PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sensor optic/cahaya
2. Untuk mengetahui sistem pneumetik
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Sensor Cahaya
2.1.1 Definisi
Sensor cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya,
pantulan cahaya, bias cahaya yang mengenai benda atau ruangan yang diproses dan
dikondisikan lalu dirubah menjadi besaran listrik. Secara umum, suatu sensor cahaya akan
dikelompokkan dalam 2 sifat, yaitu :
1. Bersifat Resistif, artinya perubahan-perubahan intensitas cahaya akan mempengaruhi
nilai resistansi dalam rangkaian.
2. Bersifat Kapasitif, artinya perubahan-perubahan intensitas cahaya akan mempengaruhi
nilai kapasitansi dalam rangkaian.
Dimana :
Wp = energi photon (eV)
h = konstanta Planck’s (6,63 x 10-34 J-s)
c = kecepatan cahaya, Electro Magnetic (2,998 x 108 m/s)
λ = panjang gelombang (m)
f = frekuensi (Hz)
Berikut ini gambaran Spektrum warna berdasarkan panjang gelombang dan energi
foton masing-masing.
Elemen Optik
Elemen optik ini, berfungsi untuk memandu cahaya, memilih rentang panjang
gelombang, mentransformasikan menjadi gambar, memanipulasi sudut atau arah datangnya
sinar. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk penyensoran menggunakan optik
yaitu: menggunakan sinar laser, menggunakan prisma, menggunakan fiber optik.
Dalam sensor cahaya, elemen optik yang digunakan adalah fiber optik. Filter optik
digunakan ketika bandwith dari sumber cahaya sangat terbatas atau intensitas cahaya yang
masuk harus dikurangi. Hanya cahaya yang memiliki spektral bandwith yang kecil yang
dapat masuk.
Gambar 2. Fiber Optik; (kiri) cahaya dipandu dalam fiber optik; (kanan) syarat cahaya
dapat dipandu oleh fiber optik.
Agar sinar dapat terpantulkan sempurna, maka indeks bias bahan yang di tengah lebih
besar dari bahan yang di luar, dan sudut sinar datang lebih besar sudut kritis.
Indeks bias yang memiliki bilangan kompleks:
𝑛′ (𝜆) = 𝑛 (𝜆) + 𝑖𝑘(𝜆) (2)
Bagian yang real menyatakan cahaya dibiaskan ketika cahaya menembus diantara dua
bahan. Sedangkan bagian imajinernya κ(λ) menyatakan cahaya di serap oleh bahan. Dan
3
nilai indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya dengan kecepatan pada
medium, secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
𝑐
𝑛=𝑣 (3)
Dimana :
n adalah indeks bias bahan
c adalah kecepatan cahaya
v adalah kecepatan dalam medium optik.
Setelah sumber cahaya tersebut mengenai fotodetektor, maka foton cahaya yang
memiliki energi akan mengeksitasi elektron dalam bahan fotodetektor sehingga menjadi
elektron bebas. Elektron bebas ini dibangkitkan dengan cara memindahkan elektron dari
pita velensi ke pita konduksi, dan yang tertinggal dalam pita valensi adalah lubang yang
lazim dinamakan dengan hole bebas. Proses terjadinya pasangan eletktron-hole ini disebut
dengan photogeneration. Proses ini ditunjukkan pada gambar 5, dimana foton diserap oleh
atom yang menyebabkan sebuah elektron pindah dari level valensi menuju level konduksi.
4
Gambar 5. Skema pembangkitan pasangan elektron-hole
Perubahan energi yang terjadi pada elektron adalah Eg, yaitu agar peristiwa ini terjadi,
maka energi minimal yang dimiliki oleh foton adalah Eg. Karena energi foton berkaitan
dengan frekuensinya (atau panjang gelombang), maka nilai energi gap, Eg ini menentukan
respon daerah spektral detektor cahaya. Energi photon, Ep, harus lebih besar atau sama
dengan energi gap, Eg.
Ep ≥ E g
h × f ≥ Eg (4)
Dengan : Ep adalah energi foton.
Eg adalah energi gap bahan.
h adalah konstanta Planck’s (6,63 x 10-34 J.s).
f adalah frekuensi (Hz)
Detektor cahaya ini tidak merespon bila cahaya yang datang memiliki frekuensi lebih
kecil dari frekuensi cut off ( fC ), dimana fC didefinisikan sebagai:
fC Eg / h
atau panjang gelombang cahaya tidak boleh lebih besar dibanding dengan panjang
gelombang cut off ( C ), dimana C didefinisikan sebagai:
C h c / E g
5
kolektor dan basis. Sifat inilah yang dimanfaatkan oleh foto transistor untuk dapat
menghantar atau on.
Saat foto transistor tidak terkena cahaya, Basis – Emitor tidak mendapatkan bias,
elektron tidak dapat bergerak bebas, sehingga depletion layer melebar, dengan demikian
arus tidak dapat mengalir, transistor dalam keadaan Cut off. Sebaliknya, saat foto
transistor terkena cahaya dengan intensitas cahaya yang sesuai dengan karakteristik foto
transistor tersebut, maka terjadi perpindahan elektron di sekitar lapisan pengosongan
yang akhirnya membentuk sebuah ikatan ion di sekitar lapisan pengosongan, sehingga
lapisan pengosongan menyempit dan transistor akan bersifat menghantar atau transistor
on.
Gambar 6. Foto transistor; (a) Simbol foto transistor; (b) Foto transistor terkena
cahaya; (c) Foto transistor tidak terkena cahaya
6
cahaya yang mengenainya, penerimaan cahaya dilakukan pada bagian basis, apabila
tidak menerima cahaya maka tidak akan menghantarkan arus.
b) Foto Multipliers
Prinsip kerja foto detektor menggunakan prinsip efek fotolistrik, bahan yang
digunakan untuk foto detektor memiliki suatu energi ambang dimana energi ini yang
mempertahankan elektron agar tidak lepas dari permukaan . Pada efek fotolistrik foton
dengan energi tertentu yang sebanding dengan frekuensionya menabrak elektron yang
berada di permukaan bahan lalu elektron terlepas dari permukaan yang memiliki energi
kinetic dikarenakan energi foton yang lebih besar dari energi ambang bahan sehingga
elektron memiliki energi lebih untuk bergerak diluar permukaan dengan energi kinetik
Ek sebagai berikut :
Ek = h . f – W (5)
Dengan: h = konstata planck ( 6,63x 10^-34 J.s )
W = energi ambang (cut off) bahan
Sebagai konsekuensi penting, energi kinetik dari fotoelektron tidak
tergantung pada intensitas cahaya. Ini berarti bahwa jika sumber cahaya tidak
memancarkan foton dengan energi yang cukup, tidak akan ada elektron yang terlepas
dari permukaan, tidak peduli seberapa besar intensitas sumber cahaya. Intensitas cahaya
yang menabrak elektron mempengaruhi jumlah arus yang dihasilkan oleh lepasnya
elektron-elektron.
7
Ketika fotoelektron menabrak dynode terlebih dulu setelah dipercepat oleh
penurunan potensial, elektron sekunder akan dilepaskan. Masing-masing akan
menabrak dynode kedua dan, pada gilirannya akan melepaskan elektron sekunder
tambahan. Ini efek avalanche yang akan menyebabkan penguatan arus kation dari
tempat ke tempat. Arus anoda yang dihasilkan ditransformasikan menjadi tegangan
pada sebuah resistor (R 'pada Gambar diatas). Tegangan ini sebanding dengan besarnya
intensitas cahaya pada photocathode. Dalam gambaran yang lebih nyata dapat digambar
sebagai berikut :
Dan tegangan yang arahnya berlawanan membuat muatan yang dibawa mengalami
penyimpangan ke arah eksternal elektroda sehingga memproduksi arus yang nilainya
sebanding dengan intensitas cahaya. Mekanisme tersebut beralainan dengan prinsip
8
kerja LED dan laser diode. Beberapa muatan tersebut yang berpindah sepanjang
sambungan p-n akan hilang selama proses rekombinasi. Selama proses rekombinasi,
bandwith dari diode pn tidak akan melampaui 10 MHz, namun muatan yang berpindah
pada sambungan mengalami panjar mundur.
Foto diode terbuat dari silicon dan germanium, sensitivitas spectral dari silicon ialah
sekitar 300 nm hingga 1100 nm dan germanium pada rentang panjang gelombang 1450
nm hingga 1800 nm. Foto diode biasanya terintegrasi pada sebuah rangkaian elektronik,
dan pada rangkaian tersebut terdapat penguat amplifier, foto diode tersebut secara
langsung terhubung dengan current to voltage converter, tegangan yang dihasilkan
sebanding dengan arus yang juga sebanding dengan intensitas cahaya.
Beberapa karakteristik dioda foto, antara lain:
1. Arus bergantung linier pada intensitas cahaya
2. Respons frekuensi bergantung pada bahan (Si 900nm, GaAs 1500nm, Ge 2000nm)
3. Digunakan sebagai sumber arus
4. Junction capacitance turun menurut tegangan bias mundurnya
5. Junction capacitance menentukan respons frekuensi arus yang diperoleh
9
Sensor CCD awalnya dikembangkan untuk kamera video. Sensor CCD merekam
gambar pixel demi pixel dan baris demi baris. Informasi tegangan dari setiap elemen dalam
baris diteruskan sebelum turun ke baris berikutnya, hanya satu baris yang aktif pada suatu
waktu. CCD tidak mengubah informasi tegangan menjadi data digital dengan sendirinya,
perlu tambahan sirkuit di kamera untuk mendigitalkan informasi tegangan sebelum
mentransfer data ke perangkat penyimpanan. Bagaimana proses ini memisahkan warna?
Cahaya yang memasuki kamera adalah cahaya putih normal yang mengandung semua
panjang gelombang, dalam mekanismenya panjang gelombang ini akan dipisahkan oleh
filter berdasarkan RGB dasar (merah-hijau-biru). Informasi ini dibaca baris demi baris dan
piksel demi piksel, oleh karena itu, waktu proses yang diperlukan adalah sedikit lebih lama,
tapi sangat akurat.
Prinsip Kerja CCD :
Bagian terpenting dari sebuah CCD adalah chip yang terdiri atas ribuan piksel (pixel;
picture element) peka cahaya dalam susunan baris dan kolom. Pada prinsipnya, setiap chip
CCD akan mengerjakan empat proses, yaitu pembangkitan, pengumpulan, pemindahan, dan
pengukuran muatan listrik.
Pada kepingan chip ini terdapat jutaan piksel yang sensitif terhadap cahaya (foton) dan
energi cahaya yang diterima mampu dirubah dalam bentuk sinyal tegangan. Perbedaan
teknis keduanya adalah dalam bagaimana tiap piksel itu memproses cahaya yang
ditangkapnya. Piksel pada sensor CCD merubah cahaya menjadi elektron dan output dari
sensor CCD memberikan hasil berupa tegangan, alias benar-benar piranti analog. Maka itu
pada kamera bersensor CCD, proses analog-to-digital conversion (ADC) dilakukan diluar
chip sensor.
10
sistem baris dan kolom. Setelah itu, elektron diubah menjadi besaran listrik yaitu tegangan.
Kemudian melewati rangkaian penguat dan dikonversi dari analog ke digital.
Berikut ini proses cahaya hingga menjadi gambar digital pada kamera,
11
lebih lambat dibanding CMOS; sensitif terhadap smearing atau blooming (kebocoran pixel)
saat menangkap cahaya terang
Keunggulan : telah diproduksi masal dalam jangka waktu yang lama sehingga
teknologinya lebih matang; kualitasnya lebih tinggi dan lebih banyak pixelnya; low noise;
desain sensor nya sederhana (lebih murah); sensitivitas cahaya yang baik (termasuk
dynamic range); tiap piksel punya kinerja yang sama (uniform).
12
diubah menjadi tegangan. Kemudian melewati rangkaian penguat dan sinyal analog diubah
enjadi sinyal digital oleh ADC.
Keunggulan : Praktis, keping sensor sudah termasuk rangkaian ADC (camera on a chip);
hemat daya berkat integrasi sistem; kecepatan proses responsif (berkat parralel readout
structure); tiap piksel punya transistor sendiri sehingga terhindar dari
masalah smearing atau blooming.
Kekurangan : Proses pematangan teknologi (untuk menyamai kualitas CCD perlu biaya
besar); piksel dengan transistor didalamnya menurunkan sensitivitas piksel (area penerima
cahaya menjadi berkurang); piksel yang mampu mengeluarkan tegangan sendiri kurang
baik dalam hal keseragaman kinerja (uniformity)
13
Kekurangan yang masih menyertai teknologi ini di antaranya adalah jumlah piksel yang
terbatas. Sebagai contoh, kamera CCD generasi awal yang dipasangkan di teleskop ruang
angkasa Hubble (Hubble Space Telescope) hanya memiliki resolusi 800×800 piksel (= 640.000
buah piksel). Jauh di bawah film seluloid 35 mm yang lebih dulu menjadi primadona fotografi
yang memiliki resolusi setara dengan 2,5 juta buah piksel. Beberapa teknik telah dikembangkan
untuk mengatasi keterbatasan jumlah piksel ini, yaitu dengan memperbesar ukuran fisik chip
CCD-nya. Saat ini sudah berhasil dibuat CCD dengan ukuran chip 2048×4096 piksel dengan
ukuran tiap piksel 15×15 mikrometer (1 mikrometer = 0,000001 meter), seperti yang
diinstalasikan di teleskop Keck di Hawaai. Teknik lainnya adalah dengan menyusun beberapa
chip kemudian dihubungkan dengan satu rangkaian pengontrol, yang dikenal sebagai teknik
mosaik.
Kekurangan lain CCD berhubungan dengan ketelitian peneraannya yang bergantung pada
jumlah bit (unit informasi terkecil dalam komputer) yang dipakai dalam Analog-to-Digital
Converter, di mana semakin tinggi resolusi dan rentang dinamik (kemampuan untuk
mencitrakan sumber cahaya terang dan redup bersamaan) yang diinginkan, jumlah bit yang
dipakai pun lebih banyak. Sebagai ilustrasi, CCD dengan 512×492 piksel yang dikode dengan
12 bit akan menghasilkan data sekitar ½ megabyte per bingkai citra (frame). Bila dihasilkan
100 bingkai citra saja, berarti jumlah data yang terkumpul sebanyak 50 megabyte. Diperlukan
komputer dengan kecepatan tinggi dan kapasitas memori yang besar. Lainnya terkait dengan
luas bidang langit yang dapat direkam oleh CCD yang belum dapat dibandingkan dengan pelat
fotografi. Ukuran chip CCD yang kecil membuat sempitnya medan langit yang dapat diliput.
Kini, CCD seperti yang terpisahkan dengan astronomi pengamatan. Gambar-gambar
spektakuler yang dihasilkannya telah merevolusi pemahaman kita tentang kosmos yang kita
diami. Fenomena-fenomena spektakuler yang terjadi nun jauh di sana yang berhasil
direkamnya, telah bercerita tentang betapa dinamisnya alam semesta; mulai dari kelahiran
bintang-bintang dari tempat pembiakan mereka, semburan jet dari pusat galaksi, kanabalisme
yang dilakukan oleh galaksi besar terhadap “galaksi satelitnya”, tabrakan antargalaksi, petunjuk
perihal eksistensi lubang hitam, hingga kematian bintang-bintang melalui peristiwa dahsyat
supernova. Tidaklah berlebihan karenanya bila The Royal Swedish Academi of Sciences
kerajaan Swedia menobatkan kedua tokoh penemu CCD –Boyle dan Smith– sebagai salah satu
penerima penghargaan Nobel fisika tahun ini.
14
2.2 Pneumetik
2.2.1 Pengertian Pneumetik
Sistem pneumatic yang dalam bahasa Yunani “pneuma” yang artinya udara atau angin.
Dengan kata lain penumatik adalah semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan
dalam bentuk udara yang dimampatkan. Pneumatic adalah teori atau pengetahuan tentang udara
yang bergerak keadaan-keadaan kesetimbangan udara dan syarat-syarat kesetimbangan.
Pneumatic menggunakan hukum-hukum aerodinamika yang menentukan keadaan
keseimbangan gas dan uap.
Pneumatic dalam pelaksanaan teknik udara mampat dalam industry merupakan ilmu
pengetahuan dari semua proses mekanik dimana udara memindahkan suatu gaya atau gerakan.
Jadi pnemuatik meliputi semua komponen mesin atau peralatan, dalam mana terjadi proses-
proses pneumatic. Dalam bidang kejuruan teknik pneumatic dalam pengertian yang lebih
sempit lagi adalah teknik udara yang mampat (udara bertekanan)
Pneumatic dibeda-bedakan ke dalam bidang menurut kerjanya, dari bidang tekanan
sangat rendah (1,001-1,1 bar), pneumatic tekanan rendah (1,2-2,0 bar), pneumatic tekanan
menegah atau disebut juga pnematik tekanan normal (2-8 bar) dan pnematik tekanan tinggi (>8
bar).
15
Dapat dibebabni lebih.
Selain keuntungan adapun kerugian dalam menggunakan sistem pneumatic adalah:
Tidak mungkin untuk mewujudkan kecepatan-kecepatan torak dan pengisian yang
tetap, tergantung dari bebannya.
Suatu silinder pneumatic mempunyai kemampuan daya tekan yang terbatas.
Suatu gerakan hampir tidak dapat diwujudkan apabila terjadi perubahan beban.
16
Gambar 16. Daftar symbol pneumetik
2.2.5 Penerapan-penerapan Sistem Pneumatik
Penerapan sistem pneumatic digunakan sebagai penggerak berbagai macam perkakas,
peralatan dan alat mesin-mesin produksi khusus. Dalam perusahaan pembangunan misalnya
untuk penggetar beton, mesin getar (mesin-mesin tumbuk jalan), alat penobrak pneumatic.
Dalam perusahaan pertambangan sebagai pemboor batu pneumetik, penggeser batu
pneumetik (bludozer). Dalam dunia transportasi sebagai rem-rem untuk lokomotif, sinyal-
sinyal-sinyl dan pintu-pintu simpangan kereta api pneumetik. Sedangkan, dalam dunia industry
seperti pengemasan, stempel barang, embossing, pemutar pendoorong, dan sebagainya. Sistem
pneumatic biasanya digunakan sebagai sisitem automasi.
17
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sensor cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya,
pantulan cahaya, bias cahaya yang mengenai benda atau ruangan yang diproses dan
dikondisikan lalu dirubah menjadi besaran listrik.
2. Sistem penumatik adalah semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam
bentuk udara yang dimampatkan
18
DAFTAR PUSTAKA
Haus,jӧrg.optical sensor basic and aplications.2004.wiley-vch.england
http://www.ccd.com/pdf/FullProductLine.pdf
http://www.astrosurf.com/re/ccd_cameras.pdf
Sensor diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17863/4/Chapter%20II.pdf
Sensor Tranduser.pdf
Harsodjo, Hartono P. tth. Dasar-dasar Pemrograman Mikroprosessor Z80 di Mikrokomputer
Mikroprosessor MPF-1. Bandung : Jurusan Fisika FMIPA ITB. Berkas pdf
Anonim. tth. Elektro-Pneumatik. Jakarta : FESTO. Berkas pdf
19