Anda di halaman 1dari 11

Seorang pasien, laki-laki, usia 48 tahun, BB 68 Kg, masuk UGD suatu rumah

sakit dan didiagnosa dokter mengalami gagal ginjal akut dengan gejala
berkurangnya produksi urin (urin output 200 mL/hari), nyeri pada daerah
punggung dan mengalami udem pada daerah mata kaki, dan betis. Kadar serum
kreatinin saat ini adalah 4,2 mg/dL. Hasil pemeriksaan lanjutan menyimpulkan
pasien mulai mengalami penyumbatan pada saluran ginjal (Batu ginjal) sehingga
menghambat keluarnya urin. Pasien langsung mendapatkan terapi hemodialisa.
Setelah berada di ruang rawat inap, pasien mendapatkan pengobatan dengan
Furosemid injeksi 20 mg/2mL sebanyak 60 mg dan dilanjutkan dengan infus intra
vena 40 mg selama 2 jam.

Pertanyaan/Tugas Mahasiswa:
1. Jelaskanlah secara ringkas mengenai penyakit Gagal Ginjal Akut!
2. Apakah tujuan terapi pada kasus tersebut?
3. Apakah tujuan pemberian furosemide kepada pasien tersebut?
4. Apakah hemodialisa pada kasus ini diperlukan? Jelaskan jawaban yang
diberikan!
5. Berapakah nilai GFR pasien?
6. Berapakah jumlah ampul furosemide 20 mg/mL yang dibutuhkan pada
pemberian injeksi i.v untuk pasien tersebut? berapa lamakah pemberian
injeksi furosemide yang anda tetapkan? apakah alat yang digunakan untuk
pemberian injeksi iv. Furosemide tersebut?
7. Apakah larutan yang tepat digunakan untuk menyiapkan pemberian
furosemide melalui infus intravena? Berapakah jumlah furosemide 20 mg/mL
yang akan dicampur dengan larutan tersebut untuk pengobatan pasien?
8. Apoteker akan mencampur furosemide 40 mg dengan larutan yang sesuai
sejumlah 500 mL. obat akan diberikan melalui infus intravena selama 2 jam,
dengan faktor tetes 20 tetes/menit. Berapakah kecepatan infus furosemide
yang tepat ditetapkan untuk pasien tersebut?
9. Siapkanlah sediaan furosemide untuk pasien tersebut dan lakukanlah PIO
kepada perawat yang akan menangani pasien!
PEMBAHASAN
1. Jelaskanlah secara ringkas mengenai penyakit Gagal Ginjal Akut!
A. Definisi
Acute kidney injury (AKI), yang sebelumnya dikenal dengan gagal ginjal
akut (GGA) atau acute renal failure (ARF) adalah penurunan fungsi ginjal secara
tiba-tiba yang dibuktikan dengan perubahan nilai laboratorium, serum kreatinin
(Scr), BUN (Blood nitrogen urea), dan pengeluaran urin/ urine output (Dipiro,
2015). Berdasarkan kriteria RIFLE terdapat 3 kriteria akut berdasarkan
peningkatan kadar serum Cr dan UO (Risiko/Risk, Cedera/ Injury, Gagal/Failure)
dan 2 kategori lain menggambarkan prognosis gangguan ginjal.

Tabel 1. Klasifikasi RIFLE menurut the acute dialysis quality initiative (ADQI)

Tabel 2. Klasifikasi AKIN (acute kidney injury network)

B. Patofisologi
Gagal ginjal akut dikategorikan sebagai pra-renal ( terjadi akibat perfusi
ginjal), intrinsik (terjadi akibat kerusakan struktural dari ginjal), pasca-renal
(terjadi akibat obstruksi aliran urin dari tubulus ginjal ke uretra), dan
fungsional (terjadi akibat perubahan hemodinamik pada glomerulus tanpa
penurunan perfusi atau kerusakan struktural) (ISO Farmakoterapi 2, 2012).

C. Manifestasi Klinik
Gejala yang timbul tergantung kepada beratnya kegagalan ginjal,
progresivitas penyakit dan penyebabnya. Gejala pada pasien rawat jalan :
perubahan pada kebiasaan urinasi, berat badan, atau nyeri disisi tubuh. Gejala
lain : edema, urin berwarna atau berbusa, penuruna volume urin, dan terjadi
hipotensi orostatik (Dipiro, 2008). Dapat terjadi oliguria, terutama apabila
kegagalan disebabkan oleh iskemia atau obstruksi. Oliguria terjadi karena
penurunan GFR. Nekrosis tubulus toksik dapat berupa non-oliguria dan
terkait dengan dihasilkannya volume urin encer yang adekuat (Subekti,
2009).

2. Apakah tujuan terapi pada kasus tersebut?


 Menyembuhkan udem pada mata, kaki, dan betis
 Menyembuhkan nyeri pada punggung
 Menormalkan produksi urin
 Menormalkan fungsi ginjal
 Mencegah terjadinya komplikasi
 Meningkatkan kualitas hidup

3. Apakah tujuan pemberian furosemide kepada pasien tersebut?


Furosemid digunakan untuk mencegah perburukan fungsi ginjal
dengan menghambat Na-K-Cl2 cotransporter sehingga dapat menurunkan
kebutuhan oksigen di tubulus medular. Dapat juga untuk mencegah
perburukan penyakit ke arah oliguria, retensi cairan yang dapat
mengakibatkan kegagalan pernapasan (Annie claire, 2013).

4. Apakah hemodialisa pada kasus ini diperlukan? Jelaskan jawaban yang


diberikan!
Tujuan pengelolaan gagal ginjal akut yang utama adalah mencegah
kerusakan ginjal lebih lanjut dan mempertahankan pasien tetap hidup sampai
faal ginjalnya kembali ke fungsi normal. Dua jenis pengobatan dalam
pengelolaan gagal ginjal akut, yaitu terapi konservatif (suportif) dan terapi
pengganti ginjal (renal replacement therapy/RRT). Terapi konservatif
dilakukan dengan obat-obatan atau cairan dengan tujuan mencegah atau
mengurangi progresivitas penurunan fungsi ginjal, morbiditas, dan mortalitas
akibat komplikasi gagal ginjal akut. Jika terapi konservatif gagal mengatasi
segala komplikasi gagal ginjal akut, perlu dipertimbangkan dialisis.

Kriteria hemodialisis pada pasien kritis dengan gagal ginjal akut :


1. Oliguria : produksi urin <200 mL dalam 12 jam
2. Anuria : produksi urin <50 mL dalam 12 jam
3. Hiperkalemia : kadar potassium >6,5 mmol/L

Pada kasus ini perlu dilakukan hemodialisa pada pasien setelah dilakukan
pengambilan batu ginjal. Diketahui produksi urin berkurang yaitu (urin output
200 ml/hari) dan dilperoleh hasil GFR sebesar 20,69 mg/menit. Hemodialisa
dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut. Hemodialis
dapat membantu menormalkan kembali keseimbangan cairan, membuang sisa
metabolisme tubuh, menyeimbangkan asam-basa elektrolit dalam tubuh, dan
membantu mengendalikan tekanan darah.

5. Berapakah nilai GFR pasien?


(140−𝑢𝑚𝑢𝑟) 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛
=
72 𝑥 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑝𝑙𝑎𝑠𝑚𝑎 𝑚𝑔/𝑑𝐿
(140−48) 𝑥 68 𝑘𝑔
=
72 𝑥 4,2 𝑚𝑔/𝑑𝐿

= 20,69 mg/menit
Sehingga pada kasus ini pasien termasuk dalam stadium 4 dengan
gambaran bahwa terjadi penurunan ginjal berat.
Tabel 3. Gambaran Nilai GFR

6. Berapakah jumlah ampul furosemide 20 mg/mL yang dibutuhkan pada


pemberian injeksi i.v untuk pasien tersebut? berapa lamakah pemberian
injeksi furosemide yang anda tetapkan? apakah alat yang digunakan
untuk pemberian injeksi iv. Furosemide tersebut?
Sediaan ampul furosemid dengan dosis 20mg/ml tidak tersedia, sediaan
yang ada yaitu 20mg/2ml diberikan sebanyak 60mg, sehingga dibutuhkan
sebanyak 3 ampul furosemid. Durasi Pemberian injeksi furosemid selama 2
jam berdasarkan literatur pada Drug Information Handbook, 17th edition. Alat
yang digunakan adalah Spuid 3 cc atau 5cc apabila diberikan dengan infus i.v
alat yg digunakan syringe pump dan infusion pump.
Contoh sediaan :

Contoh alat :

Syringe pump Infusion pump

Cara Pemberian
Injeksi Intravena (i.v.) dapat diberikan dengan berbagai cara, untuk
jangka waktu yang pendek atau untuk waktu yang lama.
a. Injeksi bolus
Injeksi bolus volumenya kecil ≤10 ml, biasanya diberikan dalam waktu 3-5
menit kecuali ditentukan lain untuk obat-obatan tertentu.
b. Infus
Infus dapat diberikan secara singkat (intermittent) atau terus-menerus
(continuous).
 Infus singkat (intermittent infusion)
Infus singkat diberikan selama 10 menit atau lebih lama. Waktu
pemberiaan infus singkat sesungguhnya jarang lebih dari 6 jam per dosis.
 Infus kontinu (continuous infusion) Infus kontinu diberikan selama 24
jam. Volume infus dapat beragam mulai dari volume infus kecil diberikan
secara subkutan dengan pompa suntik ( syringe pump), misalnya 1 ml per
jam, hingga 3 liter atau lebih selama 24 jam, misalnya nutrisi parenteral
(Depkes RI, 2009).

7. Apakah larutan yang tepat digunakan untuk menyiapkan pemberian


furosemide melalui infus intravena? Berapakah jumlah furosemide 20
mg/mL yang akan dicampur dengan larutan tersebut untuk pengobatan
pasien?
Pemberian infus furosemide melalui intravena kompatibel dengan
NaCl 0.9%, tetapi lebih disukai dengan penggunan RL (ringer laktat)
(Depkes RI, 2009). Larutan yang dipilih pada kasus ini yaitu larutan RL.
Ringer laktat merupakan larutan infus untuk memelihara keseimbangan
atau mengganti elektrolit dan cairan tubuh. Kalsium merupakan zat yang
penting bagi integritas fungsional sistem saraf, otot dan tulang. Kalsium
berperan dalam mengatur fungsi jantung, fungsi ginjal, respirasi, koagulasi
darah, permeabilitas kapiler dan membran sel. Kalsium juga membantu dalam
pelepasan dan penyimpanan neurotransmitter dan hormon, peningkatan asam
amino, absorpsi vitamin B12 dan sekresi lambung. Kalium berfungsi untuk
memelihara fungsi ginjal dan keseimbangan asam-basa. Konsentrasi kalium
intrasel yang tinggi dibutuhkan untuk proses metabolisme sel. Natrium
berfungsi membantu memelihara keseimbangan cairan tubuh. Klorida
merupakan anion terpenting dalam memelihara keseimbangan elektrolit.

 Jumlah furosemid yang akan dicampur dengan larutan ringer laktat

Dosis yang diinginkan 40 mg


20 𝑚𝑔 40 𝑚𝑔
Jumlah furosemide = 2 𝑚𝑙 = 𝑥
x = 4 ml

8. Apoteker akan mencampur furosemide 40 mg dengan larutan yang sesuai


sejumlah 500 mL. Obat akan diberikan melalui infus intravena selama 2
jam, dengan faktor tetes 20 tetes/menit. Berapakah kecepatan infus
furosemide yang tepat ditetapkan untuk pasien tersebut?
20 𝑚𝑔 40 𝑚𝑔
Sediaan furosemid yang dibutuhkan = =
2 𝑚𝑙 𝑥
x = 4 ml + pelarut RL 500
x = 504 ml

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠


Jumlah tetesan/menit =
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑗𝑎𝑚)𝑥 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
504 𝑚𝑙 𝑥 20 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
2𝑥60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 84 tetes/menit
(Mcgraw-Hill, 2010)
9. Siapkanlah sediaan furosemide untuk pasien tersebut dan lakukanlah
PIO kepada perawat yang akan menangani pasien!
Sekenario antara apoteker dan perawat sebagai berikut:
Setelah apoteker menyiapakan Furosemid injeksi 20 mg/2mL sebanyak 60
mg serta sediaan Furosemid yang telah dicampur dalam 500ml RL,
diserahkan pada perwat yang bertugas dibangsal
Apoteker : Permisi, selamat pagi mba ?
Perawat : Iya selamat pagi bu, ada yang bisa saya bantu..?
Apoteker : Oh ya mba, ini saya bawakan sediaan furosemid injeksi 3
ampul dan infus furosemid yang sudah saya campur dengan
Ringer laktat untuk pasien atas nama Tn.Hasyim bangsal
Cendrawasih dengan No.RM.007. Ini furosemid 20mg/2ml
sebanyak 60mg nanti di injeksikan secara intravena dan
dilanjutkan dengan infus forosemidnya, nanti minta tolong
untuk diatur kecepatanya 84 tetes/menit selama 2 jam ya
mba.
Perawat : Baik bu, saya ulangi untuk kecepatan infusnya 84
tetes/menit selama 2 jam yaa ?
Apoteker : Iya mba benar, oh iya minta tolong juga untuk dipantau
ekskresi volume urine tiap jamnya ya.
Perawat : Iya bu nanati akan saya pantau
Apoteker : Terimakasih mba atas kerjasamanya

Perawat : Sama-sama mba

Diskusi
1. Kenapa tepat menggunakan furosemide, tidak menggunakan golongan
thiazid atau diuretik jenis lain ?
Furosemid merupakan firstline untuk mencegah udem atau penumpukan
cairan secara sistemik. Furosemide merupakan golongan loop diuretik
yang memiliki mula kerja yang lebih cepat dan efek diuretiknya lebih kuat
dibandingkan golongan thiazid. Furosemid mencegah perburukan fungsi
ginjal dengan menghambat Na+, K+, 2Cl-.

2. Terapi nonfarmakologi apa saja yang dapat dilakukan


- Pembatasan protein
- Pengaturan asupan kalori, lemak
- Pengaturan asam garam
- Jumlah urin 24 jam kurang lebih 500 ml
- Dapat dilakukan dialisis seperti hidrodialisis atau CAPD
(Continous Ambulatory Peritonral Dyalisis)
3. Apa saja tanda-tanda dari pasien yang mengalami Gagal ginjal akut yang
perlu dipantau
Perlu melakukan follow up terhadap pasien mengenai kondisi urin,
bagaimana tingkat kekeruhan urin serta jumlahnya, dan apakah terjadi
pembengkakan pada kaki, jumlah serum creatinin, dan akdar nitrogen urea
darah/BUN.

DAFTAR PUSTAKA
Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009,
Drug Information Handbook, 17th edition, Lexi-Comp for the American
Pharmacists Association.

Adnyana, I. K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J. I., Sukandar, E. Y. 2012. ISO
Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan: Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009, Pedoman Pencampuran Obat


Suntik dan Penanganan Sediaan Sitostatika, Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015,
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education
Companies, Inggris.

Nadeau, F and Bouchard, J., 2013, Fluid Management and Use of Diuretics in
Acute Kidney Injury, Advances in Chronic Kidney Disease, Vol 20, No 1,
National Kidney Foundation.

Nash K, Hafeez A, Hou S: Hospital-acquired renal insufficiency. American


Journal of Kidney Diseases 2002; 39:930-936.

Markum, H. M. S. Gangguan Ginjal Akut. In : Sudoyo AW et al(ed). Buku Ajar


Ilmu Penyakit Dalam. 5th edition. Jakarta:InternaPublishing; 2009.p1041.

Anda mungkin juga menyukai