 10% Balita sebagai target
penemuan penderita Pneumonia Balita per tahun pada suatu wilayah kerja.
Diare mempakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan
tertinggi pada anak, terutama pada anak di bawah umur 5 tahun (balita).
Angka insiden (kesakitan) diare di Indonesia pada tahun 2006 (survei P2 Diare)
423 per 1000 penduduk, sedangkan episode diare balita adalah 1,0 — 1,5 kali
pertahun.
Program P2 Diare menetapkan angka 10% dari perkiraan jumlah
penderita sebagai target penemuan penderita diare per tahun pada suatu
wilayah kerja.
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia merupakan salah satu
penyakit endemis dengan angka kesakitan yang cenderung meningkat dari
tahun ke tahun serta sering menimbulkan KLB di berbagai
Kabupaten/Kota.Strategi utama adalah melakukan upaya preventif dengan
pemutusan mata rantai penularan melalui gerakan PSN Plus tanpa
mengabaikan peningkatan kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB serta
penatalaksanaan penderita.
Kegiatan pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan merupakan suatu proses untuk
mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan pelayanan medis dan manajemen
pelayanan kesehatan.Data dan informasi yang dihasilkan harus akurat dan dapat di percaya.
MEKANISME PELAPORAN
Monitoring dan evaluasi Ponkesdes adalah proses pemantauan dan penilaian kemajuan
keberhasilan Ponkesdes .Proses monitoring dan evaluasi ini ditujukan untuk peningkatan mutu
pelayanan kesehatan di Ponkesdes serta untuk menilai perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai
Ponkesdes menuju visi dan tujuan yang ingin dicapai.
Setiap bulan coordinator di Ponkesdes melakukan evaluasi pelayanan dan melaporkan dan
membandingkan kinerja program dengan target yang ingin dicapai,sehingga perbaikan dapat dilakukan.
Secara berkala tiap 3 bulan dilakukan evaluasi kinerja Tribulan kumulatif Triwulan I/II/III/IV
Ponkesdes dilakukan oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota mengirimkan laporan pelaksanaan Ponkesdes setiap 3(tiga bulan) mengenai kegiatan
pelayanan kesehatan yang dilakukan ke Dinas Kesehatan Provinsi.
Pada akhir tahun Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan Penilaian standar Ponesdes
dan melaporkan hasil penilaian ke Dinas kesehatan Provinsi.
A.Pengawasan:
1. Pengawasan internal dilakukan oleh Puskesmas maupun Dinas Kesehatan
2. pengawasan eksternal dilakukan melalui :
a) Pengawasan oleh masyarakat berupa laporan atau pengaduan masyarakat
b) Pengawasan dilakukan oleh institusi terkait
B.Pembinaan
1. Pembinaan tingkat Puskesmas
2. Pembinaan tingkat Kabupaten/Kota
3. pembinaan tingkat provinsi.
BAB VII
PENILAIAN STANDAR PONKESDES
Mutu cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan di Ponkesdes perlu terus ditingkatkan
sejalan dengan tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih baik.Dasar Penilaian
mengacu pada standar adminitrasi dan manajemen,standar sumber daya serta indicator kinerja
Ponkesdes.
Penilaian Standar Ponkesdes diperlukan untuk dapatnya kita memantau mutu pelayanan
kesehatan di Ponkesdes sehungga memudahkan pembinaan Ponkesdes.Penilaian dilakukan setahun
sekali dengan menggunakan format Penilaian Standar Ponkesdes.
Cara penghitungan Penilaian Standar Ponkesdes :
Sub total 1(Adminitrasi dan Manajemen) 14
Sub total 2 (Sumber daya) 16
Sub total 3 (Proses) 31
Sub total 4(Evaluasi) 39
Jumlah = 100
Nilai standar Ponkesdes = Sub toatal 1 + Sub total 2 +Sub total 3+ Sub total 4
Standar Ponkesdes ini diharapkan dapat membantu penyelenggaraan Ponkesdes agar pelayanan
kesehatan dapat berjalan dengan baik sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
secara optimal melalui pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas.
Standar Ponkesdes merupakan acuan kabupaten/kota dalam mengembangkan kebijakan
operasional setempat ssuai dengan kondisi dan situasi daerah masing-masing.Diharapkan Standar ini
bermanfaat dan dapat membantu Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dalam melaksanakan pembinaan
dan pengawasan secara rutin terhadap penyelenggara pelayanan kesehatan di Ponkesdes.Pada
akhirnya,diharapkan agar kualitas dan efektivitas pelayanan kesehatan di Ponkesdes meningkat.
Penyusunan buku beberapa Standar Ponkesdes.Ini telah di usahakan dengan sebaik-baikny dengan
melibatkan beberapa unsur terkait.Namun demikian tentu masih terdapat kekurangan dan kekeliruan
dalam penyusunan buku ini,untuk itu saran perbaikan dan penyempurnaan dan pendidikan kesehatan
demi kesempurnaa buku ini.