Disusun Oleh :
BAB II
ISI
2.1Proses Produksi Tahu
1. Mencuci kedelai yang sudah dipilih (yang besar ) hingga bersih .
2. Merendam kedelai selama 3 jam hingga mengembang (usahakan seluruh kedelai
ikut terendam).
3. Menghancurkan kedelai dengan Menggilingnya samapi berbentuk bubur.
4. Merebus kacang kedelai yang telah digiling selama kurang lebih 15 menit
5. Menyaring bubur kedelai dari kulit nya yang masih tersisa.
6. Mengambil sari tahu hasil penyaringan, lalu ,menambahkan asam cuka untuk
pengkristalan dan mendiamkannya selama 5 menit.
7. Mengambil sari tahu hasil penyaringan untuk meletakkannya dalam cetakan dan
mendiamkan selama 20 menit.
8. Ketika sudah padat, memotong tahu sesuai bentuk yang diinginkan untuk
kemudian mengemasnya
1. Cara fisika
Merupakan metode pemisahan sebagian dari beban pencemaran khususnya padatan
tersuspensi atau koloid dari limbah cair. Dalam pengolahan limbah cair industri tahu secara
fisika, proses yang dapat digunakan antara lain adalah filtrasi dan pengendapan
(sedimentasi). Filtrasi (penyaringan) menggunakan media penyaring terutama untuk
menjernihkan dan memisahkan partikel-partikel kasar dan padatan tersuspensi dari limbah
cair. Padatan tersuspensi yang lolos dari penyaringan selanjutnya disisihkan dalam unit
sedimentasi dengan menambahkan koagulan sehinggga terbentuk flok. Proses ini termasuk
proses kimia. Dalam sedimentasi, flokflok padatan dipisahkan dari aliran dengan
memanfaatkan gaya gravitasi.
2. Cara kimia
Merupakan metode penghilangan atau konversi senyawa-senyawa polutan dalam
limbah cair dengan penambahan bahan-bahan kimia atau reaksi kimia lainnya. Beberapa
proses yang dapat diterapkan dalam pengolahan limbah cair industri tahu diantaranya
termasuk koagulasi-flokulasi dan netralisasi. Dalam proses koagulasi-flokulasi, partikel-
partikel koloid hidrofobik cenderung menyerap ion-ion bermuatan negatif dalam limbah
cair melalui sifat adsorpsi koloid tersebut, sehingga partikel tersebut menjadi bermuatan
negatif. Koloid bermuatan negatif ini melalui gaya-gaya Van der Waals menarik ionion
bermuatan berlawanan dan membentuk lapisan kokoh (lapisan stern) mengelilingi partikel
inti. Selanjutnya lapisan kokoh (stern) yang bermuatan positif menarik ion-ion negatif
lainnya dari dalam larutan membentuk lapisan kedua (lapisan difus). Kedua lapisan tersebut
bersama-sama menyelimuti partikel-partikel koloid dan membuatnya menjadi stabil.
Partikel-partikel koloid dalam keadaan stabil menurut Davis dan Cornwell (1991)
cenderung tidak mau bergabung satu sama lainnya membentuk flok-flok berukuran lebih
besar, sehingga tidak dapat dihilangkan dengan proses sedimentasi ataupun filtrasi.
Koagulasi pada dasarnya merupakan proses destabilisasi partikel koloid bermuatan
dengan cara penambahan ion-ion bermuatan berlawanan (koagulan) ke dalam koloid,
dengan demikian partikel koloid menjadi netral dan dapat beraglomerasi satu sama lain
membentuk mikroflok. Selanjutnya mikroflok-mikroflok yang telah terbentuk dengan
dibantu pengadukan lambat mengalami penggabungan menghasilkan makroflok
(flokulasi), sehingga dapat dipisahkan dari dalam larutan dengan cara pengendapan
atau filtrasi.
Koagulan yang biasa digunakan antara lain polielektrolit, aluminium, kapur,
dan garam-garam besi. Masalah dalam pengolahan limbah secara kimiawi adalah
banyaknya endapan lumpur yang dihasilkan , sehingga membutuhkan penanganan
lebih lanjut. (Rahman. 2010)
3. Cara Biologi
Di dalam pengolahan secara biologis, bakteri dan mikroorganisme yang lain
akan memecah dan memetabolisme zat organik terlarut, oleh karena itu dapat
mengurangi BOD dan COD. Namun tidak semua organik terdegradasi, waktu yang
cukup dan jenis mikroba yang sesuai akan membantu degradasi zat organik lebih
banyak lagi. Pengolahan secara biologis pada umumnya adalah aerobik dan
anaerobik.
Proses secara Aerobik
Proses secara aerobik terjadi reaksi biokimia untuk pertumbuhan dan
metabolisme bakteri/mikroba lainnya. Agar proses berjalan lancar, cell-cell harus
tumbuh berkembang lebih cepat dari yang dioksidasi (hal ini yang menghasilkan
lumpur).
Reaksi pada proses aerobik lumpur aktif :
Organik terlarut + O2 + N + P cell + CO2 + H2O + NO3
sisa organik terlarut yang tak terurai
Proses aerobik dengan aerasi juga dimaksudkan untuk menghilangkan
komponen organik yang mudah menguap. Di samping itu cell mikroba memerlukan
nutrient.
Proses secara Anaerobik
Denitrifikasi adalah proses biologis anaerobik, digunakan untuk
mengkonversi nitrogen-nitrat dalam effluent dari proses nitrifikasi lumpur aktif
menjadi gas nitrogen. Nitrat merupakan reduktor maka kandungan nitrat dalam air
sangat berbahaya sehingga harus dikurangi atau dihilangkan. Bakteri yang berperan
dalam denitrifikasi umumnya merupakan bakteri anaerobik.
NO3- + Substrate N2 + CO2 + H2O + OH- + cells
Proses Lumpur Aktif
Pengolahan limbah cair dengan menggunakan proses biologis dapat
dilakukan dengan sistem aerob dengan menggunakan lumpur aktif. Proses dengan
metode aerobik dimaksudkan untuk mengoksidasi materi organik secara biologis
disertai proses adsorpsi padatan tersuspensi (suspended solid) oleh bioflok.
Lumpur aktif merupakan suatu kultur bebas yang heterogen dan mayoritas
tersusun dari berbagai macam mikroorganisme yang terdiri dari bakteri, protozoa
dan metazoa. Mikroorganisme tersebut menjadi satu dalam suatu matrik yang
kompleks terflokulasi yang sering disebut dengan flok (Sundstroms dan Klei, 1979).
Pada dasarnya, proses lumpur aktif terdiri dari bak aerasi dan bak sedimentasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam proses pengolahan limbah dari Pabrik Tahu ini, dapat diolah secara fisika,
kimia, dan biologi. Jika limbah tersebut tidak diolah terlebih dahulu, maka akan
menimbulkan dampak yang tidak baik bagi lingkungan masyarakat industri. Pabrik Tahu
Felin yang telah kami kunjungi ini belum mengerti bagaimana cara mengolah limbah yang
baik, karena menurut mereka membuang kesungailah cara yang terbaik. Padahal dengan
membuang kesungai dapat mencemarkan lingkungan sekitar.
3.2 Saran
Masih banyak industri – industri kecil di berbagai daerah yang belum mengenal
AMDAL atau baku mutu limbah, maka dari itu kami harap ada penyuluhan yang dilakukan
untuk para pemilik industri yang menjelaskan tentang AMDAL dan sebagainya. Karena
AMDAL itu penting bagi lingkungan di sekitar industri tersebut.