Anda di halaman 1dari 5

TEORI MANAJEMEN ILMIAH

Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut scientific management, pertama kali
dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya yang berjudul Principles of
Scientific Management pada tahun 1911. Dalam bukunya itu, Taylor mendeskripsikan
manajemen ilmiah adalah “penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan.” Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap
tahun terbitnya buku ini sebagai tahun lahirnya teori manajemen modern.
Ide tentang penggunaan metode ilmiah muncul ketika Taylor merasa kurang puas dengan
ketidakefesienan pekerja di perusahaannya. Ketidakefesienan itu muncul karena mereka
menggunakan berbagai macam teknik yang berbeda untuk pekerjaan yang sama, nyaris tak
ada standar kerja di sana. Selain itu, para pekerja cenderung menganggap gampang
pekerjaannya. Taylor berpendapat bahwa hasil dari para pekerja itu hanyalah sepertiga dari
yang seharusnya. Taylor kemudian, selama 20 tahun, berusaha keras mengoreksi keadaan
tersebut dengan menerapkan metode ilmiah untuk menemukan sebuah “teknik paling baik”
dalam menyelesaikan tiap-tiap pekerjaan.
Berdasarkan pengalamannya itu, Taylor membuat sebuah pedoman yang jelas tentang cara
meningkatkan efesiensi produksi. Pedoman tersebut adalah:
1. Kembangkanlah suatu ilmu bagi tiap-tiap unsur pekerjaan seseorang, yang akan
menggantikan metode lama yang bersifat untung-untungan.
2. Secara ilmiah, pilihlah dan kemudian latihlah, ajarilah, atau kembangkanlah pekerja
tersebut.
3. Bekerja samalah secara sungguh-sungguh dengan para pekerja untu menjamin bahwa
semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu yang telah
dikembangkan tadi.
4. Bagilah pekerjaan dan tanggung jawab secara hampir merata antara manajemen dan
para pekerja. Manajemen mengambil alih semua pekerjaan yang lebih sesuai baginya
daripada bagi para pekerja.
Pedoman ini mengubah drastis pola pikir manajemen ketika itu. Jika sebelumnya pekerja
memilih sendiri pekerjaan mereka dan melatih diri semampu mereka, Taylor mengusulkan
manajemenlah yang harus memilihkan pekerjaan dan melatihnya. Manajemen juga
disarankan untuk mengambil alih pekerjaan yang tidak sesuai dengan pekerja, terutama
bagian perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengontrolan. Hal ini berbeda
dengan pemikiran sebelumnya di mana pekerjalah yang melakukan tugas tersebut.
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan
Lillian Gilbreth. Keduanya tertarik dengan ide Taylor setelah mendengarkan ceramahnya
pada sebuah pertemuan profesional. Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan mikronometer
yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang
dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut. Gerakan yang sia-sia yang luput dari
pengamatan mata telanjang dapat diidentifikasi dengan alat ini, untuk kemudian dihilangkan.
Keluarga Gilbreth juga menyusun skema klasifikasi untuk memberi nama tujuh belas gerakan
tangan dasar (seperti mencari, menggenggam, memegang) yang mereka sebut Therbligs (dari
nama keluarga mereka, Gilbreth, yang dieja terbalik dengan huruf th tetap). Skema tersebut
memungkinkan keluarga Gilbreth menganalisis cara yang lebih tepat dari unsur-unsur setiap
gerakan tangan pekerja.
Skema itu mereka dapatkan dari pengamatan mereka terhadap cara penyusunan batu bata.
Sebelumnya, Frank yang bekerja sebagai kontraktor bangunan menemukan bahwa seorang
pekerja melakukan 18 gerakan untuk memasang batu bata untuk eksterior dan 18 gerakan
juga untuk interior. Melalui penelitian, ia menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak perlu
sehingga gerakan yang diperlukan untuk memasang batu bata eksterior berkurang dari 18
gerakan menjadi 5 gerakan. Sementara untuk batu bata interior, ia mengurangi secara drastis
dari 18 gerakan hingga menjadi 2 gerakan saja. Dengan menggunakan teknik-teknik Gilbreth,
tukang baku dapat lebih produktif dan berkurang kelelahannya di penghujung hari.
Saya lebih memilih teori manajemen ilmiah karena teori ini sangat memberikan perhatian
pada hubungan manusia. Teori ini memikirkan bagaimana membuat manusia bekerja sesuai
dengan target yang diharapkan perusahaan namun tetap menggunakan tekhnik yang terbaik
sehingga tidak ada tenaga yang terbuang percuma. Metode ini cocok untuk menjawab
masalah-masalah sosial individu seperti motivasi, organisasi dan kepegawaian. Teori
manajemen ilmiah merupakan awal lahirnya teori manajemen modern. Teori manajemen ini
dibuat untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sehingga dapat
membuat pekerja lebih produktif sehingga mengurangi hal-hal yang tidak perlu dilakukan
selama bekerja. Teori ini membuat standar untuk para pekerja sehingga para pekerja dapat
menghasilkan hal yang sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan. Teori ini telah
diteliti selama 20 tahun sehingga hasil penelitian cocok digunakan sebagai referensi bagi
perusahaan untuk masa sekarang. Dalam manajemen ilmiah, manajemen dituntut memegang
peran utama untuk memilihkan pekerjaan dan kemudian melatihnya. Manajemen juga
disarankan untuk mengambil alih pekerjaan yang tidak sesuai dengan pekerja, terutama
bagian perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengontrolan.
https://kinantiarin.wordpress.com/teori-manajemen-ilmiah/

Adapun ciri - ciri manajemen ilmiah atau modern adalah sebagai berikut :
a. Menggunakan cara kerja keilmuan dan prinsip - prinsip keilmuan sebagai hasil percobaan
dan penyelidikan yang ilmiah pula.
b. Terdapat nasionalisasi yaitu bekerja berdasarkan perhitungan - perhitungan atau pemikiran
yang cermat dan teliti, jadi meninggalkan cara kerja trial and error.
c. Terdapat standarisasi yaitu bekerja berdasarkan ukuran - ukuran ( standar - standar )
tertentu, baik dalam cara kerja, waktu yang digunakan, maupun hasil produksi yang
diharapkan.
d. Terjadi peningkatan produktivitas sebagai hasil kerja yang efektif dan efisien
e. Cara kerja dan hasil kerjanya dapat mengikuti dan memenuhi tuntutan kebutuhan jaman
yang makin meningkat

Tahap - tahap perkembangan manajemen ilmiah :


a. Tahap Survival ( 1886 - 1930 ), tahun 1886 adalah tahun lahirnya ilmu manajemen yang
ditandai dengan gerakan manajemen ilmiah yang dipelopori oleh Frederick Winslow
Taylor.Dalam tahap survival ini, para ahli memperjuangkan untuk diakuinya manajemen
sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan.
b. Tahap konsolidasi atau penyempurnaan ( 1930 - 1945 ), dalam tahap ini para pelopor
manajemen ilmiah merumuskan metode - metode dan prinsip - prinsip dari ilmu
manajemen yang dapat dipraktekan dalam kegiatan - kegiatan perusahaan.
c. Tahap human relation ( 1945 - 1959 ), dalam tahap ini, selain menggunakan prinsip -
prinsip berdasarkan keilmuan, juga lebih mengutamakan perhatian kepada manusia ( para
pekerja ) yang berperan serta dalam kegiatan - kegiatan mencapai tujuan usaha. Hubungan
antara pemimpin dan pegawai diupayakan dilaksanakan dalam suasana hubungan manusia
yang lebih baik.
d. Tahap behaviouralisme ( 1959 - sekarang ), dalam tahap ini perhatian utama para ahli
manajemen terutama dipusatkan terhadap pentingnya peranan manusia kerja dalam usaha
mencapai tujuan perusahaan.

http://pengantarmanagement.blogspot.co.id/2012/06/manajemen-ilmiah-scientific-
management.html
Aliran manjemen ilmiah (scientific manajement) ditandai dengan kontribusi-kontribusi dari
Frederick W. Taylor, Frank dan Lilian Gilberth, henry L. Gantt, dan Harrington Emerson,
yang akan diuraikan satu persatu.
1. Frederick W. Taylor (1856-1915).
Manajemen ilmiah mula-mula dikembangkan oleh Frederick Winslow Taylor sekitar tahun
1900-an. Karena karyanya tersebut, Taylor disebut “bapak manajemen ilmiah”. Dalam buku
literatur, manajemen ilmiah sering diartikan berbeda. Arti pertama, manajemen ilmiah
merupakan penerapan metode ilmiah pata studi, analisa, pemecahan masalah-masalah
organisasi. Sedangkan arti kedua, manajemen ilmiah adalah seperangkat mekanisme-
mekanisme atau teknik-teknik untuk meningkatkan efisiensi kerja organisasi. Ada empat
prinsip-prinsip dasar (filsafat) penerapan pendekatan ilmiah pada menejemen, yaitu:
a. Pengembangan metode-metode ilmiah dalam manajemen, untuk sebagai contoh metode
yang paling baik untuk pelaksanaan setiap pekerjaan dapat ditentukan.
b. Seleksi ilmiah untuk karyawan. Agar stiap karyawan dapat diberikan tanggung jawab atas
suatu tugas sesuai dengan kemampuannya.
c. Pendidikan dan pengembangan ilmiah pada karyawan.
d. Kerjasama yang baik antara manajemen dan tenaga kerja.
Manfaat yang didapat dari perkembangan teknik-teknik manajemen ilmiah ini tampak pada
perkembangan teknik-teknik riset operasi, simulasi, otomatisai dan sebagai dalam
memecahkan masalah-masalah majemen.
2. Frank dan Lillian Gilberth (1868-1924 dan 1878-1972)
Kontributor kedua dalam aliran manajemen ilmiah adalah pasangan suami isteri Frank
Bunker Gilberth dan lillian Gilberth. Frank menciptakan berbagai teknik manajemen yang
diilhamni Taylor. Dia sangat tertarik terhadap masalah efisiensi terutama untuk
mengemukakan “cata terbaik pengerjaan suatu tugas”.
Sedangkan lillian gilberth lebih tertarik pada aspek-aspek manusia dalam kerja seperti
seleksi, penempatan dan pelatihan personalia. Baginya, manajemen ilmiah mempunyai satu
tujuan akhir yaitu membantu para karyawan mencapai seluruh potensinya sebagai mahluk
hidup.
Henry L. Gantt (1861-1919). Henry L. Gantt mengemukakan gagasan-gagasannya yaitu:
a. Kerjasama yang saling menguntungkan antara tenaga kerja dan manajemen.
b. Seleksi ilmiah tenaga kerja.
c. Sistem intensif (bonus) untuk merangsang produktivitas.
d. Penggunaan intruksi-intruksi kerja yang terperinci.
Kontribusinya yang terbesar adalah penggunaan metode grafik yang dikenal sebagai “bagan
Gantt” (Gantt Chart), untuk perencanaan, koordinasi dan pengawasan produksi.
Harrington Emerson (1853-1931). Pemborosan dan ketidak-efisienan adalah masalah-
masalah yang dilihat emerson sebagai penyakit ssistem industri. Oleh sebab itu emerson
mengemukakan 12 prinsip-prinsip efisiensi, yaitu:
a. Tujuan-tujuan yang dirumuskan dengan jelas.
b. Kegiatan yang dilakukan masuk akal.
c. Adanya staf yang cakap.
d. Disiplin.
e. Balas jasa yang adil.
f. Laporan-laporan yang terpercaya, segera, akurat dan ajeg-sistem informasi dan akuntansi.
g. Pemberian perintah-perencanaan dan urutan kerja.
h. Adanya standar-standar dan skedul-skedul metode dan waktu kegiatan.
i. Kondisi yang distandardisasi.
j. Operasi yang distandardisasikan.
k. Instruksi-instruksi praktis tertulis yang standar.
l. Balas jasa efisien-rencana insentif.
Masalah keterbatasan penerapan manajemen ilmiah
Masalah penerapan manajemen ilmiah yaitu kenaikan produktivitas sering tidak diikuti
dengan kenaikan pendapatan. Perilaku manusia yang bermacam-macam menjadi hambatan.
Pendekatam “rasional” hanya memuaskan kebutuhan-kebutuhan sosial karyawan.
Manajemen ilmiah juga mengabaikan keinginan manusia untuk kepuasan kerja. Beberapa
keterbatasan ini yang menimbulkan usaha-usaha para ahli manajemen berikutnya untuk
melengkapi model manajemen ilmiah.
https://andriyani95.wordpress.com/2012/10/19/manajemen-ilmiah/

Anda mungkin juga menyukai