Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SALEP KLORAMFENIKOL
DISUSUN OLEH :
Kelompok 6
Lokal 2A
JURUSAN FARMASI
TAHUN 2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karna atas berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan Laporan Praktikum Kimia Farmasi mengenai Golongan
Antibiotik. Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Kimia Farmasi
prodi Farmasi di Politeknik Kesehatan Jakarta 2.
Melalui kata pengantar ini kami ingin lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bilamana isi laporan ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang
tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Dengan ini kami mempersembahkan laporan ini
dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Tuhan yang Maha Esa memberkahi laporan ini
sehingga dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2. Tujuan
5
BAB II
DASAR TEORI
6
b. Terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah
larutan air tambahan (lanolin)
Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai emolien. Contoh dari dasar salep
serap adalah Adeps Lanae. Adeps lanae terdiri dari ester-ester sterol dengan asam
oksikarboksilat tinggi. Adeps lanae dapat menyerap air tiga kali bobotnya.
Campuran 1: 5 bagian adeps lanae dengan 95 bagian vaselin dapat menyerap air
50% dan membentuk emulsi A/M.
Campuran 2: 3 bagian cholesterol, 3 bagian stearol, 8 bagian malam putih, dan 86
bagian vaselin putih.
Campuran ini disebut dengan vaselinum hydrophylicum, camperannya dipanaskan
diatas tangas air. Dipakai bagi yang sangat peka terhadap Adeps Lanae.
7
Polyethylenglicol terlihat seperti lemak tetapi bukan lemak, terdiri dari
polietilenglikol yang dinyatakan dengan nomor. Nomor ini menunjukkan bobot
molekul. Keuntungan memakai PEG yaitu banyak bahan obat yang dapat larut
dalam PEG (sulfa-sulfa larut baik dalam larutan PEG). Umumnya dipakai
campuran PEG bobot molekul tinggi dengan yang rendah.
8
Menurut F. Van Duin :
Formulasi Salep
1. Zat padat
A. Zat padat dan larut dalam dasar salep
a. Camphorae
Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan didalam pot salep
tertutup (jika tidak dilampaui daya larutnya)
Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol. sesami), camphorae
dilarutkan lebih dahulu dalam minyak tersebut
Jika dalam resep terdapat salol, menthol, atau zat lain yang dapat
mencair jika dicampur (karena penurunan titik eutektik), camphorae
dicampurkan supaya mencair, baru ditambahkan dasar salepnya
Jika camphorae itu berupa zat tunggal, camphorae ditetesi lebih dahulu
dengan eter atau alkohol 95%, kemudian digerus dengan dasar
salepnya.
9
b. Pellidol
Larut 3% dalam dasar salep, pellidol dilarutkan bersama-sama dengan
dasar salepnya yang dicairkan (jika dasar salep disaring tetapi jangan
lupa harus ditambahkan pada penimbangannya sebanyak 20%.
Jika pellidol yang ditambahkan melebihi daya larutnya, maka digerus
dengan dasar salep yang mudah dicairkan.
c. Iodium
Jika kelarutannya tidak dilampaui, kerjakan seperti pada camphorae.
Larutkan dalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada unguentum iodii
dari Ph. Belanda V)
Ditetesi dengan etanol 95% sampai larut, baru ditambahkan dasar
salepnya
C. Bahan obat yang larut dalam air tetapi tidak boleh dilarutkan dalam air, yaitu :
a. Argentum nitrat : stibii et kalii tartras
b. Fenol : oleum iecoris aselli
10
c. Hydrargyri bichloridum : zink sulfat
d. Chrysarobin : antibiotik (misalnya penicilin)
e. Pirogalol : chloretum auripo natrico
11
2. Zat cair
A. Sebagai pelarut bahan obat
a. Air
Terjadi reaksi
Contohnya, jika aqua calcis bercampur dengan minyak lemak akan
terjadi penyabunan sehingga cara penggunaannya adalah dengan
diteteskan sedikit demi sedikit kemudian dikocok dalam sebuah botol
bersama dengan minyak lemak, baru dicampur dengan bahan lainnya.
Tak terjadi reaksi
Jumlah sedikit : teteskan terakhir sedikit demi sedikit
Jumlah banyak : diuapkan atau diambil bahan berkhasiatnya saja dan
berat airnya diganti dengan dasar salepnya
b. Spiritus/etanol/alkohol
Jumlah sedikit : teteskan terakhir sedikit demi sedikit
Jumlah banyak :
Tahan panas : Tinct. Ratanhiae, panaskan diatas tangas air
sampai sekental sirop atau sepertiga bagian.
Tak tahan panas :
Diketahui pembandingnya, maka diambil bagian-bagiannya saja,
misalnya tinct. Iodii
Tak diketahui pembandingnya, teteskan terakhir sedikit demi
sedikit
Jika dasar salep lebih dari 1 macam, harus diperhitungkan menurut
perbandingan dasar salepnya.
c. Cairan kental
Umumnya dimasukan sedikit demi sedikit. Contohnya : gliserin, pix
lithantratis, pix liquida, balsem peruvianum, ichtyol, kreosot.
12
Diencerkan dahulu dengan air atau etanol
c. Extractum liquidum
Dikerjakan seperti pada cairan dengan spiritus.
4. Bahan-bahan lain
a. Hydrargyrum
Gerus dengan adeps lanae dalam lumpang dingin, sampai halus (<20µg) atau
gunakan resep standar, misalnya : Unguentum Hydrargyri (Ph.Belanda V)
yang mengandung 30% dan Unguentum Hydrargyri Fortio (C.M.N)
mengandung 50%
b. Naphtolum
Dapat larut dalam sapo kalicus, larutkan dalam sapo tersebut. Jika tidak ada
sapo, dikerjakan seperti Camphorae. Mempunyai D.M/T.M untuk obat luar.
c. Bentonit
Serbuk halus yang dengan air akan membentuk massa seperti salep.
2.2. Monografi
13
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol (95%) P
dan dalam 7 bagian propilrnglikol P; sukar larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Jarak Lebur : Antara 149o dan 153o
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindungi dari cahaya.
Khasiat : Antibiotik
14
4. Vaselin Putih (FI EDISI III Hal 633)
Nama Resmi : Vaselinum Album
Vaselin putih adalah campuran hidrokarbon setengah padat yang telah diputihkan,
diperoleh dari minyak mineral.
Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, putih, sifat ini tetap setelah zat dileburkan
dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk berfluoresensi lemah, juga jika dicairkan ;
tidak berbau ; hampir tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan etanol 95% P ; larut dalam kloroform P,
dalam eter P, dan dalam eter minyak tanah P, larutan kadang – kadang berfluoresensi
lemah.
Jarak Lebur : Antara 38o dan 56o
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Penggunaan zat tambahan.
15
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.3. Formula
Tiap 10 g mengandung :
R/ Chloramphenicol 200 mg
Propylenglycol 1
Adeps Lanae 1
Vaselin Album ad 10
3.4. Perhitungan
16
3.5. Penimbangan
1. Alat :
- Mortir dan stamfer - Cawan uap
- Timbangan dan anak timbangan - Oven
- Pipet tetes - Kertas saring
- Sudip - Objek glass
- Etiket dan perkamen - Tube
2. Bahan :
- Chloramphenicol
- Propylenglycol
- Adeps lanae
- Vaselin album
17
3.8. Evaluasi Sediaan
Uji Homogenitas
Cara : Oleskan salep diatas Sediaan Homogen
2. kaca objek, ratakan, lalu amati (zat aktif tersebar
homogenitas bahan aktif dalam merata)
basis.
Uji Pengujian pH
Cara : Encerkan salep 0,5 g
Ph yang dihasilkan
kedalam 5 ml aquadest.
3. adalah 5 (masih
Celupkan stik pH / kertas pH
dalam range)
universal kedalam salep yang
telah diencerkan.
Uji Daya Sebar
Cara : Sebanyak 0,5 g salep
diletakkan diatas cawan petri
- Tanpa beban :
yang berdiameter 15 cm dan
3,6 cm
biarkan selama 15 menit.
- Beban 50 g :
Letakan cawan petri lain
4. 3,9 cm
diatasnya dan biarkan selama 1
- Beban 100 g :
menit. Letakkan beban seberat
4,7 cm
50 g diatasnya selama 1 menit,
lalu letakkan beban 100 g
selama 1 menit. Lalu ukur
diameter yang konstan.
18
3.9. Pembahasan
Uji homogenitas menggunakan kaca objek dan terlihat bahwa sediaan salep sudah
homogen dan tidak terlihat gumpalan ataupun zat aktif yang tidak merata. Sedangkan untuk
pengukuran ph, kertas ph di celupkan kedalam salep yang telah di encerkan dan terlihat
bahwa ph yang dihasilkan sebesar 5 yaitu masih dalam range. Sehingga sediaan salep aman
untuk digunakan pada kulit.
Uji daya sebar dilakukan tiga kali yaitu tanpa beban, dengan beban seberat 50 g, dan
dengan beban seberat 100 g. Untuk pengujian pertama tanpa beban didapatkan hasil diameter
3,6 cm, pengujian kedua dengan beban seberat 50 g dihasilkan diameter sebesar 3,9 cm,
sedangkan pengujian terakhir dengan beban seberat 100 g terlihat diameter bertambah
sebesaer 4,7 cm. Maka dari itu daya sebar suatu salep dapat dipengaruhi oleh waktu dan juga
beban diatasnya.
19
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Salep (Unguents) adalah preparat setengah padat untuk pemakaian luar yang
dimaksudkan untuk pemakaian pada mata dibuat khusus yang disebut salep mata. Dasar salep
digolongkan kedalam 4 kelompok besar: (1) Dasar salep hidrokarbon (2) Dasar salep absorbsi
(3) Dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan (4)Dasar salep yang larut dalam air.
Formulasi sediaan salep terdiri atas zat padat, zat cair, bahan ekstrak, dan bahan lain-lain.
Berdasarkkan evaluasi sediaan salep yang dilakukan dapat disimpulkan telah sesuai
dengan syarat yang telah ada. Pada uji organoleptis didapat bau nya lemah seperti vaseline,
rasa pada kulit licin dan juga lengket, sedangkan teksturnya licin dan warnanan teksturnya
licin dan warnana putih susu.
Uji homogenitas salep terlihat bahwa sediaan salep homogen, ph yang dihasilkan
sebesar 5 dimana ph masih dalam batas range. Sedangkan untuk uji daya sebar didapatkan
hasil diameter 3,6 cm tanpa beban, diameter 3,9 dengan beban seberat 50 g, dan diameter
bertambah besar yaitu 4,7 cm dengan beban seberat 100 g.
4.2. Saran
Saat praktik usahakan tidak lupa memakai masker dan sarung tangan karena untuk
menjaga agar sediaan tetap steril dan tidak tercampur bahan lainya yang tidak seharusnya
didalam sediaan salep. Kami harap makalah ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan
perkembangan ilmu kefarmasian pada umumnya terutama dalam hal mengenai salep.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anief. 2004. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (terjemahan) Jakarta: UI Press.
21
LAMPIRAN
Dus
Brosur
Etiket
22