Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kaitannya dengan sistem elektronis, Sensor pada dasarnya dapat dipandang
sebagai sebuah perangkat atau device yang berfungsi mengubah suatu besaran
fisik menjadi besaran listrik, sehingga keluarannya dapat diolah dengan rangkaian listrik
atau sistem digital. Dewasa ini, hampir seluruh peralatan modern
memiliki sensor di dalamnya.
Berdasarkan variabel yang diindranya, sensor dikatagorikan kedalam dua jenis : sensor
Fisika dan sensor Kimia. Sensor Fisika merupakan jenis sensor yang mendeteksi suatu
besaran berdasarkan hukum-hukum fisika, yaitu seperti sensor cahaya, suara, gaya, kecepatan,
percepatan, maupun sensor suhu. Yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sensor cahaya.
Udara merupakan sumber daya alam dan sangat mudah didapatkan sehingga pada
realisasi dan aplikasi teknik sekarang ini udara banyak digunakan sebagai penggerak untuk
mengontrol peralatan dan komponen-komponennya yang kita kenal sekarang ini dengan
pneumatik. Sistem pneumatic yang dalam bahasa Yunani “pneuma” yang artinya udara atau
angin. Dengan kata lain penumatik adalah semua sistem yang menggunakan tenaga yang
disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu sensor optic/cahaya?
2. Apa itu sistem pneumetik?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sensor optic/cahaya
2. Untuk mengetahui sistem pneumetik

1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Sensor Cahaya
2.1.1 Definisi
Sensor cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya,
pantulan cahaya, bias cahaya yang mengenai benda atau ruangan yang diproses dan
dikondisikan lalu dirubah menjadi besaran listrik. Secara umum, suatu sensor cahaya akan
dikelompokkan dalam 2 sifat, yaitu :
1. Bersifat Resistif, artinya perubahan-perubahan intensitas cahaya akan mempengaruhi
nilai resistansi dalam rangkaian.
2. Bersifat Kapasitif, artinya perubahan-perubahan intensitas cahaya akan mempengaruhi
nilai kapasitansi dalam rangkaian.

2.1.2 Komponen Sensor Cahaya


 Cahaya
Cahaya merupakan gelombang elektromagnetis (EM) yang memiliki spektrum warna
yang berbeda satu sama lain. Setiap warna dalam spektrum mempunyai energi, frekuensi
dan panjang gelombang yang berbeda. Hubungan spektrum cahaya dan energi dapat dilihat
pada formula dan gambar berikut. Energi photon (Ep) setiap warna dalam spektrum cahaya
nilainya adalah:
ℎ𝑐
𝑊𝑝 = ℎ𝑓 = (1)
𝜆

Dimana :
Wp = energi photon (eV)
h = konstanta Planck’s (6,63 x 10-34 J-s)
c = kecepatan cahaya, Electro Magnetic (2,998 x 108 m/s)
λ = panjang gelombang (m)
f = frekuensi (Hz)
Berikut ini gambaran Spektrum warna berdasarkan panjang gelombang dan energi
foton masing-masing.

Gambar 1. Spektrum Warna berdasarkan panjang gelombang dengan energi fotonnya


2
Sumber-sumber Energi Photon:
Bahan-bahan yang dapat dijadikan sumber energi selain matahari adalah antara lain:
1. Incandescent Lamp yaitu lampu yang menghasilkan energi cahaya dari pijaran filament
bertekanan tinggi, misalnya lampu mobil, lampu spot light, lampu flashlight.
2. Energi Atom, yaitu memanfaatkan loncatan atom dari valensi energi 1 ke level energi
berikutnya.
3. Fluorescense, yaitu sumber cahaya yang berasal dari perpendaran bahan fluorescence
yang terkena cahaya tajam. Seperti Layar Osciloskop
4. Sinar LASER adalah sumber energi mutakhir yang dimanfaatkan untuk sebagai cahaya
dengan kelebihannya antara lain : monochromatic (cahaya tunggal atau membentuk
garis lurus), coherent (cahaya seragam dari sumber sampai ke beban sama), dan
divergence (simpangan sangat kecil yaitu 0,001 radians).

 Elemen Optik
Elemen optik ini, berfungsi untuk memandu cahaya, memilih rentang panjang
gelombang, mentransformasikan menjadi gambar, memanipulasi sudut atau arah datangnya
sinar. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk penyensoran menggunakan optik
yaitu: menggunakan sinar laser, menggunakan prisma, menggunakan fiber optik.
Dalam sensor cahaya, elemen optik yang digunakan adalah fiber optik. Filter optik
digunakan ketika bandwith dari sumber cahaya sangat terbatas atau intensitas cahaya yang
masuk harus dikurangi. Hanya cahaya yang memiliki spektral bandwith yang kecil yang
dapat masuk.

Gambar 2. Fiber Optik; (kiri) cahaya dipandu dalam fiber optik; (kanan) syarat cahaya
dapat dipandu oleh fiber optik.
Agar sinar dapat terpantulkan sempurna, maka indeks bias bahan yang di tengah lebih
besar dari bahan yang di luar, dan sudut sinar datang lebih besar sudut kritis.
Indeks bias yang memiliki bilangan kompleks:
𝑛′ (𝜆) = 𝑛 (𝜆) + 𝑖𝑘(𝜆) (2)
Bagian yang real menyatakan cahaya dibiaskan ketika cahaya menembus diantara dua
bahan. Sedangkan bagian imajinernya κ(λ) menyatakan cahaya di serap oleh bahan. Dan

3
nilai indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya dengan kecepatan pada
medium, secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
𝑐
𝑛=𝑣 (3)

Dimana :
n adalah indeks bias bahan
c adalah kecepatan cahaya
v adalah kecepatan dalam medium optik.

 Detektor Cahaya ( Fotodetektor )


Fotodetektor merupakan sistematika kerja yang mengubah suatu pancaran cahaya
menjadi sinyal listrik.

Gambar 3. Skema Fotodetektor


Prinsip Kerja Fotodetektor :
Sebelum cahaya mengenai fotodetektor, terlebih dahulu cahaya dipandu agar tepat
mengenai fotodetektor melalui elemen-elemen optik, sebagai berikut :

Gambar 4. Skema cahaya melewati elemen optik untuk mengenai fotodetektor

Setelah sumber cahaya tersebut mengenai fotodetektor, maka foton cahaya yang
memiliki energi akan mengeksitasi elektron dalam bahan fotodetektor sehingga menjadi
elektron bebas. Elektron bebas ini dibangkitkan dengan cara memindahkan elektron dari
pita velensi ke pita konduksi, dan yang tertinggal dalam pita valensi adalah lubang yang
lazim dinamakan dengan hole bebas. Proses terjadinya pasangan eletktron-hole ini disebut
dengan photogeneration. Proses ini ditunjukkan pada gambar 5, dimana foton diserap oleh
atom yang menyebabkan sebuah elektron pindah dari level valensi menuju level konduksi.

4
Gambar 5. Skema pembangkitan pasangan elektron-hole

Perubahan energi yang terjadi pada elektron adalah Eg, yaitu agar peristiwa ini terjadi,
maka energi minimal yang dimiliki oleh foton adalah Eg. Karena energi foton berkaitan
dengan frekuensinya (atau panjang gelombang), maka nilai energi gap, Eg ini menentukan
respon daerah spektral detektor cahaya. Energi photon, Ep, harus lebih besar atau sama
dengan energi gap, Eg.
Ep ≥ E g
h × f ≥ Eg (4)
Dengan : Ep adalah energi foton.
Eg adalah energi gap bahan.
h adalah konstanta Planck’s (6,63 x 10-34 J.s).
f adalah frekuensi (Hz)
Detektor cahaya ini tidak merespon bila cahaya yang datang memiliki frekuensi lebih
kecil dari frekuensi cut off ( fC ), dimana fC didefinisikan sebagai:
fC  Eg / h

atau panjang gelombang cahaya tidak boleh lebih besar dibanding dengan panjang
gelombang cut off ( C ), dimana C didefinisikan sebagai:
C  h  c / E g

Jenis – jenis Fotodetektor :


a) Foto Transistor
Foto Transistor ialah sebuah alat untuk merubah cahaya menjadi elektron dengan
elemen dasar yang digunakan ialah bipolar transistor. Prinsip kerja foto transistor
hampir sama dengan kerja transistor, hanya saja pada transistor biasa yang masuk ke
dalam transistor ialah berupa arus DC namun pada foto transistor yang diberikan kepada
basis ialah intensitas cahaya. Dalam kondisi normal, kolektor mendapat reverse bias,
dan emitor mendapat forward bias. Pada kaki kolektor akan selalu ada sedikit arus bocor
(Ico), yaitu arus bocor antara kolektor dan basis. Ico selain dipengaruhi oleh temperature
juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang datang pada daerah pengosongan antara

5
kolektor dan basis. Sifat inilah yang dimanfaatkan oleh foto transistor untuk dapat
menghantar atau on.
Saat foto transistor tidak terkena cahaya, Basis – Emitor tidak mendapatkan bias,
elektron tidak dapat bergerak bebas, sehingga depletion layer melebar, dengan demikian
arus tidak dapat mengalir, transistor dalam keadaan Cut off. Sebaliknya, saat foto
transistor terkena cahaya dengan intensitas cahaya yang sesuai dengan karakteristik foto
transistor tersebut, maka terjadi perpindahan elektron di sekitar lapisan pengosongan
yang akhirnya membentuk sebuah ikatan ion di sekitar lapisan pengosongan, sehingga
lapisan pengosongan menyempit dan transistor akan bersifat menghantar atau transistor
on.

Gambar 6. Foto transistor; (a) Simbol foto transistor; (b) Foto transistor terkena
cahaya; (c) Foto transistor tidak terkena cahaya

Rangkaian Pengkondisi Foto Transistor


Rangkaian ini mendeteksi arus tersebut dengan menggunkan resistor untuk
mengubah arus menjadi tegangan, kemudian tegangan dikuatkan dengan menggunakan
penguat Operasional ( Op-Amp ) yang rangkaiannya sebagai berikut :

Gambar 7. Rangkaian pengkondisi foto transistor


Karakteristik Foto Transistor, antara lain : dalam rangkaian jika menerima cahaya
akan berfungsi sebagai resistan, dapat menerima penerimaan cahaya yang redup (kecil),
semakin tinggi intensitas cahaya yang diterima, maka semakin besar pula resistan yang
dihasilkan, memerlukan sumber tegangan yang kecil, menghantarkan arus saat ada

6
cahaya yang mengenainya, penerimaan cahaya dilakukan pada bagian basis, apabila
tidak menerima cahaya maka tidak akan menghantarkan arus.
b) Foto Multipliers
Prinsip kerja foto detektor menggunakan prinsip efek fotolistrik, bahan yang
digunakan untuk foto detektor memiliki suatu energi ambang dimana energi ini yang
mempertahankan elektron agar tidak lepas dari permukaan . Pada efek fotolistrik foton
dengan energi tertentu yang sebanding dengan frekuensionya menabrak elektron yang
berada di permukaan bahan lalu elektron terlepas dari permukaan yang memiliki energi
kinetic dikarenakan energi foton yang lebih besar dari energi ambang bahan sehingga
elektron memiliki energi lebih untuk bergerak diluar permukaan dengan energi kinetik
Ek sebagai berikut :
Ek = h . f – W (5)
Dengan: h = konstata planck ( 6,63x 10^-34 J.s )
W = energi ambang (cut off) bahan
Sebagai konsekuensi penting, energi kinetik dari fotoelektron tidak
tergantung pada intensitas cahaya. Ini berarti bahwa jika sumber cahaya tidak
memancarkan foton dengan energi yang cukup, tidak akan ada elektron yang terlepas
dari permukaan, tidak peduli seberapa besar intensitas sumber cahaya. Intensitas cahaya
yang menabrak elektron mempengaruhi jumlah arus yang dihasilkan oleh lepasnya
elektron-elektron.

Gambar 8. Skema kerja foto multipliers


Namun, jika energi dari foton cukup besar, peningkatan intensitas cahaya
akan meningkatkan jumlah elektron dan terjadilah photocurrent. Arus ini mungkin
sangat rendah untuk sejumlah kecil foton, dapat dikuatkan dengan
pengaturan seperti yang digambarkan diatas, yang disebut photomultiplier tube (PMT):
sebuah tabung kaca yang dievakuasi berisi photocathode, anoda, dan beberapa
tambahan elektroda, "dynodes" Materi photocathode menentukan spektral sensitivitas
detektor.

7
Ketika fotoelektron menabrak dynode terlebih dulu setelah dipercepat oleh
penurunan potensial, elektron sekunder akan dilepaskan. Masing-masing akan
menabrak dynode kedua dan, pada gilirannya akan melepaskan elektron sekunder
tambahan. Ini efek avalanche yang akan menyebabkan penguatan arus kation dari
tempat ke tempat. Arus anoda yang dihasilkan ditransformasikan menjadi tegangan
pada sebuah resistor (R 'pada Gambar diatas). Tegangan ini sebanding dengan besarnya
intensitas cahaya pada photocathode. Dalam gambaran yang lebih nyata dapat digambar
sebagai berikut :

Gambar 9. Prinsip kerja foto multipliers


c) Foto Dioda
Sensor foto dioda memanfaatkan efek kuantum pada junction, energi yang diterima
oleh elektron yang memungkinkan elektron pindah dari band valensi ke band konduksi
pada kondisi bias mundur. Fotodioda tidak memerlukan adanya tegangan tinggi dan
tidak ada detektor khusus yang diperlukan dengan begitu bahwa fotodioda jauh lebih
mudah di operasikan dibandingkan dari photomultipliers. Fotodioda memanfaatkan
efek foton yang membawa muatan di deplesi layer pada diode sambungan pn: ketika
foton diserap, fotodioda membentuk pasangan elektron yang mengisi setiap hole.
Sedangkan muatan yang dibawa tetap berada dalam bahan ini disebut internal
photoeffect.

Gambar 10. Prinsip kerja foto dioda

Dan tegangan yang arahnya berlawanan membuat muatan yang dibawa mengalami
penyimpangan ke arah eksternal elektroda sehingga memproduksi arus yang nilainya
sebanding dengan intensitas cahaya. Mekanisme tersebut beralainan dengan prinsip

8
kerja LED dan laser diode. Beberapa muatan tersebut yang berpindah sepanjang
sambungan p-n akan hilang selama proses rekombinasi. Selama proses rekombinasi,
bandwith dari diode pn tidak akan melampaui 10 MHz, namun muatan yang berpindah
pada sambungan mengalami panjar mundur.
Foto diode terbuat dari silicon dan germanium, sensitivitas spectral dari silicon ialah
sekitar 300 nm hingga 1100 nm dan germanium pada rentang panjang gelombang 1450
nm hingga 1800 nm. Foto diode biasanya terintegrasi pada sebuah rangkaian elektronik,
dan pada rangkaian tersebut terdapat penguat amplifier, foto diode tersebut secara
langsung terhubung dengan current to voltage converter, tegangan yang dihasilkan
sebanding dengan arus yang juga sebanding dengan intensitas cahaya.
Beberapa karakteristik dioda foto, antara lain:
1. Arus bergantung linier pada intensitas cahaya
2. Respons frekuensi bergantung pada bahan (Si 900nm, GaAs 1500nm, Ge 2000nm)
3. Digunakan sebagai sumber arus
4. Junction capacitance turun menurut tegangan bias mundurnya
5. Junction capacitance menentukan respons frekuensi arus yang diperoleh

Rangkaian Pengkondisi pada Fotodioda


Untuk rangkaian pengkondisi pada fotodioda, digunakan penguat Operasional
Amplifier (OA), fotodioda (PhD) dan Resistor (R) sebagai berikut :

Gambar 11. Rangkaian pengkondisi pada Fotodioda

2.1.3 Sensor Cahaya yang menangkap Panjang Gelombang


a) CCD (Charge-Coupled Device)
Charge-Coupled Device (CCD) merupakan rangkaian terintegrasi dalam suatu chip,
terdiri atas substrat semikonduktor monolitik yang dilapisi insulator (penyekat) yang
tersambung ke elektroda. CCD tidak lain adalah kumpulan dioda metal-oxide
semiconductor (MOS) yang dicetak berdekatan satu dengan lainnya yang memiliki
kemampuan menyimpan muatan. Dengan menerapkan urutan tegangan listrik tertentu,
paket muatan listrik (elektron) tersebut dapat dipindahkan dari satu dioda ke dioda lainnya.

9
Sensor CCD awalnya dikembangkan untuk kamera video. Sensor CCD merekam
gambar pixel demi pixel dan baris demi baris. Informasi tegangan dari setiap elemen dalam
baris diteruskan sebelum turun ke baris berikutnya, hanya satu baris yang aktif pada suatu
waktu. CCD tidak mengubah informasi tegangan menjadi data digital dengan sendirinya,
perlu tambahan sirkuit di kamera untuk mendigitalkan informasi tegangan sebelum
mentransfer data ke perangkat penyimpanan. Bagaimana proses ini memisahkan warna?
Cahaya yang memasuki kamera adalah cahaya putih normal yang mengandung semua
panjang gelombang, dalam mekanismenya panjang gelombang ini akan dipisahkan oleh
filter berdasarkan RGB dasar (merah-hijau-biru). Informasi ini dibaca baris demi baris dan
piksel demi piksel, oleh karena itu, waktu proses yang diperlukan adalah sedikit lebih lama,
tapi sangat akurat.
Prinsip Kerja CCD :
Bagian terpenting dari sebuah CCD adalah chip yang terdiri atas ribuan piksel (pixel;
picture element) peka cahaya dalam susunan baris dan kolom. Pada prinsipnya, setiap chip
CCD akan mengerjakan empat proses, yaitu pembangkitan, pengumpulan, pemindahan, dan
pengukuran muatan listrik.
Pada kepingan chip ini terdapat jutaan piksel yang sensitif terhadap cahaya (foton) dan
energi cahaya yang diterima mampu dirubah dalam bentuk sinyal tegangan. Perbedaan
teknis keduanya adalah dalam bagaimana tiap piksel itu memproses cahaya yang
ditangkapnya. Piksel pada sensor CCD merubah cahaya menjadi elektron dan output dari
sensor CCD memberikan hasil berupa tegangan, alias benar-benar piranti analog. Maka itu
pada kamera bersensor CCD, proses analog-to-digital conversion (ADC) dilakukan diluar
chip sensor.

Gambar 12. Prinsip kerja CCD


Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa dalam satu pixel, foton yang mengenai pixel
akan diubah menjadi elektron, kemudian dipindahkan dari pixel satu ke pixel lain dengan

10
sistem baris dan kolom. Setelah itu, elektron diubah menjadi besaran listrik yaitu tegangan.
Kemudian melewati rangkaian penguat dan dikonversi dari analog ke digital.
Berikut ini proses cahaya hingga menjadi gambar digital pada kamera,

Gambar 13. Proses terbentuknya gambar pada kamera


Faktor utama yang mempengaruhi efisiensi kuantum adalah kemampuan bahan substrat
semikonduktor menyerap energi foton. Jika koefisien serapan bahan semikonduktor tinggi,
artinya pada panjang gelombang tersebut semikonduktor makin mudah menyerap energi
foton untuk membangkitkan efek foto listrik (mengeluarkan elektron). Sebaliknya, bila
harga koefisien serapan semikonduktor rendah berarti pada panjang gelombang tersebut
bahan semikonduktor menjadi transparan terhadap foton. Koefisien serapan juga
merupakan fungsi temperatur. Pada temperatur yang lebih tinggi, untuk panjang gelombang
yang sama, harga koefisien serapannya juga meningkat.
Ketika dilakukan pembacaan CCD, muatan listrik dipindahkan dari piksel menuju
amplifier output. Selama berlangsungnya proses pemindahan, dapat saja terjadi kehilangan
muatan. Bila terdapat persentase muatan sebesar ”a” yang tidak ikut berpindah, dengan
demikian secara efektif hanya “1–a” yang berhasil dipindahkan. Bagian “1–a” ini yang
disebut sebagai efisiensi pemindahan muatan yang menunjukkan keberhasilan detektor
dalam memindahkan paket sinyal hingga ke amplifier untuk dibaca. Seiring dengan
kemajuan teknologi pembuatan CCD, nilai efisiensi pemindahan muatan dapat dibuat
mencapai 99,99999%, artinya dari tiap satu juta elektron yang akan dipindahkan hanya akan
terjadi kehilangan satu buah elektron saja. Sensor CCD lebih banyak digunakan di kamera
yang fokus pada gambar yang high-quality dengan pixel yang besar dan sensitivitas cahaya
yang baik.
Kekurangan : desain sistem keseluruhan (CCD plus ADC) lebih rumit; Boros daya, lebih
kurang 100 kali lebih besar dibandingkan sensor CMOS; kecepatan proses keseluruhan

11
lebih lambat dibanding CMOS; sensitif terhadap smearing atau blooming (kebocoran pixel)
saat menangkap cahaya terang
Keunggulan : telah diproduksi masal dalam jangka waktu yang lama sehingga
teknologinya lebih matang; kualitasnya lebih tinggi dan lebih banyak pixelnya; low noise;
desain sensor nya sederhana (lebih murah); sensitivitas cahaya yang baik (termasuk
dynamic range); tiap piksel punya kinerja yang sama (uniform).

b) CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor)


Sensor CMOS mampu merekam seluruh gambar yang disediakan oleh elemen sensitif
cahaya secara paralel (dasarnya semua sekaligus), mengakibatkan tingkat transfer data yang
lebih tinggi ke perangkat penyimpanan. Sirkuit tambahan ditambahkan untuk setiap elemen
individu untuk mengkonversi informasi tegangan ke data digital. Sebuah mikrolensa kecil
berwarna dipasang pada setiap elemen untuk meningkatkan kemampuan untuk
menginterpretasikan warna cahaya.
Prinsip kerja CMOS:
Sebuah sensor CMOS, tidak mengubah gelombang cahaya menjadi muatan listrik pada
sebuah chip yang berbeda, tetapi mengubah foton menjadi elektron dengan mengolah data
pada saat itu juga (dan bukan pada chip lain). Dengan menggunakan amplifier, sensor ini
lebih cepat dari CCD. Namun, fakta bahwa tidak semua converter dan amplifier bekerja di
efisiensi yang berbeda, dapat menyebabkan noise. Sementara CMOS kebanyakan
menggunakan sistem RGB filtrasi yang sama, ada juga teknologi revolusioner baru yang
disebut Foveon (Sigma mulai menggunakannya, tetapi di produsen lebih masa depan akan
memperkenalkan model berbasis pada teknologi ini), yang menggunakan sifat-sifat silikon
itu sendiri untuk menyaring warna spektrum cahaya.

Gambar 14. Prinsip kerja CMOS


Berdasarkan gambar diatas, setiap pexel terdiri dari bahan semi-konduktor, ketika
terkena foton cahaya akan menghasilkan elektron, dalam setiap pixel elektron sekaligus

12
diubah menjadi tegangan. Kemudian melewati rangkaian penguat dan sinyal analog diubah
enjadi sinyal digital oleh ADC.
Keunggulan : Praktis, keping sensor sudah termasuk rangkaian ADC (camera on a chip);
hemat daya berkat integrasi sistem; kecepatan proses responsif (berkat parralel readout
structure); tiap piksel punya transistor sendiri sehingga terhindar dari
masalah smearing atau blooming.
Kekurangan : Proses pematangan teknologi (untuk menyamai kualitas CCD perlu biaya
besar); piksel dengan transistor didalamnya menurunkan sensitivitas piksel (area penerima
cahaya menjadi berkurang); piksel yang mampu mengeluarkan tegangan sendiri kurang
baik dalam hal keseragaman kinerja (uniformity)

2.1.4 Aplikasi Sensor Cahaya


 Sensor CCD pada teleskop
Dengan garis tengah maksimum bukaan pupil mata yang hanya 8 milimeter, manusia
berkepentingan untuk mengembangkan alat bantu pengamatan, yakni teleskop, untuk
keperluan memindai langit dengan ukuran garis tengah cermin ataupun lensa yang jauh lebih
besar dibandingkan garis tengah pupil matanya. Dengan bantuan teleskop tersebut, tentunya
lebih banyak informasi dari langit yang dapat dikumpulkan dan lebih redup lagi objek langit
yang dapat dipindai.
Sebelum berkembangnya fotografi, astronom mencatat langsung segala sesuatu yang
dilihatnya dari balik teleskop. Sejak dikenalnya teknologi fotografi, astronom pun mulai
menggunakan pelat fotografi, yaitu pelat kaca berlapis emulsi fotografi, untuk memotret langit
sebagai ganti aktivitas menggambar langsung apa yang dilihat oleh mata. Dengan
menempatkan pelat fotografi di titik fokus teleskop, astronom memanfaatkan teleskop tak
ubahnya sebagai sebuah kamera raksasa.
Dengan makin berkembang pesatnya teknologi, sekarang astronom telah beralih kepada
penggunaan kamera CCD (Charge-Coupled Device), teknologi yang diadopsi secara besar-
besaran sebagai alat bantu pengamatan sejak era 1980-an. Berbeda dengan pelat fotografi yang
memerlukan proses pengolahan di kamar gelap menggunakan zat-zat kimia, penggunaan CCD
memungkinkan astronom memperoleh citra digital yang dapat langsung diolah dengan
komputer menggunakan bantuan perangkat lunak pengolah citra.
Meski memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan detektor astronomi lainnya,
seperti detektor fotografi dan fotomultiplier, tidak berarti CCD luput dari kekurangan.

13
Kekurangan yang masih menyertai teknologi ini di antaranya adalah jumlah piksel yang
terbatas. Sebagai contoh, kamera CCD generasi awal yang dipasangkan di teleskop ruang
angkasa Hubble (Hubble Space Telescope) hanya memiliki resolusi 800×800 piksel (= 640.000
buah piksel). Jauh di bawah film seluloid 35 mm yang lebih dulu menjadi primadona fotografi
yang memiliki resolusi setara dengan 2,5 juta buah piksel. Beberapa teknik telah dikembangkan
untuk mengatasi keterbatasan jumlah piksel ini, yaitu dengan memperbesar ukuran fisik chip
CCD-nya. Saat ini sudah berhasil dibuat CCD dengan ukuran chip 2048×4096 piksel dengan
ukuran tiap piksel 15×15 mikrometer (1 mikrometer = 0,000001 meter), seperti yang
diinstalasikan di teleskop Keck di Hawaai. Teknik lainnya adalah dengan menyusun beberapa
chip kemudian dihubungkan dengan satu rangkaian pengontrol, yang dikenal sebagai teknik
mosaik.
Kekurangan lain CCD berhubungan dengan ketelitian peneraannya yang bergantung pada
jumlah bit (unit informasi terkecil dalam komputer) yang dipakai dalam Analog-to-Digital
Converter, di mana semakin tinggi resolusi dan rentang dinamik (kemampuan untuk
mencitrakan sumber cahaya terang dan redup bersamaan) yang diinginkan, jumlah bit yang
dipakai pun lebih banyak. Sebagai ilustrasi, CCD dengan 512×492 piksel yang dikode dengan
12 bit akan menghasilkan data sekitar ½ megabyte per bingkai citra (frame). Bila dihasilkan
100 bingkai citra saja, berarti jumlah data yang terkumpul sebanyak 50 megabyte. Diperlukan
komputer dengan kecepatan tinggi dan kapasitas memori yang besar. Lainnya terkait dengan
luas bidang langit yang dapat direkam oleh CCD yang belum dapat dibandingkan dengan pelat
fotografi. Ukuran chip CCD yang kecil membuat sempitnya medan langit yang dapat diliput.
Kini, CCD seperti yang terpisahkan dengan astronomi pengamatan. Gambar-gambar
spektakuler yang dihasilkannya telah merevolusi pemahaman kita tentang kosmos yang kita
diami. Fenomena-fenomena spektakuler yang terjadi nun jauh di sana yang berhasil
direkamnya, telah bercerita tentang betapa dinamisnya alam semesta; mulai dari kelahiran
bintang-bintang dari tempat pembiakan mereka, semburan jet dari pusat galaksi, kanabalisme
yang dilakukan oleh galaksi besar terhadap “galaksi satelitnya”, tabrakan antargalaksi, petunjuk
perihal eksistensi lubang hitam, hingga kematian bintang-bintang melalui peristiwa dahsyat
supernova. Tidaklah berlebihan karenanya bila The Royal Swedish Academi of Sciences
kerajaan Swedia menobatkan kedua tokoh penemu CCD –Boyle dan Smith– sebagai salah satu
penerima penghargaan Nobel fisika tahun ini.

14
2.2 Pneumetik
2.2.1 Pengertian Pneumetik
Sistem pneumatic yang dalam bahasa Yunani “pneuma” yang artinya udara atau angin.
Dengan kata lain penumatik adalah semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan
dalam bentuk udara yang dimampatkan. Pneumatic adalah teori atau pengetahuan tentang udara
yang bergerak keadaan-keadaan kesetimbangan udara dan syarat-syarat kesetimbangan.
Pneumatic menggunakan hukum-hukum aerodinamika yang menentukan keadaan
keseimbangan gas dan uap.
Pneumatic dalam pelaksanaan teknik udara mampat dalam industry merupakan ilmu
pengetahuan dari semua proses mekanik dimana udara memindahkan suatu gaya atau gerakan.
Jadi pnemuatik meliputi semua komponen mesin atau peralatan, dalam mana terjadi proses-
proses pneumatic. Dalam bidang kejuruan teknik pneumatic dalam pengertian yang lebih
sempit lagi adalah teknik udara yang mampat (udara bertekanan)
Pneumatic dibeda-bedakan ke dalam bidang menurut kerjanya, dari bidang tekanan
sangat rendah (1,001-1,1 bar), pneumatic tekanan rendah (1,2-2,0 bar), pneumatic tekanan
menegah atau disebut juga pnematik tekanan normal (2-8 bar) dan pnematik tekanan tinggi (>8
bar).

2.2.2 Keuntungan dan Kerugian Sistem Pneumatik


Beberapa keuntungan dalam penggunaan atau penerapan sistem pneumatic adalah:
 Ketelitian yang tinggi dari peralatan-peralatan pneuamtik yang konstruksinya semakin
buruk memungkinkan suatu pengerjaan yang hamper tidak memerulukan perawatan
dalam jangka panjang.
 Merupakan media/fluida kerja yang mudah didapatdan mudah diangkut udara dimana
saja tersedia dalam jumlah yang tak terhingga.
 Udara bertekanan adalah bersih. Kalau ada kebocoran pada saluran pipa, benda-benda
kerja maupun bahan-bahan di sekelilingnya tidak akan menjadi kotor.
 Dapat bertahan lebih baik terhadap keadaan-keadaan kerja tertentu.
 Aman terhadap kebakaran dan ledakan
 Menguntungkan karena lebih murah dibandingkan dengan komponenkomponen
peralatan hidrolik.
 Konstruksi yang kompak dan kokoh
 Memiliki beberapa tekanan kerja sesuai dengan kebutuhan pemakaian (1-15 bar)

15
 Dapat dibebabni lebih.
Selain keuntungan adapun kerugian dalam menggunakan sistem pneumatic adalah:
 Tidak mungkin untuk mewujudkan kecepatan-kecepatan torak dan pengisian yang
tetap, tergantung dari bebannya.
 Suatu silinder pneumatic mempunyai kemampuan daya tekan yang terbatas.
 Suatu gerakan hampir tidak dapat diwujudkan apabila terjadi perubahan beban.

2.2.3 Komponen-komponen Pneumatik


Dalam menggunkan aplikasi sistem pneumatic sangat penting untuk kita memilih
komponen-komponen yang tepat. Komponen-komponen pneumatic dibagi atas beberapa
bagian:
 Sumber energy (energy supply) seperti kompresor, tangki udara (reservoir) unit penyiapan
udara (air service unit), unit penyalur udara (air distribution unit) dan lain-lain.
 Actuator, seperti silinder kerja tunggal, silinder kerja ganda dan lain-lain.
 Elemen konterol, seperti katup jenis 5/2, 3/2, floe regulator, dan lain-lain
 Elemen masukan, seperti sensor, tombol, pedal, roller dan sebagainya.

2.2.4 Simbol dan Standarisasi dalam Pneumatik


Pada pneumatic telah ditetapkan standar lambing-lambang bagan untuk unsur hubungan
antar komponen pneumatic, sehingga hubungan-hubungan yang direncanakan menjadi jelas.
Lambing-lambang hubungan ini ditetapkan dalam ISO 1219-1976 mengenai ‘’circuit symbol
for fluidic eguipment and system’’.
Setiap penomoran dan pemberian huruf pada setiap komponen mengikuti ketentuan
DIN ISO 5599-3. Selain itu terdapat ketentuan keamanan sistem pneumatic yang diatur dalam
ketentuan VDI 3229 mengenai “Technical Design Guidelines for Mechine Tools and other
Production Equipment” (lihat lampiran symbol-simbol standar pneumatic). Komponen
pneumetik dan simbolnya berupa : sumber energy, katup berbagai port serta mekanismenya
pengkondisian fluida, sambungan fluida.

16
Gambar 16. Daftar symbol pneumetik
2.2.5 Penerapan-penerapan Sistem Pneumatik
Penerapan sistem pneumatic digunakan sebagai penggerak berbagai macam perkakas,
peralatan dan alat mesin-mesin produksi khusus. Dalam perusahaan pembangunan misalnya
untuk penggetar beton, mesin getar (mesin-mesin tumbuk jalan), alat penobrak pneumatic.
Dalam perusahaan pertambangan sebagai pemboor batu pneumetik, penggeser batu
pneumetik (bludozer). Dalam dunia transportasi sebagai rem-rem untuk lokomotif, sinyal-
sinyal-sinyl dan pintu-pintu simpangan kereta api pneumetik. Sedangkan, dalam dunia industry
seperti pengemasan, stempel barang, embossing, pemutar pendoorong, dan sebagainya. Sistem
pneumatic biasanya digunakan sebagai sisitem automasi.

17
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sensor cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya,
pantulan cahaya, bias cahaya yang mengenai benda atau ruangan yang diproses dan
dikondisikan lalu dirubah menjadi besaran listrik.
2. Sistem penumatik adalah semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam
bentuk udara yang dimampatkan

18
DAFTAR PUSTAKA
Haus,jӧrg.optical sensor basic and aplications.2004.wiley-vch.england
http://www.ccd.com/pdf/FullProductLine.pdf
http://www.astrosurf.com/re/ccd_cameras.pdf
Sensor diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17863/4/Chapter%20II.pdf
Sensor Tranduser.pdf
Harsodjo, Hartono P. tth. Dasar-dasar Pemrograman Mikroprosessor Z80 di Mikrokomputer
Mikroprosessor MPF-1. Bandung : Jurusan Fisika FMIPA ITB. Berkas pdf
Anonim. tth. Elektro-Pneumatik. Jakarta : FESTO. Berkas pdf

19

Anda mungkin juga menyukai