Alhamdulillah, penulis ucapkan sebagai rasa syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis untuk pembuatan pedoman ini dengan
judul :”Pedoman Perbekalan Farmasi Rumah Sakit Permata Hati ”. Shalawat dan salam
senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah mengajar dan membimbing
umatnya dari segala bentuk kejahilan dan kebodohan menuju umat yang berbudi luhur dan
bermoral serta menjadikan umatnya agar senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT.
Pedoman ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Proses Akreditasi Rumah Sakit
Permata Hati. Meskipun pedoman ini sudah dibuat semaksimal mungkin, namun dalam
pelaksanaannya, Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga Allah SWT, selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Amin.
Muara Bungo,
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
SK DIREKTUR.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................1
B. TUJUAN................................................................................................2
BAB II RUANG LINGKUP..................................................................................3
BAB III DEFINIS..................................................................................................5
BAB 1V TATA LAKSANA PENGELOLAAN PERBEKALAN.......................6
A. PERENCANAAN........................................................................................8
B. PENGADAAN...........................................................................................12
C. PENERIMAAN.........................................................................................14
D. PENYIMPANAN.......................................................................................15
E. PENDISTRIBUSIAN................................................................................21
F. PENGENDALIAN....................................................................................24
G. PEMUSNAHAN DAN PENARIKAN OBAT..........................................25
H. PENCATATAN DAN PELAPORAN........................................................26
I. MONITORING DAN EVALUASI............................................................29
J. PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI KHUSUS.......................29
K. DAFTAR OBAT EMERGENCY..............................................................29
BAB V PENGENDALIAN MUTU.....................................................................36
BAB VI DOKUMENTASI..................................................................................39
BAB VII PENUTUP............................................................................................40
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biaya yang diresepkan untuk penyediaan obat merupakan komponen
terbesar pengeluaran Rumah Sakit. Di banyak negara berkembang belanja obat
di Rumah Sakit dapat menyerap sekitar 40-50% biaya keseluruhan Rumah Sakit.
Belanja perbekalan farmasi yang demikian besar tentunya harus dikelola dengan
efektif dan efisien, hal ini diperlukan mengingat dana kebutuhan obat di Rumah
Sakit tidak selalu sesuai dengan kebutuhan. Kondisi ini tentunya harus disikapi
dengan sebaik-baiknya.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah bagian yang bertanggung
jawab terhadap pengelolaan perbekalan farmasi, sedangkan Tim Farmasi dan
Terapi adalah bagian yang bertanggung jawab dalam penetapan formularium
Rumah Sakit. Agar pengelolaan perbekalan farmasi dan penyusunan
formularium di Rumah Sakit dapat sesuai dengan aturan yang berlaku, maka
diperlukan adanya tenaga yang profesional dibidang tersebut. Untuk
menyiapkan tenaga profesional tersebut diperlukan berbagai masukan
diantaranya tersedianya pedoman yang dapat digunakan dalam pengelolaan
perbekalan farmasi di IFRS.
B. Tujuan Pedoman
1. Umum
Tersedianya pedoman pengelolaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit
2. Khusus
1. Terlaksananya pengelolaan perbekalan farmasi yang bermutu, efektif,
dan efisien.
2. Terwujudnya sistem informasi pengelolaan perbekalan farmasi kesehatan
yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan kebutuhan perbekalan.
3. Terlaksananya pengelolaan perbekalan farmasi satu pintu.
4. Terlaksananya pengendalian mutu perbekalan farmasi.
BAB II
RUANG LINGKUP
1. Rumah Sakit Permata Hati menetapkan regulasi untuk memastikan obat emergensi
yang tersimpan di dalam maupun di luar unit farmasi tersedia, tersimpan aman, dan
dimonitor.
Rumah Sakit Permata Hati menetapkan bahwa jika ada pasien emergensi maka
akses cepat ke tempat obat yang diperlukan menjadi sangat penting dan obat harus
siap pakai bila sewaktu-waktu diperlukan. Setiap Rumah Sakit Permata Hati harus
membuat rencana lokasi penyimpanan obat emergensi, contoh troli obat emergensi
yang tersedia di berbagai unit pelayanan, obat untuk mengatasi syok anafilatik di
tempat penyuntikan, dan obat untuk pemulihan anestesi ada di kamar operasi. Obat
emergensi dapat disimpan di lemari emergensi, troli, tas/ransel, kotak, dan lainnya
sesuai dengan kebutuhan di tempat tersebut. Rumah sakit diminta menetapkan
prosedur untuk memastikan ada kemudahan untuk mencapai dengan cepat tempat
penyimpanan obat emergensi jika dibutuhkan, termasuk obat selalu harus segera
diganti kalau digunakan, bila rusak, atau kadaluarsa. Selain itu, keamanan obat
emergensi harus diperhatikan. (lihat juga).
1. Ada regulasi pengelolaan obat emergensi yang tersedia di unit-unit layanan agar
dapat segera dipakai untuk memenuhi kebutuhan darurat serta upaya pemeliharaan
dan pengamanan dari kemungkinan pencurian dan kehilangan.
2. Ada bukti persediaan obat emergensi lengkap dan siap pakai.
3. Ada bukti pelaksanaan supervisi terhadap penyimpanan obat emergensi dan segera
diganti apabila dipakai, kadaluwarsa, atau rusak.
Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan farmasi
merupakan suatu siklus kegiatan yang di mulai dari perencanaan sampai evaluasi yang
saling terkait antar satu dengan yang lain. Kegiatannya mencakup perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan, dan
pelaporan, penghapusan, monitoring dan evaluasi.
2. Rumah Sakit Permata Hati menetapkan bahwa memiliki sistem penarikan kembali
(recall), pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
tidak layak digunakan karena rusak, mutu substandar, atau kadaluwarsa.
Rumah Sakit Permata Hati menetapkan dan melaksanakan identifikasi dalam
proses penarikan kembali (recall) oleh Pemerintah, pabrik, atau pemasok. Rumah
Sakit Permata Hati juga harus menjamin bahwa sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis yang tidak layak pakai karena rusak, mutu substandard, atau
kadaluwarsa tidak digunakan serta dimusnahkan. Berdasarkan kebijakan Rumah
Sakit Permata Hati mencakup :
1. Ada regulasi penarikan kembali (recall) dan pemusnahan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang tidak layak pakai karena
rusak, mutu substandard, atau kadaluwarsa.
2. Ada bukti pelaksanaan penarikan kembali (recall) sesuai dengan regulasi
yang ditetapkan.
3. Ada bukti pelaksanaan pemusnahan sesuai dengan regulasi yang
ditetapkan.
1. PERENCANAAN
Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang
menentukandalm peroses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit.
Tujuan perencanaan pembekalan farmasi adalah untuk menetapkan
jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Tahapan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi meliputi :
1. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai
kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai ini berdasarkan :
1. Formularium dan standar pengobatan / pedoman diagnosa
dan terapi.
2. Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang telah ditetapkan
3. Pola penyakit
4. Efektifitas dan keamanan.
5. Pengobatan berbasis bukti
6. Mutu
7. Harga
8. Ketersediaan di pasaran
Kriteria pemilihan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai untuk masuk dalam formularium meliputi:
1. Mengutamakan penggunaan obat generik.
2. Memiliki rasio manfaat – resiko ( benefit risk ratio ) yang paling
menguntungkan pasien.
3. Mutu terjamin, termasukstabilitas dan bioavailibilitas.
4. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.
5. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan.
6. Menguntungkan dal amhal kepatuhan dan penerimaan oleh
pasien.
7. Memiliki rasio manfaat–resiko (benefitriskratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung.
8. Jika terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi
yang serupa, pilihan dijatuhkan pada :
1) Obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data
ilmiah.
2) Obat dengan sifat farmakokinetik yang diketahui paling
menguntungkan.
3) Obat yang stabilitasnya lebih baik.
4) Mudah diperoleh.
5) Obat yang telah dikenal.
9. Obat jadi kombinasi tetap, harus memenuhi kriteria berikut :
Obat hanya bermanfaat bagi penderita dalam bentuk kombinasi tetap.
1) Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan keamanan
yang lebih tinggi daripada masing – masing komponen.
2) Perbandingan dosis komponen kombinasi tetap merupakan
perbandingan yang tepat untuk sebagian besar penderita yang
memerlukan kombinasi tersebut.
3) Kombinasi tetap harus meningkatkan rasio manfaat-biaya
(benefit-cost ratio).
4) Untuk antibiotik kombinasi tetap harus dapat mencegah atau
mengurangi terjadinya resisten dan efek merugikan lainnya.
10. Faktor biaya
Setelah pertimbangan ilmiah dibuat, Tim Farmasi Terapi harus
mempertimbangkan biaya terapi obat secara keseluruhan. Hal ini
termasuk biaya sediaan obat, biaya penyiapan obat, biaya
pemberian obat, dan biaya monitoring selama penggunaan obat.
Obat terpilih adalah obat dengan biaya terapi keseluruhan yang
paling rendah.
Sedangkan pemilihan alat kesehatan di rumah sakit berdasarkan
dari data pemakaian oleh user, standar ISO, daftar harga alat kesehatan,
serta spesifikasi mutu yang ditetapkan oleh rumah sakit.
Selain kriteria untuk memilih obat untuk masuk formularium,
ditentukan pula kriteria untuk penghapusan obat dari formularium,
antara lain sebagai berikut :
1. Obat-obat yang jarang digunakan (slow moving) akan dievaluasi,
2. Obat-obat yang tidak digunakan (death stock) dalam waktu 3 bulan
maka akan diingatkan pada dokter-dokter terkait yang akan
menggunakan obat tersebut. Apabila pada bulan berikutnya tetap
tidak digunakan, maka obat tersebut dikeluarkan dari formularium.
3. Obat-obat yang dalam proses penarikan oleh Pemerintah/BPOM
atau dari pabrikan.
Fungsi pemilihan adalah untuk mementukan apakah perbekalan
farmasi benar – benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien /
kunjungan dan pola penyakit di Rumah Sakit kriteria pemilihan
kebutuhan obat yang baik yaitu meliputi :
1. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara
menghindari kesamaan jenis.
2. Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika resep
kombinasi mempunyai efek yang lebih baik dibanding
obat tunggal.
3. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih
berdasarkan obat pilihan ( drug of choice) dari penyakit
yang pevalensinya tinggi.
4. Pemilihan obat di tumah sakit merujuk kepada daftar obat
esensial nasional ( DOEN ) sesuai dengan kelas rumah
sakit masing – masing, formularium RS Formularium
Jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin, daftar flapon
harga ( DPHO ) Askes dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
( Jamsostek ), sdang pemilihan alat kesehatan dirumah
sakit dapat berdasarkan dari data pemakaian obat
pemakai, standar ISO, daftar Harga alat, daftar harga alat
kesehatan yang dikeluarkan oleh ditjen Binfar, dan Askes
seperti Spesifikasi yang ditetapkan oleh rumah sakit.
2. Perhitungan Kebutuhan
Menentukan kebutuhan perbekalan farmasi merupakan tantangan
yang berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi yang bekerja di
Rumah Sakit. Masalah kekosongan dan kelebihan perbekalan farmasi
dapat terjadi, apabila informasi yang digunakan semata-mata hanya
berdasarkan kebutuhan teoritis saja. Dengan koordinasi dan proses
perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi secara terpadu serta.
melalui tahapan, maka diharapkan perbekalan farmasi yang direncanakan
dapat tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, dan tersedia pada saat
dibutuhkan.
Adapun pendekatan perencanaan kebutuhan dapat dilakukan
dengan beberapa metode :
1. Metode Konsumsi
Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi
didasarkan pada data riel konsumsi perbekalan farmasi .
Beberapa hal yang diperhatikan dalam rangka menghitung
jumlah perbekalan farmasi yang dibutuhkan adalah :
1) Pengumpulan dan pengolahan data
2) Analisa data untuk informasi dan evaluasi
3) Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi
4) Penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi
dengan alokasi dana.
2. Metode Morbiditas
Dinamakan metode morbiditas karena dasar perhitungan
adalah jumlah kebutuhan perbekalan farmasi yang
digunakan untuk beban kesakitan yang harus dilayani.
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan
perbekalan farmasi berdasarkan pola penyakit, perkiraan
kenaikan kunjungan, dan waktu tunggu.
1) Menyediakan formularium/pedoman perbekalan
farmasi
2) Mengitung perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi
3) Penyesuaian dengan alokasi dana.
2. PENGADAAN
Pengadaan merupakankegiatan untukmerealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian.
3. PENERIMAAN
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi
yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui
pembelian langsung.
Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang
diterima sesuai kesepakatan baik spesifikas imutu, jumlah maupun
waktu. Penerimaan perbekalan farmasi harus dilakukan oleh petugas
yang bertanggung jawab. Petugas yang dilibatkan dalam penerimaan
harus terlatih baik dalam tanggung jawab dan tugas mereka, serta harus
mengerti sifat penting dari perbekalan farmasi. Dalam tim penerimaan
farmasi harus ada tenaga farmasi. Semua perbekalan farmasi yang
diterima harus diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasi pada order
pembelian rumah sakit. Semua perbekalan farmasi harus ditempatkan
dalam tempat persediaan, segera setelah diterim a, perbekalan farmasi
harus segera disimpan didalam lemari atau tempat lain yang aman.
Perbekalan farmasi yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi
kontrak yang telah ditetapkan.
Hal lain yang harus diperhatikan dalam penerimaan :
1) Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS), untuk
bahan berbahaya.
2) Khusus Alat Kesehatan harua mempunyai Certificate of Origin.
3) Sertifikat analisa produk.
4. PENYIMPANAN
5. PENDISTRIBUSIAN
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang
dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan.
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara :
1. Resep Perorangan
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai berdasarkan resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat
inap melalaui Instalasi Farmasi
Keuntungan resep perorangan, yaitu:
1. Semua resep/order dikaji langsung oleh apoteker, yang kemudian
memberikan keterangan atau informasi kepada pasien secara
langsung.
2. Memberikan kesempatan interaksi profesionala ntara apoteker,
dokter , perawat, dan pasien.
3. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat.
4. Mempermudah penagihan biaya perbekalan farmasi bagi pasien.
Kelemahan / kerugian sistemresep perorangan, yaitu:
1. Memerlukan waktu yang lebihlama.
2. Pasien membayar obat yang kemungkinan tidakdigunakan.
2. Sistem Distribusi Dosis Unit (Unit Dose Dispensing =UDD)
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam
unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis per
pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.
Beberapa keuntungan system distribusi dosis unit yang lebih rinci
sebagai berikut:
1) Pasien hanya membayar perbekalan farmasi yang dikonsumsinya
saja.
2) Semua dosis yang diperlukan pada unit perawatan telah
disiapkan oleh IFRS.
3) Mengurangi kesalahan pemberian perbekalan farmasi.
4) Menghindari duplikasi order perbekalan farmasi yang berlebihan.
5) Meningkatkan pemberdayaan petugas profesional dan non
profesional yang lebih efisien.
6) Mengurangi resiko kehilangan dan pemborosan perbekalan
farmasi.
7) Memperluas cakupan dan pengendalian IFRS di rumah sakit
secara keseluruhan sejak dari dokter menulis resep/order sampai
pasien menerima dosis unit
8) Sistem komunikasi pengorderan dan distribusi perbekalan
farmasi bertambah baik.
9) Apoteker dapat datang ke unit perawatan / ruang pasien, untuk
melakukan konsultasi perbekalan farmasi, membantu
memberikan masukan kepada tim, sebagai upaya yang
diperlukan untuk perawatan pasien yang lebih baik.
10) Peningkatan dan pengendalian dan pemantauan penggunaan
perbekalan farmasi menyeluruh.
11) Memberikan peluang yang lebih besar untuk prosedur
komputerisasi.
Sedangkan kelemahan dari sistem ini adalah :
1. meningkatnya kebutuhan tenaga farmasi
2. meningkatnya biaya operasional.
Beberapa bentuk permintaan perbekalan farmasi dari dokter ke IFRS :
1. Menggunakan resep yang dibuat rangkap dua, asli dikirim ke IFRS,
sedangkan tembusan disimpan dalam rekam medik.
6. PENGENDALIAN
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program
yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/
kekosongan obat di unit-unit pelayanan.
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Habis Pakai.
Kegiatan ini meliputi :
1) Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu.
2) Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan ( slow
moving ).
3) Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu
tiga bulan berturut-turut ( death stock ).
4) Stok opname yang dilakukan setiap satu tahun sekali.
Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk :
1. Penggunaan obat sesuai dengan formularium Rumah Sakit
2. Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi
3. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau idak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan,
kadaluarsa, dan kehilangan serta pengembalian pesanan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
pakai.
Kriteria:
Adalah spesifikasi dari indikator.
Standar :