Anda di halaman 1dari 9

A.

KONSEP DASAR
Menurut (Suwardjono 2005), konsep dasar merupakan premis-premis hasil atau
kesimpulan dari suatu penalaran deduktif yang disepakati dan dianggap benar tanpa harus
mencari kebenarannya. Premis-premis tersebut atau dalam hal ini konsep dasar tersebut
bermanfaat dalam mengembangkan suatu kerangka konseptual. Konsep dasar ini dinyatakan
secara implisit maupun eksplisit.
Konsep dasar memiliki manfaat yang berarti bagi pembuat standar dalam menyatakan
argumen dalam menentukan konsep, prinsip, atau teknik yang akan dijadikan standar. Hal
tersebut menjelaskan bahwa dalam menyusun sebuah standar perlu didasari dengan teori atau
konsep yang kuat. Selain itu, penyusunan standar harus objektif dan tidak memihak pada
kepentingan pihak-pihak tertentu.
Dalam suatu pengembangan kerangka konseptual akuntansi, peneliti menggunakan
seperangkat konsep dasar. Dalam pengajuan konsep dasar akuntansi,terdapat berbagai
sumber yang mengajukan persepsinya dalam konsep dasar akuntansi. Berbagai persepsi
tersebut,akan kami jabarkan di bawah ini.
1. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
Terdapat dua konsep dasar atau landasan asumsi yang disebut secara spesifik dalam
kerangka konseptual IASC yang juga diadopsi oleh IAI, yaitu:
1. Basis akrual (accrual basis)
aktiva, kewajiban, ekuitas (modal), pendapatan, dan beban diakui pada saat
kejadian, bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan. Dan
kemudian hal tersebut dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan di periode
yang bersangkutan.pendapatan dilaporkan pada saat terjadi, dan biaya dilaporkan
pada saat biaya itu terjadi. Contoh, walaupun perusahaan belum menerima uang
dari konsumen yang membeli secara kredit, perusahaan sudah mencatat sebagai
pendapatan.
2. Usaha berlanjut (Going concern)
Dalam konsep ini menjelaskan bahwa perusahaan akan terus berlanjut samapai
waktu yang tidak ditentukan. Implikasi dari asumsi ini pada keadaan luar biasa,
nilai laporan likuidasi untuk asset dan ekuitas adalah ‘pelanggaran’ atas konsep
ini. Hal ini disebabkan konsep kelangsungan usaha mengasumsikan bahwa
perusahaan akan mampu mempertahnkan kegiatan usahanya dalam jangka
panjang dan tidak untuk dilikuidasi dalam jangka pendek. Belkaoui juga
menambahkan pendapatnya bahwa dalam konsep ini entitas juga akan
melanjutkan operasi perusahaan cuku lama untuk mewujudkan proyek-
proyek,komitmen dan kegiatan yang sedang berlanjut

2. Paton dan Littleton


Konsep dasar menurut P&L merupakan konsep yang paling lama dan merupakan
konsep klasik yang sangat berpengaruh. Berikut adalah konsep P&L :
1. Entitas bisnis atau kesatuan usaha (The business entity)
Dalam konsep ini bisnis perusahaan sebagai suatu organisasi bisnis diperlakukan
berbeda atau secara hokum terpisah dengan pemilik dari bisnis tersebut. Hali ini
termasuk bahwa transaksi-transaksi dalam bisnis tersebut harus dijaga secara
keseluruhannya agar terpisah dari urusan pribadi seorang pemiliknya
2. Kontinuitas kegiatan / usaha (Continuity of activity)
Bahwa kalau tidak ada tanda-tanda, gejala-gejala, atau rencana pasti di masa
datang bahwa kesatuan usaha akan dibubarkan atau dilikuidasi maka akuntansi
menganggap bahwa kesatuan usaha tersebut akan berlangsung terus sampai waktu
tak terbatas.Dalam menghadapi ketidakpastian kelangsungan usaha, akuntansi
menganut konsep ini atas dasar penalaran bahwa harapan normal atau umum
(normal expectation) pendirian perusahaan adalah untuk berlangsung terus dan
berkembang bukan untuk mati atau likuidasi
3. Penghargaan sepakatan
Bahwa jumlah rupiah/agregat-harga (price-aggregate) atau penghargaan
sepakatan (measured consideration) yang terlibat dalam tiap transaksi atau
kegiatan pertukaran (exchange activities) merupakan bahan olah dasar akuntansi
(the basic subject matter of accounting) yang paling objektif terutama dalam
mengukur sumber ekonomik yang masuk (pendapatan) dan sumber ekonomik
yang keluar (biaya).
4. Kos melekat
Bahwa kos melekat pada objek yang dipresentasinya hingga kos bersifat mudah
bergerak dan dapat dipecah-pecah atau digabung-gabungkan kembali mengikuti
objek yang didekati. Berbagai kos mempunyai daya saling mengikat antara yang
satu dan yang lainnya ikatan objek-objek yang disimbolkannya. Bila berbagai
komponen digabungkan menjadi suatu objek atau barang baru, gabungan kos yang
baru semata-mata merupakan penggabungan berbagai kos yang melekat pada tiap
komponen tanpa memperhatikan nilai ekonomik baru yang melekat pada barang
baru
5. Upaya dan capaian/hasil
Bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka memperoleh hasil berupa
pendapatan. Dengan kata lain, tidak ada hasil (pendapatan) tanpa upaya (biaya).
Secara konseptual, pendapatan timbul karena biaya bukan sebaliknya pendapatan
menanggung biaya.
6. Bukti terverifikasi dan objektif
Bahwa informasi keuangan akan mempunyai tingkat kebermanfaatan dan tingkat
keterandalan yang cukup tinggi apabila terjadinya data keuangan didukung oleh
bukti-bukti yang objektif dan dapat diuji kebenarannya (keabsahannya
/keautetikannya). Objektivitas bukti harus dievaluasi atas dasar kondisi yang
melingkupi penciptaan, pengukuran, dan penangkapan atau pengakuan data
akuntansi.Jadi, akuntansi tidak mendasarkan diri pada objektivitas mutlak
melainkan pada objektivitas relatif yaitu objektivitas yang paling tinggi pada
waktu transaksi terjadi dengan mempertimbangkan keadaan dan tersedianya
informasi pada waktu tersebut.
7. Asumsi (Assumption)
Bahwa asumsi di sini merupakan penjelasan bahwa keenam dasar sebelumnya
merupakan asumsi atau didasarkan atas asumsi tertentu dengan segala
keterbatasannya.
Asumsi – asumsi tersebut adalah :
a) Kesatuan usaha : terbatas penggunaannya jika diterapkan pada kegiatan
departemen, operasi unit pemerintahan, keiatan usaha perseorangan atau firma
dan kegiatan usaha perusahaan afiliasi (anak)
b) Kontinuitas usaha : asumsinya didasarkan atas pengalaman perusahaan pada
umumnya
c) Periode satu tahun : satu tahun adalah waktu yang tepat untuk pelapran ,
karena tidak terlalu pendek, juga tidak terlalu panjang.
d) Harga Pokok sebagai bahan olah akuntansi : harga pokok faktor produksi
tersebut adalah HP pada saat terjadinya.
e) Daya beli uang stabil
f) Tujuannya adalah mencari laba : perusahaan dipandang sebagai suatu
organisasi yang dibentuk untuk menghasilkan pendapatan
3. Paul Grady
Grady (1965) mendeskripsikan konsep dasar sebagai konsep yang mendasari kualitas
kebermanfaatan dan kehandalan informasi akuntansi atau sebagai keterbatasan
(limitations) yang melekat pada laporan keuangan. Menurutnya terdapat sepuluh
konsep dasar seperti berikut:
1. Struktur masyarakat dan pemerintah yang mengakui hak milik pribadi.
merupakan implikasi bagi konsep kesatuan usaha, dimana tanpa adanya
pengakuan hak milik pribadi maka kesatuan usaha tidak akan dapat untuk
memiliki sumber ekonomik ataupun asset. Dengan perbedaan struktur
masayarakat dan pemerintah yang berbeda maka tentunya mengharapkan konsep
pelaporan dan struktur akuntansi yang berbeda pula.
2. Entitas bisnis spesifik (specific business entities)
memiliki kesamaan penafsiran dengan entitas bisnis/kesatuan usaha dari paton &
Littleton.
3. Usaha berlanjut (going concern)
memiliki kesamaan penafsiran dengan IAI
4. Penyimbolan secara moneter dalam seperangkat akun (monetary expression in
account)
memiliki kesamaan penafsiran dengan pengukuran dalam unit uang oleh APB.
5. Konsistensi antara perioda untuk entitas yang sama.
Akuntansi disusun berdasarkan prinsip, standar metode, ataupun praktek yang
sama dengan tahun sebelumnya atau peristiwa ekonomi
6. Keaneragaman perlakuan akuntansi diantara entitas independen.
memberikan keleluasaan untuk memilih perlakuan yang paling sesuai dengan
kondisi masing-masing kesatuan usaha dalam batas-batas yang realistic sehingga
pembandingan antar kesatuan usaha masih tetap memberikan makna yang cukup
berarti
7. Konservatisma (conservatism)
Bahwa dalam keadaan ketidak pastian , akuntasi akan menentukan pilihan
perlakuan atau tindakan akuntasi yang didasarkan pada keadaan, harapan
kejadian, atau hasil yang dianggap kurang menguntungkan. Ketika memilih antara
dua atau lebih teknik akuntansi yang berlaku umum, suatu preferensi ditunjukkan
untuk opsi yang memiliki dampak paling tidak menguntungkan terhadap ekuitas
Pemegang saham. Secara lebih spesifik prinsip tersebut mengimplikasikan bahwa
nilai terendah dari aktiva dan pendapatan serta nilai tertinggi dari kewajiban dan
beban yang sebaiknya dipilih untuk dilaporkan. Dimana seorang akuntan
menampilkan sikap pesimistis secara umum ketika memilih teknik akuntansi
untuk pelaporan keuangan. konsekuensi aturan dari penerapan konsep “mana yang
lebih rendah antara biaya atau harga pasar" (lower-of-cost-markef) dalam
penilaian persediaan dan efek-efek ekuitas yang dapat dijual. Jadi pada umumnya
akuntansi akan segera mengakui biaya atau rugi yang kemungkinan besar akan
terjadi tetapi tidak mengantisipasinya terlebih dahulu apakah untung atau
pendapatan yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya adalah besar.
8. Keterandalan data melalui pengendalian internal.
mengakui adanya taksiran-taksiran yang hanya dapat dijamin jikalau kesatuan
usaha mempunyai system pengendalian yang memadai. Dan didukung oleh bukti-
bukti berupa objektivitas, dan ketervierivikasian angka-angka dalam akuntansi.
9. Materialitas (Materiality)
Bahwa "laporan keuangan hanya berkepentingan dengan informasi yang cukup
signifikan untuk memengaruhi penilaian atau keputusan. Suatu transaksi
individual sebaiknya dianggap material jika pengetahuan mengenai transaksi
tersebut dapat dianggap memiliki pengaruh terhadap pengguna laporan keuangan
(Studi tahun 1974 oleh Accountants' International Study Group). Namun berbeda
bahwa suatu jumlah adalah tidak material semata-mata karena ukurannya; faktor-
faktor lain termasuk yang dinyatakan di bawah ini harus dipertimbangkan dalam
membuat keputusan mengenai materialitas (Rappaport, Materiality in Accounting)
10. Ketepatwaktuan dalam pelaporan keuangan memerlukan taksiran (timeliness in
financial reporting requires estimates)
dimana ketepatan waktu mengukur tingkat dimasukkannya laba ekonomi dalam
laba akuntansi kontemporer. konservatisme mengukur tingginya ketepatan waktu
dalam memasukkan penurunan nilai, atau laba ekonomi negatif

B. KERANGKA KONSEPTUAL PELAPORAN KEUANGAN


Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) merupakan pengaturan yang
merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan untuk
pengguna eksternal. Kerangka Konseptual bukan merupakan PSAK sehingga tidak
mendefinisikan standar untuk pengukuran atau isu pengungkapan tertentu. Kerangka
Konseptual ini tidak mengungguli PSAK tertentu. Jika terdapat perbedaan antara PSAK dan
KKPK, maka persyaratan yang ada dalam PSAK mengungguli persyaratan yang ada dalam
Kerangka Konseptual.

Mengapa DSAK IAI merevisi Kerangka Konseptual?


Revisi Kerangka Konseptual merupakan bagian dari wujud komitmen konvergensi
IFRS di Indonesia. DSAK IAI pada tanggal 28 September 2016 telah mengesahkan Kerangka
Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) yang merupakan adopsi dari the Conceptual
Framework for Financial Reporting per 1 Januari2016. KKPK ini menggantikan Kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) (Penyesuaian 2014) yang
berlaku efektif per 1 Januari 2015. KKPK berlaku efektif sejak tanggal pengesahan.

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN KERANGKA


PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN (KDPPLK) KONSEPTUAL
PELAPORAN
KEUANGAN
Tanggal (KKPK)
Pengesahan 4 7 September 27 Agustus 28 September 2016
September 1988 1994 2014

Apa saja yang dibahas dalam KKPK ini?


KKPK dibagi menjadi 4 bab, yaitu:
1. Bab 1: Tujuan Pelaporan Keuangan Bertujuan Umum
Tujuan pelaporan keuangan bertujuan umum adalah untuk menyediakan informasi
keuangan tentang entitas pelapor yang berguna untuk investor saat ini dan investor
potensial, pemberi pinjaman, dan kreditor lainnya dalam membuat keputusan tentang
penyediaan sumber daya kepada entitas.
2. Bab 2: Entitas Pelapor
Bab ini masih menjadi pembahasan IASBdalam projek Kerangka Konseptualnya.
3. Bab 3: Karakteristik Kualitatif Informasi Keuangan yang Berguna
Karakteristik kualitatif informasi keuangan yang berguna mengidentifikasi jenis
informasi yang kemungkinan besar sangat berguna untuk pengguna dalam membuat
keputusan mengenai entitas pelapor berdasarkan informasi dalam laporan keuangan
(informasi keuangan).
Agar informasi keuangan menjadi berguna, informasi tersebut harus relevan
(relevance) dan merepresentasi secara tepat apa yang direpresentasikan (faithful
representation). Kegunaan informasi keuangan dapat ditingkatkan jika informasi
tersebut terbanding (comparable), terverifikasi (verifiable), tepat waktu (timely), dan
terpaham (understandable).
4. Bab 4: KDPPLK (1994): Pengaturan yang Tersisa
Bab ini mencakup pengaturan yang tersisa dari KDPPLK (1994).
RINGKASAN MATERI KULIAH
Teori Akuntansi
“Konsep Dasar Akuntansi Secara Umum”

Nama Kelompok :

Ni Made Kusuma Devi (1707532117)


Nyoman Notiasih ( 1707532128)
I Komang Bagus Surya Kepakisan ( 1707532131)

JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM REGULER DENPASAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
Daftar Pustaka

Suwardjono.2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga.


BPFE: Yogyakarta
Jaka Isgrayanta, 2009, “Perumusan Konsep Entitas Akuntansi Islam”, JAAI Volume 13
No. 1, Juni 2009: 77–86
Iwan triyuwono,2003, “Konsekuensi Penggunaan Enthity Teori Sebagai Konsep Dasar
Standart Akuntansi Perbankan Syariah”, JAAI Volume 7 No. 1, Juni 2003
http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/tentang-5-kerangka-dasar-sak-
umum
https://www.academia.edu/13569504/Teori_Akuntansi_Bab_4_Konsepkonsep_Dasar_A
kuntansi_FASB_SFAC_No._1_2_3_6_Dan_7
http://hasnawatimidun07.blogspot.com/2016/11/konsep-dasar.html

Anda mungkin juga menyukai