Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis ucapkan sebagai rasa syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis untuk pembuatan pedoman ini dengan
judul :”Pedoman Perbekalan Farmasi Rumah Sakit Permata Hati ”. Shalawat dan salam
senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah mengajar dan membimbing
umatnya dari segala bentuk kejahilan dan kebodohan menuju umat yang berbudi luhur dan
bermoral serta menjadikan umatnya agar senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT.
Pedoman ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Proses Akreditasi Rumah Sakit
Permata Hati. Meskipun pedoman ini sudah dibuat semaksimal mungkin, namun dalam
pelaksanaannya, Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga Allah SWT, selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Amin.

Muara Bungo,

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

SK DIREKTUR.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................1
B. TUJUAN................................................................................................2
BAB II RUANG LINGKUP..................................................................................3
BAB III DEFINIS..................................................................................................5
BAB 1V TATA LAKSANA PENGELOLAAN PERBEKALAN.......................6
A. PERENCANAAN........................................................................................8
B. PENGADAAN...........................................................................................12
C. PENERIMAAN.........................................................................................14
D. PENYIMPANAN.......................................................................................15
E. PENDISTRIBUSIAN................................................................................21
F. PENGENDALIAN....................................................................................24
G. PEMUSNAHAN DAN PENARIKAN OBAT..........................................25
H. PENCATATAN DAN PELAPORAN........................................................26
I. MONITORING DAN EVALUASI............................................................29
J. PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI KHUSUS.......................29
K. DAFTAR OBAT EMERGENCY..............................................................29
BAB V PENGENDALIAN MUTU.....................................................................36
BAB VI DOKUMENTASI..................................................................................39
BAB VII PENUTUP............................................................................................40
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Biaya yang diresepkan untuk penyediaan obat merupakan komponen
terbesar pengeluaran Rumah Sakit. Di banyak negara berkembang belanja obat
di Rumah Sakit dapat menyerap sekitar 40-50% biaya keseluruhan Rumah Sakit.
Belanja perbekalan farmasi yang demikian besar tentunya harus dikelola dengan
efektif dan efisien, hal ini diperlukan mengingat dana kebutuhan obat di Rumah
Sakit tidak selalu sesuai dengan kebutuhan. Kondisi ini tentunya harus disikapi
dengan sebaik-baiknya.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah bagian yang bertanggung
jawab terhadap pengelolaan perbekalan farmasi, sedangkan Tim Farmasi dan
Terapi adalah bagian yang bertanggung jawab dalam penetapan formularium
Rumah Sakit. Agar pengelolaan perbekalan farmasi dan penyusunan
formularium di Rumah Sakit dapat sesuai dengan aturan yang berlaku, maka
diperlukan adanya tenaga yang profesional dibidang tersebut. Untuk
menyiapkan tenaga profesional tersebut diperlukan berbagai masukan
diantaranya tersedianya pedoman yang dapat digunakan dalam pengelolaan
perbekalan farmasi di IFRS.

B. Tujuan Pedoman
1. Umum
Tersedianya pedoman pengelolaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit
2. Khusus
1. Terlaksananya pengelolaan perbekalan farmasi yang bermutu, efektif,
dan efisien.
2. Terwujudnya sistem informasi pengelolaan perbekalan farmasi kesehatan
yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan kebutuhan perbekalan.
3. Terlaksananya pengelolaan perbekalan farmasi satu pintu.
4. Terlaksananya pengendalian mutu perbekalan farmasi.
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Penggunaan obat di Rumah Sakit dilakukan sesuai dengan undan-


undang dan peraturan yang berlaku dan dikelola untuk memenuhi
kebutuhan pasien. Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi kegiatan
pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
distribusi, penarikan dan pemusnahan, pengawasan, dan pelaporan.
2. Rumah Sakit memiliki Instalasi Farmasi dan sebagai penanggung jawab
Instalasi Farmasi adalah seorang apoteker yang memiliki ijazah dan
STRA yang telah diregistrasi dan dibantu dengan tenaga tehnis
kefarmasian yang telah memiliki ijazah dan STR yang sudah
diregistrasi.
3. Rumah Sakit memiliki formularium daftar obat sebagai pedoman
penulisan resep oleh dokter sehingga dokter penulis resep hanya bisa
menuliskan resep berdasarkan formularium Rumah Sakit.
4. Obat-obatan emergency tersedia diseluruh unit yang memerlukan obat-
obatan emergency, dan dimonitor dan aman bilamana disimpan diluar
farmasi. Bila terjadi kegawatdaruratan pasien, akses yang cepat
terhadap obat emergency yang tepat adalah sangat penting. Rumah sakit
merencanakan lokasi obat emergency dan obat yang harus disuplai ke
lokasi tersebut. Lemari, meja, troli tas/kotak dapat digunakan untuk
keperluan obat emergency. Untuk memastikan akses ke obat emergency
bilamana diperlukan, rumah sakit menyusun suatu prosedur untuk
mencegah penyalahgunaan, pencurian atau kehilangan terhadap obat
emergency. Prosedur ini memastikan bahwa obat diganti bilamana
digunakan, rusak atau kadaluarsa. Jadu rumah sakit memahami
keseimbanagan antara akses kesiapan dan keamanan dari tempat
penyimpanan obat emergency.
5. Rumah sakit memiliki/mempunyai sistem penrikkan (recall) obat.
Proses untuk mengidentifikasi, menarik kembali dan mengembalikan
atau memusnahkan dengan cara yang aman dan benar obat-obatan yang
ditarik kembali oleh pabrik atau supplier. Ada kebijakan atau prosedur
yang mengatur setiap penggunaan atau pemusnahan dari obat yang
diketahui kadaluarsa atau ketinggalan jaman.
BAB III
DEFINISI

1. Pelayanan kefarmasian adalah pelayanan langsung dan bertanggung jawab


kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
meningkatkan mutu hidup pasien.
2. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi kepada
apoteker baik bentuk kertas maupun elektronik untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Perbekalan farmasi adalah obat, bahan obat, alat kesehatan, reagensia,
bahan diagnostik dan gas medis.
4. Alat kesehatan adalah instrumen, sparatus, yang tidak mengandung obat
yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit, serta pemulihan kesehatan,
pada menusia dan atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
5. Unit farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan
seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
6. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
sudah mengucap sumpah jabatan apoteker.
7. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam
menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi,
ahlimadya farmasi, analis farmasi dan tenaga menengah farmasi.
8. Formularium merupakan dokumen yang secara terus – menerus direvisi,
memuat daftar obat dan informasi penting lainnya yang merefleksikan
keputusan klinik mutakhir dari staf medis Rumah Sakit.
9. Daftar obat adalah daftar produk yang telah disetujui digunakan di Rumah
Sakit disusun sederhana tanpa informasi tentang tiap produk obat, hanya
terdiri atas nama generik, merk dagang, kekuatan dan bentuk sediaan.
10. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan dan perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam
Undang-Undang Narkotika.
11. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas aktivitas mental
dan perilaku.
BAB IV
TATA LAKSANA PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI

1. Rumah Sakit Permata Hati menetapkan regulasi untuk memastikan obat emergensi
yang tersimpan di dalam maupun di luar unit farmasi tersedia, tersimpan aman, dan
dimonitor.
Rumah Sakit Permata Hati menetapkan bahwa jika ada pasien emergensi maka
akses cepat ke tempat obat yang diperlukan menjadi sangat penting dan obat harus
siap pakai bila sewaktu-waktu diperlukan. Setiap Rumah Sakit Permata Hati harus
membuat rencana lokasi penyimpanan obat emergensi, contoh troli obat emergensi
yang tersedia di berbagai unit pelayanan, obat untuk mengatasi syok anafilatik di
tempat penyuntikan, dan obat untuk pemulihan anestesi ada di kamar operasi. Obat
emergensi dapat disimpan di lemari emergensi, troli, tas/ransel, kotak, dan lainnya
sesuai dengan kebutuhan di tempat tersebut. Rumah sakit diminta menetapkan
prosedur untuk memastikan ada kemudahan untuk mencapai dengan cepat tempat
penyimpanan obat emergensi jika dibutuhkan, termasuk obat selalu harus segera
diganti kalau digunakan, bila rusak, atau kadaluarsa. Selain itu, keamanan obat
emergensi harus diperhatikan. (lihat juga).
1. Ada regulasi pengelolaan obat emergensi yang tersedia di unit-unit layanan agar
dapat segera dipakai untuk memenuhi kebutuhan darurat serta upaya pemeliharaan
dan pengamanan dari kemungkinan pencurian dan kehilangan.
2. Ada bukti persediaan obat emergensi lengkap dan siap pakai.
3. Ada bukti pelaksanaan supervisi terhadap penyimpanan obat emergensi dan segera
diganti apabila dipakai, kadaluwarsa, atau rusak.
Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan farmasi
merupakan suatu siklus kegiatan yang di mulai dari perencanaan sampai evaluasi yang
saling terkait antar satu dengan yang lain. Kegiatannya mencakup perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan, dan
pelaporan, penghapusan, monitoring dan evaluasi.
2. Rumah Sakit Permata Hati menetapkan bahwa memiliki sistem penarikan kembali
(recall), pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
tidak layak digunakan karena rusak, mutu substandar, atau kadaluwarsa.
Rumah Sakit Permata Hati menetapkan dan melaksanakan identifikasi dalam
proses penarikan kembali (recall) oleh Pemerintah, pabrik, atau pemasok. Rumah
Sakit Permata Hati juga harus menjamin bahwa sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis yang tidak layak pakai karena rusak, mutu substandard, atau
kadaluwarsa tidak digunakan serta dimusnahkan. Berdasarkan kebijakan Rumah
Sakit Permata Hati mencakup :
1. Ada regulasi penarikan kembali (recall) dan pemusnahan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang tidak layak pakai karena
rusak, mutu substandard, atau kadaluwarsa.
2. Ada bukti pelaksanaan penarikan kembali (recall) sesuai dengan regulasi
yang ditetapkan.
3. Ada bukti pelaksanaan pemusnahan sesuai dengan regulasi yang
ditetapkan.

1. PERENCANAAN
Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang
menentukandalm peroses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit.
Tujuan perencanaan pembekalan farmasi adalah untuk menetapkan
jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Tahapan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi meliputi :
1. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai
kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai ini berdasarkan :
1. Formularium dan standar pengobatan / pedoman diagnosa
dan terapi.
2. Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang telah ditetapkan
3. Pola penyakit
4. Efektifitas dan keamanan.
5. Pengobatan berbasis bukti
6. Mutu
7. Harga
8. Ketersediaan di pasaran
Kriteria pemilihan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai untuk masuk dalam formularium meliputi:
1. Mengutamakan penggunaan obat generik.
2. Memiliki rasio manfaat – resiko ( benefit risk ratio ) yang paling
menguntungkan pasien.
3. Mutu terjamin, termasukstabilitas dan bioavailibilitas.
4. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.
5. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan.
6. Menguntungkan dal amhal kepatuhan dan penerimaan oleh
pasien.
7. Memiliki rasio manfaat–resiko (benefitriskratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung.
8. Jika terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi
yang serupa, pilihan dijatuhkan pada :
1) Obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data
ilmiah.
2) Obat dengan sifat farmakokinetik yang diketahui paling
menguntungkan.
3) Obat yang stabilitasnya lebih baik.
4) Mudah diperoleh.
5) Obat yang telah dikenal.
9. Obat jadi kombinasi tetap, harus memenuhi kriteria berikut :
Obat hanya bermanfaat bagi penderita dalam bentuk kombinasi tetap.
1) Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan keamanan
yang lebih tinggi daripada masing – masing komponen.
2) Perbandingan dosis komponen kombinasi tetap merupakan
perbandingan yang tepat untuk sebagian besar penderita yang
memerlukan kombinasi tersebut.
3) Kombinasi tetap harus meningkatkan rasio manfaat-biaya
(benefit-cost ratio).
4) Untuk antibiotik kombinasi tetap harus dapat mencegah atau
mengurangi terjadinya resisten dan efek merugikan lainnya.
10. Faktor biaya
Setelah pertimbangan ilmiah dibuat, Tim Farmasi Terapi harus
mempertimbangkan biaya terapi obat secara keseluruhan. Hal ini
termasuk biaya sediaan obat, biaya penyiapan obat, biaya
pemberian obat, dan biaya monitoring selama penggunaan obat.
Obat terpilih adalah obat dengan biaya terapi keseluruhan yang
paling rendah.
Sedangkan pemilihan alat kesehatan di rumah sakit berdasarkan
dari data pemakaian oleh user, standar ISO, daftar harga alat kesehatan,
serta spesifikasi mutu yang ditetapkan oleh rumah sakit.
Selain kriteria untuk memilih obat untuk masuk formularium,
ditentukan pula kriteria untuk penghapusan obat dari formularium,
antara lain sebagai berikut :
1. Obat-obat yang jarang digunakan (slow moving) akan dievaluasi,
2. Obat-obat yang tidak digunakan (death stock) dalam waktu 3 bulan
maka akan diingatkan pada dokter-dokter terkait yang akan
menggunakan obat tersebut. Apabila pada bulan berikutnya tetap
tidak digunakan, maka obat tersebut dikeluarkan dari formularium.
3. Obat-obat yang dalam proses penarikan oleh Pemerintah/BPOM
atau dari pabrikan.
Fungsi pemilihan adalah untuk mementukan apakah perbekalan
farmasi benar – benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien /
kunjungan dan pola penyakit di Rumah Sakit kriteria pemilihan
kebutuhan obat yang baik yaitu meliputi :
1. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara
menghindari kesamaan jenis.
2. Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika resep
kombinasi mempunyai efek yang lebih baik dibanding
obat tunggal.
3. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih
berdasarkan obat pilihan ( drug of choice) dari penyakit
yang pevalensinya tinggi.
4. Pemilihan obat di tumah sakit merujuk kepada daftar obat
esensial nasional ( DOEN ) sesuai dengan kelas rumah
sakit masing – masing, formularium RS Formularium
Jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin, daftar flapon
harga ( DPHO ) Askes dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
( Jamsostek ), sdang pemilihan alat kesehatan dirumah
sakit dapat berdasarkan dari data pemakaian obat
pemakai, standar ISO, daftar Harga alat, daftar harga alat
kesehatan yang dikeluarkan oleh ditjen Binfar, dan Askes
seperti Spesifikasi yang ditetapkan oleh rumah sakit.
2. Perhitungan Kebutuhan
Menentukan kebutuhan perbekalan farmasi merupakan tantangan
yang berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi yang bekerja di
Rumah Sakit. Masalah kekosongan dan kelebihan perbekalan farmasi
dapat terjadi, apabila informasi yang digunakan semata-mata hanya
berdasarkan kebutuhan teoritis saja. Dengan koordinasi dan proses
perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi secara terpadu serta.
melalui tahapan, maka diharapkan perbekalan farmasi yang direncanakan
dapat tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, dan tersedia pada saat
dibutuhkan.
Adapun pendekatan perencanaan kebutuhan dapat dilakukan
dengan beberapa metode :
1. Metode Konsumsi
Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi
didasarkan pada data riel konsumsi perbekalan farmasi .
Beberapa hal yang diperhatikan dalam rangka menghitung
jumlah perbekalan farmasi yang dibutuhkan adalah :
1) Pengumpulan dan pengolahan data
2) Analisa data untuk informasi dan evaluasi
3) Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi
4) Penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi
dengan alokasi dana.
2. Metode Morbiditas
Dinamakan metode morbiditas karena dasar perhitungan
adalah jumlah kebutuhan perbekalan farmasi yang
digunakan untuk beban kesakitan yang harus dilayani.
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan
perbekalan farmasi berdasarkan pola penyakit, perkiraan
kenaikan kunjungan, dan waktu tunggu.
1) Menyediakan formularium/pedoman perbekalan
farmasi
2) Mengitung perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi
3) Penyesuaian dengan alokasi dana.

2. PENGADAAN
Pengadaan merupakankegiatan untukmerealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian.

Tujuan pengadaan adalah untuk mendapatkan perbekalan farmasi


dengan hargayang efektif, dengan mutu yang baik, pengiriman barang
terjamin dan tepatwaktu, prosesberjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga
serta waktu berlebihan.
1. Pembelian
Pembelian dengan penawaran yang kompetitif merupakan suatu
metode penting untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara mutu
dan harga,apabila ada dua atau lebih pemasok, pelaksana pembelian harus
mendasarkan pada kriteria berikut: mutu produk, reputasi produsen,
harga, berbagai syarat, ketepatan waktu pengiriman, mutu pelayanan
pemasok, dapat dipercaya, kebijakan tentang barang yang dikembalikan,
dan pengemasan.
Pada proses pengadaan ada 3 elemen penting yang harus
diperhatikan, yaitu :
1. Pengadaan yang dipilih, bila tidak teliti dapat menjadikan “biaya
tinggi”.
2. Penyusunan dan persyaratan kontrak kerja (hargakontrak=visible
cost+hidden cost), sangat penting untuk menjaga agar
pelaksanaan pengadaan terjamin mutu (misalnya persyaratan
masa kadaluwarsa, sertifika tanalisa/standar mutu, harus
mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS),untuk bahan
berbahaya, khusus untuk alat kesehatan harus mempunyai
certificate of origin, waktu dan kelancaran bagi semua pihak, dan
lain-lain.
3. Order pemesanan agar barang dapat sesuai macam, waktu, dan
tempat.
Beberapa jenis obat,bahan aktif yang mempunyai masa kadaluwarsa
relatif pendek harus diperhatikan waktu pengadaannya. Untuk itu harus
dihindari pengadaan dalam jumlah besar.
Proses pembelian mempunyai beberapa langkah yang baku dan
merupakan siklus yang berjalan terus-menerus sesuai dengan kegiatan
Rumah Sakit. langkah proses pengadaan dimulai dengan mereview daftar
perbekalan farmas yang akan diadakan, menentukan jumlah masing-
masing item yang akan dibeli, menyesuaikan dengan situasi keuangan,
memilih metode pengadaan, memilih rekanan, membuat kerja sama,
memonitor pengiriman barang, menerima barang, melakukan pembayaran
serta menyimpan kemudian mendistribusikan.

3. PENERIMAAN
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi
yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui
pembelian langsung.
Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang
diterima sesuai kesepakatan baik spesifikas imutu, jumlah maupun
waktu. Penerimaan perbekalan farmasi harus dilakukan oleh petugas
yang bertanggung jawab. Petugas yang dilibatkan dalam penerimaan
harus terlatih baik dalam tanggung jawab dan tugas mereka, serta harus
mengerti sifat penting dari perbekalan farmasi. Dalam tim penerimaan
farmasi harus ada tenaga farmasi. Semua perbekalan farmasi yang
diterima harus diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasi pada order
pembelian rumah sakit. Semua perbekalan farmasi harus ditempatkan
dalam tempat persediaan, segera setelah diterim a, perbekalan farmasi
harus segera disimpan didalam lemari atau tempat lain yang aman.
Perbekalan farmasi yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi
kontrak yang telah ditetapkan.
Hal lain yang harus diperhatikan dalam penerimaan :
1) Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS), untuk
bahan berbahaya.
2) Khusus Alat Kesehatan harua mempunyai Certificate of Origin.
3) Sertifikat analisa produk.
4. PENYIMPANAN

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara


dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat
yang dinilai aman dari pencuria nserta gangguan fisik yang dapat merusak
mutu obat.
Tujuan penyimpanan adalah :
1. Memelihara mutu sediaan farmasi
2. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
3. Menjaga ketersediaan
4. Memudahkan pencarian dan pengawasan
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan,
pencarian dan pengawasan perbekalan farmasi, diperlukan pengaturan tata
ruang gudang dengan baik.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang bangunan
gudang adalah sebagai berikut :
1. Kemudahan bergerak
Untuk kemudahan bergerak, gudang perlu ditata sebagai berikut:
1) Gudang menggunakan sistem satu lantai, tidak menggunakan
sekat- sekat karena akan membatasi pengaturan ruangan. Jika
digunakan sekat, perhatikan posisi dinding dan pintu untuk
mempermudah gerakan.
2) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran perbekalan
farmasi, ruang gudang dapat ditata berdasarkan sistem arus
garis lurus, arus U atau arus L.
2. Sirkulasi udara yang baik
Salah satu faktor penting dalam merancang bangunan gudang adalah
adanya sirkulasi udara yang cukup didalam ruangan gudang. Sirkulasi yang
baik akan memaksimalkan umur hidup dari perbekalan farmasi sekaligus
bermanfaat dalam memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja.
1. Rak dan Pallet
Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat
meningkatkan sirkulas iudara dan perputaran stok perbekalan
farmasi. Keuntungan penggunaan pallet:
1) Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap banjir.
2) Peningkatan efisiensi penanganan stok.
3) Dapat menampung perbekalan farmasi lebih banyak.
4) Pallet lebih murah dari pada rak.
2. Kondisi penyimpanan khusus
1) Vaksin memerlukan“Cold Chain”khusus dan harus dilindungi
dari kemungkinan terputusny arus listrik.
2) Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari
khusus dan selalu terkunci.
3) Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol harus disimpan
dalam ruangan khusus.
3. Pencegahan kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang
mudah terbakar seperti dus, karton, danlain-lain. Alat pemadam
kebakaran harus dipasang pada tempat yang mudah di jangkau dan
dalam jumlah yang cukup. Tabung pemadam kebakaran agar
diperiksa secara berkala, untuk memastikan masih berfungsi atau
tidak.
Perbekalan farmasi merupakan produk yang perlu
pengelolaan khusus, oleh karen aitu dibuat kriteria-kriteria
penyimpanan obat, sebagai berikut :
1) Disesuaikan dengan bentuk sediaan dan jenisnya, suhu
penyimpanan dan stabilitasnya, sifat bahan, dan ketahanan
terhadap cahaya (lihat petunjuk penyimpanan masing –
masing obat )
2) Obat disusun secara alfabetis.
3) Sistem FIFO (FirstIn First Out) atau FEFO (First Expired First
Out).
4) Obat-obatan dan bahan kimia yang digunakan untuk
mempersiapkan obat diberi label :isi, tanggal kadaluwarsa, dan
peringatan.
5) Elektrolit pekat konsentrat dilarang disimpan di unit pelayanan.
6) Obat high alert diberi stiker HIGH ALERT, oba t
NORUM/LASA diberi stiker NORUM/LASA.
7) Obat yang dibawa pasien dari rumah harus dicatat dalam
formulir rekonsiliasi obat dan disimpan di rekam medis pasien.
Obat yang dibawa oleh pasien diidentifikasi dan disimpan secara
khusus di Instalasi Farmasi. Untuk obat yang dilanjutkan sesuai
terapi disimpan di Instalasi Farmasi dan untuk obat yang tidak
dilanjutkan disimpan di lemari obat rekonsiliasi.
8) Tidak menerima obat sampel.
9) Produk Nutrisi disimpan sesuai dengan rekomendasi produsen
produk nutrisi.
10) Obat bantuan program pemerintah disimpan sesusai dengan
petunjuk penyimpanan.
11) Perbekalan farmasi dalam kemasan besar disusun diatas pallet
rapi dan teratur.
12) Obat–obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari
khusus dengan pintu ganda yang selalu terkunci , kunci dibawa
oleh Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian penanggung
jawab shift.
13) Obat-obat disimpan dalam rak, obat untuk pemakaian dalam
dipisahkan dengan obat-obat untuk penggunaan luar.
14) Apabila persediaan perbekalan farmasi cukup banyak, maka
perbekalan farmasi tetap dibiarkan dalam boks masing-masing.
15) Bahan berbahaya dan beracun disimpan dalam tempat terpisah
dimana tersedia APAR dan diberi label B3 sesuai dengan
klasifikasi.
16) Gas medis disimpan terpisah dari tempat perbekalan farmasi,
bebas dari sumber api, berventilasi baik, dilengkapi
penandadaan dilengkapi dengan troli pengaman untuk
menghindari tabung terguling, serta diberi penanda label.
17) Ada proses inspeksi penyimpanan obat dan alkes dengan melihat
batas expire date, jumlah, dan suhu penyimpanan di instalasi
farmasi dan di luar instalasi farmasi yang dilakukan
setiap satu bulan sekali oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang
ditunjuk.
Selain adanya sistem penyimpanan yang baik, dibuat pula sistem
pengawasan obat, dengan tujuan agar sediaan farmasi terlindung dari
kehilangan dan pencurian, yaitu dengan cara:
1) Membuat peringatan tertulis “Selain Petugas Farmasi yang
berkepentingan, dilarang masuk ke area pelayanan obat”.
2) Melakukan pengisian kartu stok obat.
Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi
Pengelolaan gudang dilaksanakan oleh tenaga yang kompeten, terdidik,
mempunyai izin untuk menangani yakni Farmasis. Guna mempermudah
pengawasan maka unit perbekalan farmasi harus di bawah pengelolaan farmasis
untuk menjamin persediaan selalu tetap memenuhi persyaratan kefarmasian.
Kegiatan di Gudang Farmasi
1. Pemeriksaan obat/alkes yang baru datang
2. Penerimaan obat ( perbekalan farmasi)
3. Pengaturan
4. Penyimpanan
5. Pengeluaran
6. Administrasi
7. Pelaporan
8. Persyaratan ruang penyimpanan perbekalan farmasi :
a. Accessibility, ruang penyimpanan harus mudah di akses
b. Utilities, ruang penyimpanan harus memiliki sumber listrik, air, AC, dan
fasilitas lain
c. Drainage, ruangan penyimpanan harus berada di lingkungan baik
dengan sistem pengairan yang baik pula
d. Size, ruang penyimpanan harus memiliki ukuran yang cukup untuk
menampung barang yang ada
e. Security, ruang penyimpanan aman dari resiko pencurian dan
penyalahgunaan serta hewan pengganggu
9. Faktor-faktor yang perlu diperhatikandalam penyimpanan :
a. Penyimpanan 15-25°C (sejuk) : disimpan dalam beruangan ber-AC
b. Penyimpanan dingin disimpan dalam lemari pendingin (2-8°C)
c. Barang mudah terbakar disimpan dalam gudang tahan api yang
dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran
10. Metode penyimpanan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
a. Berdasarkan bentuk sediaan, penyimpanan sediaan padat (tablet),
sediaan cair (sirup), serta alat-alat kesehatan harus dipisahkan sesuai
sifat fisik kimianya
b. Menurut abjad atau alfabetis
c. Sistem FIFO dan FEFO atau kombinasi keduanya. Untuk sistem FIFO,
penyimpanan berdasarkan pada obat yang pertama kali masuk
edangkan sistem FEFO berdasarkan pada obat yang punya expire det
terdekat.
d. Penyimpanan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) Bahan mudah terbakar,
meledak, korosif, karsiogenik. Penyimpanan B3 disertai MSDS (Material
Safety Data Sheet)
11. Obat Narkotika dan Psikotropika
Syarat ruang khusus penyimpanan narkotika dan psikotropika
sesuai PMK Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikottopika dan Prekursor
Farmasi yaitu haru memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Dinding dan langit-langit terbuat dari bahan yang kuat.
2. Jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji
besi.
3. Mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda.
4. Kunci ruang khusus dikuasai oleh apoteker penaggung jawab/
apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
5. Tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika dapat berupa
gudang, ruangan atau lemari.
6. Tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika dilarang
digunakan untuk menyimpan barang selain narkotika dan
psikotropika.
12. Lemari khusus penyimpanan narkotika dan psikotropika
Lemari khusus sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat 1
harus memnuhi syarat sebagai berikut :
1. Terbuat dari bahan kayu yang kuat.
2. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2(dua) buah kunci yang
berbeda.
3. Harus diletakkan dalam ruang khusus disudut gudang untuk
instalasi farmasi pemerintah
4. Diletakkan ditempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk
apotek, indtalsi farmasi rumah sakit, puskesmas, instalasi farmasi
klinik, dan lembaga ilmu pengetahuan.
5. Kunci lemari khusus dikuasai oleh apoteker penanggung
jawab/apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
6. Tujuan lemari khusus narkotika dan psikotropika dalah agar
mencegah hilangnya obat
13. Laporan
Apotek, Instalsi Farmasi Rumah Sakit, Lembaga Ilmu
Pengetahuan, dan dokter praktik perorangan wajib membuat,
menyimpan dan menyampaikan laporan pemasukkan dan
penyerahan/penggunaan narkotika dan psikotropika setiap bulan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala
Balai setempat. Pelaporan sebagaimana dimaksud paling sedikit terdiri
dari :
1. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika dan psikotropika.
2. Jumlah pesediaan awal dan akhir bulan
3. Jumlah yang diterima.
4. Jumlah yang diserahkan.
14. Pemusnahan
Dalam hal pemusnahan narkotika dan psikotropika dilakukan
oleh pihak ketiga, wajib disaksikan oleh pemilik narkotika dan
psikotropika dan saksi.

5. PENDISTRIBUSIAN
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang
dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan.
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara :
1. Resep Perorangan
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai berdasarkan resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat
inap melalaui Instalasi Farmasi
Keuntungan resep perorangan, yaitu:
1. Semua resep/order dikaji langsung oleh apoteker, yang kemudian
memberikan keterangan atau informasi kepada pasien secara
langsung.
2. Memberikan kesempatan interaksi profesionala ntara apoteker,
dokter , perawat, dan pasien.
3. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat.
4. Mempermudah penagihan biaya perbekalan farmasi bagi pasien.
Kelemahan / kerugian sistemresep perorangan, yaitu:
1. Memerlukan waktu yang lebihlama.
2. Pasien membayar obat yang kemungkinan tidakdigunakan.
2. Sistem Distribusi Dosis Unit (Unit Dose Dispensing =UDD)
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam
unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis per
pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.
Beberapa keuntungan system distribusi dosis unit yang lebih rinci
sebagai berikut:
1) Pasien hanya membayar perbekalan farmasi yang dikonsumsinya
saja.
2) Semua dosis yang diperlukan pada unit perawatan telah
disiapkan oleh IFRS.
3) Mengurangi kesalahan pemberian perbekalan farmasi.
4) Menghindari duplikasi order perbekalan farmasi yang berlebihan.
5) Meningkatkan pemberdayaan petugas profesional dan non
profesional yang lebih efisien.
6) Mengurangi resiko kehilangan dan pemborosan perbekalan
farmasi.
7) Memperluas cakupan dan pengendalian IFRS di rumah sakit
secara keseluruhan sejak dari dokter menulis resep/order sampai
pasien menerima dosis unit
8) Sistem komunikasi pengorderan dan distribusi perbekalan
farmasi bertambah baik.
9) Apoteker dapat datang ke unit perawatan / ruang pasien, untuk
melakukan konsultasi perbekalan farmasi, membantu
memberikan masukan kepada tim, sebagai upaya yang
diperlukan untuk perawatan pasien yang lebih baik.
10) Peningkatan dan pengendalian dan pemantauan penggunaan
perbekalan farmasi menyeluruh.
11) Memberikan peluang yang lebih besar untuk prosedur
komputerisasi.
Sedangkan kelemahan dari sistem ini adalah :
1. meningkatnya kebutuhan tenaga farmasi
2. meningkatnya biaya operasional.
Beberapa bentuk permintaan perbekalan farmasi dari dokter ke IFRS :
1. Menggunakan resep yang dibuat rangkap dua, asli dikirim ke IFRS,
sedangkan tembusan disimpan dalam rekam medik.

6. PENGENDALIAN
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program
yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/
kekosongan obat di unit-unit pelayanan.
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Habis Pakai.
Kegiatan ini meliputi :
1) Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu.
2) Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan ( slow
moving ).
3) Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu
tiga bulan berturut-turut ( death stock ).
4) Stok opname yang dilakukan setiap satu tahun sekali.
Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk :
1. Penggunaan obat sesuai dengan formularium Rumah Sakit
2. Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi
3. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau idak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan,
kadaluarsa, dan kehilangan serta pengembalian pesanan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
pakai.

7. PEMUSNAHAN DAN PENARIKAN OBAT


Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuanperaturan
perundang - undangan yang berlaku.
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai bila :
1. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu.
2. Produk telah kadaluarsa.
3. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan.
4. Dicabut izin edarnya.
Tahap–tahap proses pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan
adalah:
1) Inventarisasi terhadap obat dan perbekalan kesehatan yang
akan dimusnahkan.
2) Persiapan adminstrasi, meliputi laporan dan berita acara
pemusnahan.
3) Penentuan jadwal, metode, dan tempat pemusnahan, dan
koordinasi dengan pihak terkait.
4) Persiapan tempat pemusnahan.
5) Pelaksanaan pemusnahan, menyesuaikan jenis dan bentuk
sediaan.
6) Pembuatan laporan pemusnahan obat dan perbekalan
kesehatan, yang memuat :
1) Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan obat dan alat
kesehatan.
2) Nama dan jumlah obat dan alat kesehatan.
3) Nama apoteker pelaksana pemusnahan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan.
4) Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan obat dan
perbekalan kesehatan.
Laporan pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan,
ditandatangani oleh apoteker dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan
(berita acara terlampir).
Dalam proses pemusnahan obat, prosedur yang dipilih adalah
dengan kerja sama dengan pihak ketiga.
Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan ( BPOM ). Penarikan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan oleh
BPOM atau pabrikan asal. Rumah Sakit harus mempunyai sistem
pencatatan terhadap kegiatan penarikan.

8. PENCATATAN DAN LAPORAN


1. Pencatatan
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memonitor transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di
lingkungan unit farmasi. Adanya pencatatan akan memudahkan
petugas untuk melakukan penelusuran bila terjadi adanya mutu obat
yang substandar dan harus ditarik dari peredaran. Pencatatan dilakukan
dengan menggunakan bentuk digital secara komputerisasi. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam pencatatan :
1. Pencatatan/entri data dilakukan secara rutin dari waktu ke waktu
secara real time saat pelayanan obat.
2. Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir
bulan.
1. Jumlah perbekalan farmasi yangtersedia (sisa stok)
2. Jumlah perbekalan farmasi yang diterima
3. Jumlah perbekalan farmasi yang keluar
4. Jumlah perbekalan farmasi yang hilang/rusak/kadaluwarsa
5. Jangka waktu kekosongan perbekalan farmasi
Manfaat informasi yang didapat:
1) Untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan
perbekalan farmasi.
2) Penyusunan laporan.
3) Perencanaanpengadaandan distribusi.
4) Pengendalian persediaan.
5) Untuk pertanggungjawaban bagi petugas penyimpanan dan
pendistribusian.
6) Sebagai alat bantu kontrol bagi Kepala unit farmasi.
2. Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan
yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan. Tujuan pelaporan
adalah :
1. Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi.
2. Tersedianya informasi yang akurat.
3. Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan
laporan.
4. Mendapat data yang lengkap untuk membuat perencanaan.
Jenis laporan yang dibuat olehUnit Farmasi meliputi:
NO JENIS LAPORAN KEGUNAAN KETERANGAN
Untuk Audit,
1 Persediaan Keuangan
2 Mutasi Perbekalan UntukKeuangan ,
Farmasi perencanaan

3 Penggunaan Dinkes , BPOM, Audit


Psikotropika dan
Narkotika
4 Stok Opname, obat Untuk Audit, SPI
kadaluarsa dan rusak
5 Pemantauan UntukEvaluasi,Tim
Penyimpanan B3, High Mutu
Alert, LASA, Box
Emergency,

9. MONITORING DAN EVALUASI


Monitoring dan evaluasi merupakan tahapan untuk mengamati
dan menilai keberhasilan atau kesesuaian pelaksanaan Cara Pelayanan
Kefarmasian yang baik disuatu pelayanan kefarmasian. Untuk evaluasi
mutu proses pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan, dapat
diukur dengan indikator kepuasan dan keselamatan pasien/pelanggan,
dimensi waktu (time delivery), Standar Prosedur Operasional serta
keberhasilan pengendalian perbekalan kesehatan dan sediaan farmasi.
Guna menjamin tata kelola perbekalan farmasi yang baik, dalam
proses monitoring dan evaluasi maka dibuat :
1. SPO Pemantauan penggunaan obat baru
2. SPO pemantauan suhu lemari pendingin
3. SPO Pemantauan penyimpanan obat

1O. Pengelolaan perbekalan farmasi khusus


1. Penanganan Bahan Sitostatik dan Bahan Radioaktif
Sediaan bahan sitostatik dan bahan radioaktif tidak tersedia di
Rumah Sakit Permata Hati .
2. Obat yang dibawa oleh pasien
Penggunaan obat milik penderita yang dibawa dari tempat asal ke
dalam rumah sakit harus sedapat mungkin dihindari. Obat tersebut dapat
digunakan jika :
1) Disetujui dokter yang merawat setelah melakukan proses
rekonsiliasi obat sebelum pasien masuk rumah sakit.
2) Tidak mempengaruhi keamanan dan efektivitas obat yang diberikan
dokter di rumah sakit.
3) Obat dapat diidentifikasi oleh Apoteker/TTK, meliputi : merk
dagang, kandungan, unit farmasi atau apotek tempat obat tersebut
diperoleh.
Guna menjamin tata kelola perbekalan farmasi yang baik, dalam proses
pengaturan obat pasien sebelum rawat inap maka dibuat :
1. SPO Rekonsiliasi
2. SPO Catatan Penggunaan Obat Pasien

3. Persediaan obat emergensi


Persediaan obat emergensi adalah persediaan obat yang digunakan
untuk menangani kasus darurat di masing-masing ruangan.
Dibawah ini merupakan daftar persediaan farmasi untuk keadaan
darurat diruangan :

DATAR OBAT EMERGENCY UGD, ICU, KAMAR BERSALIN,


PERINATOLOGI, POLIKLINIK, PERAWATAN LANTAI II, LANTAI III
NO NAMA OBAT JUMLAH
1 ADRENALIN 10
2 DIAZEPAM 3
3 EPHEDRIN 3
4 AMINOPHYLIN 5
5 DEXAMETHASON 10
6 FARSIX 3
7 LIDOCAIN 5
8 AS. TRANEX 4
9 KETOROLAK 3
10 TRAMADOL 3
11 VIT K 3
12 AQUA PRO INJECTION 4
13 DEXTROSE 10% 4
14 NACL 0.9% 100 ML 4
15 NACL 500 ML 4
16 DEXTROSE 5% 2
17 RINGGER LAKTAT 2
18 ATROPIN SULFAT 5
19 VASOVIX NO. 18 4
20 VASOVIX NO. 20 4
21 VASOVIX NO. 22 4
22 VASOVIX NO. 24 4
23 VASOVIX NO. 26 4
24 SPUIT 20 CC 5 Mekanisme
25 SPUIT 50 CC NGT 5 pengelolaanobat
26 TREE WAY 3
27 EXTENSION TUBE 3 emergensi
28 ALKOHOL SWAB 10 adalah sebagai
29 LIDOCAIN JELLY 1
30 INFUSET MAKRO 1 berikut:
31 INFUSET MIKRO 2
32 TRANFUSI SET 1
33 TEGADERM 2
34 FACE MASK 2
35 SPUIT 1 CC 5
36 SPUIT 3 CC 5
37 SPUIT 5 CC 5
38 SPUIT 10 CC 5
39 ETT NO. 2.5 1
40 ETT NO. 3 1
41 ETT NO. 3.5 1
42 ETT NO. 4 1
43 ETT NO. 4.5 1
44 ETT NO. 5 1
45 ETT NO. 5.5 1
45 HANDSCOON 7.5 2
47 HANDSCOON 7 2
48 HANDSCOON 8 2
49 POLY CATH 14 2
50 POLYCATH 16 2
51 POLY CATH 18 2
52 URIN BAG 2
53 SUCTION CATH N0. 6 2
54 SUCTION CATH N0. 8 2
55 NGT NO. 5 PANJANG 40 CM 2
56 NGT N0. 5 PANJANG 100 CM 2
57 NGT NO. 8 PANJANG 100 CM 2
58 NGT N0. 8 2
1. Obat emergensi tersedia disemua unit pelayanan pasien, disimpan
dalam troli emergensi yang terpasang segel untuk menghindari obat
hilang atau tidak tersedia saat dibutuhkan.
2. Obat emergensi segera dibuatkan resep dan diminta kefarmasi untuk
penggantian, cek ulang isi dan masa kadaluarsa obat emergensi
dalam troli /kotak kemudian disegel.
3. Obat emergensi diperiksa oleh Apoteker yang ditunjuk, untuk
diperiksa kembali isi dan masa kadaluarsa obat emergensi dalam
troli/kotak dan juga keutuhan segel, agar obat emergensi selalu
tersedia saat dibutuhkan.
4. Persediaan untuk masing-masing item perbekalan farmasi
ditetapkan bersama oleh Panitia Farmasi dan Terapi.
BAB V
PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek


yang akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit yaitu :

Defenisi Indikator adalah:


Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu
indikasi. Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat
perubahan. Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi jugaspesifik.

Kriteria:
Adalah spesifikasi dari indikator.

Standar :

1. Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh


seseorang yang berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka
yang bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat performance
atau kondisi tersebut.
2. Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang
sangat baik
3. Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai
atau mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus
memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut:
1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
1) Keprofesian
2) Efisiensi
3) Keamanan pasien
4) Kepuasan pasien
5) Sarana dan lingkungan fisik
2. Indikator yang dipilih
1) Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan
proses
2) Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok
daripada untuk perorangan.
3) Dapatdigunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar Rumah
Sakit
4) Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih
untuk dimonitor
5) Didasarkan pada data yang ada.
3. Kriteria yang digunakan
Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai
indikator, sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik
dan mutu tidak baik.
4. Standar yang digunakan
Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan:
1. Acuan dari berbagai sumber
2. Berdasarkan tolak ukur dari Rumah Sakit yang setara
3. Berdasarkan trend yang menuju kebaikan
BAB V
DOKUMENTASI

1. Spo penarikan obat


2. Spo pemusnahan obat
3. Berita acara pemusnahan obat Narkotik
4. Berita acara pemusnahan perbekalan farmasi
BAB VI
PENUTUP

Buku pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi


apoteker yang bekerja dirumah sakit dalam pengelolaan perbekalan farmasi yang
baik. Pengelolaan perbekalan farmasi yang baik, efektif, dan efisien akan
mendorong penggunaan obat yang rasional dirumah sakit. Pengelolaan
perbekalan farmasi yang baik diharapkan dapat meningkatkan efisiensi biaya
pengobatan. Diharapkan dengan terlaksananya pengeolaan obat yang baik, akan
berkontribusi terhadap peningkatan mutu pelayanan kesehatan dirumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai