Anda di halaman 1dari 25

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


2.1.1 Pengertian
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan sebuah kumpulan beberapa
komponen yang saling berinteraksi satu sama lain (Logans, 2007).
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau
lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri
dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek dan nenek (Reinser, 2005).
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan
atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-
masing mempunyai arti sebagaimana unit individu (Gillis, 2006).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang tinggal di satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Depkes RI, 2005).
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami
istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan
anaknya (BKKBN, 2000).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai
hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang
terus-menerus, yang tinggal dalam satu atap, yang mempunyai ikatan
emosional dan mempunyai antara satu orang dengan orang yang lainnya
(Johnsons, 2002).

2.1.2 Menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/ BKKBN (2000),


tahapan keluarga sejahtera terdiri dari :
1. Prasejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal atau belum seluruhnya terpenuhi seperti : spiritual, pangan,
sandang, papan, kesehatan dan KB (Keluarga Berencana).
2. Sejahtera I
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal,
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan social psikologisnya seperti
kebutuhan akan pendidikan, KB (Keluarga Berencana), interaksi dalam
keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal dan transportasi.
3. Sejahtera II
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan
sosial psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
pengembangan, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh
informasi.
4. Sejahtera III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, social psikologis
dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang
teratur bagi masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti
sumbangan materi dan berperan aktif dalam kegiatan masyarakat.
5. Sejahtera III plus
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis
dan pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur
dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki
kepedulian sosial yang tinggi.

2.1.3 Ciri-ciri keluarga menurut Stanhope dan Lancaster (2001) :


1. Diikat dalam suatu tali perkawinan
2. Ada hubungan darah
3. Ada ikatan batin
4. Ada tanggung jawab masing-masing anggota
5. Ada pengambilan keputusan
6. Kerjasama diantara anggota keluarga
7. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
8. Tinggal dalam satu rumah

2.1.4 Tipe/Bentuk Keluarga


1. Tradisional
1) The Nuclear Family (Keluarga Inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
2) The Dyad Family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga Usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak
yang sudah memisahkan diri.
4) The Childless Family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena
mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
5) The Extended Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam
satu rumah, seperti nuclear family disertai: paman, tante, orangtua
(kakek dan nenek) dan keponakan.
6) The Single Parent Family
Keluarga yang terdiri dari satu orangtua (ayah atau ibu) dengan anak,
hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
7) Commuter Family
Kedua orangtua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orangtua yang bekerja di luar kota
bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat “weekend”.
8) Multigenerational Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
9) Kin-Network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama (contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon, dll).
10) Blended Family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11) The Single Adult Living Alone/Single Adult Family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (perceraian atau ditinggal mati).
2. Non-Tradisional
1) The Unmarried Teenage Mother
Keluarga yang terdiri dari orangtua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan
tanpa nikah.
2) The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri
3) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
4) The Nonmarital Heterosexual Cohabiting Family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
5) Gay and Lesbian Families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana
“marital parthner”.
6) Cohabitating Couple
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan pernikahan karena beberapa
alasan tertentu.
7) Group-marriage Family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama,
yang saling merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi
sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anak.
8) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu
sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam
waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanent
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang
dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.
2.1.5 Struktur dan Fungsi Keluarga
1. Fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur:
1) Struktur egalisasi : masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama
dalam menyampaikan pendapat (demokrasi)
2) Struktur yang hangat, menerima dan toleransi
3) Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka : mendorong
kejujuran dan kebenaran (honesty and authenticity)
4) Struktur yang kaku : suka melawan dan tergantung pada peraturan
5) Struktur yang bebas : tidak adanya aturan yang memaksakan
(permisivenes)
6) Struktur yang kasar : abuse (menyiksa, kejam dan kasar)
7) Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman)
8) Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional)
2. Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas :
1) Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak,
hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam
komponen komunikasi seperti : sender, channel-media, message,
environment dan receiver.
Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah :
(a) Karakteristik pengirim yang berfungsi
1. Yakin ketika menyampaikan pendapat
2. Jelas dan berkualitas
3. Meminta feedback
4. Menerima feedback
(b) Pengirim yang tidak berfungsi
1. Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan
dasar/data yang obyektif)
2. Ekspresi yang tidak jelas (contoh: marah yang tidak diikuti
ekspresi wajahnya)
3. Jugmental expressions, yaitu ucapan yang
memutuskan/menyatakan sesuatu yang tidak disadari
pertimbangan yang matang. Contoh ucapan salah benar,
baik/buruk, normal/tidak normal
4. Tidak mampu mengemukakan kebutuhan
5. Komunikasi yang tidak sesuai
(c) Karakteristik penerima yang berfungsi
1. Mendengar
2. Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)
3. Memvalidasi
(d) Penerima yang tidak berfungsi
1. Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar
2. Diskualifikasi
3. Offensive (menyerang bersifat negatif)
4. Kurang mengeksplorasi (miss-communication)
5. Kurang memvalidasi
(e) Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi
1. Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira
2. Komunikasi terbuka dan jujur
3. Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga
4. Konflik keluarga dan penyelesaiannya
(f) Pola komunikasi di dalam keluarga yanag tidak berfungsi
1. Fokus pembicaraan hanya pada seseorang (tertentu)
2. Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
3. Kurang empati
4. Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri
5. Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
6. Komunikasi tertutup
7. Bersifat negatif
8. Mengembangkan gosip
2) Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapakn sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau
status adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status
sebagai istri/suami atau anak.
Perilaku peran :
(1) Peranan ayah : pancari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman,
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
(2) Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu anggota
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
(3) Peranan anak : melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
3) Struktur Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah
perilaku oranglain ke arah positif.
Tipe struktur kekuatan :
(a) Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti
orangtua terhadap anak)
(b) Referent power (seseorang yang ditiru)
(c) Resource or expert power (pendapat ahli)
(d) Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang
akan diterima)
(e) Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai
keinginannya)
(f) Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses
persuasi)
(g) Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi
dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual)
Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses dalam
pengambilan keputusan dalam keluarga seperti :
(a) Konsensus
(b) Tawar menawar atau akomodasi
(c) Kompromi atau de facto
(d) Paksaan
4) Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu
budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan
pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah
pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan system
nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku
yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah.
2.1.6 Fungsi Keluarga
Friedman (1992) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan
keluarga. Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga
untuk mencapai tujuan keluarga tersebut. Proses ini termasuk komunikasi
diantara anggota keluarga, penetapan tujuan, resolusi konflik, pemberian
makanan dan penggunaan sumber dari internal maupun eksternal.
Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalam keluarga
memerlukan dukungan secara psikologi antar anggota keluarga, apabila
dukungan tersebut tidak didapatkan maka akan manimbulkan konsekuensi
emosional seperti marah, depresi dan perilaku yang menyimpang.
Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila terjadi
komunikasi yang jelas dan secara langsung. Komunikassi tersebut akan
mempermudah menyelesaikan konflik dan pemecahan masalah.
Fungsi keluarga menurut Friedman (1992) adalah :
1. Fungsi afektif dan koping
Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu
anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi
stress.
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap dan
mekanisme koping, memberikan feedback dan memberikan petunjuk
dalam pemecahan masalah.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan
meneruskan keturunan.
4. Fungsi ekonomi
Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan
kepentingan di masyarakat
5. Fungsi fisik
Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk
untuk penyembuhan dari sakit.
Fungsi keluarga menurut Allender (2000) :
1. Affection
1). Menciptakan suasana persaudaraan/menjaga perasaan
2). Mengembangkan kehidupan seksual dan kebutuhan seksual
3). Menambah anggota baru
2. Security and acceptance
1). Mempertahankan kebutuhan fisik
2). Menerima individu sebagai anggota
3. Identity and satisfaction
1). Mempertahankan motivasi
2). Mengembangkan peran dan self image
3). Mengidentifikasi tingkat sosial dan kepuasan aktivitas
4. Affiliation and companionship
1). Mengembangkan pola komunikasi
2). Mempertahankan hubungan yang harmonis
5. Socialization
1). Mengenal kultur (nilai dan perilaku)
2). Aturan/pedoman hubungan internal dan eksternal
6. Controls
1). Mempertahankan kontrol sosial
2). Adanya pembagian kerja
3). Penempatan dan menggunakan sumber daya yang ada

Fungsi keluarga menurut BKKBN (2000) :


1). Fungsi keagamaan : memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota
keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga
untuk menanamkan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan
ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
2). Fungsi sosial budaya : membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-
norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak,
meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3). Fungsi cinta kasih : memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan
perhatian di antara anggota keluarga
4). Fungsi melindungi : melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak
baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman
5). Fungsi reproduksi : meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan
anak, memelihara dan merawat anggota keluarga
6). Fungsi sosialisasi dan pendidikan : mendidik anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya, menyekolahkan anak, bagaimana keluarga
mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik
7). Fungsi ekonomi : mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan penghassilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan
keluarga di masa datang
8). Fungsi pembinaan lingkungan
Fungsi keluarga dengan usila :
Fungsi keluarga harus dimodifikasi untuk mengetahui kebutuhan yang
spesifik pada usila dan memfokuskan pada :
1) Memperhatikan kebutuhan fisik secara penuh
2) Memberikan kenyamanan dan support
3) Mempertahankan hubungan dengan keluarga dan masyarakat
4) Menanamkan perasaan pengertian hidup
5) Manajemen krisis

2.1.7 Sistem Keluarga


Keluarga dipandang sebagai sistem sosial terbuka yang ada dan
berinteraksi dengan sistem yang lebih besar (suprasistem) dari masyarakat
(misal: politik, agama, sekolah dan pemberian pelayanan kesehatan). Sistem
keluarga terdiri dari bagian yang saling berhubungan (anggota keluarga) yang
membentuk berbagai macam pola interaksi (subsistem). Seperti pada seluruh
sistem, sistem keluarga mempunyai dua tujuan baik implisit maupun eksplisit,
yang berbeda berdasarkan tahapan dalam siklus hidup keluarga, nilai keluarga
dan kepedulian individual anggota keluarga.
Karakteristik dari sistem keluarga (sistem terbuka) :
1. Komponen : dalam suatu keluarga masing-masing anggota mempunyai
sifat interdepensi, interaktif dan mutual
2. Batasan : dalam suatu keluarga pasti adanya batasan (filter) yang
digunakan untuk menyeleksi informasi yang masuk dan keluar. Batasan
masing-masing keluarga akan berbeda tergantung dari beberapa faktor
seperti : sosial, budaya, ekonomi, dll.
3. Keberadaan : keluarga merupakan bagian dari sistem yang lebih luas
yaitu masyarakat
4. Terbuka (batas yang permeable) di mana di dalam keluarga terjadi
pertukaran antar sistem
5. Mempunyai : masing-masing keluarga mempunyai organisasi.struktur
yang akan berpengaruh di dalam fungsi yang ada dari anggotanya.
Keterangan :
I : individu
K : keluarga
M : masyarakat

2.1.8 Tumbuh Kembang Keluarga


Keluarga sebagaimana individu berubah dan berkembang setiap saat.
Masing-masing tahap perkembangan mempunyai tantangan, kebutuhan,
sumber daya tersendiri dan meliputi tugas yang harus dipenuhi sebelum
kelurga mencapai tahap yang selanjutnya.
Menurut Duval tahap perkembangan keluarga adalah sebagai berikut :
1. Tahap pembentukan keluarga
Dimulai dari pernikahan yang dilanjutkan dengan membentuk rumah
tangga
2. Tahap menjelang kelahiran anak
Tugas utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus,
melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan
saat-saat yang sangat dinantikan
3. Tahap mengahadapi bayi
Keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang kepada
anak, karena pada tahap ini kehidupan bayi sangat tergantung pada kedua
orangtuanya
4. Tahap mengahadapi anak pra sekolah
Pada tahap ini anak mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai
bergaul dengan teman sebayanya, tetapi sangat rawan dengan masalah
kesehatan. Anak sensitfi terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga
adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan, norma-norma agama,
norma-norma sosial budaya.
5. Tahap menghadapi anak sekolah
Tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk
mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur,
mengontrol tugas-tugas sekolah anak dan meningkatkan pengetahuan
umum anak.
6. Tahap mengahadapi anak remaja
Tahap ini paling rawan, karena pada tahap ini anak akan mencari identitas
diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari
kedua orangtua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian
antara kedua orangtua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
7. Tahap melepas anak ke masyarakat
Melepas anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya yang
sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah
tangga.
8. Tahap berdua kembali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri,
tinggallah suami dan istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan
merasa sepi, dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat
menimbulkan depresi dan stress.
9. Tahap masa tua
Tahap ini masuk ke tahap lansia, dan kedua orangtua mempersiapkan diri
untuk meninggalkan dunia fana ini.

Mc Goldrick dan Carter (2005) mengembangkan model tahap


kehidupan keluarga yang didasari oleh ekspansi, kontraksi dan penyusunan
kembali (realigment) dari hubungan keluarga yang memberikan support
terhadap masuk, keluar dan perkembangan anggota keluarga. Model ini
diberikan dengan menggunakan aspek emosional, transisi, perubahan dan
tugas yang diperlukan untuk perkembangan keluarga.
Tahap lingkaran kehidupan keluarga proses emosional transisi perubahan
status keluarga yang dibutuhkan untuk perkembangan.
1. Keluarga dengan anak dewasa yang belum menikah menerima pemisahan
dengan orangtua
2. Mengembangkan hubungan saudara yang intim
3. Pemisahan dengan keluarga mampu bekerja sendiri
4. Keluarga yang baru menikah komitmen dengan sistem baru
5. Membentuk sistem keluarga
6. Menyusun kembali hubungan dengan extended family dan teman-teman
7. Keluarga dengan anak muda / anak yang masih kecil menerima generasi
baru dari anggota yang ada dalam sistem mengambil peran orangtua
8. Menyusun kembali hubungan dengan extended family terhadap peran
orangtua dan kakek nenek
9. Menyediakan tempat untuk anaknya
10. Keluarga dengan anak remaja meningkatkan fleksibilitas keluarga dari
ketergantungan anak
11. Perubahan hubungan orangtu anak dari masuk remaja ke arah dewasa
12. Memfokuskan kembali pada masa mencari teman dekat dan karir
13. Memulai perubahan perhatian untuk generasi yang lebih tua
14. Keluar dan pindahnya anak-anak menerima sistem yang keluar dan masuk
dalam jumlah yang banyak ke dalam keluarga
15. Membicarakan kembali sistem perkawinan sebagai keluarga
16. Mengembangkan hubungan orang dewasa ke orang dewasa di antara anak-
anak yang sudah besar dengan orangtua
17. Menyesuaikan hubungan termasuk kepada menantu dan cucu
18. Menerima ketidakmampuan dan kematian dari orangtua (kakek/nenek)
19. Keluarga lansia menerima perubahan dari peran generasi
20. Mempertahankan diri sendiri dan atau pasangan dalam fungsi dan minat
dalam menghadapi penurunan fisiologis, eksplorasi terhadap keluarga
baru dan pilihan peran sosial
21. Mendukung lebih banyak peran sentral untuk generasi pertengahan
22. Membuat ruang sistem untuk hal-hal yang bijaksana dan pengalaman pada
saat dewasa akhir, mendukung generasi yang lebih tua tanpa memberikan
fungsi yang berlebihan kepada mereka
23. Menerima kehilangan pasangan, sibling dan teman sebaya dan
mempersiapkan untuk kematian diri sendiri, menerima dengan pandangan
dan keutuhan

2.1.9 Keperawatan Kesehatan Keluarga


Health care activities, health beliefs and health values merupakan
bagian yang dipelajari dari sebuah keluarga. Sehat dan sakit merupakan
bagian dari kehidupan, perilaku individu menunjukkan sebagaimana anggota
keluarga yang harus dipelajari. Friedman (1998) mengidentifikasi dengan
jelas kepentingan pelayanan keperawatan yang terpusat pada keluarga
(familyy-centered nursing care), yaitu:
1. Keluarga terdiri dari anggota yang saling ketergantungan satu sama
lainnya (interdependent) dan berpengaruh dengan yang lainnya. Jika salah
satu sakit maka anggota keluarga yang lain juga merupakan bagian yang
sakit.
2. Adanya hubungan yang kuat di antara keluarga dengan status kesehatan
anggotanya, maka anggota keluarga sangat penting peranannya dalam
setiap pelayanan keperawatan.
3. Tingkat kesehatan anggota keluarga sangat signifikan dengan aktivitas di
dalam promosi kesehatannya.
4. Keadaan sakit pada salah satu anggota keluarga dapat sebagai indikasi
problem yang sama di dalam anggota yang lainnya.
Perawatan kesehatan keluarga (Family Health Nursing) adalh tingkat
perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada
keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dnegan sehat sebagai
tujuannya dan melalui perawatan sebagai sarannya. Dalam perawatan
kesehatan masyarakat, yang menerima pelayanan perawatan dibagi menjadi 3
tingkat, yaitu: tingkat individu, tingkat family atau keluarga dan tingkat
community atau masyarakat.
1. Tingkat individu
Perawat memberi pelayanan perawatan kepada individu dengan kasus-
kasus tertentu, pasien dengan TBC, pasien dengan DM, ibu hamil dan
sebagainya yang mereka jumpai di poliklinik. Perawat melihat kasus ini
sebagai individu dengan memperhatikan atau tanpa memberi perhatian
kepada keluarga atau masyarakat di mana pasien ini adalah anggotanya.
Individu yang menjadi sasaran perawatan dan yang menjadi pusat
perhatian adalah masalah kesehatan individu itu serta pemecahan
masalahnya. Keluarga pasien tidak mutlak diikutsertakan dalam
pemecahan masalah.
2. Tingkat keluarga
Dalam tingkatan ini yang menjadi sasaran pelayanan adalah keluarga.
Yang dimaksud keluarga di sini adalah dua atau lebih dari dua individu
yang bergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi
satu sama lain di dalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan. Dalam tingkatan ini, anggota
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan akan dirawat sebagai
anggota keluarga. Yang menjadi pusat dari perawatan adalah keluarga.
Maka perawat akan menghadapi pasien yaitu keluarga dengan ibu hamil,
keluarga dengan ayah berpenyakit TBC, keluarga dengan anak reardasi
mental, dll.
3. Tingkat masyarakat
Masyarakat adalah kumpulan dari keluarga-keluarga. Kata masyarakat
mengandung arti geografis dan sosio-budaya. Yang menjadi obyek dan
subyek perawatan adalah kelompok masyarakat pada daerah tertentu
dengan permasalahan kesehatan, misalnya masyarakat dengan kejadian
demam berdarah atau cholera.
2.1.10 Beban Kasus Keluarga
Beban kasus keluarga (family case load) adalah jumlah macam kasus
dalam keluarga yang dipelihara/dibina oleh seseorang perawat dalam jangka
waktu tertentu. Pada umumnya keluarga yang ditangani oleh perawat adalah
keluarga-keluarga yang mempunyai masalah dan kebanyakan keluarga ini
adalah keluarga dengan penghasilan yang rendah. Hal ini akan dimengerti
karena kebutuhan akan pelayanan dan bimbingan perawatan lebih tinggi pada
kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Dalam pemberian perawatan keluarga pengambilan keputusan tetap
pada keluarga. Perawat hanya membantu keluarga dalam mendapatkan
keterangan dan pandangan yang realistik terhadap masalah keunggulan dan
kelemahan tiap tindakan yang mereka hadapi. Sehingga semua penentuan
kebijakan dan keputusan adalah hak, kewajiban dan tanggung jawab keluarga,
di mana perawat hanya memfasilitasinya.

2.1.11 Tugas Kesehatan Keluarga


Seperti individu, keluargapun mempunyai cara-cara tertentu untuk
mengatasi masalah kesehatan. Kegagalan dalam mengatasinya akan
mengakibatkan penyakit atau sakit terus menerus dan keberhasilan keluarga
untuk befungsi sebagai satu kesatuan akan berkurang. Dalam perawatan
kesehatan keluarga, kata-kata “mengatasi dengan baik”, diartikan sebagai
kesanggupan keluarga untuk melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatannya
sendiri. Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman adalah:
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga. Ini
ada hubungannya dengan kesanggupan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatan pada setiap anggota keluarga.
2. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
3. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, yang tidak
dapat membantu diri karena cacat atau usianya terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan untuk kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timabla balik antara keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan. Ini menunjukkan pemanfaatan dengan baik akan
fassilitass-fasilitas kesehatan.
2.1.12 Peran Perawat Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan
pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat.
Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan
dengan cara meningkatkan keluarga. Peran perawat dalam melakukan
perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut:
1. Pendidik
2. Koordinator
3. Pelaksana
4. Pengawas kesehatan
5. Konsultan
6. Kolaborasi
7. Fasilitator
8. Penemu kasus
9. Modifikasi lingkungan.

2.1.13 Langkah- Langkah Dalam Perawatan Kesehatan Keluarga


1. Pengkajian
Penkajian merupakan tahap utama dari proses keperawatan yang
digambarkan sebagai proses pengumpulan data secara sistematis,
terorganisasi dan berbagai sumber data. Metode Pengumpulan data :
1) Observasi Langsung
Dengan menggunakan panca indera, perawat dapat mengumpulkan data
tentang :
a) Keadaan fisik dari setiap anggota dan respon perilakunya
b) Pola komunikasi yang dipakai
c) Peran setiap anggota keluarga
d) Keadaan rumah dan keluarga
2) Wawancara
a) Dilakukan pada anggota keluarga yang mempunyai tanggung jawab
terhadap masalah yang terkait
b) Wawancara terhadap kolega yang memberikan pelayanan terhadap
keluarga
c) Terhadap masyarakat atau kerabat bila perlu
3) Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan tipologi masalah
kesehatan yang terdiri dari tiga kelompok kesehatan (Teeman) :
a) Ancaman kesehatan (Health Treast)
Merupakan suatu kondisi atau situasi yang dapat
menimbulkan penyakit, kecelakaan atau tidak mengenal potensi
kesehatan, meliputi:
(1) Riwayat penyakit keturunan : DM, asma bronkhiiale
(2) Penyakit menular : TBC, hepatitis, gonore
(3) Benar atau jumlah keluarga berhubungan dengan sumbre
daya keluarga
(4) Kecelakaan
(5) Nutrisi
(6) Stress
(7) Kesehatan lingkungan
(8) Kebiasaan personal
(9) Riwayat kesehatan
(10) Status imunisasi
(11) Peran
4) Definisi Kesehatan
Merupakan suatu keadaan gagal mempertahankan kesehatan termasuk :
a) Keadaan sakit yang belum atau sudah terdiagnosa
b) Keadaan tumbuh kembang secara normal
c) Gangguan kepribadian
5) Krisis
Adalah saat- saat keadaan terlampau banyak dari individu atau
keluarga dalam hal penyesuaian maupun dalam hal sumber daya
mereka meliputi :
a) Penghasilan
b) Kehamilan, persalinan dan masa nifas
c) Menjadi orang tua
d) Penambahan anggota keluarga
e) Abortus
f) Anak masuk sekolah
g) Remaja masuk sekolah
h) Kehilangan pekerjaan
i) Kematian anggota keluarga
j) Pindah rumah
k) Kelahiran diluar perkawinan
Dan pola kehidupan keluarga ,meliputi :
1. Daerah pedesaan : Agraris, tradisional, terang ,akrab, sederhana, dan
menghormati orang tua
2. Daerah perkotaan : Dinamis, rasional, konsumtif, demokratis, individual,
dan terlibat politik.
2. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Ada 5 macam diagnosa keperawatan untuk tiap masalah kesehatan
adalah:
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan karena :
a. Karena tidak tahu (ignetant)
b. Karena sikap tak acuh
c. Terlalu sibuk
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat karena :
a. Karena kurang pengetahuan
b. Karena tidak ada kesempatan pendapat antara anggota keluarga
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
a. Karena tidak tahu
b. Kurang fasilitas
c. Karena sikap tak acuh
4) Kemampuan keluarga memelihara atau memodifikasi lingkungan
rumah yang sehat karena
a. Tidak ada fasilitas
b. Ekonomi rendah
c. Sikap tak acuh
d. Tidak ada biaya
5) Kemampuan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada.
Skoring diagnosis Keperawatan menurut Bailon Dan Maglaya (1978)
No. Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah
Skala :
a. tidak atau kurang sehat 3
b. ancaman kesehatan 2 1
c. keadaan sejahtera 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah


Skala :
a. mudah 2
b. sebagian 1 2
c. tidak dapat 0

3 Potensi masalah untuk dicegah


Skala :
a. tinggi 3
b. cukup 2 1
c. rendah 1

4 Menonjolnya masalah
Skala :
a. masalah berat, harus segera ditangani 2
b. ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani 1 1
c. masalah tidak dirasakan 0

3. Perencanaan
1) Menetukan saran
Adapun tujuan umum merupakan hasil akhir yang dicapai melalui
semua usaha.
2) Menentukan tujuan (objective)
Merupakan pernyataan ynng spesifik tentang hasil yang diharapkan dari
tindakan keperawatan.
3) Menentukan intervensi keperawatan
4) Menentukan rencana evaluasi
a. Kriteria Evaluasi
Adapun tanda- tanda indikator yang merupakan obyektif telah
dicapai
b. Standart Evaluasi
Adalah tingkat performen yang menunujukan dikaitkan dengan
kriteria.
4. Implementasi
1) Merupakan salah satu tahap proses pemerataan keluarga dimana perawat
mendapat kesempatanuntuk membangkitkan minat.
2) Keluarga mengadakan perbaikan
5. Evaluasi
1) Harus berorientasi pada tujuan
2) Metode evaluasi
a. Observasi langsung
b. Memeriksa laporan (record)
c. Wawancara
d. Latihan stimulasi.

2.2 Konsep Rumah Sehat


2.2.1 Pengertian
Perumahan merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia
disamping sandang dan pangan .
Masalah perumahan merupakan masalah yang mempunyai pengaruh
didalam kehidupan manusia sehari-hari.
Akhir-akhir ini dengan bertambahnya populasi manusia, dan
kurangnya lahan untuk membangun rumah, sehingga sering muncul masalah
kesehatan pada rumah dan lingkungannya.
Pengertian rumah sehat adalah rumah yang dapat memenuhi
kebutuhan rohani dan jasmani secara layak sebagai suatu tempat tinggal atau
perlindungan dari pengaruh alam luar.

2.2.2 Lingkungan Rumah


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam lingkungan rumah apabila
menghendaki suatu linkungan yang baik dan sehat adalah :
1. Sampah-sampah di tempat tinggal dapat ditanggulangi dengan cara dibuang
dilokasi pembuangan sampah (yang jauh dari lingkungan tempat tinggal),
atau dengan pembuatan lubang sampah, dengan menimbun atau dikelolah
untuk dibuat pupuk kandang.
2. Genangan air, air tidak boleh tergenang lebih dari seminggu, karena dapat
dijadikan tempat berkembang biaknya nyamuk, masalah ini dapat diatasi
dengan pembuatan parit – parit atau selokan agar air dapat mengalir.
3. Sumber Air (sumur), konstruksinya baik dan memenuhi syarat, perlu
diperhatikan saat membuat sumur, jarak minimal dari sumber air kotor
(septick tank, sumur resapan, saluran air kotor yg tidak kedap air) adalah 7
meter, agar sumur tidak tercemar.
4. Tanaman disekitar rumah, pepohonan yang rindang akan mengakibatkan
lingkungan yang gelap dan lembab, diusahakan agar sinar matahari pagi
dapat menyinari rumah, tanpa terhalang oleh pepohonan
5. Kadang hewan (biasanya untuk rumah di pedesaan), letaknya diusahakan
agar tidak terlalu dekat dengan rumah terutama pembungan kotoran, dapat
dibuatkan tempat – tempat tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai

2.2.3 Konstruksi Rumah


1. Konstruksi Bambu
Apabila usuk menggunakan bambu, harus diperhatikan dalam pemotongan
bambu, diusahakan pemotongannya tepat pada ruas, bila tidak ujung
bambu, agar tidak lembab dan menjadi sarang tikus.
2. Lantai rumah
Harus selalu kering, maka tinggi lantai harus disesuaikan dengan kondisi
setempat, lantai harus lebih tinggi dari muka tanah.
3. Penempatan langit-langit
Dibuat sedemikian rupa, sehingga masih ada ruang antara, adanya ruang
tersebut antara atap dan langit-langit, agar orang dapat masuk kedalamnya
untuk membersihkan ruang dan perbaikan.
4. Dinding Rumah
Apabila dibuat dinding rangkap tidak boleh ada ruang antara, karna akan
menjadi sarang tikus, dan bila terbuat dari bata atau sejenisnya diusahakan
menggunakan komposisi campuran yg benar dapat dilihat disini.
5. Sudut Kemiringan atap
Kemiringang atap disesuaikan dengan bahan yang akan dipakai, agar air
hujan dapat mengalir dengan baik.
Atap dari bahan alam = 30 derajat
Atap genteng = 25 derajat
Atap asbes,seng = 15 derajat.

2.2.4 Kebutuhan Udara


a. Pada daerah tropis, setiap orang membutuhkan hawa udara 500 lt/jam sampai
dengan 1500 lt/jam.
b. Kecepatan angin atau udara yang melaluli ventelasi pada ketinggian 2 meter
dari muka tanah rata-rata sekitar 0,01 – 0,5 m/lt. Pada rumah sehat
kebutuhan udara tersebut dapat dipenuhi dengan memperhatikan lubang
ventelasi pada rumah tersebut, dengan cara perhitungan sebagai berikut :
Q = K.A
Q = Volume udara dalam ruangan
A = Luas lubang ventelasi
Koefesien K = (0,6 – 0,8 untuk arah angin ventelasi), (0,3 – 0,4 untuk arah
angin datang bersudut 45).

2.2.5 Kebutuhan Cahaya


Kebutuhan cahaya (Er).
1. Ruang gambar = 300 lux
2. Ruang Sekolah= 150 lux
3. Ruang kediaman= 125 lux

Perbandingan luas jendela dengan luas lantai.


1. Ruang kerja , luas jendela 1/5 a 1/3 luas lantai
2. Ruang sekolah, luas jendela 1/6 a 1/3 luas lantai
3. Ruang kediaman, luas jendela 1/8 a 1/6 luas lantai
4. Ruang orang sakit, luas jendela 1/5 a ¼ luas lantai
5. Sudut datang lebih besar atau sama denga 27 derajat.
6. Sudut lihat lebih besar 5 derajat.

Rumah Sehat Bebas Nyamuk


1. Beri pencahayaan alami yang cukup pada rumah. Nyamuk sangat menyukai
untuk bersarang di lingkungan yang lembab, dingin dan gelap. Upayakan
agar desain rumah memiliki pencahayaan alami yang dibuat cukup besar
sehingga mampu memberi akses sinar matahari ke dalam ruangan.
2. Hilangkan genangan air yang bisa jadi tempat berkembang biak. Buanglah
sampah dan barang-barang bekas seperti kaleng, tong, pot, baskom, ember
yang bisa menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Ingatlah bahwa
nyamuk betina akan bertelur di dalam air yang tergenang. Telur-telur ini
akan berkembang menjadi larva dan kemudian berubah menjadi bentuk
dewasa dalam 10 hari.
Kuras bak mandi minimal seminggu sekali untuk mencegah telur
nyamuk menetas menjadi larva. Berilah beberapa ekor ikan di kolam taman
sebagai predator alami larva nyamuk.
Jika Anda memang tidak bisa menghilangkan genangan air tersebut,
maka masukkan bubuk abate sesuai petunjuk untk mencegah larva
berkembang menjadi nyamuk dewasa.
1. Ubah kebiasaan menggantung baju dalam jangka waktu lama. Jangan
dibiasakan untuk menggantung baju-baju di gantungan (terutama di
belakang pintu) dalam waktu lama. Selain menimbulkan kesan kurang rapi,
juga bisa menjadi tempat hunian yang nyaman bagi nyamuk. Gantunglah
baju didalam lemari gantung dan berilah pengharum semacam kapur barus
dsb.
2. Pasang tirai/kasa nyamuk. Untuk mencegah nyamuk memasuki nyamuk,
Anda sebaiknya memasang tirai nyamuk pada lubang-lubang ventilasi,
jendela atau pintu. Pada saat ini sudah banyak produk tirai nyamuk modern
dari berbagai merk, yang bisa dipasang secara praktis dan pemasangannya
akan menjadi menjadi bagian dari interior penghias ruangan yang menarik.
3. Pangkas tanaman yang terlalu rimbun. Tanaman-tanaman yang berdaun
rimbun di sekitar rumah memang akan memberi suasana teduh, segar dan
alami. Akan tetapi sebaliknya lokasi tersebut juga akan menjadi hunian
yang disukai nyamuk. Pangkaslah daun-daun yang terlalu rimbun secara
berkala untuk mencegah menjadi tempat hunian nyamuk.
4. Tanamlah tanaman yang tidak disukai nyamuk. Ternyata tidak semua
tanaman disukai oleh nyamuk. Beberapa jenis tanaman justru memiliki
aroma yang sangat dibenci nyamuk, misalnya tanaman Lavender, Akar
Wangi, Geranium, Zodia dan Selasih. Boleh dicoba untuk menanam
tanaman tersebut di sekitar rumah Anda, siapa tahu ternyata bisa jadi cara
ampuh mengusir nyamuk.
5. Pasang perangkap nyamuk. Ada baiknya Anda memasang perangkap
nyamuk, yang bisa berfungsi untuk menarik perhatian nyamuk, menangkap
dan membunuhnya. Banyak literatur di internet yang memberikan
informasi tentang cara membuat alat perangkap nyamuk secara mudah.
6. Gunakan obat anti nyamuk yang aman. Nah, jika cara-cara di atas ternyata
belum maksimal, gunakan obat anti nyamuk di rumah Anda. Ada berbagai
jenis dan merk, mulai dari jenis obat nyamuk bakar, obat nyamuk semprot,
elektrik hingga berupa cream/lotion. Pilihah obat anti nyamuk yang aman
bagi kesehatan Anda sekeluarga, dan bacalah petunjuk pemakaian secara
seksama sebelum menggunakannya (hh).

2.2.6 Klasifikasi Rumah


1. Rumah Sehat
Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan
keluarga serta memenuhi syarat kesehatan.
Rumah sehat secara sederhana adalah rumah yang memiliki ruangan terpisah
untuk keperluan hidup sehari-hari dengan ukuran yang memadai, antara lain :
1) Kamar tidur
2) Ruang makan/keluarga
3) Dapur
4) Kamar mandi
5) Jamban / WC
6) Tempat cuci pakaian
7) Syarat rumah sehat :
8) Bahan bangunan tidak terbuat dari bahan yang berbahaya bagi kesehatan.
9) Lantai sebaiknya yang kedap air, dinding kuat dan tidak lembab serta
berwarna cerah.
10) Memiliki ruang-ruangan yang tertentu.
11) Pencahayaan alam atau buatan harus cukup.
12) Suhu antara 18o – 30o C.
13) Memiliki ventilasi.
2. Kesehatan Lingkungan Perumahan
1) Lingkungan perumahan yang memiliki persyaratan kesehatan, antara lain:
2) Lokasi tidak terletak pada daerah rawan bencana.
3) Udara jauh dari pencemaran.
4) Kualitas air tanah dan air minum harus baik dan memenuhi persyaratan
kesehatan.
5) Kualitas tanah lokasi perumahan harus baik dan memenuhi persyaratan
kesehatan.
6) Sarana dan prasarana lingkungan harus bagus.
7) Pengelolaan pembuangan kotoran manusia dan pembuangan sampah
tidak mencemari air tanah, tidak berbau, tidak dipakai untuk sarang
penyakit, dan lain-lain.
8) Penghijauan.
3. Rumah Yang Tidak Sehat Dan Akibatnya.
Rumah dengan kondisi berikut :
(1) Kotor
(2) Ruangan pengap, lembab
(3) Asap dapur tidak keluar dari rumah
(4) Sampah menumpuk
(5) Kamar mandi dan tempat air tidak bersih
(6) Lantai kamar mandi berlumut
(7) Penggunaan alat elektronik yang tidak tepat

2.2.7 Upaya Agar Rumah Menjadi Sehat


Yang perlu dilakukan agar rumah menjadi sehat :
1) Membuka jendela kamar setiap pagi dan siang.
2) Membersihkan rumah dan halaman rumah setiap hari.
3) Kamar mandi dijaga kebersihannya setiap hari.
4) Membuang sampah pada tempatnya.
5) Mendapat penerangan yang cukup.
6) Dinding diusahakan terang.
7) Menata rapi barang di rumah.
8) Melakukan penghijauan pada halaman.
9) Menguras bak mandi.
10) Mengubur barang bekas.

Manfaat rumah sehat.


1. Untuk tempat beristirahat, tempat tinggal dan kegiatan hidup harian.
2. Melindungi manusia dari cuaca baik / buruk.
3. Mencegah penyebaran penyakit menular.
4. Melindungi penghuninya dari bahaya-bahaya dari luar.
5. Meningkatkan hubungan sosial diantara penghuninya.

Anda mungkin juga menyukai