Anda di halaman 1dari 17

PSORIASIS

A. Definisi
 Psoriasis adalah ganggguan kulit yang ditandai dengan plaque, bercak, bersisik yang dikenal
dengan nama penyakit papulosquamoas.
( Price, 1994)
 Psoriasis merupakan penyakit radang kulit kronik dan rekuren / kambuhan, ditandai dengan
adanya bercak-bercak kemerahan dengan sisik putih yang kasar dan tebal.
(httt//www.sinarharapan.co.id)
 Psoriasis adalah penyakit inflamasi kulit yang bersifat kronik dan rekuren, yang khas ditandai
dengan papula atau plak eritematosa, kering, batas tegas dan tertutup skuama tebal berlapis-lapis,
berwarna putih keabu-abuan atau putih seperti perak / mika.
 Psoriasis adalah penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit dimana produksi sel-sel
epidermis terjadi dengan kecepatan  6-9 x lebih besar daripada kecepatan sel normal.
(Smeltzer, Suzanne)
 Psoriasis adalah masalah kulit di mana bagian kulit menjadi radang dan ditutupi sisik berwarna
perak atau kelabu pada siku, lutut dan kulit kepala.
 Psoriasis adalah suatu penyakit radang kulit yang kronis. Penyakit ini ditandai dengan bercak-
bercak merah dengan sisik kasar dan tebal. Penyakit tersebut dianggap sebagai suatu penyakit
gangguan kekebalan tubuh, yang dipengaruhi terutama oleh sel T (salah satu jenis sel darah
putih). Sel T yang teraktivasi akan berinteraksi dengan sel kulit (terutama keratinosit) dan
mengakibatkan pembentukan kulit yang tebal dan bersisik.
(www.suarapembaharuan.com)
 Psoriasis adalah sejenis penyakit kulit kronis yang tidak menular, sering kambuh, yang
disebabkan oleh proses autoimun dan kadang-kadang dapat diturunkan.
 Psoriasis adalah sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang
terlalu cepat. Biasanya bentuk kulit bersisik. Kemunculan penyakit ini terkadang untuk jangka
waktu lama atau timbul/hilang, penyakit ini secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan
tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat
menurunkan kualitas hidup serta mengganggu kekuatan mental seseorang bila tidak dirawat
dengan baik.
(www.psoriasis.or.id)
Gambar 2. Contoh Penyakit Psoriasis.

B. Etiologi
Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui. Diduga penyakit ini diwariskan secara
poligenik. Walaupun sebagian besar penderita psoriasis timbul secara spontan, namun pada
beberapa penderita dijumpai adanya faktor pencetus antara lain:
1. Trauma
Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma, garukan, luka bekas
operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya. Kemungkinan hal ini merupakan mekanisme fenomena
Koebner. Khas pada psoriasis timbul setelah 7-14 hari terjadinya trauma.
2. Infeksi
Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering menyebabkan psoriasis gutata.
Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman lain dan infeksi virus tertentu, namun menghilang
setelah infeksinya sembuh.
3. Iklim
Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan pada musim penghujan
akan kambuh.
4. Faktor endokrin
Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause. Psoriasis cenderung membaik selama
kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap pengobatan setelah melahirkan. Kadang-kadang
psoriasis pustulosa generalisata timbul pada waktu hamil dan setelah pengobatan progesteron
dosis tinggi.
5. Sinar matahari
Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita psoriasis namun pada beberapa
penderita sinar matahari yang kuat dapat merangsang timbulnya psoriasis. Pengobatan fotokimia
mempunyai efek yang serupa pada beberapa penderita.
6. Metabolik
Hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis.
7. Obat-obatan
 Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat memperberat psoriasis, bahkan
dapat menyebabkan eritrodermia.
 Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi dapat menimbulkan efek
“withdrawal”.
 Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi telah diakui sebagai pencetus
psoriasis.
 Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis.
 Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron dapat menimbulkan psoriasis
pustulosa generalisata.
Berdasarkan penelitian para dokter, ada beberapa hal yang diperkirakan dapat memicu timbulnya
Psoriasis, antara lain adalah :
 Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada saat gatal digaruk terlalu kuat
atau penekanan anggota tubuh terlalu sering pada saat beraktivitas. Bila Psoriasis sudah muncul
dan kemudian digaruk/dikorek, maka akan mengakibatkan kulit bertambah tebal.
 Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik.
 Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.
 Emosi tak terkendali.
 Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit menjadi merah , misalnya
mengandung alcohol.

C. Macam-Macam Psoriasis
 Berdasarkan bentuk lesi, dikenal bermacam-macam psoriasis antara lain:
a. Psoriasis punctata : Lesi sebesar jarum pentul atau
milier.
b. Psoriasis folikularis : Lesi dengan skuama tipis terletak
pada muara folikel rambut.
c. Psoriasis guttata : Lesi sebesar tetesan air.
d. Psoriasis numularis : Lesi sebesar uang logam.
e. Psoriasis girata : Lesi sebesar daun.
f. Psoriasis anularis : Lesi melingka berbentuk seperti
cincin karena adanya involusi
dibagian tengahnya.
g. Psoriasis diskoidea : Lesi merupakan bercak solid yang
menetap.
h. Psoriasis ostracea : Lesi berupa penebalan kulit yang
kasar dan tertutup lembaran-
lembaran skuama mirip kulit tiram.
i. Psoriasis rupioides : Lesi berkrusta mirip rupia sifilitika.

 Tipe-tipe psoriasis. Psoriasis terbagi atas:


 Psoriasis vulgaris: bentuk ini ialah jenis yang paling umum karena itu disebut vulgaris, dinamakan
pula tipe plak karena lesi-lesinya berbentuk plak. Tempat predileksinya seperti yang telah
diterangkan di atas.
 Psoriasis gutata: diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan
mengenai seluruh badan, umumnya setelah infeksi di saluran napas bagian atas sehabis influenza
atau morbili (campak), terutama pada anak dan dewasa muda.
Gambar 3. Contoh psoriasis Gutata
 Psoriasis putulosa: gejala awalnya ialah kulit yang nyeri disertai gejala umum berupa demam,
mudah capek, mual, dan nafsu makan menurun. Kelainan kulit psoriasis yang telah ada makin
merah. Setelah beberapa jam timbul agak bengkak dan bintil-bintil bernanah pada bercak merah
tersebut. Kelainan-kelainan semacam itu akan terus muncul dan dapat menjadi eritroderma.
 Psoriasis eritrodermis: dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu kuat atau oleh
penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya kelainan kulit yang khas untuk psoriasis tidak
tampak lagi karena terdapat kemerahan dan bersisik tebal yang menyeluruh. Ada kalanya
kelainan kulit psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih merah dan kulitnya lebih
meninggi.
 Psoriasis kuku: menyerang dan merusak kuku. Permukaan kuku tampak lekukan-lekukan kecil.
Jenis ini termasuk yang bandel, sehingga penderita sulit sembuh.
 Psoriasis artritis: penyakit ini dapat pula disertai peradangan pada sendi, sehingga sendi terasa
nyeri, membengkak dan kaku, persis seperti gejala rematik. Pada tahap ini, penderita harus
segera ditolong agar sendi-sendinya tidak sampai keropos.

 Berdasarkan lokalisasi lesi maka dikenal bentuk psoriasis atipik seperti:


1. Psoriasis digitalis atau interdigitalis.
2. Lesi verukosa terutama di tungkai bawah.
3. Lesi dengan distribusi seperti sarung tangan atau kaos kaki.
4. Psoriasis fleksural atau inversus bila lesi didapatkan di daerah fleksor atau lipatan-lipatan tubuh
misalnya lipat paha, aksila, lipatan di bawah payudara dan lainnya.
5. Psoriasis seboreik bila lesi didapatkan di daerah seboreik seperti kulit kepala, alis mata, belakang
telinga dan sebagainya.

D. Manifestasi Klinik
Lesi muncul sebagai bercak-bercak merah menonjol pada kulit yang ditutupi oleh sisik
berwarna perak. Bercak-bercak bersisik tersebut terbentuk karena penumpukan kulit yang hidup
dan mati akibat peningkatan kecepatan pertumbuhan serta pergantian sel-sel kulit yang sangat
besar. Jika sisik tersebut dikerok, maka terlihat dasar lesi yang berwarna merah gelap dengan
titik-titik perdarahan. Bercak-bercak ini tidak basah dan bisa terasa gatal atau tidak gatal.
Psoriasis ditandai dengan hiperkeratosis dan penebalan epidermis kulit serta proses radang,
sehingga timbul skuamasi (pengelupasan) dan indurasi eritematosa (kulit meradang dan
kemerahan). Menyerang kulit, kuku, mukosa dan sendi, tetapi tidak pada rambut. Pada umumnya
tidak membehayakan jiwa, kecuali yang mengalami komplikasi, namun penyakit ini sangat
mengganggu kualitas hidup.
Kulit penderita psoriasis awalnya tampak seperti bintik merah yang makin melebar dan
ditumbuhi sisik lebar putih berlapis-lapis. Tumbuhnya tidak selalu diseluruh bagian kulit tubuh
kadang-kadang hanya timbul pada tempat-tempat tertentu saja, karena pergiliran sel-sel kulit
bagian lainnya berjalan normal. Psoriasis pada kulit kepala dapat menyerupai ketombe,
sedangkan pada lempeng kuku tampak lubang-lubang kecil rapuh atau keruh.
Penyakit psoriasis dapat disertai dengan / tanpa rasa gatal. Kulit dapat membaik seperti kulit
normal lainnya setelah warna kemerahan, putih atau kehitaman bekas psoriasis. Pada beberapa
jenis psoriasis, komplikasi yang diakibatkan dapat menjadi serius, seperti pada psoriasis artropi
yaitu psoriasis yang menyerang sendi, psoriasis bernanah (psoriasis postulosa) dan terakhir
seluruh kulit akan menjadi merah disertai badan menggigil (eritoderma).

Gejala dari psoriasis antara lain:


 Mengeluh gatal ringan
 Bercak-bercak eritema yang meninggi, skuama diatasnya.
 Terdapat fenomena tetesan lilin
 Menyebabkan kelainan kuku

E. Patofisiologi
Patogenesis terjadinya psoriasis, diperkirakan karena:
1. Terjadi peningkatan “turnover” epidermis atau kecepatan pembentukannya dimana pada kulit
normal memerlukan waktu 26-28 hari, pada psoriasis hanya 3-4 hari sehingga gambaran klinik
tampak adanya skuama dimana hiperkeratotik. Disamping itu pematangan sel-sel epidermis tidak
sempurna.
2. Adanya faktor keturunan ditandai dengan perjalanan penyakit yang kronik dimana terdapat
penyembuhan dan kekambuhan spontan serta predileksi lesinya pada tempat-tempat tertentu.
3. Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi pada psoriasis meliputi:
a. Peningkatan replikasi DNA.
b. Berubahnya kadar siklik nukleotida.
c. Kelainan prostaglandin dan prekursornya.
d. Berubahnya metabolisme karbohidrat.
Normalnya sel kulit akan matur pada 28-30 hari dan kemudian terlepas dari permukaan kulit.
Pada penderita psoriasis, sel kulit akan matur dan menuju permukaan kulit pada 3-4 hari,
sehingga akan menonjol dan menimbulkan bentukan peninggian kumpulan plak berwarna
kemerahan. Warna kemerahan tersebut berasal dari peningkatan suplai darah untuk nutrisi bagi
sel kulit yang bersangkutan. Bentukan berwarna putih seperti tetesan lilin (atau sisik putih)
merupakan campuran sel kulit yang mati. Bila dilakukan kerokan pada permukaan psoriasis,
maka akan timbul gejala koebner phenomenon. Terdapat banyak tipe dari psoriasis, misalnya
plaque, guttate, pustular, inverse, dan erythrodermic psoriasis. Umumnya psoriasis akan timbul
pada kulit kepala, siku bagian luar, lutut, maupun daerah penekanan lainnya. Tetapi psoriasis
dapat pula berkembang di daerah lain, termasuk pada kuku, telapak tangan, genitalia, wajah, dll.
Pemeriksaan histopatologi pada biopsi kulit penderita psoriasis menunjukkan adanya
penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh darah dermis
bagian atas. Jumlah sel-sel basal yang bermitosis jelas meningkat. Sel-sel yang membelah
dengan cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian permukaan epidermis yang menebal.
Proliferasi dan migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal
dan diliputi keratin yang tebal (sisik yang berwarna seperti perak). Peningkatan kecepatan
mitosis sel-sel epidermis ini agaknya antara lain disebabkan oleh kadar nukleotida siklik yang
abnormal, terutama adenosin monofosfat (AMP) siklik dan guanosin monofosfat (GMP) sikli.
Prostaglandin dan poliamin juga abnormal pada penyakit ini. Peranan setiap kelainan tersebut
dalam mempengaruhi pembentukan plak psoriatik belum dapat dimengerti secara jelas.
F. Komplikasi

1. Psoriasis Pustulosa

Kadang-kadang diatas makula eritematosa pada psoriasis timbul pustula-pustula kecil dengan
ukuran 1-2 mm. keadaan ini dikenal dengan psoriasis postula.
Ada 2 bentuk psoriasis postula:
a. Psoriasis postulosa generalisata (bentuk Von Zumbusch).
Bentuk ini bersifat akut, merupakan bentuk sistemik dari psoriasis dengan ciri eritematosa
disertai demam dan gejala penyakit sistemik yang lain. Postula dapat timbul diatas lesi psoriasis
atau pada kulit sehat yang mengalami eritema sebelumnya. Lesi ini menyebar dengan cepat dan
timbulnya bergelombang. Postula yang timbul tersusun berkelompok atau diskret.
Kuku menebal dan pecah-pecah karena adanya nanah. Mukosa mulut dan lidah dapat
mengalami kelainan. Kematian terjadi karena toksik atau infeksi.
b. Psoriasis postulosa lokalisata (bentuk Barber)
Bentuk ini bersifat kronik dan sangat resisten terhadap pengobatan. Biasanya menyerang
telapak tangan dan telapak kaki serta distribusinya simetris. Lesi berupa postula diatas plak
eritematosa, berskuama. Postula yang masih baru berwarna kuning, kemudian berubah menjadi
kuning kecoklatan dan bila postula mengering berwarna coklat gelap. Akhirnya postula yang
kering ini mengelupas. Kadang-kadang timbul rasa gatal tetapi lebih sering timbul keluhan
seperti rasa terbakar.

2. Psoriasis arthritis

Biasanya mengenai sendi-sendi interfalangeal distal dari jari tangan dan kaki. Pada stadium
akut, sendi yang terserang menjadi bengkak, keras dan sakit. Bila berlangsung lama dapat
menimbulkan kerusakan tulang dan synovial eusion, menyebabkan pemendekan tulang dan hal
ini mengakibatkan pergerakan sendi menjadi sulit, jari memendek dan kaku dalam posisi fleksi.
Secara rotgenologik tampak sendi yang atrofi dengan permulaan osteoporosis diikuti
peningkatan densitas tulang, penyempitan rongga persendian dan erosi permukaan sendi.

3. Psoriasis eritrodermia

Psoriasis yang kronik dan luas dengan perjalanan penyakit yang lama dapat berkembang
menjadi eritodermia. Seluruh permukaan tubuh menjadi merah dan tertutup skuama putih yang
halus. Umumnya bentuk ini timbul akibat pemakaian obat topikal atau penyinaran yang
berlebihan.
Biasanya sulit diobati dan bila pengobatan berhasil maka erupsi eritodermia menghilang dan lesi
psoriasis yang khas akan muncul kembali.
G. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memperlambat pergantian epidermis, meningkatkan
resolusi lesi psoriatik dan mengendalikan penyakit tersebut. Pendekatan terapeutik harus berupa
pendekatan yang dapat dipahami oleh pasien, pendekatan ini harus bisa diterima secara kosmetik
dan tidak mempengaruhi cara hidup pasien. Terapi psoriasis akan melibatkan komitmen waktu
dan upaya oleh pasien dan mungkin pula keluarganya.
Ada tiga terapi yang standar: topikal, intralesi dan sistemik.
 Terapi topikal
Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk melambatkan aktivitas epidermis
yang berlebihan tanpa mempengaruhi jaringan lainnya. Obat-obatannya mencakup preparat ter,
anthralin, asam salisilat dan kortikosteroid. Terapi dengan preparat ini cenderung mensupresi
epidermopoisis (pembentukan sel-sel epidermis).
Formulasi ter mencakup losion, salep, pasta, krim dan sampo. Rendaman ter dapat
menimbulkan retardasi dan inhibisi terhadap pertumbuhan jaringan psoriatik yang cepat. Terapi
ter dapat dikombinasikan dengan sinar ultraviolet-B yang dosisnya ditentukan secara cermat
sehingga menghasilkan radiasi dengan panjang gelombang antara 280 dan 320 nanometer (nm).
Selama fase terapi ini pasien dianjurkan untuk menggunakan kacamata pelindung dan
melindungi matanya. Pemakaian sampo ter setiap hari yang diikuti dengan pengolesan losion
steroid dapat digunakan untuk lesi kulit kepala. Pasien juga diajarkan untuk menghilangkan sisik
yang berlebihan dengan menggosoknya memakai sikat lunak pada waktu amndi.
Anthralin adalah preparat (Anthra-Derm, Dritho-Crème, Lasan) yang berguna untuk
mengatasi plak psoriatik yang tebal yang resisten terhadap preparat kortikosteroid atau preparat
ter lainnya.
Kortikosteroid topikal dapat dioleskan untuk memberikan efek antiinflamasi. Setelah obat
ini dioleskan, bagian kulit yang diobati ditutup dengan kasa lembaran plastik oklusif untuk
menggalakkan penetrasi obat dan melunakkan plak yang bersisik.
 Terapi intralesi
Penyuntikan triamsinolon asetonida intralesi (Aristocort, Kenalog-10, Trymex) dapat
dilakukan langsung kedalam berck-bercak psoriasis yang terlihat nyata atau yang terisolasi dan
resisten terhadap bentuk terapi lainnya. Kita harus hati-hati agar kulit yang normal tidak
disuntuik dengan obat ini.
 Terapi sistemik
Metotreksat bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA dalam sel epidermis sehingga
mengurangi waktu pergantian epidermis yang psoriatik. Walaupun begitu, obat ini bisa sangat
toksik, khususnya bagi hepar yang dapat mengalamim kerusakan yang irreversible. Jadi,
pemantauan melalui pemeriksaan laboratorium harus dilakukan untuk memastikan bahwa sistem
hepatik, hematopoitik dan renal pasien masih berfungsi secara adekuat.
Pasien tidak boleh minum minuman alkohol selama menjalani pengobatan dengan
metotreksat karena preparat ini akan memperbesar kemungkinan kerusakn hepar. Metotreksat
bersifat teratogenik (menimbulkan cacat fisik janin) pada wanita hamil.
Hidroksiurea menghambat replikasi sel dengan mempengaruhi sintesis DNA. Monitoring
pasien dilakukan untuk memantau tanda-tanda dan gejal depresi sumsum tulang.
Siklosporin A, suatu peptida siklik yang dipakai untuk mencegah rejeksi organ yang
dicangkokkan, menunjukkan beberapa keberhasilan dalam pengobatan kasus-kasus psoriasis
yang berat dan resisten terhadap terapi. Kendati demikian, penggunaannya amat terbatas
mengingat efek samping hipertensi dan nefroktoksisitas yang ditimbulkan (Stiller, 1994).
Retinoid oral (derivat sintetik vitamin A dan metabolitnya, asam vitamin A) akan
memodulasi pertumbuhan serta diferensiasi jaringan epiterial, dan dengan demikian pemakaian
preparat ini memberikan harapan yang besar dalam pengobatan pasien psoriasis yang berat.
Fotokemoterapi. Terapi psoriasis yang sangat mempengaruhi keadaan umum pasien adalah
psoralen dan sinar ultraviolet A (PUVA). Terapi PUVA meliputi pemberian preparat
fotosensitisasi (biasanya 8-metoksipsoralen) dalam dosis standar yang kemudian diikuti dengan
pajanan sinar ultraviolet gelombang panjang setelah kadar obat dalam plasma mencapai
puncaknya. Meskipun mekanisme kerjanya tidak dimengerti sepenuhnya, namun diperkirakan
ketika kulit yang sudah diobati dengan psoralen itu terpajan sinar ultraviolet A, maka psoralen
akan berkaitan dengan DNA dan menurunkan proliferasi sel. PUVA bukan terapi tanpa bahaya;
terapi ini disertai dengan resiko jangka panjang terjadinya kanker kulit, katarak dan penuaan
prematur kulit.
Terapi PUVA mensyaratkan agar psoralen diberikan peroral dan setelah 2 jam kemudian
diikuti oleh irradiasi sinar ultraviolet gelombang panjang denagn intensitas tinggi. (sinar
ultraviolet merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik yang mengandung panjang
gelombang yang berkisar dari 180 hingga 400 nm).
Terapi sinar ultraviolet B (UVB) juga digunakan untuk mengatasi plak yang menyeluruh.
Terapi ini dikombinasikan dengan terapi topikal ter batubara (terapi goeckerman). Efek
sampingnya serupa dengan efek samping pada terapi PUVA.
Etretinate (Tergison) adalah obat yang relatif baru (1986). Ia adalah derivat dari Vitamin A.
Bisa diminum sendiri atau dikombinasi dengan sinar ultraviolet. Hal ini dilakukan pada penderita
yang sudah bandel dengan obat obat lainnya yang terdahulu.

Di antara pengobatan tersebut diatas, yang paling efektif untuk mengobati psoriasis adalah
dengan ultraviolet (fototerapi), karena dengan fototerapi penyakit psoriasis dapat lebih cepat
mengalami “clearing” atau “almost clearing” (keadaan dimana kelainan / gejala psoriasis hilang
atau hampir hilang). Keadaan ini disebut “remisi”. Masa remisi fototerapi tersebut bisa bertahan
lebih lama dibandingkan dengan pengobatan lainnya.
Pengobatan fotokemoterapi, yaitu dengan menggunakan kombinasi radiasi ultraviolet dan
oral psoralen (PUVA), namun kelemahannya adalah untuk jangka panjang dapat menimbulkan
kanker kulit.
Fototerapi UVB konvensional dengan menggunakan sinar UVB broadband dengan panjang
gelombang 290-320 nm. Terapi kurang praktis karana pasien harus masuk ke dalam light box.
Fototerapi dengan alat Monochromatic Excimer

Light 308 nm (MEL 308 nm) merupakan bentuk fototerapi UVB yang paling mutakhir dengan
menggunakan sinar laser narrowband UVB dengan panjang gelombang 308 nm. Dibandingkan
dengan narrowband UVB, MEL 308 nm lebih cepat dan lebih efektif dalam mengobati psoriasis
yang resisten.
Gambar 3. Alat fototerapi
Beberapa tips untuk penderita psoriasis :
 Jaga kulit agar tetap berminyak. Minyak, cream, dan petroleum jelly adalah moisturizer yang
baik. Gunakan pelembab bila udara terasa panas.
 Penyinaran dengan sinar matahari akan menghilangkan psoriasis pada beberapa orang, namun
kulit terlebih dulu diolesi dengan minyak dan dilakukan lubrikasi.
 Mandi dengan air panas akan mengurangi sisik yang timbul. Penggunaan moisturizer segera
setelah mandi akan berguna. Meminimalisasi kontak dengan sabun dan bahan kimia. Gunakan
sabun yang sangat lembut, sabun moisturizing, atau sabun yang bebas pembersih.
 Lindungi kulit dari cidera, sebab cidera dapat memperparah plaque yang timbul.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Berfokus pada cara pasien menghadapi kondisi kulit yang psoriatik, penampakan kulit “
normal “ dan penampakan lesi kulit. Manifestasi yang terlihat adalah papula merah bersisik yang
menyatu untuk membentuk plak berbentuk oval dengan batas yang jelas. Sisik atau skuama yang
berwarna putih perak juga terdapat. Daerah kulit didekatnya akan memperlihatkan plak yang
licin dan merah dengan permukaan yang mengalami maserasi. Pemeriksaan harus dilakukan
pada daerah-daerah, khususnya yang cenderung untuk mengalami psoriasis, yaitu: siku, lutut,
kulit kepala, celah gluteus, jari-jari tangan dan kaki.
Perawat harus menilai dampak penyakit tersebut pada pasien dan strategi koping ynag
digunakan untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari serta interaksi antara anggota keluarga dan
teman-teman. Banyak pasien perlu ditentramkan kekawatirannya dengan penjelasan bahwa
penyakitnya tidak menular, bukan mencerminkan higiene perorangan yang buruk dan juga bukan
kanker kulit .

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi.
2. Gangguan body image berhubungan dengan adanya sisik pada kulit.
3. Kurang pengetahuan terhadap penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang pemajanan, kesalahan interpretasi, kurang informasi.

C. Intervensi Keperatan
NO Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Gangguan integritas Setelah dilakukan  Kaji atau catat ukuran, warna,
 Memberik
kulit berhubungan tindakan asuhan keadaan luka / kondisi sekitar tentang pen
dengan adanya lesi. keperawatan selama luka.
1X24 jam, diharapkan
tidak terjadi gangguan  Lakukan kompres basah dan
 Merupakan
pada integritas kulit. sejuk atau terapi rendaman. yang dapat
Dengan kriteria hasil:
 Mempertahankan  Lakukan perawatan luka dan
 Memungk
integritas kulit. hygiene sesudah itu keringkan bebas
 Tidak ada lesi. kulit dengan hati-hati dan taburi meningkatk
bedak yang tidak iritatif. pasien.

 Berikan prioritas untuk


 Mempercep
meningkatkan kenyamanan dan
kehangatan pasien pasien.
 Gosokkan krim pelembab atau
minyak secara lembut.  Untuk meng

2. Gangguan body image Setelah dilakukan  Berikan kesempatan pada klien


 Klien mem
berhubungan dengan tindakan asuhan untuk mengungkapkan perasaan didengarka
adanya sisik pada kulit. keperawatan selama tentang perubahan citra tubuh. proses pen
1X24 jam, diharapkan diri.
tidak terjadi gangguan
body image. Dengan   Memberika
Nilai rasa keprihatinan dan
kriteria hasil: ketakutan klien. perawat
 Menyatakan penerimaan kecemasan
situasi diri. realitas situ
 Bicara dengan
keluarga/orang terdekat Bantu klien  Kesan seseo
dalam
tentang situasi, mengembangkan kemampuan sangat b
perubahan yang terjadi. untuk menilai diri dan pengembal
mengenali serta mengatasi
masalah.  Pendekatan
 Mendukung upaya klien untuk dapat me
memperbaiki citra diri, usaha dan
mendorong sosialisasi dengan dilakukan.
orang lain dan membantu klien
ke arah penerimaan diri.

3. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan  Kaji ulang prognosis dan harapan


 Memberika
terhadap penyakit, tindakan keperawatan yang akan datang. dimana pa
prognosis dan selama 1x 24 jam di pilihan berd
kebutuhan pengobatan harapkan pasien dapat  Gatal, lepuh
berhubungan dengan mengerti tentang  diskusikan perawatan kulit yang sembu
kurang pemajanan, penyakit dan contoh penggunaan pelembab
kesalahan interpretasi, pengobatan yang dan pelindung sinar matahari.  Mempert
kurang informasi. berhubungan dengan  Dorong kesinambungan program menurunka
penyakitnya. latihan dan jadwalkan periode mencegah
Dengan kriteria hasil : istirahat. proses peny
 pasien mengerti dan  Pengulan
paham tentang kondisi, kesempatan
prognosis, dan  Kaji ulang pengobatan, termasuk bertanya
pengobatan. tujuan, dosis, rute, dan efek pemahama
 pasien dapat mengerti samping yang diharapkan dapat
tentang tindakan di laporkan.  Memberika
pengobatan dan terapi  Berikan nomor telepon untuk bagi tim
 melakukan perubahan orang yang di hubungi. menguatka
pola hidup tertentu dan klarifikasi
berpartisipasi dalam dan men
program pengobatan. komplikasi

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E, Marilynn. (2000). “Rencana Asuhan Keperawatan”, Edisi 3, EGC: Jakarta.


Http/www.compas.com.
Http/www.dermatology.com.
Http/www.indomedia.com.
Http/www.medikaholistik.com.
Http/www.nuansamedia.com.
Http/www.psoriasis.or.id.
Http/www.republika.com.
Http/www.suarapembaruan.com.
Http/www.threeinone.cjb.net.
Price, Wilson. (1995). “Patofisiologi”, Edisi 4, EGC: Jakarta.
Smeltzer, Suzanne. (2002). “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”, Edisi 8, Volume 3, EGC:
Jakarta.

Pencegahan

Psoriasis dapat dicegah dengan :

- Menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan


- Menggunakan pelembab kulit

- Menjalankan pola hidup sehat

Komplikasi

Psoriasis dapat menyebabkan komplikasi, diantaranya :

- Penebalan kulit dan infeksi kulit

- Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

- Rasa tidak nyaman

- Meningkatkan risiko penyakit tertentu, seperti sindrom metabolik, tekanan darah tinggi, kadar
insulin tinggi, penyakit inflamasi usus, penyakit jantung, dan kanker

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambaran laboratorium penderita psoriasis tidak menunjukkan angka yang spesifik dan
tidak ditemukan pada semua pasien psoriasis. Kelainan terutama terdapat pada pasien pustular
generalisata dan psoriasis eritroderma. Asam urat serum menunjukkan peningkatan sampai 50%
dan biasanya berhubungan dengan luasnya lesi dan aktifitas penyakit serta beresiko berkembang
jadi arthritis gout.10,11
Stadium lesi yaitu lesi awal, lesi yang berkembang dan lesi lanjut. Pada awalnya terjadi
perubahan pada permukaan dermis saja berupa dilatasi kapiler dan edema papilla dermis dan
infiltrasi limfosit yang mengelilingi pembuluh darah. Limfosit akan meluas sampai bagian bawah
epidermis yang akhirnya akan mengalami spongiosis. Lesi psoriasis lanjut ditandai oleh
akantosis dengan pemanjangan rete riges, hilangnya lapisan granular, parakeratosis dengan
adanya netrofil pelebaran pembuluh darah di papilla dermis, mitosis suprabasal, penipisan
suprapapillari plate dan sebukan sel radang ringan terdapat pada dermis dan atau papilla
dermis.12

Gambar 6. Gambaran histopatologi psoriasis : tampak adanya penebalan epidermis, dengan


pemanjangan rete riges dan jumlah sel mononuklear meningkat.
Gambar 7. Gambaran histologi kulit penderita psoriasis dibandingkan dengan
gambaran kulit yang normal

Anda mungkin juga menyukai